Anda di halaman 1dari 11

1.

Latar Belakang Jurnal

Kepuasan pasien adalah kriteria yang paling penting untuk mengukur kualitas
perawatan, karena kualitas perawatan tergantung pada tingkat kepuasan pasien. Kepuasan
pasien dianggap penting sebagai faktor dalam perawatan medis. Kepuasan pasien yang
dihasilkan dari asuhan keperawatan meningkatkan tingkat kepatuhan terhadap terapi obat dan
perawatan pasca keluar dari rumah sakit. Cara meningkatkan tingkat kepuasan di antara
pasien hanya dapat dipenuhi melalui interaksi yang lebih baik antara pasien dan perawat
dengan peningkatan keterlibatan perawat, pemberian perawatan berkelanjutan, kompetensi
perawat, dan komunikasi yang baik.
Peran perawat yang mempunyai kontak dengan pasien lebih dekat daripada staff
medis lain, mungkin mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien. Memberikan perawatan
suportif adalah salah satu tugas utama perawat, yang biasanya juga merupakan salah satu
sumber utama dukungan untuk pasien dan keluarga mereka selama sakit dan stress.
Perawatan suportif terdiri dari satu set intervensi terapeutik umum dan spesifik yang
diberikan oleh perawat, ditujukan untuk perawatan dan dukungan pasien.
Terapi Electroconvulsive (ECT) adalah salah satu metode terapi utama untuk pasien
dengan gangguan mental berat. Setiap tahun, sekitar 100.000 pasien di AS dan lebih dari satu
juta pasien di seluruh dunia menerima ECT. Dengan efisiensi ECT yang tinggi, metode terapi
ini dianggap berguna dan efektif. Aplikasi ECT selamat ini telah dibatasi dikarenakan
kurangnya penerimaan public terhadap aspek social, politik dan hokum yang berlekanjuta
terhadap metode ECT ini. Berdasarkan studi, 90% opini tentang ECT ini diungkapkan oleh
pasien penerima metode ECT dan hasilnya ada kesalahpahaman didalamnya. Akibatnya,
penggunaan metode ini dikaitkan dengan kesalahpahaman dan stigma, yang mengarah ke
kepuasan yang lebih rendah. Juga, pandangan media yang tidak realistis terhadap ECT dan
kurangnya pelatihan yang tepat yang diperlukan untuk menghilangkan kesenjangan antara
pemalsuan dan kenyataan adalah alasan lain yang berkontribusi terhadap pengurangan
kepuasan.
Pasien dengan kepuasan yang lebih rendah biasanya tidak melihat nasihat medis dan
jarang dilatih, mereka juga tidak memiliki kontrol atas perilaku mereka dan imbasnya rawat
inap yang berkelanjutan (lebih lama). Dengan adanya fenomena tersebut, sangat penting
untuk mempertimbangkan kepuasan pasien dan mengembangkan standar untuk
meningkatkan kepuasan pasien. Studi yang dilakukan di Iran pada pasien yang menerima
ECT sebagian besar terfokus pada efisiensi dan komplikasi saja. Bidang-bidang seperti
kepuasan sebelum, selama, dan setelah perawatan keperawatan psikiatri ECT dan pelatihan
telah diabaikan, hal tersebut dapat mengakibatkan ketakutan, kekhawatiran dan
ketidakpuasan mengenai ECT. Juga, belum ada studi yang ditemukan mengenai efek
perawatan suportif pada tingkat kepuasan pada pasien yang menerima ECT.

2.Topik jurnal
Kepuasan pasien adalah salah satu kriteria dari kualitas dalam perawatan,karana kualiatas
pelayanan kesehatan yang diberikan baik maka meningkatnya kepuasaan pasien
tersebut.Dalam kepuasaan pasien tercipta dari komunikasi yang baik antara perawat atau
tenaga kesehatan dengan pasien yang diperiksa.Pasien merasa puas dengan pelayaanan
kesehatan yang diberikan dilihat dari peningkatan kepatuhan pengobatan yang diberikan dan
perasaan yang puas terhap perawatan yang diberikan sebelum pulang. Kurangnya kepuasaan
pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan akan berpengaruh pada perasaan
kecemasan dan mental pasien pada tenaga kesehatan terutama perawat.Jadi dalam jurnal ini
untuk mengurangi kecemasan dan penurunan mental terhadap ketidak puasaan pelayanan
kesehatan perawat menggunankan terapi electroconvulsiv(ECT).Apabila terapi ECT tidak
dilakukan maka kecemasan pasien terhadap kepuasaan pelayanan kesehatan akan
meningkat.Jadi Terapi ECT sangat cocok diberikan pada pasien yang mengalami kecemasan
berat.

