Anda di halaman 1dari 23

MODUL 2

PROSES PENELITIAN

 Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah


Penelitian
 Penyusunan Landasan Teoritis Penelitian
 Hipotesis Penelitian
 Variabel Penelitian : Identifikasi, Klasifikasi dan
Defenisi Operasional

KOMPETENSI KHUSUS :

Setelah mengikuti kuliah materi bahasan ini, mahasiswa


dapat :

 Menjelaskan secara benar batasan masalah; sumber-


sumber yang dapat dieksploitasi untuk menemukan
masalah penelitian; cara memilih serta merumuskan
masalah penelitian.
 Menjelaskan secara benar cara menyeleksi kepustakan
dan penyusunan landasan teoritis penelitian.
 Menjelaskan secara benar batasan dan Jenis serta cara
Perumusan Hipotesis Penelitian.
 Menjelaskan secara benar batasan variabel, cara
mengidentifikasi variabel, klasifikasi dan pemberian
defenisi operasionalnya.

ALOKASI WAKTU : 3 X 100 MENIT


2

PENDAHULUAN

Didalam bagian awal modul bahan ajar ini, akan disajikan uraian tentang proses
penelitian suatu kerangka umum, yakni langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
seseorang dalam melakukan penelitian. Apa yang disajikan disini hanyalah merupakan
alternatif, bukan satu-satunya dan diharapkan dapat memberi tuntunan atau panduan
kepada mahasiswa dalam menyusun perencanaan dan melakukan pelaksanaan
penelitian. Penyajian cakupan materi diusahakan terspesifikasi dalam konteks atau
lingkup agroteknologi/budidaya pertanian.
Jika dijabarkan lebih lengkap tentang batasan penelitian perhatikan di depan, maka
defenisi penelitian adalah :usaha sadar manusia yang terencana dengan pentahapan
proses sistimatis untuk : a. memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di
lapang dan atau b. menambah kekayaan khazanah ilmu pengetahuan, baik berupa
penemuan teori/hipotesis baru atau penyempurnaan dan mendobrak teori atau hipotesis
yang sudah ada. Rangkaian langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling
mendukung satu sama lainnya, agar penelitian yang dilakukan tersebut mempunyai
bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan.
Penekanan tersebut dibuat, karena mahasiswa dengan berbagai alasan sering
menunjukkan kekurangseriusan (tidak tertib ilmiah) bahkan dalam kenyataannya sering
mengabaikan langkah-langkah tersebut sehingga kesimpulan penelitian tersebut sering
meragukan. Di dalam konteks ini, penelitian mahasiswa umumnya lebih
menitikberatkan kepada suatu upaya semata untuk membuat karangan ilmiah sebagai
syarat akhir menyelesaikan studi saja (membuat skripsi saja).
Dari bahasan di atas, jelas bahwa dalam melakukan suatu proses penelitian maka
penekanan terhadap aspek ketelitian, kejujuran ilmiah dan berbagai hal seperti itu
merupakan hal yang mutlak dalam suatu penelitian ilmiah. Memang benar bahwa
kemampuan melaksanakan suatu penelitian ilmiah secara baik dan benar adalah suatu
keterampilan yang berkembang karena latihan dan pengalaman.

2
3

Adapun langkah-langkah penelitian pada umumnya adalah seperti diuraikan sebagai


berikut :
1) Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah.
2) Penelaahan Kepustakaan.
3) Penyusunan Hipotesis.
4) Identifikasi, Klasifikasi dan Pemberian Defenisi Operasional Variabel.
5) Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengambil Data (Instrumen Data).
6) Penyusunan Rancangan Penelitian.
7) Penentuan Sampel.
8) Pengumpulan Data.
9) Pengolahan dan Analisis Data.
10) Interpretasi Hasil Analisis.
11) Pelaporan Hasil Penelitian.

Suatu penelitian diakui kebenaran kesimpulan penelitiannya bila dapat diulang


untuk membuktikan konsistensi kesimpulannya artinya jika penelitian yang sama
dilakukan orang yang sama atau berbeda dengan langkah-langkah yang sama (dalam
kondisi penelitian yang sama), akan menghasilkan kesimpulan yang sama atau hampir
sama. (Ingat dengan pendekatan ilmiah melalui penelitian ilmiah akan menghasilkan
kesimpulan, yang bersifat terbuka untuk diuji kembali, karena cara penyimpulannya
dilakukan secara obyektif. Agar penelitian dapat diulang, maka segala sesuatu yang ada
dalam penelitian tersebut seperti metode yang dipakai, cara pelaksanaan, bahan dan
peralatan penelitian dan sebagainya perlu dijelaskan secara sebaik-baiknya dan singkat
agar orang lain dapat melakukannya dengan dalam keadaan yang sama. Syarat kedua
adalah bahwa penelitian harus dilakukan dengan sangat teliti. Ketelitian tidak saja
menyangkut kecermatan didalam melakukan observasi (pengukuran) data dan
kemampuan meminimalisasi pengaruh faktor luar yang mengganggu (untuk percobaan),
tetapi juga menyangkut ketelitian dalam memilih data apa saja, yang merupakan
cerminan dari variabel-variabel penelitian yang digarap dan ini tercermin dalam
landasan teoritis penelitian. Syarat ketiga adalah kejujuran ilmiah. Kejujuran ilmiah
merupakan sesuatu yang harus tertanam dalam diri peneliti (mahasiswa) untuk
menegakkan azas etika ilmiah; hal ini perlu penekanan karena berdasarkan pengalaman
membimbing mahasiswa dalam penelitian skripsi, biasanya situasi godaan untuk
menyesuaikan data dengan hipotesis (kenyataan dan harapan) menjadi begitu besar jika
3
4

