EVAPOTRANSPIRASI
A. Evapotranspirasi
2
dapat di ukur dengan radio mete. Dalam pemakaian rumus ini dibutuhkan suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan angin dan waktu relatif sinar matahari terang. Data
tersebut merupakan data meteorologi biasa.
Etc = Kc . Eto
Eto = p (0,46t + 8,13)
2. Radiasi
Untuk metode ini, data-data yang diperlukan adalah data letak lintang (LL),
suhu udara (t), kecerahan matahari (n/N)
Eto = c . ETo*
ETo* = w . Rs
Rs = ( 0,25 + 0,54 n/N ) Ra
3. Penman
Rumus ini memberikan hasil yang baik bagi besarnya penguapan (evaporasi)
air bebas E0 jika di tempat itu tidak ada pengamatan dengan panci penguapan
(evaporation pan) atau tidak ada studi neraca air (water balance study). Hasil
perhitungan dengan rumus ini lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dua buah
rumus di atas dimana tidak memasukkan faktor-faktor energi. Meskipun rumus
penman menghasilkan evaporasi dari permukaan air bebas, bukanlah tidak mungkin
untuk digunakan menghitung evapotranspirasi potensial dapat ditempuh dengan
memasukkan faktor pengali f, sehingga :
Ep = f . E0
Dimana besarnya f berkisar antara 0,60 – 0,85. untuk tanaman pendek yang hijau dan
terbentang luas serta tersedia air cukup banyak, besarnya f biasanya lebih kecil dari
1, disebabkan karena menutupnya stomata daun di malam hari. Untuk tanaman tinggi
yang tidak begitu luas dan keadaannya kering evapotranspirasi potensialnya
akan lebih besar dari E0 yang dihitung dengan rumus penman. Ini disebabkan oleh
adanya energi advektif dan adanya efek oase. Dalam hal demikian besarnya f dapat
menjadi lebih besar dari satu bahkan dapat mencapai 1,5. dengan digunakannya cara
pemindahan massa, maka diperlukan pengukuran tekanan uap yang sebenarnya dan
kecepatan angin pada berbagai ketiggian di atas permukaan tanah.
3
Tabel 1.1
Data Perhitungan Evapotranspirasi
RH
Letak Suhu Rata-rata Bulanan
min n U
Lintang
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec % jam/hari m/dt
7° LS 26.3 27.8 25.8 29.7 27.3 28.4 29.8 28.3 29.3 30.6 29.7 27.7 75.0 11.7 6.0
Contoh Perhitungan :
1. Metode Blaney Criddle Untuk Bulan Januari :
Diketahui :
LL : 7o LU
t : 26,3oC
Penyelesaian :
Dari Tabel diperoleh nilai P = 0,27 (hasil interpolasi)
C = 0,8
Maka : ETo* = P (0,457 . t + 8,13)
= 0,27 (0,457 . 26,3 + 8,13)
= 5,440
Jadi : ETo = c . ETo*
= 0,8 . 5,440
= 4,352 mm/hr
Tabel 1.2
Perhitungan Dengan Metode Blaney Criddle
Letak t
No. Bulan P ET0* c ET0
Lintang (˚C)
1 jan 7° LU 0.270 26.3 5.44 0.800 4.35
2 feb 7° LU 0.270 27.8 5.63 0.800 4.50
3 mar 7° LU 0.270 25.8 5.38 0.750 4.03
4 apr 7° LU 0.280 29.7 6.08 0.700 4.25
5 may 7° LU 0.280 27.3 5.77 0.700 4.04
6 jun 7° LU 0.280 28.4 5.91 0.700 4.14
7 jul 7° LU 0.280 29.8 6.09 0.700 4.26
8 aug 7° LU 0.280 28.3 5.90 0.750 4.42
9 sep 7° LU 0.280 29.3 6.03 0.800 4.82
10 oct 7° LU 0.280 30.6 6.19 0.800 4.95
11 nov 7° LU 0.270 29.7 5.86 0.800 4.69