3.TUJUAN
• Bertujuan untuk menentukan pengaruh perawatan keperawatan suportif pada
kepuasan pasien yang menerima ECT.
• Penelitian ini ingin menunjukkan pentingnya menyediakan perawatan yang tepat
untuk meningkatkan tingkat kepuasan pada pasien.

4.METODE PENELITIAN
a. Sampel penelitian
Penelitian ini adalah uji klinis acak yang dilakukan di rumah sakit jiwa Baharan,
yang bernaung pada Zahedan University of Medical Sciences, Zahedan, Iran.
Penelitian ini dilakukan mulai Juli hingga Agustus 2013. Penelitian dimulai setelah
menerima surat pengantar dari Deputi Penelitian dan persetujuan komite etika
Universitas Tabriz Ilmu Kedokteran, Tabriz, Iran. Rumah sakit jiwa Baharan dengan
5 bangsal dan 80 tempat tidur adalah satu-satunya rumah sakit pemerintah, rujukan,
dan khusus di Iran tenggara. Penelitian ini juga terdaftar di Registry of Clinical Trials
Iran dengan kode IRCT201306036834N6.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menerima ECT selama atau setelah
penelitian. Kriteria inklusi adalah usia ≥ 18 tahun, mempunyai kemampuan membaca
dan menulis, tidak ada gangguan fisik yang dapat menyebabkan gangguan kognitif,
tidak ada gangguan kognitif dan gangguan persepsi realitas. Kriteria eksklusi
mengalami gejala psikosis akut, menarik diri dari penelitian, dan menerima kurang
dari 4 sesi ECT.
Untuk menentukan ukuran sampel, studi percontohan dilakukan pada 24 pasien yang
menerima ECT, yang memiliki kriteria inklusi. Mempertimbangkan α = 0,05, daya =
0,9, dan berdasarkan perbedaan rata-rata dan standar deviasi setelah dan sebelum
intervensi (rata-rata ± SD sebelum intervensi adalah 24,33 ± 2,42 dan setelah
intervensi 0,5 ± 4,54), 30 subjek diperkirakan untuk setiap kelompok berdasarkan
rumus ukuran sampel (Z1-α / 2 = 1,96 dan Z1-β = 1,28).