data hasil penelitiannya tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Bagian isi awal modul ini akan mengupas secara rinci langkah pertama dan
langkah kedua dalam suatu proses penelitian yakni berturut-turut Identifikasi, pemilihan
dan perumusan masalah penelitian dan penelaahan kepustakaan untuk menyusun
landasan teoritis penelitian.
Dalam merumuskan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara (tentatif)
terhadap masalah penelitian, yang masih harus diuji kebenarannya berdasarkan data-
data empirik penelitian, maka harus diperhatikan beberapa hal dasar yang harus
dipenuhi menuju ke perumusan tersebut. Kupasan rinci terhadap batasan hipotesis
ditemukan dalam isi modul 2 bagian tengah. Pada awal isi bagian tengah modul 2,
disajikan tentang beberapa defenisi yang dapat dikenakan terhadap istilah hipotesis.
Kemudian disajikan secara jelas pula tentang jenis-jenis hipotesis dan syarat-syarat
minimal perumusan hipotesis penelitian. Di bagian selanjutnya, disajikan macam-
macam rumusan hipotesis berikut contoh-contohnya. Dijelaskan pula tentang hipotesis
kerja, agar hipotesis dapat diuji kebenarannya. Materi selanjutnya adalah penjelasan
terhadap jawaban pertanyaan berikut :
Apakah suatu penelitian harus mempunyai hipotesis ?
Penjelasan berikut adalah tentang hal-hal yang perlu dicermati sehubungan dengan
hipotesis penelitian.
Pada bagian selanjutnya sampai akhir bahan ajar modul 2 ini, dijelaskan tentang
pengertian variabel-variabel penelitian; jenis dan penjelasan rinci tentang batasan jenis
variabel bersangkutan; cara mengidentifikasi, mengklasifikasi variabel. Selanjutnya
disajikan penjelasan tentang jawaban dari pertanyan-pertanyaan di bawah ini :
 Mengapa variabel penelitian perlu diberi batasan operasinalnya ?
 Apa sebenarnya defenisi operasional variabel itu dan substansi penjelasan apa
saja dalam defenisi operasional tersebut ?

4
5

2.1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah


2.1.1. Identifikasi dan Batasan Masalah
Penelitian berawal dari adanya masalah atau permasalahan. Dalam menetukkan
permasalahan yang mau diteliti, pertama-tama kita lakukan identifikasi masalah. Di
dalam lingkungan hidup kita ditemui berbagai kondisi kesenjangan atau gap (disparitas)
antara das Sollen dan das Sein. Ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa
yang ada dalam kenyataan; antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia;
antara harapan dan kenyataan atau hal-hal yang semacam dengan komparasi di atas.
Kondisi kesenjangan dalam batas dan keadaan tersebut disebut persoalan. Sedangkan
masalah atau permasalahan timbul jika kesenjangan tadi mendorong manusia
untuk mengatasinya. Menurut Kerlinger (1993) masalah adalah sebuah kalimat tanya
atau pernyataan yang menanyakan hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel
atau lebih ? jawabnya adalah yang dicari didalam penelitian. Menurut Surakmad (1994)
menyatakan bahwa masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakan manusia untuk
mengatasinya. Dengan demikian masalah itu muncul dan teridentifikasi, apabila ada
usaha manusia untuk mengatasi atau mempersempit kesenjangan-kesenjangan antara
harapan dan kenyataan tersebut. Harapan kita sesuai dengan potensi hasil jagung Arjuna
adalah 3 ton/hektar, tetapi kenyataan yang ada di lapang menunjukkan bahwa realitas
tingkat produksi adalah 2 ton/hektar. Kasus ini menjelaskan bahwa ada kesenjangan
antara potensi hasil dan tingkat hasil yang dicapai petani sebesar 1 ton/hektar.
Masalahnya jelas, yakni adanya usaha-usaha manusia untuk memperkecil bahkan
menutup kesenjangan tersebut dengan berbagai cara seperti perbaikan budidaya
bercocok tanam melalui perbaikan pengolahan tanah, perbaikan pemupukan, perbaikan
pengendalian gulma, perbaikan pengairan dan masih banyak daftar perbaikan-perbaikan
yang dapat dibuat lagi dalam konteks kasus tersebut. Item-item perbaikan-perbaikan
teknis budidaya tersebut di atas, perlu dispesifikasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
yang terbatasi, singkat dan jelas dan lalu merupakan pernyataan-pernyataan yang
menanyakan dan digarap melalui penelitian untuk mendapatkan jawabannya.

2.1.2. Sumber Sumber Permasalahan dan Cara Pemilihan Masalah


Berdasarkan uraian contoh masalah penelitian di atas, jelas bahwa masalah
tersedia untuk dicari jawabnya atau dipecahkan melalui penelitian, tersedia dalam
jumlah yang tidak terbatas. Banyak kali kesenjangan itu menyangkut pengetahuan dan
teknologi; informasi yang tersedia tidak cukup, teknologi yang ada tidak memenuhi
5
6

kebutuhan manusia dan sebagainya. Sudah menjadi sifat manusia yang selalu tidak puas
terhadap apa yang ada; manusia selalu berusaha memperbaiki kehidupannya, sehingga
menimbulkan harapan-harapan dengan taraf yang selalu lebih tinggi dari kenyataan
yang ada. Penelitian tentunya diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidaknya
memperkecil kesenjangan-kesenjangan itu.
Dalam kenyatan ditingkat mahasiswa, sering didengar keluhan bahwa mereka
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan menentukkan masalah penelitian
untuk penulisan skripsinya. Keluhan ini dapat dimaklumi dalam konteks miskinnya
pengalaman, karena kemampuan dalam mengidentifikasi dan menentukkan masalah
khususnya dan proses penelitian umumnya adalah suatu keterampilan yang dapat
dikembangkan melalui latihan dan pengalaman.
Agar mahasiswa dan calon peneliti dapat relatif secara mudah mengidentifikasi,
menentukkan masalah penelitian secara jeli, maka berikut ini disampaikan beberapa
sumber yang dapat dieksploitasi/digali untuk mendapatkan masalah penelitian. Sumber-
sumber yang dimaksud adalah :
Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian. Membaca selayaknya
menjadi suatu kebiasaan bagi mereka yang gemar meneliti. Bagi mahasiswa, sebaiknya
mencari keterangan atau informasi dari dosen tentang literatur-literatur apa saja yang
harus dibaca sebelum melakukan penelitian. Bacaan terutama bacaan yang melaporkan
hasil penelitian seperti skripsi, thesis, disertasi, jurnal, buletin penelitian, dan wujud
lainnya yang berisi hasil penelitian, mudah dijadikan sumber masalah karena laporan
hasil penelitian yang baik akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lanjut
dengan arah tertentu. Hal demikian mudah dimengerti karena tidak ada penelitian yang
tuntas. Kadang-kadang suatu penelitian menampilkan masalah yang lebih banyak
daripada yang dijawabnya. Justru karena hal demikianlah maka pengetahuan selalu
mengalami kemajuan. Sebagai bahan bacaan, prioritas utama yang digunakan adalah
tulisan asli. Bila publikasi ini sulit didapat maka untuk sementara dapat digunakan
abstrak, tetapi penggunaannya perlu dibatasi. Pembatasan penggunaan abstrak yang
dimaksud adalah dengan membaca publikasi asli yang berisi laporan hasil penelitian,
permasalahan mudah diperoleh dari rekomendasi disamping kita dapat menguji kembali
kebenaran dari kesimpulan penelitian tersebut. Kesimpulan penelitian ini yang
melahirkan rekomendasi penelitian lanjutan. Pengujian kadang-kadang perlu dilakukan
karena data yang sama dapat diinterpretasikan berbeda oleh orang berbeda, sehingga
kesimpulannya dapat berbeda pula. Hal yang demikian tidak dapat dilakukan apabila
6
7

