Cooling Tower Pada PUSRI
Cooling Tower Pada PUSRI
PT. Pupuk Sriwijaya (PT. Pusri) merupakan perusahaan milik negara yang
memproduksi pupuk terbesar di Indonesia dengan kapasitas Urea sebesar 1725
ton/hari dan Ammonia sebesar 1350 ton/hari. Dalam prosesnya, pembuatan pupuk
Urea PUSRI dilakukan dalam tiga unit pengolahan yaitu: Unit Utilitas, Unit
Ammonia, dan Unit Urea. Unit utilitas di PUSRI khususnya pada Dinas Operasi
P-IB terdiri dari: Water treatment, Demineralized water treatment, Cooling water
system, Plant Air dan Instrument Air, Steam System, Gas Matering Station,
Electric Power Generation System, dan Burning Pit.
Pabrik Amoniak dan Urea dari PT Pusri Palembang adalah industri dengan
sifat khusus sehingga memerlukan perlakuan tertentu untuk mematikan dan
menghidupkannya. Apabila pabrik harus dimatikan, diperlukan waktu selama 2
(dua) hari untuk proses mematikan dengan aman tanpa merusak peralatan dan
tanpa menimbulkan pencemaran karena terbuangnya gas amoniak dan carbamate.
Sedangkan untuk menghidupkan pabrik sampai berproduksi normal
(menghasilkan amoniak dan urea) diperlukan waktu 3 (tiga) hari.
Hal yang paling penting untuk dipahami adalah walaupun semua pabrik
amoniak dan urea di Pusri dimatikan, cooling tower harus tetap dalam keadaan
beroperasi (mustahil dimatikan) karena berfungsi sebagai pendingin udara
dan oil pada pembangkit listrik, serta sebagai pendingin peralatan yang digunakan
untuk menjaga kondisi tangki amonia. Apabila cooling tower dimatikan maka
pembangkit listrik akan padam dan tangki amonia tidak dapat dikondisikan karena
ketiadaan listrik dan cooling water. Hal ini akan berakibat terjadi venting
(pembuangan) amoniak dari tangki amonia secara besar-besaran yang akan
membahayakan kondisi lingkungan di seluruh Sumatera Selatan khususnya kota
Palembang. Efek dari bau amoniak tersebut sangat mungkin terbawa sampai ke
Jembatan Ampera dan seluruh wilayah Sumatera Selatan.
Cooling tower atau menara pendingin merupakan alat yang digunakan
untuk mendinginkan air proses dengan menggunakan bantuan media udara.
Jumlah panas yang dipertukarkan antara air dengan udara didalam cooling tower
pada kondisi aktual adalah 2.653.789.644 Btu/h. Cooling tower terbagi dalam 4
buah cell (ruangan). Tiap cell terdiri atas satu ID-fan yang berkekuatan 200 HP.
Baling-baling ID fan tersebut terbuat dari fiber glass. Suhu air pendingin
direncanakan 32,2oC (90oF) sedangkan air panas yang kembali 48,9oC (120oF).
Cooling tower atau menara pendingin akan menghasilkan cooling water
yang sangat penting fungsinya bagi suatu pabrik. Adanya gangguan pada
cooling water akan menyebabkan terjadinya pengurangan produksi, atau
mengakibatkan kerusakan alat baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, cooling water system harus dikontrol dengan sebaik-baiknya, minimal mampu
beroperasi tanpa adanya gangguan selama satu sampai dua tahun.
Sistem pendinginan di cooling tower yaitu cooling water yang telah
menyerap panas fluida proses pabrik akan dialirkan kembali ke cooling tower
untuk didinginkan. Air dialirkan ke bagian atas cooling tower kemudian
dijatuhkan ke bawah dan akan kontak dengan aliran udara yang dihisap oleh
induce draft (ID) fan. Akibat kontak dengan aliran udara, terjadi proses
pengambilan panas dari air oleh udara dan juga terjadi proses penguapan sebagian
air dengan melepas panas laten yang akan mendinginkan air yang jatuh ke bawah.
