Anda di halaman 1dari 11

I.

Judul Praktikum : Pembuatan Preparat Dengan Jaringan Tumbuhan


Rhoeo Discolor

II. Tanggal Praktikum : Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 28
Mei 2015, bertempat di Laboratorium Biologi, Jurusan
Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Sumatera Utara.

III. Tujuan Praktikum : Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengamati dan melihat preparat secara melintang dari
daun Rhoeo discolor menggunakan metode irisan.

IV. Tinjauan Teoritis

Dalam Biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup
atau merupakan unit terkecil penyusun semua makhluk hidup. Tubuh makhluk hidup
bersel banyak memiliki bentuk dan susunan sel yang beraneka ragam. Sel-sel itu
berkelompok membentuk massa dengan berbagai spesialisasi lapisan sel yang
berbeda. Pada makhluk hidup yang tubuhnya hanya terdiri dari satu sel, segala fungsi
kehidupannya dilakukan oleh sel tersebut (Tianaizta, 2013).
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut dengan membran plasma
(membran sel),sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Di dalam sitoplasma
terdapat organel sel dan inti sel (nukleus). Setiap organisme tersusun atas salah satu
dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik (Tianaizta,
2013).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dinding sel yang didalamnya terdapat tempat
berlangsungnya reaksi kimia yang diperlukan untuk kehidupan sel. Pengamatan
tentang sel hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Dalam hal ini, mempelajari
ukuran, dan bentuk sel merupakan hal penting, namun tanpa memahami isi dari sel
(unit sel) serta hubungannya dengan sel-sel lain yang melapisinya tidak akan didapat
pengetahuan yang mendalam tentang sel itu sendiri (Damayanti, 2014).
Metode irisan termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara
mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan

1
dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode
parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling umum
digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada
hewan (Alfiandri, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah percobaan ini, untuk membuat
dan mengamati preparat melintang dari tumbuhan dengan menggunakan metode
irisan.
Suatu organisme baik tumbuhan maupun hewan adalah suatu unit kehidupan
yang lengkap. Jika terorganisasi benar maka organisme mempunyai susunan yang
memiliki organ, jaringan dan sel yang fungsi dan hubungannya merupakan ciri khas
suatu individu maupun spesies. Dalam bentuk kehidupan yang paling sederhana suatu
organisme dapat terdiri dari satu sel. Setiap organisme hidup ataupun hasil
pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting sebagai bahan mikroteknik
(Syahrir, 2013).
Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh tingkat
pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan
(lignifikasinya). Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu hal
penting yaitu bahwa setiap sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang
terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut berasal dari sel, sedangkan membran
sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada sel hewan berada sedikit
di sebelah dalam (Damayanti, 2014).
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan
dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini
dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada
dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu spesimen
mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari struktur yang
ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi
dengan kaca penutup yang direkatkan di atas spesimen (Alyas, 2010).
Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya adalah
dengan metode parafin. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua
macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-
kebaikan metode ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada
menggunakan metode beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan

2
rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai
rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila
menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode
seloidin. Namun metode parafin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi
keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat
dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut
dengan metode ini (Alyas, 2010).
Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara
mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan
dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode
parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling umum
digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada
hewan (Muarib, 2012).
Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan
adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang
ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau
awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Keberhasilan pembuatan preparat
permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi,
penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif
yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan (Muarib, 2012).
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan
waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap
pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin
warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat
permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi,
penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif
yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan
menentukan keberhasilan preparat irisan (Alyas, 2010).
Pada prinsipnya pembuatan preparat irisan terdiri atas beberapa tahap
yaitu koleksi specimen, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, pengeblokan,
pengirisan, penempelan, pewarnaan dan mounting. Prinsip koleksi spesimen
adalah spesimen tidak mengalami kekeringan dan kerusakan sebelum