hanya menggunakan abstrak saja, karena abstrak tidak memuat seluruh data penelitian.
Hal demikian kita temukan pada saat membaca buku teks. Oleh karena itu penggunaan
buku teks untuk tujuan tersebut perlu dibatasi. Memang benar kebiasaan membaca
memang menguntungkan, sebaiknya membaca dibuat menjadi suatu kegemaran yang
nantinya berkembang menjadi suatu kebiasan dan selanjutnya menjadi kebutuhan. Tentu
acuan bacaan yang dimaksud disini adalah bahan bacaan yang mempunyai kontribusi
bagi pengkayaan wawasan berpikir secara positif. Kecuali dengan alasan
menghilangkan kejenuhan otak, orang harus pandai-pandai memilih bahan bacaan
karena tidak ada gunanya mengisi otak dengan pengetahuan yang tidak bermanfaat,
karena kita sering dihadapkan dengan keterbatasan waktu bagi pelaksanaan berbagai
kegiatan/aktivitas.

Diskusi, Seminar dan Pertemuan-Pertemuan Ilmiah


Diskusi, seminar dan lain pertemuan ilmiah juga merupakan sumber yang kaya
untuk menemukan masalah penelitian. Hal ini karena dalam pertemuan-pertemuan
ilmiah tersebut para peserta melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan
hal-hal yang dijadikan pokok pembicaan secara profesional. Dengan demikian mudah
sekali muncul masalah yang memerlukan penggarapan lebih lanjut melalui penelitian
ilmiah. Kebiasan menghadiri diskusi, seminar dan bentuk pertemuan ilmiah lainnya
merupakan hal yang sangat menguntungkan. Ceramah-ceramah akan memberikan
gambaran singkat tentang status suatu cabang ilmu pengetahuan selain menjadi sumber
inspirasi. Dalam seminar kita belajar bagaimana cara menyajikan hasil pemikiran dan
mempertahankan serta bila perlu mengkritik pendapat orang lain. Disamping itu, dari
peserta seminar yang berasal dari berbagai disiplin ilmu sering diperoleh rekomendasi
untuk penelitian lanjutan selain dari saran yang dikemukakan dalam laporannya.

Pernyataan Pemegang Otoritas


Pernyataaan pemegang otoritas baik otoritas pemerintahan maupun otoritas
dalam bidang ilmu tertentu, dapat menjadi sumber masalah penelitian. Contoh misalnya
pernyataan Menteri Pertanian yang dipublikasikan pada koran atau majalah menyatakan
bahwa ‘ Lahan kering berpotensi besar dan berprospek cerah untuk pengembangan
tanaman kedelai”. Dibelakang pernyataan tersebut terdapat sejumlah pertanyaan yang
harus dicari jawabnya seperti ; varietas kedelai manakah yang cocok untuk
dikembangkan di lahan kering, Bagaimana jenis, dosis dan cara pemupukan kedelai di
7
8

lahan kering; bagaimana pola tanamnya, jarak tanamnya; dan masih banyak lagi
pertanyaan yang dapat disusun dibelakang pernyataan tersebut.

Pengamatan
Pengamatan baik secara seksama yang dilakukan di labaratorium maupun
pengamatan sepintas di lapangan atau masyarakat, seperti dalam suatu perjalanan atau
peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana mencari
masalah penelitian, tetapi karena menyaksikan hal-hal tertentu di lapang, timbullah
pertanyaan-pertanyaan dalam hati dan akhirnya terkristalisasi dalam masalah penelitian.
Seorang ahli ilmu tanah dapat menemukan masalah penelitian, ketika menyaksikan
keadaan tanah di suatu tempat. Seorang ahli teknologi bahan pangan mungkin
menemukan masalah penelitian sewaktu melihat produksi jenis pangan tertentu yang
berlebihan di suatu daerah. Seorang agronomist akan menemukan masalah penelitian
sewaktu melihat keadaan pertanaman yang diusahakan di suatu daerah, seorang
patologist akan menemukan masalah penelitian ketika menyaksikan serangan hama dan
penyebab penyakit tanaman di suatu daerah.

Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi ditemukannya masalah
penelitian, terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan pribadi atau
kehidupan profesional. Seorang agronomist yang sekarang berprofesi dosen, sewaktu
kecil gemar melakukan okulasi bibit tanaman buah-buahan karena orang tuanya adalah
petani sekaligus pengusaha bibit tanaman hias dan buah-buahan. Akhirnya sewaktu
memprogram tingkat doktoral di suatu perguruan tinggi, untuk penelitian disertasinya
maka subyek tentang okulasi diangkat sebagai masalah dalam penelitian ilmiahnya
tersebut.

Perasaan intuitif
Beberapa istilah yang mempunyai makna sama atau hampir sama dengan
perasaan intuitif adalah firasat dan ilham. Tetapi mungkin perasan intuitif yang
dimaksudkan maknanya lebih dekat dengan makna ilham yakni penjelasan atau
pengertian yang datang tiba-tiba tentang sesuatu. Tidak jarang terjadi, masalah
penelitian itu muncul dalam pikiran kita setelah bangun tidur atau pada saat habis
beristirahat. Peristiwa tersebut terjadi karena sebelum tidur kita berpikir keras atau
8
9

terus-menerus dan akhirnya pikiran-pikiran tersebut terkonsolidasi dalam otak kita dan
akhirnya terkristalisasi dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan masalah yang muncul
kemudian.
Apapun sumbernya dari berbagai sumber yang disebutkan sebelumnya, masalah
penelitian itu hanya akan muncul atau dapat diidentifikasi kalau mahasiswa atau calon
penelitinya cukup “berisi”. Orang yang masih “kosong” yaitu ‘yang miskin akan
pengetahuan mengenai sesuatu cabang ilmu “ hampir tidak mungkin, atau sekurang-
kurangnya sulit untuk menemukan masalah penelitiannya.

