Jabal
Kita masuk hadits selanjutnya dari nasihat-nasihat dan mauidzah Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Muadz bin Jabal berkata:
ُ فأص َبحتُ يو ًما قريبًا منهُ ونحنُ ن، َّللاُ علَي ِّه وسلَّ َم في سفَ ٍر
َسير َّ كنتُ م َع النَّبي ِّ صلَّى
“Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam perjalanan, dan di waktu
pagi suatu hari aku dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan waktu itu
kami sedang berjalan.”
“Lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku dengan amal yang bisa
memasukkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka.'”
وتُؤتي، َصالةَّ وتُقي ُم ال، تشر ْك بِّ ِّه شيئًا َّ ُ تعبد، َّللاُ علَي ِّه
ِّ َّللاَ وال َّ ُليسير على من يس ََّره
ٌ ُ وإنَّه، عظيم
ٍ عن
َ لقد سألت َني: قا َل
َ وتح ُّج البيت، َ وتصو ُم رمضان، َالزكاة َّ ،
“Maka Nabi bersabda, ‘Sungguh kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar.
Dan sesungguhnya ia mudah atas orang-orang yang Allah berikan kemudahan padanya. Yaitu
kamu hendaklah beribadah kepada Allah dan jangan sekutukan Allah sedikitpun juga. Dan
kamu mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah.'”
“Maukah aku tunjukkan kamu kepada pintu-pintu kebaikan: Puasa atau shaum adalah perisai,
dan sedekah bisa memadamkan dosa sebagaimana air bisa memadamkan api, dan shalatnya
seseorang di tengah malam.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacakan surat As-Sajadah ayat 16-
17, Allah Ta’ala berfirman:
ي لَ ُهم ِّمن قُ َّر ِّة ُ ٌ ﴾ فَ َال ت َ ْعلَ ُم نَ ْف١٦﴿ َط َم ًعا َو ِّم َّما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُن ِّفقُون َ تَت َ َجافَ ٰى ُجنُو ُب ُه ْم َع ِّن ْال َم
َ ضا ِّجعِّ َيدْعُونَ َر َّب ُه ْم خ َْوفًا َو
َ س َّما أ ْخ ِّف
ُ
١٧﴿ َ﴾أ ْعي ٍُن َجزَ ا ًء بِّ َما كَانُوا يَ ْع َملون َ
Baca Juga:
Kisah Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq radhiyallahu 'anhu - Bagian ke-5 - Faedah Sejarah
Islam (Ustadz Dr. Ali Musri, M.A.)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka senantiasa menyeru Rabb mereka
dengan penuh rasa takut dan rasa harap, dan dari sebagian apa yang telah kami berikan
rejeki kepada mereka, mereka menginfakkannya. Jiwa tidak mengatahui apa yang
disembunyikan untuk mereka dari kesejukan pandangan sebagai balasan terhadap perbuatan
mereka.” (QS. As-Sajdah[32]: 16-17)
نام ِّه ؟
ِّ سَ ِّ وذِّروة، كل ِّه وعمو ِّد ِّه ِّ َ أس األ
ِّ مر ِّ أخبركَ بِّ َر
ُ أال
“Maukah aku beritahukan kepada kamu kepala perkara seluruhnya, tiangnya dan puncak
punuknya?”
“Mau Ya Rasulullah.”
ُالجهاد
ِّ نام ِّه
ِّ سَ ُ وذروة، ُ صالة
َّ وعمودُهُ ال، األمر اإلسال ُم
ِّ رأس
ُ ،
“Kepala urusan itu Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak punuknya adalah berjihad.”
كل ِّه ؟
ِّ َبمالك ذلِّك
ِّ َأخبرك
ُ أال
Ini adalah kunci yang telah disebutkan tadi dari awal berupa jalan menuju surga, demikian
pula pintu-pintu kebaikan, demikian pula kepala segala urusan, tiang dan puncaknya. Nabi
ingin memberitahu kepada Muadz bin Jabal tentang kunci semua itu.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang lidahnya lalu Nabi bersabda:
َّ ُك،
ف عليكَ هذا
“Tahan ini.”
“Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang kami ucapkan?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ناخرهِّم َّإال َحصائدُ ألسنتِّ ِّهم َ َوهَل َي ُكبُّ ال َّن، ُ ث َ ِّكلَتكَ أ ُّمكَ يا معاذ.
