Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis adalah penyakit infeksi yang akut yang fatal, disebabkan oleh berbagai
mikraorganisme. Tingkat kematian mulai 2% pada infan dan anak-anak dan 30% pada
neonates. Ketulian atau gejala sisa neurologis jangka panjang dapat di jumpai pada 1/3 kasus
dari anak yang bertahan.
Penyakit meningitis dapat membunuh dalam hitungan jam dan memakan lebih dari
seratus nyawa di UK setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya terkait dengan risiko yang
signifikan dari mortalitas, tetapi juga dengan morbiditas jangka panjang. Mereka yang
sembuh dapat mengalami kecacatan yang secara dramatis mengubah kehidupan mereka,
termasuk amputasi, jaringan parut, defisit sensorik, gangguan intelektual, epilepsi, dan
berbagai kurang spesifik kognitif dan gangguan psikologis. Meningokokus adalah bakteri
penyebab utama meningitis pada anak-anak dan dewasa muda, dan penyebab umum
septikemia dan shock pada usia tersebut. 1

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat dari kepanitraan klinik
senior di RS. H. Adam Malik secara umumnya, dan dapat menjadi panduan untuk para
pembaca secara khususnya.

1.3 Manfaat

Pengetahuan mengenai meningits penting untuk meningkatkan kepedulian dan


kewaspadaan mengenai gejala-gejala meningitis. Sehingga pencegahan dan pengobatan
meningitis dapat dilakukan lebih dini dan lebih efektif

BAB II

1
LAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS PRIBADI


NAMA : Muhammad Zeinsyah
JENIS KELAMIN : Laki-laki
USIA : 40 Tahun
SUKU : Melayu
AGAMA : Islam
ALAMAT : Jln. P.kemerdekaan no.4 Binjai
STATUS : Menikah
PEKERJAAN : Pegawai Negeri
TGL MASUK : 19 Januari 2010
TGL KELUAR : 22 Januari 2010 (Exitus)

2.2. ANAMNESA
KU : Penurunan Kesadaran
Telaah :
Hal ini telah di alami oleh OS lebih kurang dalam seminggu ini secara perlahan-lahan saat
OS beristirahat ( makan siang ) disertai rasa lemah pada lengan dan tungkai kanan.
Demam tinggi dijumpai lebih kurang 10 hari yang lalu, kejang (-), nyeri kepala (+) terjadi
1minggu sebelum OS mengalami penurunan kesadaran, muntah (+). Riwayat darah
tinggi(-). Riwayat sakit gula (+), riwayat penyakit jantung (-), Merokok (-), riwayat
penyakit TB (+) selama 2 bulan.
Riwayat penyakit terdahulu : Tuberkulosis Paru, Diabetes Mellitus
Riwayat penggunaan obat : OAT

ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Tidak dijumpai kelainan
Traktus Respiratorius : Tuberkulosis
Traktus Digestivus : Tidak di jumpai kelainan
Traktus Urogenitalis : Tidak di jumpai kelainan
Penyakit terdahulu dan kecelakaan : Sakit Gula; (-)
Intoksikasi dan obat-obatan : Tidak di jumpai kelainan
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Ayah Os Stroke (+)
Faktor Familier : Anak ke-3 Os Hidrocefalus (+)

ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Spontan, di tolong bidan, dan baik
Imunisasi : Tidak Jelas
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Perkawinan dan Anak : Kawin dan jumlah anak 3

2.3. PEMERIKSAAN JASMANI


PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/i
2
Frekuensi Nafas : 25 x/i
Temperatur : 37 ˚c
Kulit dan Selaput lendir : Tidak dijumpai Kelainan
Kelenjar dan getah bening : Pembesaran KGB (-)
Persendian : Tidak Dijumpai Kelainan
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan Posisi : Bulat dan Medial
Pergerakan : Sulit di nilai
Kelainan panca indra : Sulit di nilai
Rongga mulut dan gigi : Tidak dijumpai kelainan
Kelenjar parotis : Tidak dijumpai kelainan
Desah : Tidak dijumpai kelainan