12 dec 7° LU 0.270 27.7 5.61 0.800 4.49
4
2. Metode Radiasi Untuk Bulan Januari :
Diketahui :
LL : 7o LS
t : 26,3oC
𝑛
: 97,5 %
𝑁
Penyelesaian :
Dari tabel diperoleh nilai c = 0,8
R∂ = 10,4
w = 0,758 (hasil interpolasi)
𝑛
Maka : Rs = (0,25 + 0,54 𝑁 ) R∂
Tabel 1.3
Perhitungan Dengan Metode Radiasi
Letak t R∂
No. Bulan n/N w Rs ET0* c ET0
Lintang (˚C) mm/Hr
1 jan 7° LU 26.3 0.9750 0.758 10.40 8.076 6.121 0.80 4.90
2 feb 7° LU 27.8 0.9750 0.773 12.00 9.318 7.203 0.80 5.76
3 mar 7° LU 25.8 0.9750 0.753 11.00 8.542 6.432 0.75 4.82
4 apr 7° LU 29.7 0.9750 0.792 14.30 11.104 8.794 0.75 6.60
5 may 7° LU 27.3 0.9750 0.768 16.10 12.502 9.601 0.75 7.20
6 jun 7° LU 28.4 0.9750 0.779 16.20 12.579 9.799 0.75 7.35
7 jul 7° LU 29.8 0.9750 0.793 16.10 12.502 9.914 0.75 7.44
8 aug 7° LU 28.3 0.9750 0.778 15.70 12.191 9.485 0.80 7.59
9 sep 7° LU 29.3 0.9750 0.788 14.70 11.415 8.995 0.80 7.20
10 oct 7° LU 30.6 0.9750 0.801 16.90 13.123 10.511 0.80 8.41
11 nov 7° LU 29.7 0.9750 0.792 15.40 11.958 9.471 0.80 7.58
12 dec 7° LU 27.7 0.9750 0.768 15.60 12.113 9.303 0.80 7.44
5
𝑛
: 97,5 %
𝑁
RH : 75 %
U : 6 m/det
Penyelesaian :
Dari tabel dapat diperoleh nilai Cs = 1,10
f(t) = 15,96 (hasil interpolasi)
wa = 0,75 (hasil interpolasi)
ε∂ = 34,22 (hasil interpolasi)
Maka :
- εd = ε∂ . RH = 34,22 . 75% = 25,67
- f(εd) = 0,34 – 0,044 √εd
= 0,34 – 0,044 √25,67
= 0,1171
𝑛
- Rs = (0,25 + 0,54 𝑁 ) R∂
6
Tabel 1.5
Perbandingan Evaporasi Potensial (ETo) Metode Blaney Criddle, Radiasi dan
Penmann
ET0 C ET0*
No. Bulan
BC R P BC R P BC R P
1 jan 4.35 4.90 7.33 0.80 0.80 1.10 5.44 6.12 6.66
2 feb 4.50 5.76 8.39 0.80 0.80 1.10 5.63 7.20 7.63
3 mar 4.03 4.82 7.53 0.75 0.75 1.10 5.38 6.43 6.84
4 apr 4.25 6.60 8.10 0.70 0.75 0.90 6.08 8.79 9.00
5 may 4.04 7.20 8.44 0.70 0.75 0.90 5.77 9.60 9.38
6 jun 4.14 7.35 8.67 0.70 0.75 0.90 5.91 9.80 9.64
7 jul 4.26 7.44 8.86 0.70 0.75 0.90 6.09 9.91 9.85
8 aug 4.42 7.59 9.39 0.75 0.80 1.00 5.90 9.48 9.39
9 sep 4.82 7.20 10.03 0.80 0.80 1.10 6.03 8.99 9.12
10 oct 4.95 8.41 11.23 0.80 0.80 1.10 6.19 10.51 10.21
11 nov 4.69 7.58 10.46 0.80 0.80 1.10 5.86 9.47 9.51
12 dec 4.49 7.44 10.19 0.80 0.80 1.10 5.61 9.30 9.26
7
SOAL II
ESTIMASI DATA HUJAN YANG HILANG
DAN UJI KONSISTENSI DATA
Data hujan seperti yang diperoleh dan dikumpulkan dari institusi pengelolaannya
perlu mendapatkan perhatian secukupnya. Beberapa kemungkinan kesalahan dapat
terjadi. Kesalahan atau kekurangan yang paling banyak di jumpai adalah tidak
lengkapnya data, banyaknya bagian-bagian data yang hilang atau rusak. Keadaan ini
untuk kepentingan tertentu dapat mengganggu. Misalnya pada suatu saat terjadi banjir,
sedangkan data hujan pada satu atau beberapa stasiun pada saat yang bersamaan tidak
tersedia (karena berbagai sebab). Keadaan demikian tidak terasa merugikan bila data
tersebut tidak tercatat pada saat yang di pandang tidak penting.