ِّ َّاس في الن
ِّ ار على وجو ِّه ِّهم أو على َم
“Mengherankan sekali engkau hai Muadz, bukankah yang menelungkupkan manusia dalam
neraka jahannam diatas tengkuk-tengkuk mereka adalah hasil daripada ucapan lisan-lisan
mereka?” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Subhanallah..
Muadz bin Jabal seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dipuji oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan kefaqihannya. Disebutkan dalam hadits bahwa
Muadz bin Jabal nanti akan dikumpulkan di depan para ulama sejauh mata memandang.
Beliau sahabat yang mulia yang Allah berikan kefaqihan.
Muadz bin Jabal berkata, “Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
sebuah perjalanan. Suatu ketika aku dekat dengan beliau dan waktu itu kami sedang
berjalan.”
Ini menunjukkan bahwa kalau kita berjalan dengan seorang alim, seorang ulama, maka
jadikan itu ghanimah untuk kita bisa mengambil manfaat ilmu. Ketika kita berjalan dengan
seorang ustadz yang kita ketahui akan keilmuannya, kedalaman dan kefaqihannya, maka
jangan sia-siakan untuk kita berusaha bertanya tentang perkara-perkara yang kita tidak
paham. Namun jangan juga kita menjadi orang yang banyak bertanya. Karena banyak
bertanya itu juga dilarang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Baca Juga:
Kisah Sahabat Nabi dalam Berinfaq Bagian 2- Kitab Ahsanul Bayan (Ustadz Kurnaedi, Lc.)
Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah bahwa pertanyaan itu boleh kalau memang itu perkara-
perkara yang kita butuhkan dalam agama kita. Adapun kalau kita belum ada kebutuhan,
jangan kita pikir-pikir ingin bertanya apa. Terkadang ada orang seperti itu. Karena sepertinya
tidak bagus. Karena akan bisa menyeret kepada banyak bertanya yang dilarang oleh Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Baca juga: Hadits Arbain Ke 9 – Kerjakan Perintah Semampunya dan Jangan Banyak
Bertanya
Panggilan Kehormatan
“Jangan kalian samakan panggilan kepada Rasulullah seperti kepada yang lainnya.” (QS.
An-Nur[24]: 63)
Maka sebagian ulama mengambil istimbat bahwa demikian pula ketika kita memanggil
seorang alim ulama, jangan kita panggil namanya. Kita panggil gelar kehormatan buat dia
untuk menghormati keilmuannya.
Muadz bin Jabal berkata, “Kabarkan kepadaku amal yang bisa memasukkan aku ke surga dan
menjauhkan aku dari api neraka.” Subhanallah.. Ini adalah sebuah pertanyaan yang luar biasa.
Pertanyaan tentang amal yang bisa memasukkan ke surga. Menunjukkan bahwa para sahabat
itu semangat sekali bertanya tentang amal. Makanya tidak aneh Al-Imam Imam Ibnu Katsir
berkata:
َ ََيراً ل
سبَقُ ْونَا إِّلَ ْي ِّه ْ لَ ْو َكانَ خ
“Kalaulah itu perkara yang baik, tentu para sahabat sudah mendahului kita kepada kebaikan.”
Kenapa? Karena para sahabat orang yang paling semangat kepada kebaikan. Saya yakin
semua kita mengakui bahwa masalah semangat kepada kebaikan para sahabat adalah segala-
galanya dari kita. Maka dari itu suatu amal yang tidak diamalkan oleh para sahabat, jangan
kita amalkan. Karena mereka yang paling paham dan paling semangat kepada kebaikan,
kepada amal shalih.
كل عبادة لم يتعبدها أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فال تعبدوها
“Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam jangan kalian lakukan.”
Baca Juga:
Perdamaian Antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah Radhiyallahu 'anhu
Mereka adalah orang yang paling semangat dalam kebaikan, orang yang paling paham
tentang dien ini.
Perkara Besar
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendengar pertanyaan Muadz bin Jabal itu
beliau bersabda, “Kamu telah bertanya kepadaku tentang perkara yang besar.”
Subhanallah.. membahas amal yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan dari api
neraka adalah perkara besar. Banyak orang di zaman ini menganggap membahas tentang
amalan ke surga adalah pembahasan yang remeh. Karena hatinya menginginkan dunia.