Dengan mempertimbangkan kemungkinan pengurangan subjek, 35 pasien


dialokasikan untuk setiap kelompok, sehingga terdapat total 70 pasien yang
memenuhi syarat dalam penelitian. Sebanyak 186 pasien dinilai untuk kelayakan
dengan metode convenience sampling. Dari 186 pasien, hanya 70 pasien yang
memenuhi syarat (98 pasien tidak memenuhi kriteria inklusi dan 18 pasien menolak
untuk berpartisipasi).
Kemudian, melalui metode alokasi acak sederhana, 35 pasien dimasukan dalam
kelompok intervensi dan 35 untuk kelompok kontrol (Gambar 1).
b. Instrument penelitian
Instrument penelitian ini adalah instrument yang digunakan untuk menilai
demografi dan instrument untuk menilai tingkat kepuasan pasien . Instrument pertama
mencakup informasi demografis seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
tingkat Pendidikan. Sedangkan instrument tingkat kepuasan menggunakan kuesioner
kepuasan Webster (dari perawatan yang diterima) yang terdiri dari 15 item, 10 item
mengevaluasi kepuasan umum dari layanan yang diterima, dan 5 item (2-5, 14) skor
tingkat kepuasan pasien dari intervensi selama kecemasan. Frase penilaian ditetapkan
sebagai berikut: 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral, 4) setuju, dan 5)
sangat setuju. Setiap skor pasien antara 1 dan 5. Jumlah nilai dari 15 frase ini
mewakili skor keseluruhan, berkisar antara 15 hingga 125. Semakin tinggi skor rata-
rata, semakin tinggi kepuasan pasien terhadap perawatan yang diterima.
Koefisien reliabilitas untuk kuesioner diukur menjadi 0,93. Dalam penelitian ini,
validitas terjemahan dan konsep dibandingkan dengan teks asli Inggris, setelah
diterjemahkan ke bahasa Persia. Kemudian, kuesioner diberikan kepada 10 anggota
fakultas Tabriz University of Medical Sciences, Tabriz, Iran dan setiap koreksi yang
diperlukan diterapkan setelah menerima pendapat mereka. Reliabilitas Cronbach α
ditentukan pada 0,80. Keandalan ditentukan dari aspek reproducibility (korelasi antar
kelas) sebesar 0,80 berdasarkan pretest dan posttest yang dilakukan pada 24 subjek.
c. Design penelitian
Untuk melakukan penelitian, para peneliti memberikan beberapa informasi
mengenai penelitian kepada pasien sukarelawan yang memenuhi syarat yang
diharapkan untuk menerima ECT. Kemudian, pasien melakukan informed consent
tertulis dan subjek secara acak dialokasikan ke dalam kelompok intervensi dan
kontrol. Pertama, pretest tingkat kepuasan ditentukan melalui kuesioner dan subyek
dengan kepuasan yang lebih rendah atau normal dipilih untuk penelitian. Perawat
untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol berbeda. Perawatan keperawatan
suportif diberikan kepada kelompok intervensi oleh perawat yang tertarik untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Para perawat telah dilatih keterampilan eksekutif
berdasarkan buklet yang disediakan oleh peneliti seminggu sebelum dimulainya
penelitian. Untuk mengevaluasi kegunaan pelatihan, umpan balik perawat diperoleh
melalui kuesioner pretest dan posttest yang dirancang sesuai dengan buku pegangan.
Perbedaan antara nilai tes lebih dari 50%. Buku pegangan dipilih dari artikel terkait,
buku referensi, dan jurnal, mempertimbangkan tujuan penelitian.
d. Intervensi
Intervensi diberikan pada akhir sesi ECT, yang setidaknya 4 sesi. Sesi biasanya
dimulai sekitar jam 9 pagi setiap hari. Intervensi dilakukan dari 12 jam sebelum
hingga 6 jam setelah menerima ECT. Intervensi terdiri dari komunikasi yang tepat
dengan pasien dan memberikan perawatan suportif dalam aspek informasi, emosional
dan fisik seperti memberikan informasi kepada pasien, mendorong pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, mengevaluasi keyakinan dan ketakutan negatif pasien,
mendukung pasien untuk memutuskan ECT, menjelaskan alasan menggunakan ECT,
keuntungan dan kerugiannya, menjelaskan tanggung jawab anggota kelompok medis,
dan menjawab pertanyaan sebelum, selama, dan setelah menerima ECT. Selain itu,
intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan perawatan fisik seperti menjaga
pasien puasa, pengosongan kandung kemih, mengambil perhiasan, melepas ornamen
logam, membuat venipuncture yang tepat, dan merawat pasien dalam hal cacat
kognitif pasca-ECT.
Perawatan dan pelatihan umum seperti memastikan pasien berpuasa, pengosongan
kandung kemih, dan mengambil perhiasan dan ornamen logam dilakukan oleh
perawat kelompok kontrol. Pada akhir sesi ECT terakhir, kepuasan pasien ditentukan
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dan untuk menghindari faktor defek
kognitif pasca-ECT, kuesioner diselesaikan 6 jam setelah menerima ECT.
e. Analisis data
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS ver.15.0
(SPSS Inc., Chicago, Illinois, AS). Karakteristik peserta dan tingkat kepuasan
digambarkan dengan statistik deskriptif seperti frekuensi, tingkat, rata-rata, dan
standar deviasi. Selain itu distribusi normal data pada kedua kelompok dalam variabel
kepuasan yang dikonfirmasi oleh uji Kolmogorov-Smirnov. Uji t sampel independen
dilakukan untuk membandingkan skor kepuasan sebelum dan sesudah intervensi pada
kedua kelompok (uji t sampel berpasangan) dan untuk membandingkan perbedaan
kepuasan berarti dari kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi. Nilai P kurang
dari 0,05 dianggap sebagai signifikan dalam penelitian ini.