Menghadapi keadaan ini, terdapat dua langkah yang dapat dilakukan yaitu :
1. Membiarkan saja data yang hilang tersebut, karena dengan cara apapun data tersebut
tidak akan diketahui dengan tepat.
2. Bila dipertimbangkan bahwa data tersebut mutlak diperlukan maka perkiraan data
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang dikenal.
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui data yang hilang yaitu
1 n Anx
Dx di
n i 1 Ani
Dimana :
Dx = data tinggi hujan harian maksimum di stasiun x
n = jumlah stasiun di sekitar x untuk mencari data di x
di = data tinggi hujan harian maksimumdi stasiun i
Anx = tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun x
Ani = tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun sekitar x
8
hujan, dapat timbul non-homogenitas dan ketidaksesuaian, yang dapat mengakibatkan
penyimpangan dalam perhitungan.
Non-homogenitas ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
a. Perubahan letak stasiun
b. Perubahan system pendataan
c. Perubahan iklim
d. Perubahan dalam lingkungan sekitar
Uji konsistensi ini dapat diselidiki dengan cara membandingkan curah hujan
tahunan komulatif dari stasiun yang diteliti dengan harga komulatif curah hujan rata-rata
dari suatu jaringan stasiun dasar yang bersesuaian.
Pada umumnya, metode ini di susun dengan urutan kronologis mundur dan di
mulai dari tahun yang terakhir atau data yang terbaru hingga data terakhir.
Keterangan :
Data yang hilang pada stasiun A
Data yang hilang pada stasiun C
Data yang hilang pada stasiun D
9
MENCARI DATA YANG HILANG
TAHUN 2007 DI STASIUN C
10
MENCARI DATA YANG HILANG
TAHUN 2000 DI STASIUN D
Analisa
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
No. Tahun
Hujan A Hujan B Hujan C Hujan D 228,30
4 2000 278,0 278,2 241,8
5 2001 279,0 274 244 216,8
6 2002 234,0 249,6 221,6 196,4
7 2003 193,0 312,6 277,6 245,8
8 2004 239,0 279,3 243 220,8
9 2005 285,0 271,7 241,6 214,3
10 2006 271,0 247,3 219,2 193,9
11 2007 225,0 310,3 252,55 243,3
12 2008 204,0 277 240,6 218,1
RERATA 245,3 277,8 242,4 218,7
11
= 272,53 mm
Jadi data yang hilang di stasiun hujan A pada tahun 1999 adalah 272,53 mm
No. Tahun
12
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Hujan A Hujan B Hujan C Hujan D
1 2008 204,0 277 240,6 218,1
2 2007 225,0 310,3 252,55 243,3
3 2006 271,0 247,3 219,2 193,9
4 2005 285,0 271,7 241,6 214,3
5 2004 239,0 279,3 243 220,8
6 2003 193,0 312,6 277,6 245,8
7 2002 234,0 249,6 221,6 196,4
8 2001 279,0 274 244 216,8
9 2000 278,0 278,2 241,8 228,30
10 1999 272,5 311,5 276,4 244,5
11 1998 273,0 248,5 220,4 195,1
12 1997 282,0 272,9 242,8 215,5
13
3 2006 271,0 219,2 193,9 684,1
4 2005 285,0 241,6 214,3 740,9
5 2004 239,0 243 220,8 702,8
6 2003 193,0 277,6 245,8 716,4
7 2002 234,0 221,6 196,4 652,0
8 2001 279,0 244 216,8 739,8
9 2000 278,0 241,8 228,30 748,1
10 1999 272,5 276,4 244,5 793,4
11 1998 273,0 220,4 195,1 688,5
12 1997 282,0 242,8 215,5 740,3
14
4 2005 285,0 271,7 241,6 798,3
5 2004 239,0 279,3 243 761,3
6 2003 193,0 312,6 277,6 783,2
7 2002 234,0 249,6 221,6 705,2
8 2001 279,0 274 244 797,0
9 2000 278,0 278,2 241,8 798,0
10 1999 272,5 311,5 276,4 860,4
11 1998 273,0 248,5 220,4 741,9
12 1997 282,0 272,9 242,8 797,7
SOAL III
UJI KONSISTENSI DATA HUJAN
DI STASIUN A, B, C, DAN D
Uji konsistensi data
15
Ketelitian hasil perhitungan dalam ramalan Hidrologi sangat diperlukan, yang
tergantung dari konsistensi data itu sendiri. Dalam suatu rangkaian data pengamatan
hujan, dapat timbul non-homogenitas dan ketidaksesuaian, yang dapat mengakibatkan
penyimpangan dalam perhitungan.