Air yang telah menjadi dingin tersebut dapat ditampung kemudian akan
dtampung di dalam basin dan dapat dipergunakan kembali sebagai cooling water.
Air dingin dari basin dikirim kembali ke pabrik dengan menggunakan pompa
sirkulasi cooling water. Akibat adanya proses penguapan air di basin, cooling
water harus ditambahkan air make up untuk menggantikan air yang hilang.
Sistem air pendingin atau cooling water didapat dari alat yang terutama
terdiri dari menara pendingin dan bak penampung, pompa-pompa air pendingin,
sistem injeksi bahan-bahan kimia seperti phosphat, asam sulfat, dan ID fan
(Induced Draft Fan). Menara pendingin atau cooling tower adalah buatan
ECODYNE. Menara pendingin tersebut terdiri atas suatu kerangka yang
terbuat dari redwood dan terletak di bagian atas sebuah bak beton.
Sistim air pendingin (cooling water) merupakan suatu sistem pengolahan
air yang menyediakan air pendingin dengan kualitas dan kuantitas tertentu yang
digunakan untuk pendinginan fluida proses di pabrik. Terdapat beberapa macam
tipe sistim air pendingin, ada yang open recirculating system dan closed
recirculating system. Sistem open recirculating ini banyak digunakan oleh pabrik
yang berada dekat dengan sumber air tawar atau jauh dari laut, misalnya PT.
Pupuk Kujang, PT. PUSRI, Pabrik kertas Leces, PT. BOC, dll. Air tawar yang
berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai make-up cooling tower setelah
sebelumnya dilakukan treatment (sedimentasi dan koagulasi) terlebih dahulu. Air
tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-proses di dalam pabrik.
Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di cooling tower
untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Untuk menjaga kualitas
air, misalnya agar tidak terdapat algae/bacteria dan pengendapan (scaling), maka
perlu diinjeksikan beberapa jenis chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga
melalui mekanisme make-up dan blow-down. Spesifikasi material untuk peralatan
yang menggunakan air tawar tidak perlu sebagus peralatan yang menggunakan air
laut, karena air tawar lebih tidak korosif dibandingkan dengan air laut.
Sistem cooling water di PUSRI menggunakan tipe open recirculating
cooling water. Cooling water yang telah menyerap panas proses pabrik melalui
HE kemudian akan dialirkan kembali ke cooling tower untuk didinginkan. Air
dialirkan ke bagian atas cooling tower kemudian dijatuhkan ke bawah dan akan
kontak dengan aliran udara yang dihisap oleh Induce Draft (ID) Fan. Akibat
kontak dengan aliran udara terjadi proses pengambilan panas dari air oleh udara
dan juga terjadi proses penguapan sebagian air dengan melepas panas latent
yang akan mendinginkan air yang jatuh ke bawah. Air yang telah menjadi dingin
tersebut dapat ditampung di basin dan dapat dipergunakan kembali sebagai
cooling water. Cooling water dialirkan ke cooler-cooler diproses pabrik
menggunakan pompa cooling water.
Pada sistem sirkulasi terbuka, kondisi cooling water sangat dipengaruhi
oleh panas laten/panas penguapan (evaporasi). Kira-kira 1000 Btu panas akan
hilang dari setiap pound penguapan air atau dapat dikatakan bahwa setiap
perbedaan temperature 10oF (5oC) akan menguapkan 1% dari kapasitas
sirkulasinya. Karena yang teruapkan air murni maka mineral-mineral didalam air
sirkulasi akan tetap tinggi, sehingga lama-kelamaan mineralnya akan meningkat
bila dibandingkan dengan make up water. Tingkat kepekatan inilah yang disebut
Cycle of Concentration atau Cycle Number (N). Cycle Number adalah suatu harga
untuk mengetahui perubahan kualitas air selama proses sirkulasi dan tentu saja
menunjukkan metode yang efektif didalam pengelolaan cooling water system.