2.1.3. Pemilihan Masalah


Setelah masalah diidentifikasi, maka perlu dilakukan pemilihan masalah.
Masalah yang telah teridentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut
“layak” dan “sesuai” untuk diteliti. Biasanya dalam usaha identifikasi, masalah
penelitian yang ditemukan lebih dari satu. Sekiranya hanya satu masalah yang
ditemukan, maka tetap masalah tersebut perlu dipertimbangkan apakah layak dan sesuai
untuk diteliti. Dalam menentukkan layak dan sesuainya untuk diteliti, maka
pertimbangan dibuat dari dua arah yakni : (1) dari arah masalahnya (pertimbangan
obyektif) dan (2) dari arah calon peneliti (pertimbangan subyektif).
Dari sudut obyektif/arah masalahnya maka pertimbangan layak atau tidaknya
masalah tersebut diteliti dibuat berdasarkan sejauh mana penelitian tersebut
memberikan sumbangan terhadap (a). pengembangan teoritis dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teori penelitiannya, (b). pemecahan masalah-masalah
praktis. Kiranya jelas dari sisi ini, kelayakan sesuatu masalah menjadi relatif,
tergantung kepada konteksnya. Sesuatu masalah yang layak diteliti dalam sesuatu
konteks tertentu mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain.
Tidak ada kriteria untuk itu, dan keputusan akan bergantung kepada ketajaman calon
peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh dan menjangkau ke depan
(visioner). Dalam membantu mahasiswa mengidentifikasi masalah penelitian, maka
Fakultas Pertanian Undana telah membuat program payung penelitian yang berisi issue-
issue sentral yang diprioritaskan untuk diteliti dalam jangka waktu tertentu. Dalam
kerangka menunjang seleksi masalah secara obyektif agar layak diteliti, maka
mahasiswa dituntut agar lebih sensitif terhadap masalah di sekitar atau lingkungannya
dan berbagai issue sentral lainnya yang mendapat tanggapan serius pada saat tersebut.
Ingat issue tentang kutu loncat yang menyerang lamtoro saat itu (1987), merupakan
9
10

masalah yang diharapkan segera dapat dijawab melalui penelitian ilmiah untuk
mengendalikannya saat itu.
Dari segi subyektif, yakni pertimbangan dari arah calon peneliti, pertimbangan
apakah masalah tersebut sesuai untuk diteliti terutama bergantung kepada apakah
masalah tersebut managable atau tidak oleh calon peneliti. Managability itu terutama
dilihat dari lima segi yakni : a. biaya yang tersedia, b. waktu yang dapat digunakan, c.
alat-alat dan bahan penelitian yang tersedia, d. bekal kemampuan teoritis, e.
penguasaan metode yang diperlukan. Setiap calon peneliti perlu bertanya pada dirinya
sendiri apakah masalah tersebut sesuai baginya, dilihat dari kelima hal sekaligus di atas.
Jika sekiranya tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau masalah tersebut dimodifikasi,
sehingga sesuai baginya.
Layak dan sesuai suatu masalah untuk diteliti, oleh Surakhmad (1994)
disederhanakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini yakni :
 Apakah masalah tersebut berguna untuk dipecahkan ?
 Apakah terdapat kepandaian yang diperlukan untuk pemecahan masalah
tersebut ?
 Apakah masalah tersebut menarik untuk dipecahkan ?
 Apakah pemecahan masalah tersebut memberikan sesuatu yang baru ?
 Apakah untuk pemecahan masalah tersebut diperoleh data yang cukup ?
 Apakah masalah-masalah tersebut terbatas sedemikian sehingga jelas batas-
batasnya dan dapat dilaksanakan pemecahannya ?
Apabila jawabannya : Ya, maka masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.

2.1.4. Perumusan Masalah


Setelah masalah penelitian teridentifikasi, dipilih sehingga layak dan sesuai,
maka lalu perlu dirumuskan. Dari berbagai aturan penulisan ilmiah ternyata tidak
ditemukan suatu panduan baku tentang cara-cara perumusan masalah. Ada penulisan
ilmiah yang merumuskan masalah secara implisit dalam bagian latar belakang
penelitian, tetapi ada penulisan ilmiah lain yang merumuskan masalah dalam bagian
tersendiri setelah latar belakang penelitian yakni bagian yang disebut perumusan
masalah. Kemudian mengenai versi perumusan masalah penelitian, ada yang
dirumuskan dalam kalimat tanya secara eksplisit tetapi ada yang dirumuskan secara
implisit dalam format rumusan tertentu. Bentuk rumusan tersebut baik penempatan

10
11

maupun format rumusan masalah dapat dianuti sebagai panduan, tetapi secara lebih
jelas dianjurkan cara-cara perumusan masalah sebagai berikut :
a. Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya (?). Ingat masalah
ingin dicari jawabnya melalui penelitian dan masalah adalah pernyataan yang
menanyakan.
b. Rumusan tersebut hendaknya padat dan jelas.
c. Rumusan tersebut hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan tersebut.

2.2. Tinjauan Pustaka Untuk Menyusun Landasan Teoritis


Setelah masalah dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori,
konsep-konsep, generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang disusun secara
sistematis yang akan digunakan sebagai landasan teoritis penelitian. Landasan teoritis
penelitian harus ditegakkan sehingga penelitian yang dilakukan mempunyai dasar
yang kokoh dan tidak merupakan upaya coba-coba (trial and error). Untuk mendapat
berbagai informasi tersebut maka dilakukan penelaahan kepustakaan/tinjauan pustaka.
Memang pada umumnya lebih dari 50% kegiatan dalam seluruh proses penelitian
adalah membaca, karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian
yang utama.
Secara umum/garis besar, sumber acuan dapat dipilahkan (dikelompokkan)
menjadi 2 bagian yakni :
1. sumber-sumber acuan umum, yakni kepustakaan yang berwujud buku-buku
teks, ensiklopedia, monograph, dan sejenisnya. Teori-teori, konsep-konsep
diketemukan dan ditarik dari dalam sumber acuan umum.
2. sumber acuan khusus, yakni kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin,
skripsi, thesis, disertasi dan lain-lain sumber yang memuat laporan hasil
penelitian. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan-laporan penelitian
terdahulu yang relevan dan sesuai dengan masalah yang digarap.
Penting dan perlu diperhatikan adalah bahwa dalam mencari sumber bacaan, harus
pilih-pilih atau selektif. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber
bacaan adalah :
1. prinsip kemutakhiran (recency). Kecuali untuk penelitian historis, perlu
dihindari penggunaan sumber bacaan yang sudah “lama” dan dipilih sumber
11
12