Non-homogenitas ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
a. Perubahan letak stasiun
b. Perubahan system pendataan
c. Perubahan iklim
d. Perubahan dalam lingkungan sekitar
Uji konsistensi ini dapat diselidiki dengan cara membandingkan curah hujan
tahunan komulatif dari stasiun yang diteliti dengan harga komulatif curah hujan rata-rata
dari suatu jaringan stasiun dasar yang bersesuaian.
Pada umumnya, metode ini di susun dengan urutan kronologis mundur dan di
mulai dari tahun yang terakhir atau data yang terbaru hingga data terakhir.
16
UJI KONSISTENSI DATA DI STASIUN A TERHADAP B, C,
D
2000
1500
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Komulatif B, C, D,
17
1 2008 277 277,0 662,7 662,7
2 2007 310,3 587,3 720,9 1383,6
3 2006 247,3 834,6 684,1 2067,7
4 2005 271,7 1106,3 740,9 2808,6
5 2004 279,3 1385,6 702,8 3511,4
6 2003 312,6 1698,2 716,4 4227,8
7 2002 249,6 1947,8 652,0 4879,8
8 2001 274 2221,8 739,8 5619,6
9 2000 278,2 2500,0 748,1 6367,7
10 1999 311,5 2811,5 793,4 7161,1
11 1998 248,5 3060,0 688,5 7849,6
12 1997 272,9 3332,9 740,3 8589,9
4000
3500
3000
Komulatif B
2500
2000
1500
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Komulatif A, C, D
18
1 2008 240,6 240,6 699,1 699,1
2 2007 252,6 493,2 778,6 1477,7
3500
3000
2500
Komulatif C
2000
1500
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Komulatif A, B, D
19
4 2005 214,3 869,6 798,3 3045,3
5 2004 220,8 1090,4 761,3 3806,6
6 2003 245,8 1336,2 783,2 4589,8
7 2002 196,4 1532,6 705,2 5295,0
8 2001 216,8 1749,4 797,0 6092,0
9 2000 228,3 1977,7 798,0 6890,0
10 1999 244,5 2222,2 860,4 7750,4
11 1998 195,1 2417,3 741,9 8492,3
12 1997 215,5 2632,8 797,7 9290,0
3000
2500
Komulatif D
2000
1500
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000
Komulatif A, B, C
20
SOAL IV
CURAH HUJAN DAERAH
21
Rata-rata :
(1.46 + 1.92 + 2.69 + 4.50 + 2.98 + 5.00) ÷ 6 = 3.09 inchi
Stasiun Hujan
No. Tahun Jumlah Rerata
A B C D
1 1997 282,0 272,9 242,8 215,5 1013,2 253,30
2 1998 273,0 248,5 220,4 195,1 937,0 234,25
3 1999 272,5 311,5 276,4 244,5 1104,9 276,23
4 2000 278,0 278,2 241,8 228,3 1026,3 256,58
5 2001 279,0 274,0 244,0 216,8 1013,8 253,45
6 2002 234,0 249,6 221,6 196,4 901,6 225,40
7 2003 193,0 312,6 277,6 245,8 1029,0 257,25
8 2004 239,0 279,3 243,0 220,8 982,1 245,53
9 2005 285,0 271,7 241,6 214,3 1012,6 253,15
10 2006 271,0 247,3 219,2 193,9 931,4 232,85
11 2007 225,0 310,3 252,6 243,3 1031,2 257,79
12 2008 204,0 277,0 240,6 218,1 939,7 234,93
22
DENGAN METODE RATA-RATA HITUNG
(ARITMATIC MEAN)
1 1999 276,23
2 2007 257,79
3 2003 257,25
4 2000 256,58
5 2001 253,45
6 1997 253,30
7 2005 253,15
8 2004 245,53
9 2008 234,93
10 1998 234,25
11 2006 232,85
12 2002 225,40
1.Metode Thiessen
Metode Thiessen berusaha untuk mengimbangi tidak meratanya distribusi alat
ukur dengan menyediakan suatu faktor pembobot (weighting factor) bagi masing-masing
stasiun. Stasiun-stasiunya diplot pada suatu peta dan garis-garis yang menghubungkannya
digambar. Garis-garis bagi tegak lurus dari garis-garis penghubung ini membentuk
poligon-poligon di sekitar masing-masing stasiun. Sisi-sisi setiap poligon merupakan
batas luas efektif yang diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing-masing poligon
ditentukan dengan planimetri dan dinyatakan sebagai persentase dari luas total. Curah
hujan rata-rata untuk seluruh luas dihitung dengan mengalikan hujan pada masing-masing
stasiun dengan persentase luas yang diserahkannya dan menjumlahkannya. Hasilnya
biasanya lebih teliti daripada hasil-hasil yang diperoleh dari perata-perata aritmatik
sederhana.