Cycle Number dipengaruhi oleh beberapa variable yaitu volume make up water
(M), evaporation loss atau kehilangan karena penguapan (E), dan blow down loss
kehilangan karena blow down (B). Dan hubungan dari variable tersebut adalah :
M =E+B …(1)
Cycle Number (N) adalah :
M
N= …
B
(2)
Kehilangan chemical karena Blow down bisa diketahui dari rumus :
K=BxD …(3)
Keterangan : K : Konsumsi kemikal
B : Besarnya Blow down (m3/jam)
D : Dosis chemical (ppm)
Cooling water control system adalah usaha-usaha untuk menjaga kualitas
dan kuantitas dari cooling water sesuai parameter desain yang telah ditetapkan.
Kuantitas cooling water ditentukan oleh kondisi mechanical seperti pompa,
opening valve, tekanan yang mempengaruhi flow cooling water. Sedangkan
kualitas cooling water ditentukan oleh chemical treatment yang dilakukan.
Bahan kimia yang diinjeksikan bertujuan untuk mencegah korosi
(Corrotion inhibitor). Korisi adalah suatu peristiwa perusakan terhadap air yang
diakibatkan oleh adanya reaksi kimia atau reaksi elektrokimia. Untuk menghindari
terjadinya peritiwa korosi ini maka diinjeksikan bahan kimia yang dapat melapisi
permukaan metal dan membentuk lapisan pasive (protective film) agar terhindar
dari pengaruh korosi atau dapat menurunkan laju kecepatan korosi.
Bahan kimia ini berupa cairan yang terdiri dari orto-phospat, poly-
phospat, dan zinc dengan perbandingan tetentu diinjeksikan ke dalam cooling
water system dengan perbandingan tertentu dan berfungsi membentuk film
passive di permukaan logam dengan tujuan menghambat atau mencegah
terjadinya oksidasi logam Fe oleh O2 yang menyebabkan terjadinya korosi.
Pembentukan film pasive terdiri dari dua jenis, yaitu :
1) Lapisan Anodik
Fe + o-PO4 g Fe2O3
2) Lapisan Katodik, berupa endapan terkontrol dari:
Ca + o-PO4 Ca-o-PO4
Ca + p-PO4 Ca-p-PO4
Ca + CO3 CaCO3
Zn + PO4 ZnPO4
Selain bertujuan untuk mencegah korosi, bahan kimia yang diijeksikan
juga memiliki tujuan lain yaitu untuk mencegah terjadinya kerak (Scale inhibitor).
Scale atau kerak tersebut terjadi dikarenakan adanya endapan yang terdeposit di
permukaan metal. Endapan ini dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu
mineral scale yaitu pengendapan garam-garam kristal apabila daya kelarutannya
dilampaui (misalnya : garam-garam Ca, Mg, SiO 2), suspended matters yaitu
partikel-partikel asing yang masuk ke dalam sistem karena terbawa udara
(misal : debu-debu), corrosion product yaitu hasil sampingan dari proses korosi
yang tidak larut dalam air. Adanya scale atau kerak dalam permukaan pipa akan
menyebabkan:
1) Mengganggu perpindahan panas (heat transfer)
2) Menyebabkan penyumbatan pipa
3) Menyebabkan korosi
Untuk menghindari terbentuknya suatu pengendapan yang berupa garam
Ca atau garam kalsium, maka untuk itu diperlukan suatu injeksi scale inhibitor
berupa dispersant. Terbentuknya kerak atau scale ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu yang pertama adalah karena pH dimana semakin tinggi
suatu pH maka akan semakin mudah untuk terjadinya pengendapan. Kemudian
yang kedua adalah temperatur dimana semakin tinggi temperaturnya maka
kelarutan garam dari kalsium karbonat akan semakin turun, sehingga berpotensi
terjadi suatu pengendapan. Dan yang ketiga adalah flow rate, dimana semakin
rendah flow rate maka akan memperbesar kesempatan pengendapan.