5.Hasil
Untuk membandingkan informasi demografis, seperti jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan, tes Chisquared menunjukkan hasil
yang sama untuk kedua kelompok. Hasil dari uji t independen menunjukkan
perbedaan tidak signifikan pada rata-rata usia antara intervensi dan kelompok kontrol.
Informasi demografi dari kedua kelompok ditunjukkan pada Tabel 1.
Hasil dari uji t berpasangan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor
kepuasan rata-rata dari kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi. Tes ini
juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor kepuasan rata-rata dari
kelompok kontrol, sebelum dan sesudah intervensi (Gambar 2). Hasil uji t independen
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata kepuasan dari
intervensi dan kelompok kontrol, sebelum intervensi. Namun, hasil tes ini
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor kepuasan rata-rata dari dua
kelompok, setelah intervensi (Tabel 2)
Hasil analisis uji Levene menunjukkan kesamaan varian dependen dalam dua
kelompok penelitian, dan berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov data yang
digunakan sebagai standar dalam analisis kovarian (ANCOVA). Hasil tes ANCOVA
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata kepuasan dari kedua
kelompok setelah intervensi. Mempertimbangkan efek variabel demografi seperti
usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan pekerjaan, ada perbedaan yang
signifikan antara skor rata-rata kepuasan dari kedua kelompok setelah intervensi yang
berarti perawatan keperawatan suportif dapat meningkatkan tingkat kepuasan.