yang lebih mutakhir /terbaru/terkini. Sumber yang sudah lama mungkin memuat
teori atau konsep yang tidak berlaku lagi, karena kebenarannya telah dibantah
oleh teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih kemudian.
2. prinsip relevansi (relevance), disamping sumber tersebut harus mutakhir, juga
harus relevan bagi masalah yang sedang digarap. Jadi hendaklah dipilih sumber-
sumber yang berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.
Dari teori-teori dan konsep-konsep yang dikumpulkan sebagai hasil telaahan
kepustakaan/tinjauan pustaka dilakukan pemerincian atau analisis melalui penalaran
deduktif ; sedangkan generalisasi-generalisasi hasil penelitian dilakukan pemaduan atau
sintesis melalui penalaran induktif. Proses deduksi dan induksi dilakukan berulang-
ulang (iteratif) dan diharapkan dapat dirumuskan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang paling mungkin dan paling tinggi taraf kebenarannya. Jawaban ini yang
dijadikan hipotesis penelitian.
Seperti dikemukaan sebelumnya bahwa sebagian besar kegiatan dalam
keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya
terjadi pada langkah penelaahan/tinjauan pustaka. Kita harus membaca dan membaca,
dan menelaah apa yang kita baca setuntas mungkin agar dapat menegakkan landasan
yang kokoh bagi langkah-langkah selanjutnya.
Penyusunan landasan teoritis tidak akan produktif, sebelum bahan bacaannya
cukup banyak. Karena itu perlu lebih dahulu dibaca banyak-banyak sumber bacaan,
baru kemudian dibanding-bandingkan, lalu diambil kesimpulan-kesimpulan teoritisnya.
Agar hasil pembacaan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, perlu hal tersebut
dicatat/direkam. Informasi mana yang yang dicatat, belum ada suatu aturan umum,
tetapi dengan melihat kelemahan-kelemahan yang ada pada kita seperti ketersediaan
pustaka yang terbatas, maka disarankan untuk mencatat informasi minimal seperti yang
terdapat dalam katalog seperti judul buku, tahun terbitan, penerbit, pengarang dll serta
kesimpulan-kesimpulan teoritis dari pustaka yang disitir. Pencatatan dengan cara
tersebut di atas, dilakukan karena terbatasnya pustaka diperpustakaan, sehingga
mencegah tidak ditemukannya pustaka tersebut akibat dipinjam orang lain.
Tentang cara pencatatannya, pada umumnya mengikuti salah satu cara dari dua
sistem, yaitu : (a). sistem kartu, (b). sistem kuarto atau lembaran. Sistem kartu
menggunakan kertas gambar berukuran kartu pos sedangkan sistem lembaran atau
kuarto menggunakan lembaran kertas HVS. Masing-masing cara tersebut mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Cara lembaran daya tampung informasinya jauh lebih besar
12
13

dibandingkan dengan sistem kartu tetapi kesulitannya adalah relatif sulit diatur dan
dibawa, tetapi hal ini bisa diatasi dengan menggunakan map dan perforator.
Informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan membaca,
peneliti/mahasiswa melakukan penelaahan lebih lanjut terhadap masalah yang digarap.
Melalui deduksi, mahasiswa berusaha melakukan pemerincian atau analisis; melalui
induksi dilakukan pemaduan atau sintesis dan pembuatan generalisasi-generalisasi dan
akhirnya meramu semua itu dalam suatu sistem yang berupa kesimpulan-kesimpulan
teoritis, yang akan menjadi landasan bagi penyusunan hipotesis. Kesimpulan-
kesimpulan teoritis tersebut (teori, konsep, generalisasi hasil penelitian yang relevan)
harus mengidentifikasikan hal-hal atau faktor-faktor utama yang akan digarap dalam
penelitian. Faktor-faktor inilah yang akan menjadi variabel-variabel dalam penelitian.
Peramuan ini menjadi penting, karena disitu letak mutu sistem pemikiran teoritis
peneliti.
Penyatuan hasil-hasil bacaan tersebut secara kronologis dan kompilatif saja,
tidak cukup. Hasil-hasil tersebut harus diramu berdasarkan suatu garis pemikiran yang
konsisten. Garis pemikiran inilah yang menjadi dasar hipotesis penelitian.
Oleh beberapa pakar lainnya maka uraian tinjauan pustaka disajikan secara
singkat dan jelas bahwa, tinjauan pustaka memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan yang ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Dalam penyajian ini hendaknya ditunjukkan bahwa
permasalahan yang akan diteliti belum terpecahkan secara memuaskan. Fakta-fakta
yang dikemukakan sejauh mungkin diambil dari sumber aslinya. Semua sumber yang
dipakai harus disebutkan dengan mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitannya.
Menulis tinjauan pustaka, mahasiswa dapat memanfaatkan perpustakaan, berarti
melakukan penelusuran kepustakaan dan menelaahnya. Manfaat yang diperoleh dalam
penelusuran kepustakaan adalah :
 Menggali teori-teori dasar dan konsep dalam bidang tertentu yang telah
ditemukan oleh para ahli sebelumnya/terdahulu.
 Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang tertentu yang akan diteliti.
 Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih.
 Memanfaatkan data sekunder.
 Menghindari duplikasi penelitian.

13
14

2.3. Hipotesis penelitian


Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris berdasarkan data-data penelitian.
Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian, hipotesis dapat dikatakan sebagai
rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.
Secara teknis, hipotesis dapat diberi batasan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel penelitian. Secara statistika, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan
parameter populasi yang akan diuji melalui statistik sampel.
Secara implisit, hipotesis menyatakan prediksi. Misalnya hipotesis yang
menyatakan bahwa penggunaan asam indol asetat dapat merangsang pembungaan
tanaman tomat. Pernyataan tersebut secara implisit mengandung prediksi atau dugaan
bahwa tanaman tomat yang diberi asam indol asetat akan memberikan jumlah buah
yang nyata lebih tinggi (banyak) dibandingkan dengan tanaman tomat yang tidak
disemprot dengan asam indol asetat.
Taraf ketepatan prediksi itu, akan sangat tergantung kepada taraf kebenaran dan
taraf ketepatan landasan teoritis yang mendasarinya. Dasar teoritis yang kurang sehat
(sound) akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat dan sebaliknya.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa perlunya penelaahan kepustakaan itu dilakukan
secara sungguh-sungguh, agar dapat ditegakkan landasan teoritis yang diperlukan.
Tentang cara perumusan, ternyata belum ada suatu aturan baku sebagai panduan
cara perumusannya tetapi dapat disarankan sebagai berikut :
 Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara 2 variabel atau lebih.
Pertautan tersebut dapat berupa hubungan atau perbedaan.
 Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat pernyataan atau deklaratif.
 Hipotesis penelitian hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
 Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya orang mungkin mengumpulkan data
yang cukup untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut.