Dihatinya, dunialah yang paling besar. Sehingga ketika melihat amal, dia melihatnya remeh.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa ini pertanyaan besar.
Pertanyaan tentang amal yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan dari api neraka.
Maka sudah selayaknya kita -orang-orang yang mengharapkan surga Allah- berusaha untuk
berburu surga dengan cara memperhatikan apa amal-amal yang bisa memasukkan ke surga.
Itu adalah perkara dan cita-cita yang sangat mulia, saudaraku.
Cita-cita yang mulia dan tinggi itu bukan di dunia. Cita-cita dunia itu rendah semuanya. Yang
satu cita-citanya ingin menjadi dokter, yang satu cita-citanya ingin menjadi presiden, yang
satu cita-citanya ingin jadi insinyur dan yang lainnya. Itu semua cita-cita dunia. Cita-cita
yang paling tinggi adalah “Saya ingin masuk surga.” Itu adalah merupakan keinginan yang
sangat mulia sekali. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menganggap pertanyaan ini agung sekali.
Kata Rasulullah, “Sesungguhnya ia mudah atas orang yang Allah mudahkan untuknya.”
Maka kita harus berusaha bagaimana caranya Allah memudahkan kita beramal shalih.
Caranya tiada lain adalah mengatur hati kita supaya hati kita betul-betul menyadari tentang
kehidupan dunia yang fana dan bahwasanya akhirat itu segala-galanya, bahwasannya kita
hidup di dunia tidak akan lama, kita akan meninggal, kita akan kembali kepada Allah. Kita
tidak akan membawa harta yang banyak, tidak akan membawa mobil yang mewah, tidak
akan membawa rumah yang megah.
Baca Juga:
Seorang Hamba Tidak Boleh Bersandar kepada Amalannya Semata - Kitab 10 Kaidah
Istiqamah (Ustadz Arman Amri, Lc.)
Kalau kita selalu berpikir tentang akhirat, maka akan muncul niat-niat kebaikan. Saat niat itu
kuat, Allah berikan kemudahan Insya Allah. Asal kita berusaha terus berjuang. Maka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya itu mudah bagi orang
yang Allah berikan kepadanya kemudahan.”
Amalan Yang Memasukkan ke Surga
1. Beribadah Kepada Allah dan Jangan Sekutukan Allah Sedikitpun Juga
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan yang paling agung dulu. Yaitu hendaklah
kamu beribadah hanya kepada Allah saja. Jangan sekutukan Allah dengan apapun juga.
Subhanallah..
Ini perkara yang agung. Beribadah hanya kepada Allah karena kita adalah hamba. Semuanya
kita hamba dan hak Allah atas hambaNya adalah agar diibadahi dan tidak disekutukan.
Karena semua yang disembah selain Allah adalah makhluk yang Allah ciptakan. Maka Allah
tidak ridha untuk disekutukan dengan makhluk-makhlukNya yang lemah, yang butuh
semuanya kepada karunia Allah.
Maka saudaraku, perhatikan perkara yang pertama ini. Hendaklah kamu beribadah kepada
Allah. Perhatikan betul apakah kita sudah merealisasikan ibadah secara sempurna atau
belum? Karena ibadah itu hak yang agung.
اسم جامع لكل ما يحبه هللا ويرضاه من األقوال واألفعال الظاهرة والباطنة
“Sebuah nama yang menunjukkan kepada semua perkara yang Allah cintai dan ridhai dari
ucapan dan perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi.”
Dari mana kita tahu sesuatu itu dicintai dan diridhai oleh Allah?
Tentu dari pengabaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata beliau bahwa ibadah
itu adalah perkara yang Allah cintai dan ridhai. Berarti karena itu hak Allah dan Allah ingin
diibadai dengan apa yang Allah cintai dan Allah ridhai. Bukan dengan sesuatu yang sesuai
selera kita.
Beliau juga menyebutkan bahwa ibadah itu harus terdiri dari dua perkara; (1) pengagungan
dan ketundukan, (2) cinta. Orang yang cinta tapi tidak mengagungkan dan tidak tunduk, dia
tidak ibadah. Orang yang tunduk dan mengagungkan tapi tidak cinta, itu tidak disebut dengan
ibadah. Disebut ibadah kalau terdiri dari dua perkara tadi.