Tujuan lainnya pada injeksi bahan kimia adalah untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme (biocide). Sistem air pendingin khususnya jenis
open recirculation merupakan lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Mikroorganisme dapat menimbulkan lendir atau slime yang
berwarna coklat kehitaman yang menempel pada permukaan pipa.
Jika slime terbentuk, maka hal ini dapat mengurangi efek dari pencegahan
korosi dan dapat menurunkan efisiensi dari cooling water atau air pendingin.
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri/mikroorganisme, diinjeksikan gas chlorine
yang akan mampu membunuh hampir semua jenis mikroba yang ada. Disamping
bakteri, Cl2 juga mampu menghilangkan fungi/jamur, alga/ganggang, dan lumut.
1) Biodispersant adalah suatu campuran bahan kimia poly electrolite yang
berupa cairan dan berfungsi sebagai disinfektan (pembunuh bakteri an-
aerob) dan juga mendispersikan slime yang terbentuk didalam sistim.
2) Oxiding biocide yang berfungsi untuk mengendalikan laju pertumbuhan
mikroorganisme (bakteri) di sistim air pendingin. Oxiding biocide dapat
berupa chlorine (Cl2) dan active Brom (NaBr).
Air untuk pengisian dan air untuk penambah (make up water) dari pada
cooling tower dipompa dari tanki filter water dengan pompa-pompa air make up
cooling tower. Level control secara otomatis memasukkan air make up ke dalam
bak menara pendingin (cooling tower) untuk menjaga agar tinggi permukaan air
dalam bak tersebut tetap. Sebuah low level alarm akan memberi peringatan pada
panel control Ammonia Plant dan utility plant, bila terdapat permukaan rendah
dalam bak menara pendingin, air make-up diperlukan guna mengimbangi
kehilangan akibat penguapan dan tetesan-tetesan air yang terbawa oleh udara.
Pada saat cooling water dijalankan untuk pertama kali sehabis turn around, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Water treatment plant sudah service dan operasi normal.
2) Start pompa make-up cooling tower.
3) Isi basin sampai level yang dikehendaki.
4) Yakinkan power listrik sudah tersedia.
5) Yakinkan sumber steam MS dan LS tersedia.
6) Start pompa cooling water yang digerakkan motor, lakukan flushing line
CW dan HW (reference prosedur Teknik Proses).
7) Lakukan pasivasi cooling water system dengan injeksi corrosion inhibitor
(PO4) high dosis (reference prosedur Teknik Proses dan Vendor).
Sebelum cooling water di shutdown untuk pelaksanaan TA, maka perlu
diperhatikan urutan-urutan sebagai berikut :
1) Stop injeksi bahan kimia (sekitar 24 jam sebelum shut down).
2) Stop salah satu pompa sirkulasi cooling water (pelayanan 1 pompa).
3) Stop ID Fan satu persatu.
4) Tutup supply make-up ke Basin.
5) Tutup BV discharge pompa sirkulasi bila diperlukan.
6) Tutup BV exhaust vakum turbin.
7) Blow down Basin, kosongkan bila diperlukan.
Terdapat beberapa tipe cooling tower yang sering dipakai di industri,
diantaranya yaitu :
1) Aliran Lawan Arah Jujut Mekanis (Counter Flow - Mechanical Draft).
Tipe cooling tower ini yang dipakai di pabrik Utilitas P-IB.
2) Aliran Silang Jujut Mekanis (Cross Flow -Mechanical Draft). Tipe
cooling tower jenis ini dipakai di pabrik Utilitas dan Urea P-II/III/IV.
3) Aliran Lawan Arah Jujut Alami (Counter Flow – Natural Draft).
4) Aliran Silang Jujut Alami (Cross Flow – Natural Draft).
5) Aliran Lawan Arah Jujut Mekanis (Counter Flow - Mechanical Draft).
Gambar 1. Tipe Cooling Tower Counter Flow-Mechanical Draft
(Sumber : Ismanto, 2009)