14
15

Menurut Singarimbun (1989) menyatakan bahwa hipotesis dirumuskan dalam bentuk


pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih. Hubungan atau relasi
tersebut dapat dirumuskan secara eksplisit maupun implisist, adapula hipotesis
deskriptif. Hipotesis memuat pernyatan yang disimpulkan dari landasan teoritis atau
tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
dihadapi dan masih harus dibuktikan kebenarannya ( Anonim, 1994).
Secara garis besar, hipotesis yang isinya dan rumusannya macam-macam dapat
dibedakan menjadi 2 macam yakni :
1. hipotesis tentang hubungan. Hipotesis ini menyatakan tentang adanya saling
hubungan antara dua (2) variabel atau lebih.
Contoh :
 Makin tinggi dosis pemupukan nitrogen sampai batas-batas tertentu
berpengaruh terhadap peningkatan hasil biji kering kacang hijau.
 Terdapat hubungan kuadratik antara konsentrasi indol asetat dengan
jumlah buah tomat yang terbentuk.
 Sampai umur 2 bulan, makin lama tanaman kedelai bebas gulma maka
hasilnya makin meningkat, tetapi penyiangan yang dilakukan setelah itu
tidak dapat meningkatkan hasil lagi.
 Sampai dosis pemupukan 250 kg/ha, maka setiap peningkatan 10 kg/ha
pupuk dapat menaikan hasil biji jagung.
Oleh Singarimbun (1989) mencontohkan beberapa hipotesis yang sering ditemui dalam
penelitian deskriptif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis hubungan atau relasi
secara eksplisit dan secara implisit :
 Hipotesis hubungan eksplisit : Tingkat adopsi teknologi padi lebih tinggi pada
petani yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dari pada yang memiliki tingkat
pendidikan rendah.
 Hipotesis hubungan implisit : Tingkat adopsi teknologi padi lebih tinggi pada
petani yang tingkat pendidikannya tinggi.
 Hipotesis deskriptif : Ada lebih dari 60% petani yang mengadopsi teknologi padi
secara penuh.

15
16

2. Hipotesis tentang perbedaan. Hipotesis ini menyatakan tentang adanya perbedaan


antar variabel-variabel.
Contoh :
 Penggunaan bahan nabati dapat menekan secara nyata kerusakan jagung pipilan
dalam simpanan dibandingkan dengan tanpa penggunaan bahan nabati.
 Jenis bahan nabati berpengaruh berbeda terhadap pertambahan populasi
kumbang bubuk dalam wadah simpan jagung pipilan.
 Minimal ada salah satu konsentrasi indol asetat yang memberikan hasil tomat
terbaik.
Hipotesis hubungan biasanya mendasari penelitian yang sifatnya korelasional,
sedangkan hipotesis perbedaan mendasari penelitian yang bersifat komparatif.
Agar hipotesis dapat diuji secara statistika maka dikenal konsep lain dari
hipotesis yakni hipotesis kerja Ha dan Ho. Didalam pustaka yang luas jenis ini dikenal
dengan hipotesis kerja. Ho adalah : hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih. Di dalam analisis statistika,
uji statistika biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol ini.
Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol, disebut hipotesis alternatif atau Ha menyatakan
adanya hubungan atau adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih. Jadi Ha
merupakan kebalikan dari Ho. Pada umumnya kesimpulan uji statistika berupa
penerimaan isi hipotesis alternatif sebagai hal yang benar. Contoh :
Ho : Bahan nabati tidak berpengaruh terhadap tingakat kerusakan jagung pipilan dalam
wadah simpan.
Ha : Bahan nabati berpengaruh terhadap kerusakan jagung pipilan dalam wadah simpan.
Jika hasil analisis statistika Anova menyatakan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel
berarti Ha diterima sebagai hal yang benar dan sebaliknya.
Seringkali timbul pertanyaan mengenai mana diantara kedua macam hipotesis
tersebut yang harus dirumuskan sebagai hipotesis penelitian, apakah Ho atau Ha.
Jawaban terhadap pertanyaan ini akan sangat tergantung kepada landasan teoritis
tersebut. Jika yang mengarahkan penyimpulannya ke “tidak ada hubungan” atau “tidak
ada perbedaan”, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah Ho dan sebaliknya.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan itu dapat digunakan. Namun dalam
kenyataannya kebanyakan penelitian ilmiah merumuskan hipotesis penelitiannya dalam
bentuk Ha. Hal demikain terjadi terutama dalam penelitian eksperimen. Dalam

16
17

percobaan peneliti bermaksud mengetahui perbedaan terhadap suatu variabel akibat


perbedaan perlakuan. Dalam penelitian bukan eksperimenpun lebih banyak ditemukan
hipotesis alternatif dari pada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai hipotesis penelitian.
Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya
perbedaan atau adanya hubungan antar variabel dan bukan sebaliknya.
Suatu hak menarik yang sering dipersoalkan dalam hubungan dengan hipotesis
adalah “ Apakah setiap penelitian harus mempunyai hipotesis?” jawabannya adalah
“ya” dan “tidak”. Jika penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang seperti disajikan
sebelumnya maka jawabnya “ya”. Dalam penelitian ilmiah komponen-komponen utama
yang menuntun langkah-langkah yang dilakukan adalah : masalah- hipotesis- data-
hasil dan kesimpulan. Komponen-komponen tersebut dijalin secara serasi oleh teori
tertentu, dan penelitiannya dituntun secara tertib oleh metodologi tertentu.
Ada penelitian-penelitian yang komponennya tidak sama seperti di atas, dan
karenanya mungkin dilakukan tanpa hipotesis. Misalnya sebagian besar penelitian
deskriptif. Tetapi adapula penelitian dengan metode eksperimen yang dilakukan tanpa
hipotesis, contohnya penelitian untuk membuat deskripsi varietas-varietas baru. Hal
tersebut terjadi karena tujuan penelitian tersebut untuk membuat deskripsi varietas dan
bukan untuk menguji perbedaan antar varietas. Contoh penelitian pertanian lainnya
yang dilakukan tanpa hipotesis penelitian : Kajian tentang Teknik Pasca Panen Kacang
Hijau di Tingkat Petani di Suatu Daerah tertentu.
Penelitian eksploratif biasanya bersifat deskriptif. Pada umumnya penelitian
eksploratif bertujuan untuk mendapatkan data dasar untuk membuat keputusan tertentu.
Dalam kedudukan sebagai pendahulu bagi suatu penelitian yang sebenarnya, penelitian
eksploratif itu memberi arah kepada perumusan masalah dan hipotesis, walaupun
penelitian eksploratif itu sendiri berjalan tanpa hipotesis.
Ada beberapa hal yang pelu dicermati sehubungan dengan hipotesis penelitian
yakni
 Disiplin untuk menyesuaikan hipotesis dengan data hasil penelitian. Kadang-
kadang karena kita sering dipengaruhi oleh hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya, maka dalam pengamatan data baik yang dilakukan dengan cara
mengukur maupun menghitung/mencacah sering menjadi tidak obyektif. Oleh
karena itu perlu ditekankan bahwa kita berusaha melakukan penelitian dengan
tetap berprinsip pada etika ilmiah (kejujuran ilmiah, ketelitian dan secara tertib
mengikuti metodologi yang sudah dibuat sebelumnya).
17
18