3
difiksasi. Tujuan fiksasi adalah untuk mematikan dengan cepat spesimen
yang berupa jaringan dan sel-sel juga utuk mempertahankan struktur sel
dan jaringan sebagaimana aslinya. Udara dalam jaringan spesimen harus
dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diganti dengan larutan fiksatif (Tianaizta,
2013).
Selanjutnya dilakukan dehidrasi yaitu tahap pengeluaran air dari jaringan
dengan perendaman alkohol secara bertingkat dan dalam jangka waktu tertentu.
Kemudian pengambilan alkohol dilakukan dengan perendaman dalam xylol secara
bertahap dengan jangka waktu tertentu. Proses penggantian larutan penjernih dengan
merendam spesimen dalam parafin. Penggantian xylol dalam jaringan oleh parafin
berlangsung secara berangsur-angsur. Proses penggantian ini berlangsung di dalam
oven sehingga xylol tidak menguap dan parafin tidak membeku. Temperatur oven
lebih tinggi sedikit di atas titik cair parafin (Alfiandri, 2013).
Selanjutnya dilakukan pengeblokan atau embedding, pengeblokan ini
menggunakan kotak atau takir yang dibuat dari kertas kalender. Pada
saat pengeblokan spesimen diletakkan sesuai posisi yang diinginkan.
Setelah itu parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka
dilakukan pengirisan, pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan ukuran 10
mikron sampai 14 mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita.
Pemindahan irisan menggunakan kuas kecil yang telah dibasahi ujungnya
dengan air (Alfiandri, 2013).
Penempelan menggunakan perekat haupt kemudian disimpan dalam kotak
pengering. Selanjutnya akan dilakukan pewarnaan dan mounting. Dalam proses
pewarnaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jika terlalu lama atau terlalu
singkat dapat menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau bahkan terlalu gelap.
Selanjutnya dilakukan mounting dengan ditetesi balsam kanada sehingga irisan akan
tetap awet dengan struktur sel serta jaringan (Alfiandri, 2013).
Proses penempelan spesimen ke kaca benda tidak benar-benar melekat
sehingga saat pewarnaan spesimen ada yang lepas. Agar spesimen dapat menempel
sempurna pada kaca benda dibutuhkan tenggat waktu yang cepat antara peletakkan
spesimen pada kaca benda yang telah diberi pelekat Haupt. Setelah benar-benar
melekat di kaca benda maka irisan yang berada di kaca benda dipanaskan di atas lampu
spiritus untuk lebih memaksimalkan perlekatannya (Alfiandri, 2013).

4
Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel
dapat menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat ini sel dalam
jaringan tidak terwarnai. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk
pemberian warnanya terlalu singkat sehingga zat warna belum terserap sempurna oleh
jaringan. Pewarna yang diberikan pada irisan dalam jangka waktu tertentu, kurang
atau lebih waktu yang digunakan menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau
terlalu gelap. Sedangkan hasil preparat yang tidak utuh dapat disebabkan oleh suhu
sekitar ruangan yang kurang mendukung saat dilakukan pengirisan selain itu masih
tersisanya air atau alkohol dalam jaringan juga dapat menyulitkan dalam pengirisan
(Alfiandri, 2013).
Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagian yang
sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa mikrotom menggunakan pisau
baja dan digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan atau tumbuhan
dalam histologi. Mikrotom tangan merupakan mikrotom dengan bentuk paling
sederhana. Alat ini biasa digunakan di laboratorium sekolah untuk membuat sayatan
spesimen yang tipis sekali. Alat ini terbuat dari logam berbentuk seperti klos benang
yang berongga di tengah. Di dalam rongga terdapat sebuah ulir yang bagian atasnya
rata dan bagian bawahnya melekat atau bersatu dengan dasar alat itu. Bila dasar alat
itu diputar dari kiri atau ke kanan, maka bidang ulir bagian atas yang rata itu akan
bergerak ke atas atau ke bawah dengan interval 20 tiap putaran. Rongga tersebut
adalah tempat untuk meletakkan benda yang akan disayat tipis, biasanya dibalut lilin
atau gabus (Damayanti, 2014).
Histogen pada akar jelas pada ujung ujung akar, khususnya bila
pembuatan preparat dengan pewarnaan untuk menampilkan dinding sel dan
struktur inti. Jaringan primer jelas pada awal zona bulu akar. Bulu akar ini dapat
dideteksi dengan menggunakan loupe. Pengawalan ioxinnl akar cabang dapat
diperlihat-kan pada batas atas zona bulu akar. Pada tingkat ini jaringan primer
biasanya terdeferensiasi dengan jelas tanpa berkayu secara berlebihan (Damayanti,
2014).

5
V. Alat & Bahan

 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu silet, gelas ukur, pipet tetes,
pinset, cover glass, object glass dan mikroskop.