Diskusi
Membandingkan skor kepuasan rata-rata dari kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pasien sebelum dan sesudah
intervensi. Namun, skor kepuasan rata-rata dari kelompok intervensi meningkat cukup
signifikan dan sebaliknya, menurun pada kelompok kontrol. Peningkatan kepuasan
rata-rata setelah menerima ECT pada kelompok intervensi mungkin karena fakta
bahwa pasien diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaan mereka,
memberikan informasi yang tepat dari referensi mengenai prosedur ECT, dan
pelatihan yang bermanfaat. Hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa memberikan
perawatan suportif tentang informasi, emosional, dan fisik dapat memiliki efek positif
pada pasien yang menerima ECT. Penelitian lain tentang tingkat kepuasan dari ECT
di antara pasien dan keluarga mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kepuasan mengenai ECT di antara kerabat pasien lebih tinggi daripada pasien itu
sendiri. Peserta juga mengeluhkan kurangnya informasi sebelum menerima ECT,
takut ECT, dan gangguan kognitif berkelanjutan.
Hasil penelitian saat ini menunjukkan pentingnya kepuasan dan faktor yang
diidentifikasi menyebabkan ketidakpuasan pada pasien yang menerima ECT. Efek
positif yang mendukung asuhan keperawatan pada aspek informasi, emosional, dan
fisik dari variabel ini juga ditunjukkan.
Sienaert dkk. juga melakukan penelitian tentang tingkat kepuasan setelah menerima
ECT dan hubungannya dengan variabel yang terkait dengan pengobatan seperti
gangguan memori, dan juga variabel yang terkait dengan pasien seperti tingkat
depresi dan emosi negatif. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tingkat
komplikasi pasca perawatan dan pemberian perawatan suportif berdasarkan gejala
merupakan faktor terpenting yang terkait dengan tingkat kepuasan. Dalam penelitian
saat ini, memberikan perawatan suportif dalam 3 aspek yang disebutkan di atas
mengurangi komplikasi mental yang terkait dengan metode terapeutik ini dan juga
menunjukkan pentingnya kepuasan pasien.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa faktor yang paling tidak memuaskan
mengenai asuhan keperawatan adalah tingkat tangibilitas, reliabilitas, akuntabilitas,
jaminan, dan empati, yang harus ditingkatkan. Memberikan perawatan suportif
tersebut dikaitkan dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi pada pasien yang
menerima ECT.
Studi yang dilakukan pada pasien yang menerima ECT sebagian besar berfokus pada
komplikasi fisik yang terkait dengan metode terapeutik dan efek perawatan dan
pelatihan pada tingkat kepuasan dievaluasi. Pelatihan yang disediakan dalam
penelitian ini kompatibel dengan perhatian pendukung informasi dan fisik, sementara
mengurangi komplikasi fisik hasil dari metode terapi ini diterapkan secara efisien.
Penelitian saat ini mengevaluasi efek perawatan suportif pada tingkat kepuasan dan
menunjukkan bahwa itu dapat meningkatkan tingkat kepuasan pada pasien yang
menerima ECT.
Akhoondeh et al mengevaluasi efek pelatihan pada kesadaran dan status kognitif
pasien yang menerima ECT. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pelatihan
sebelum ECT dapat mempengaruhi status kognitif pasien. Pasien yang diberitahu
mengenai keuntungan, prosedur, dan komplikasi sementara dari metode terapi ini,
memiliki status kognitif yang lebih baik. Perawatan suportif diberikan oleh perawat
terlatih dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pada kelompok intervensi
tinggi. Dalam laporan ini, peran penting perawatan keperawatan suportif dikaji dan
hasilnya menunjukkan efek positif dari dukungan ini pada kepuasan yang terkait
dengan ECT.
Studi mengenai peran penting perawatan suportif dalam penurunan gejala gangguan
mental. Mengevaluasi efek perawatan emosional yang mendukung pada tingkat
kecemasan dan depresi menunjukkan bahwa perawatan emosional yang suportif
memainkan peran yang lebih penting daripada dukungan instrumental dalam
gangguan mental. Hasil penelitian mereka kompatibel dengan penelitian saat ini
mengenai dukungan emosional.
Hasil dari penelitian jurnal ini menunjukkan bahwa perawatan yang mendukung
meningkatkan kepuasan pasien ketika menerima ECT. Mempertimbangkan tingginya
prevalensi gangguan mental dan beban psikologis besar yang terkait, dan mengingat
efisiensi tinggi ECT. Tetapi ada hal yang menyebabkan ketidakpuasan pasien
mengenai metode terapeutik ini, dan hal ersebut dikaitkan dengan kegagalan
mengikuti kegiatan teraputik serta hilangnya rasa kepercayaan diri untuk
mengendalikan perilaku dirumah. Memberikan intervensi suportif tampaknya sangat
penting salah satunya perawat memiliki keterampilan komunikasi dan interaksi
dengan pasien untuk meningkatkan kepuasan pasien.

6.APLIKASI DI INDONESIA
• Dari hasil yang didapat jurnal, perawat perlu mengkaji tentang pengetahuan pasien
sebelum menerima ECT, ketakutan akan melakukan ECT,dan gangguan kognitif yang
berkelanjutan. Perlu pula dilakukan perawatan suportif emosional, aspek fisik dan
edukasi untuk mengurangi komplikasi mental terkait dengan metode terapeutik ECT
dan juga mengkaji respon pasien.
• Hasil juga menunjukkan bahwa faktor paling tidak memuaskan mengenai asuhan
keperawatan adalah keandalan, akuntabilitas, jaminan, empati serta sikap kepedulian
perawat pada pasien. Maka perlu dilakukan pelatihan sebelum ECT sehingga dapat
mempengaruhi status kognitif pasien. Pasien yang diedukasi mengenai kelebihan,
prosedur, dan komplikasi tindakan memiliki tingkat kognitif yang lebih baik.
• Intervensi ini cukup mudah untuk diterapkan oleh perawat. Perawat dapat
memberikan perawatan dan dukungan khusus untuk pasien yang menerima ECT
melalui pelatihan perawat jaga, motivasi, partisipasi melalui program promosi, dan
kerja sama dengan manajemen. Penyediaan konten pendidikan bagi perawat dapat
mendukung intervensi ECT.

Anda mungkin juga menyukai