 Menguji hipotesis secara kritis. Pengujian harus dilakukan berdasarkan tingkat


kemajuan perkembangan ilmu yang ada sekarang.

2.4. Variabel Penelitian


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam proses penelaahan
kepustakaan untuk menyusun landasan teoritis penelitian maka peneliti sudah
memastikan variabel-variabel apa saja yang ada dalam penelitiannya. Dalam rangka
persiapan metodologis pengujian hipotesis penelitian maka variabel-variabel tersebut
telah teridentifikasi, terklasifikasi dan telah mempunyai penjabaran defenisi operasional
variabel-variabel. Pemberian defenisi operasional tersebut sangat penting karena akan
merupakan tolak ukur untuk menetukkan alat pengambil data (instrumen data) yang
akan digunakan. Defenisi operasional atau penjabaran operasioanal (defenisi kerja)
dalam suatu penelitian ilmiah dengan metode percobaan meliputi penjelasan tentang
kondisi lingkungan yang berpengaruh, perlakuan yang dicobakan, pelaksanaan
penelitian dan data-data apa saja yang diamati beserta kriterianya.

2.4.1. Batasan, Identifikasi Variabel


Sebenarnya pengertian variabel penelitian sifatnya multidimensional artinya
dapat dikenakan atau diberikan batasan menurut versi sudut atau tolak ukur yang
digunakan atau dipakai. Dalam konteks penelitian ini maka variabel penelitian : adalah
sebagai semua faktor yang berperan atau mempengaruhi penelitian, serta menjadi
obyek pengamatan penelitian. Apa yang menjadi variabel dalam penelitian
ditentukkan oleh landasan teoritis penelitian atau dengan kata lain apabila landasan
teoritis suatu penelitian berbeda maka variabelnya mungkin berbeda. Jumlah variabel
penelitian yang diamati ditentukkan oleh kecanggihan (sofistifikasi) rancangan
penelitian yang digunakan. Makin sederhana suatu rancangan penelitian maka makin
sedikit jumlah variabel yang digarap. Contoh :
Suatu penelitian ilmiah dengan menggunakan metode eksperimental dalam suatu
percobaan yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap untuk meneliti pengaruh
konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan dan hasil tomat, mempunyai jumlah variabel
yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan Rancangan
Petak Terpisah untuk mempelajari Pengaruh konsentrasi dan saat aplikasi IAA
terhadap pertumbuhan dan hasil tomat. Dari contoh di atas jelas bahwa pada penelitian
yang pertama ada satu macam variabel bebas yang akan dipelajari pengaruhnya
18
19

terhadap dua variabel tergantung yakni berturut-turut konsentrasi IAA dengan


pertumbuhan, hasil tomat. Sedangkan pada percobaan yang kedua terdapat 2 variabel
bebas yakni konsentrasi IAA dan Saat aplikasi terhadap 2 variabel tergantung berturut-
turut pertumbuhan dan hasil tomat. Jadi jelas bahwa, pada percobaan kedua mempunyai
rancangan percobaan yang lebih canggih dibandingkan dengan pada percobaan pertama
karena pada yang percobaan kedua mempunyai jumlah variabel yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang pertama.

2.4.2. Klasifikasi Variabel


Setelah variabel yang terlibat dalam penelitian dapat diidentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah mengadakan klasifikasi terhadap variabel-variabel tersebut.
Menurut fungsinya dalam penelitian, orang sering membedakan variabel tergantung di
satu pihak dan variabel bebas, kendali, moderator, rambang di pihak yang lain.
Pembedaan ini didasarkan atas pola pemikiran hubungan sebab akibat. Pola tersebut
digambarkan sebagai berikut:

Sebab Proses Akibat

Variabel bebas

Variabel moderator Variabel Variabel


intervening terikat
Variabel kendali

Variabel acak

Gambar 2 . Skema Keterkaitan Jenis Variabel Berdasarkan Pola Sebab-Akibat


Varibel tergantung , dipikirkan sebagai akibat yang keadaannya tergantung kepada
variabel-variabel yang lain. Biasanya peneliti mulai mengidentifikasi faktor apa yang
menjadi variabel tergantung ini. Hal ini disebabkan karana variabel inilah yang menjadi
kriterium atau titik/pusat perhatian. Dari contoh di depan jelas bahwa yang dimaksud
dengan variabel tergantung adalah pertumbuhan dan hasil tomat.
Variabel bebas, adalah variabel yang sengaja dan sesuai dengan tujuan
penelitian dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Dari contoh di depan
yang disebut sebagai variabel bebas adalah konsentrasi IAA dan konsentrasi IAA serta
19
20