 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu daun Rhoeo discolor, eosin,
alkohol 75%, dan vaselin.

VI. Prosedur Kerja

Cara kerja dari percobaan ini adalah:


1. Menyediakan semua alat-alat yang akan digunakan di laboratorium dan
membuat larutan-larutan yang diperlukan.
2. Memotong jaringan daun Rhoeo discolor sepanjang kira-kira 0.5 cm setipis
mungkin.
3. Melakukan fiksasi dengan memakai larutan alkohol 75%
4. Merendam jaringan ke dalam aquades selama beberapa detik.
5. Lalu letakan preparat tersebut diatas cover glass kemudian diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 1000 kali, setelah itu amati dan foto hasilnya.
6. Lakukan percobaan yang sama dengan meneteskan cairan pewarna atau eosin
pada preparat, amati di bawah mikroskop dan foto hasil pengamatannya.

6
VII. Hasil Pengamatan & Pembahasan

Gambar 1. Daun adam hawa (Rhoeo discolor)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Kelas : Monokotil

Ordo : Commelinales

Famili : Commelinaceae

Genus : Rhoeo

Spesies : Rhoeo discolor

7
Gambar 2. Irisan daun Rhoeo discolor tanpa eosin dibawah mikroskop

Gambar 3. Irisan daun Rhoeo discolor dengan pewarna eosin dibawah mikroskop

8
Gambar 4. Gambar preparat Rhoeo discolor yang sudah jadi

Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pembuatan preparat daun Rhoeo
discolor . Daun Rhoeo discolor pertama-tama diiris permukaan bawahnya dengan
pisau silet.
Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan fiksasi selama 30 menit dengan
merendamnya dengan alkohol. Fiksasi pada tahapan ini bertujuan untuk mengawetkan
semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada dalam keadaan sama atau hampir
sama dengan pada waktu masih hidup.
Tahapan selanjutnya yaitu meletakkan preparat pada object glass dan
menetesinya dengan aquades, lalu diamati dibawah mikroskop. Tampak preparat di
bawah mikroskop berwarna masih transparan, sel selnya terlihat jelas dan sedikit
berwarna kebiruan karena warna dari daun Rhoeo discolor (gambar 2). Setelah itu
lakukan perlakuan yang sama pada preparat yang kedua dengan meneteskan pewarna
eosin pada preparat di object glass, ditutup dengan cover glass, lalu diamati dibawah
miroskop dengan pembesaran 1000 kali. Terlihat kalau preparat menjadi berwarna
kemerahan karena cairan sel-selnya sudah diwarnai dengan eosin.
Lalu preparat yang sudah diwarnai dan sudah jadi ditutup cover glass dan
ditutupi dengan vaselin pada tepinya agar tidak rusak terserang jamu, diberi label nama
dan difoto. (Gambar 4).

9
VIII. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan mengenai pembuatan preparat melintang


dengan menggunakan jaringan daun Rhoeo discolor, kesimpulan yang saya dapat
adalah :
 Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati
dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau
organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara
terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang
 Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel
dapat menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat ini sel
dalam jaringan tidak terwarnai. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang
digunakan untuk pemberian warnanya terlalu singkat sehingga zat warna
belum terserap sempurna oleh jaringan.

IX. Saran

 Dalam melakukan penyayatan jaringan, sebaiknya dilakukan setipis mungkin


dengan pisau steril agar tidak merusak jaringan dan agar sel-sel terlihat dengan
jelas di mikroskop.
 Setelah selesai mengawetkan preparat, olesi sekeliling cover glass dengan lem
atau vaselin agar jaringan tidak rusak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfiandri, F., 2013. Mikroteknik Tumbuhan. http://mukegile08.wordpress.com,


diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Alyas, A., 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode


Parafin.http://asli.tumblr.com, diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan

Damayanti, L., 2014. Mikroteknik Parafin. http://lindabios.wordpress.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Muarib, M., 2012. Laporan Praktikum Batang. http://muaribmunif.blogspot.com,


diakses pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

Syahrir, N.A., 2013. Laporan Praktikum Mikroteknik


Tumbuhan.http://arafah.sribd.com, diakses pada tanggal 1 Juni 2015,
Medan.

Tianaizta, A., 2013. Preparat Tumbuhan. http://Tiabiologika.blogspot.com, diakses


pada tanggal 1 Juni 2015, Medan.

11

Anda mungkin juga menyukai