Maka kita menghambakan diri kita kepada Allah, bukan kepada hawa nafsu. Kita
menghambakan diri kita kepada Allah, bukan kepada harta benda. Kita menghambakan diri
kita kepada Allah, bukan kepada manusia. Karena semua kita adalah hamba-hamba Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Di sini beliau mengingatkan perkara yang paling agung. Karena ini adalah hak Allah yang
paling besar.
Baca Juga:
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah: Hadits 1001-1003 - TPP: Larangan Menjadikan Masjid
sebagai Tempat Lalu-Lalang hingga Keutamaan Orang-Orang yang Ikut Perang Badar
(Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)
ظ ْل ٌم َع ِّظي ٌم
ُ َِّإ َّن ال ِّش ْركَ ل
“Sesungguhnya syirik itu dosa yang sangat besar.” (QS. Luqman[31]: 13)
Allah pun tidak akan pernah mengampuni orang yang wafat di atas syirik. Bahkan Allah
haramkan dia masuk ke dalam surga. Allah berfirman:
ُ َّإِّنَّهُ َمن يُ ْش ِّر ْك بِّاللَّـ ِّه فَقَدْ َح َّر َم اللَّـه ُ َعلَ ْي ِّه ْال َجنَّةَ َو َمأ ْ َواهُ الن
ار
Maka ini (mengenal hak-hak Allah) adalah fiqih yang paling besar, saudaraku. Jangan sampai
perhatian kita kepada fiqih-fiqih yang lainnya lebih besar daripada fiqih tentang ibadah
kepada Allah, fiqih tentang tauhidullah.
2. Mendirikan Shalat
Ini merupakan amal yang bisa memasukkan ke surga. Karena shalat merupakan rukun yang
terbesar setelah dua kalimat syahadat. Setelah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hakikat shalat adalah kita bersujud kepada Allah dan mengakui bahwa kita ini hamba Allah.
Maka orang yang sombong untuk meletakkan dahinya di tanah untuk sujud kepada
penciptanya, sungguh ini hakikatnya orang yang sangat sombong.
Banyak orang yang sombong, tidak mau ia meletakkan dahinya kepada Allah yang telah
memberikan dia rezeki. Na’udzubillah..
Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan shalat karena malas. Imam
Ahmad dan kebanyakan sahabat berpendapat dia kafir murtad dari agama Islam. Sebagian
ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad mengatakan belum. Berarti orang
yang meninggalkan shalat itu masih diperselisihkan ulama apakah dia muslim apa bukan. Ini
menunjukkan betapa agungnya masalah shalat.
Makanya seorang mukmin tidak boleh meremehkan shalat. Seorang mukmin tidak boleh
meremehkan sedikitpun dari perintah-perintah Allah terutama masalah shalat. Karena
manfaat shalat untuk kehidupan kita luar biasa. Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-
Ankabut[29]: 45)
Berarti shalat memberikan kekuatan di hati. Orang yang senantiasa memperhatikan shalatnya,
dia perhatikan syaratnya dan rukunnya dan tuma’ninahnya, orang ini Insyaallah shalatnya
akan memberikan kekuatan di hati dan kelak akan diberikan kekuatan untuk meninggalkan
maksiat.
Shalat juga -kata Rasulullah- merupakan cahaya. Cahaya di dunia dan akhirat. Sementara kita
butuh cahaya. Terlebih di kehidupan akhirat. Kita sangat membutuhkan cahaya, saudaraku.
Shalat juga menggugurkan dosa-dosa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
Baca Juga:
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 30-34 (Ustadz Badrusalam, Lc.)
“Bagaimana pendapat kalian, seandainya ada sungai di depan pintu rumah seorang dari
kalian. Dia mandi di sungai itu lima kali sehari. Apakah masih ada kotoran yang tersisa?”
(Muttafaqun ‘alaih)
“Sungguh, jika seorang hamba berdiri untuk shalat, maka semua dosanya didatangkan, dan
diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia ruku’ dan sujud, maka berjatuhanlah dosa-
dosa tersebut darinya.” Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah (1398)
Bayangkan, Subhanallah..
Betapa besar dan agungnya shalat. Sampai-sampai semua syariat disampaikan oleh Allah
kepada RasulNya melalui Malaikat Jibril. Sementara shalat tidak. Allah langsu
3. Membayar Zakat
4. Berpuasa Ramadhan
Ini juga amalan yang agung sekali yang memasukkan kita ke dalam surga. Simak penjelasan
lengkapnya pada menit ke-24:01