saat aplikasinya. Dalam penelitian dengan metode percobaan variabel bebas dikenal
sebagai perlakuan.
Variabel moderator adalah variabel yang juga berpengaruh terhadap variabel
tergantung tetapi tidak diutamakan dalam penelitian. Contohnya tanaman tomat yang
diberi perlakuan didepan tadi bila ditanam pada musim hujan pertumbuhan dan hasilnya
akan berbeda dibandingkan jika ditanam pada musism kemarau. Karena musim
berpengaruh maka jika penelitian tersebut dilakukan pada musim hujan saja atau pada
musim kemarau saja, maka pengaruh musim tetap ada sehingga keterangan variabel
moderator ini harus disertakan dalam judul penelitianh tersebut. Dalam penelitian yang
menggunakan metode survey seperti pada penelitian deskriptif keterangan tentang
lokasi penelitian perlu disertakan dalam judul penelitian karena faktor ini sering
merupakan variabel moderator. Contoh : Kajian teknik pasca panen kacang hijau di
Perwakilan Kecamatan Belu Selatan.
Variabel kendali, adalah variabel yang juga berpengaruh terhadap
percobaan/penelitian, namun pengaruhnya dapat dikendalikan atau dinetralisisr. Contoh
dari percobaan sebelum adalah pengaruh jarak tanam, pemupukan, pengolahan tanah,
cara mengendalikan hama dan penyebab penyakit harus dilakukan secara homogen
untuk menetralisir/mengendalikan pengaruh faktor-faktor tersebut. Atau dengan kata
lain jarak tanam, pemupukan, pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyebab
penyakit harus dilakukan secara sama terhadap setiap petak yang mendapat perlakuan
yang berbeda sesuai dengan variabel bebas.
Variabel rambang, adalah variabel yang pengaruhnya terhadap
penelitian/percobaan dalam hal ini variabel tergantung dapat diabaikan. Contoh
pengaruh ukuran benih yang digunakan, kedalaman tanam benih tomat yang dilakukan
jika tidak terlalu ektrem perbedaannya dapat berfungsi sebagai variabel rambang/acak.
Mengklasifikasi variabel bukan merupakan pekerjaan yang gampang karena
sering suatu faktor yang dianggap variabel bebas pada suatu percobaan dapat menjadi
jenis varibel yang lain dalam percobaan yang lain. Jadi kedudukan suatu faktor sebagai
suatu variabel akan berbeda beda tergantung dari tujuan penelitian. Kemampuan
mengidentifikasi dan mengklasifikasi variabel merupakan keterampilan yang
berkembang karena latihan dan pengalaman.
Variabel intervening adalah suatu variabel yang tidak pernah dapat diamati
karena merupakan suatu proses. Contoh dari percobaan di atas adalah proses
pertumbuhan yang melibatkan berbagai proses reaksi fisiologis, biokimia kompleks.
20
21

2.4.3. Pemberian Defenisi Operasional Variabel


Setelah variabel penelitian diklasifikasi maka variabel-variabel tersebut perlu
diberi defenisi operasional. Defenisi operasional ini sangat penting karena dengan
defenisi tersebut kita telah mengoperasionalkan pertanyaan-pertanyaan dari masalah
yang siap dicari jawabnya lewat data-data yang diamati, juga dengan defenisi tersebut
kita dapat menentukkan alat pengambil data yang cocok. Defenisi operasional adalah
batasan yang didasarkan atas hal-hal yang dapat didefenisikan dan dapat diobservasi
(diamati). Sebenarnya defenisi operasional variabel menjelaskan/menekankan tentang :
 Tentang kegiatan apa yang dilakukan.
 Bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
 Sifat-sifat statis yang didefenisikan.
Contoh berdasarkan percobaan di depan :
Variabel tergantung:
 Pertumbuhan adalah : pertambahan biomassa dalam kurun waktu tertentu yang
diamati dengan mengukur tinggi tanaman, luas daun, diameter batang dll.;
pertambahan tersebut tidak dapat balik.
 Hasil adalah : jumlah satuan berat buah tomat masak panen dari tiap pohon atau
pertanaman dalam luasan tertentu.
 Tinggi tanaman : adalah tinggi yang terukur mulai buku pada leher akar sampai
titik tumbuh terjauh pada arah vertikal.
Demikian pula dengan variabel-variabel yang lain, harus dibuat defenisi operasional
sehingga kriteria yang digunakan, kegiatan yang dilakukan dan bagaimana mengamati
variabel tersebut.

21
22

SENARAI ACUAN YANG DIGUNAKAN

Anonim. 1994. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

Kerlinger, Fred N. 1994. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada University


Press. Jokjakarta.

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia.


Sugito, Y. 1985. Metodologi Penelitian Agronomi. Universitas Brawijaya. Malang.
Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. PT Rajawali. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

PERTANYAAN-PERTANYAAN LATIHAN
1. Jelaskanlah secara singkat batasan atau defenisi masalah penelitian dan buatlah
contohnya.
2. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber apa saja yang dapat digali untuk
menemukan masalah penelitian ?
3. Mengapa masalah penelitian perlu dipilih ?
4. Sebutkan dan jelaskan secara singkat pertimbangan-pertimbangan untuk
memilih masalah penelitian agar layak dan sesui untuk diteliti.
5. Mengapa masalah penelitian harus dirumuskan ?
6. Bagaimana cara merumuskan masalah penelitian ?
7. Apa manfaat menyusun landasan teoritis penelitian ?
8. Sebutkan 2 jenis acuan yang biasa dipakai untuk menemukan teori, konsep dan
generalisasi hasil penelitian untuk menyusun landasan teoritis .
9. Mengapa landasan teoritis perlu ditegakkan ?
10. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang perlu diakomodir dalam meramu/menyusun
landasan teoritis.
11. Sebutkan dan jelaskan 2 kriteria yang dipakai dalam menyeleksi/memilih acuan-
acaun yang digunakan dalam menyusun landasan teoritis.
12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hipotesis ?
13. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis hipotesis.
14. Jelaskan hubungan antara landasan teoritis dengan hipotesis penelitian.
22
23

15. Apa yang dimaksud dengan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
16. Bilaman hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan sebagai hipotesis penelitian.
17. Jelaskalah apakah setiap penelitian harus mempunyai hipotesis ?.
18. Apa yang dimaksud dengan variabel penelitian ?
19. Apa yang dimaksud dengan variabel bebas, variabel moderator, variabel kendali,
variabel rambang dan variabel tergantung serta variabel intervening ? berikan
masing masing contoh khususnya dalam penelitian budidaya pertanian.
20. Gambarlah skema keterkaitan antara kelompok variabel-variabel tersebut di atas
(no. 19) berdasarkan pola hubungan sebab akibat.
21. Apa yang dimaksud dengan defenisi operasional ?
22. Mengapa variabel penelitian harus didefenisikan secara operasional ?
23. Sebutkan 3 (tiga) penekanan yang dipakai untuk membuat defenisi operasional
variabel penelitian.

23

Anda mungkin juga menyukai