Kendala terbesar dari metode ini adalah ketidakluwesannya . Suatu diagram
Thiessen baru selalu diperlukan setiap kali terdapat suatu perubahan dalam jaringan alat
ukurnya. Juga dalam metode ini tidak boleh ada pengaruh-pegaruh orografis. Metode ini
secara sederhana menganggap variasi hujan ialah lincar antara stasiun-stasiun dan
menyerahkan masing-masing segmen luas kepada stasiun yang terdekat.
23
Contoh penyelesaian merata-ratakan hujan dengan Metode Thiessen :
A 2,7119 0,50
B 2,1303 0,40
C 0,4658 0,09
D 0,0748 0,01
Jumlah : 5,3828 1,00
24
11 2007 112,5000 122,8045 21,8542 3,3809 260,5397
12 2008 102,0000 109,6257 20,8203 3,0307 235,4767
1 1999 286,8603
2 2000 275,8562
3 2005 273,9129
4 1997 273,0083
5 2001 272,2254
6 2007 260,5397
7 1998 256,6299
8 2004 254,1322
9 2003 247,6525
10 2006 245,8087
11 2002 237,6872
12 2008 235,4767
3. Metode Isohyet
Teknik ini dipandang paling baik, tapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian,
pengalaman, dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di daerah setempat.
Hasil penelitian juga menunnjukkan bahwa cara Isohyet lebih teliti, tetapi cara
perhitungannya memerlukan banyak waktu karena garis-garis isohyet yang baru perlu
ditentukan untuk setiap curah hujan. Metode Isohyet terutama berguna untuk mempelajari
pengaruh curah hujan terhadap aliran sungai terutama di daerah dengan tipe curah hujan
orografik.
Pada beberapa kasus, besarnya curah hujan di suatu tempat dapat diperkirakan dari
ketinggian tempat tersebut. Hal ini terutama lazim terjadi di daerah dengan tipe curah hujan
orografik. Di daerah ini, interval garis kontur dapat digunakan untuk membantu
memperkirakan posisi garis-garis dengan curah hujan yang sama besarnya (isohyet). Setelah
penentuan garis isohyet, kemudian dapat dihitung besarnya curah hujan rata-rata untuk
masing-masing fraksi isohyet, dan dengan demikian dapat diperkirakan curah hujan rata-rata
untuk seluruh DAS.
Tampak bahwa teknik isohyet mempunyai persyaratan yang lebih rumit
25
dibandingkan metode aritmatik atau poligon, olek karenanya apabila persyaratan tersebut
tidak terpenuhi, maka metode aritmatik dan terutama metode poligon lebih diutamakan.
Beberapa dari cara-cara untuk menghitung curah hujan daerah (area rainfall) telah
dikemukakan di atas. Meskipun cara yang terbaik belum diketahui, umumnya untuk
menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standart luas daerah sebagai berikut :
Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil, dapat diwakili oleh
sebuah alat ukur curah hujan.
Untuk daerah antara 250 ha-50.000 ha dengan 2 atau 3 titik pengamatan dapat digunakan cara
rata-rata. Jika dihitung dengan sebuah titik pengamatan, harus dipakai sebuah pedoman.
Untuk daerah antara 120.000-500.000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan yang
tersebar cukup merata dan dimana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi
topografi, dapat digunakan cara rata-rata aritmatik. Jika titik-titik pengamatan itu tidak
tersebar merata maka digunakan cara Thiessen.
Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 ha dapat digunakan cara Isohyet
26
Isohyet Luas yang * Luas Hujan Volume
Keterangan :
*
Di dalam batas cekungan
Metode Isohyet
tahun 1997
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 242,8 1,7847 433,32516
2 242,8 1,3572 329,52816
3 242,8 2,2409 544,09052
TOTAL 5,3828 1306,94384
Curah hujan Rata-
rata 242,8
tahun
1998
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 220,4 1,718 378,6472
2 220,4 1,458 321,3432
3 220,4 2,2068 486,37872
TOTAL 5,3828 1186,36912
27
Curah hujan Rata-
rata 220,4
tahun
1999
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 272,5 1,58 431,3675
2 276,4 2,90 800,45
3 276,4 0,90 249,81
TOTAL 5,3828 1481,63222
Curah hujan Rata-
rata 275,25
tahun
2000
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 241,8 0,98 237,10908
2 241,8 0,34 82,16
3 241,8 4,06 981,90
TOTAL 5,38 1301,17416
Curah hujan Rata-rata 241,73
tahun
2001
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 244 1,63 398,696
2 244 1,36 330,77
3 244 2,39 583,94
TOTAL 5,38 1313,4032
Curah hujan Rata-rata 244,00
28
tahun
2002
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 221,6 2,47 546,6872
2 221,6 1,76 390,02
3 221,6 1,15 254,84
TOTAL 5,38 1191,54
Curah hujan Rata-rata 221,60
tahun
2003
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 245,8 1,61 396,81952
2 277,6 0,96 265,33
3 277,6 2,81 780,78
TOTAL 5,38 1442,93
Curah hujan Rata-rata 268,06
tahun
2004
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 239 0,03 7,648
2 243 1,33 323,19
3 243 4,02 976,13
TOTAL 5,38 1306,97
Curah hujan Rata-rata 242,98
29
tahun
2005
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 241,6 1,61 389,50752
2 241,6 1,35 325,01
3 241,6 2,43 586,12
TOTAL 5,38 1300,63
Curah hujan Rata-rata 241,60
tahun
2006
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 219,2 1,70 371,7632
2 219,2 1,34 294,21
3 219,2 2,35 514,13
TOTAL 5,38 1180,11
Curah hujan Rata-rata 219,20
tahun
2007
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 243,3 1,91 464,703
2 252,55 0,55 138,90
3 252,55 2,92 737,70
TOTAL 5,38 1341,30
Curah hujan Rata-rata 249,27
tahun
2008
Isohyet curah Luas Volume
hujan Hujan
1 218,1 1,88 409,1556
2 240,6 1,99 477,83
3 240,6 1,52 366,19
TOTAL 5,38 1253,18
Curah hujan Rata-rata 232,76
30
Jadi berdasarkan perhitungan metode Poligon Thiessen, besarnya curah hujan daerah
(Area Rainfall) adalah sebagai berikut :
Hujan
Tahun Daerah
1997 242,80
1998 220,40
1999 275,25
2000 241,73
2001 244,00
2002 221,60
2003 268,06
2004 242,98
2005 241,60
2006 219,20
2007 249,27
2008 232,76
PERBANDINGAN PERHITUNGAN
METODE RATA-RATA HITUNG DAN
METODE THIESSEN
31
SOAL 5
Soal 5
Perhitungan Lengkung Debit
No H Q H2 H3 H4 H*Q H2*Q
Persamaannya adalah :
Q = a + b.h + c.H2
32
Q.H = a.H + b.H2 + c.H3
Q.H2 = a.H2 + b.H3 + c.H4
dari persamaan tersebut didapatkan :
420,600 = 1 a + 37,800 b + 120,500 c
1403,540 = 37,800 a + 120,500 b + 388,584 c
4722,150 = 120,500 a + 388,584 b + 1266,911 c
Persamaan 1 dan 3 :
37,800 a + 120,500 b + 388,584 c = 1403,540 * 3,188
120,500 a + 388,584 b + 1266,911 c = 4722,150 * 1,000
maka :
120,500 a + 384,134 b + 1238,740 c = 4474,248
120,500 a + 388,584 b + 1266,911 c = 4722,150 -
-4,450 b + -28,171 c = -247,902 ------- pers. 5
Persamaan 4 dan 5 :
1308,340 b + 4166,316 c = 14495,140 * 1,000
-4,450 b + -28,171 c = -247,902 * -293,982
maka :
1308,340 b + 4166,316 c = 14495,140
1308,340 b + 8281,779 c = 72878,865 -
- -
4115,463 c = 58383,725
c = 14,186
dari persamaan 5 :
-4,450 b + -28,171 c = -247,902
-4,450 b + -399,646 = -247,902
-4,450 b = 151,744
b = -34,097
33
c= 14,186
80
Lengkung Debit
70
60
50
Q (m3/dt)
40
30
20
10
0
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
H (m)
34
35