RONGGA DADA DAN ABDOMENRongga Dada Rongga Abdomen


Inspeksi : Simetris fusiform Simetris
Palpasi : Sulit Dinilai Soepel
Perkusi : Sonor Timpani
Auskultasi : Vesikuler Peristaltik (+) Normal

GENITALIA
Toucher : Tidak di lakukan pemeriksaan

2.4. STATUS NEUROLOGIS


SENSORIUM : Apatis
KRANIUM
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Cracked Pot sign (-)
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk : (+)
Tanda Kerniq : (+)
Tanda Laseque : (-)
Tanda brudzinski I : (-)
Tanda brudzinski II : (-)
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Muntah : (-)
Sakit kepala : (-)
Kejang : (-)

NERVUS KRANIALIS
NERVUS I Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Anosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Parosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiposmia : Sulit dinilai Sulit dinilai

3
NERVUS II Okuli Dextra (OD) Okuli Sinstra (OS)
Visus : Sulit dinilai Sulit dinilai

Lapangan Pandang
 Normal : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Menyempit : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Hemianopsia : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Scotoma : Sulit dinilai Sulit dinilai

Refleks Ancaman : Sulit dinilai Sulit dinilai

Fundus Okuli

 Warna : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan


 Batas : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Ekskavasio : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Arteri : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Vena : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan

NERVUS III,IV,VI Okuli Dextra (OD) Okuli Sinistra (OS)

Gerakan bola mata : SDN SDN

Nistagmus : Sulit dinilai Sulit dinilai

Pupil

 Lebar : 3mm 3mm


 Bentuk : Bulat Bulat
 Reflex cahaya langsung : (+) (+)
 Reflex cahaya tdk lsg : (+) (+)
 Rima Palpebra : 5mm 5mm
 Deviasi conjugate : (-) (-)
 Phenomena Doll’s eye : SDN SDN
 Stabismus : (-) (-)

NERVUS V Kanan Kiri

Motorik

4
 Membuka dan menutup mulut : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Palpasi otot masseter dan temporalis : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Kekuatan gigitan : Sulit dinilai Sulit dinilai

Sensorik

 Kulit : Sulit dinilai Sulit dinilai


 Selaput lendir : Mukosa basah Mukosa Basah

Reflex Kornea

 Langsung : (+) (+)


 Tidak langsung : (+) (+)

Reflex masseter : Sulit dinilai Sulit dinilai

Reflex bersin : Sulit dinilai Sulit dinilai

NERVUS VII Kanan Kiri

Motorik

 Mimik : Sudut Mulut jatuh ke Kiri


 Kerut kening : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Menutup mata : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Meniup sekuatnya : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Memperlihatkan gigi : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Tertawa : Sulit dinilai Sulit dinilai

Sensorik

 Pengecapan 2/3 depan lidah : Sulit dinilai


 Produksi kelenjar ludah : (+)
 Hiperakusis : Sulit dinilai
 Reflex Stapedial : Sulit dinilai

NERVUS VIII

Auditorius Kanan Kiri

 Pendengaran : Sulit dinilai Sulit dinilai


 Test Rinne : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Test Weber : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Test Schwabach : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan

5
Vestibularis

 Nistagmus : Sulit dinilai Sulit dinilai


 Reaksi kalori : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
 Vertigo : Sulit dinilai Sulit dinilai
 Tinnitus : Sulit dinilai Sulit dinilai

NERVUS IX,X

Pallatum Mole : Sulit dinilai


Uvula : Sulit dinilai
Disfagia : Sulit dinilai
Disartria : Sulit dinilai
Disfonia : Sulit dinilai
Reflex muntah : (+)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Sulit dinilai

NERVUS XI Kanan Kiri

Mengangkat bahu : Sulit dinilai Sulit dinilai

Fungsi otot Sternocleidomastoideus : Sulit dinilai Sulit dinilai

NERVUS XII

Lidah

 Tremor : (-)
 Atropi : (-)
 Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Ke kiri
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Sulit dinilai

SISTEM MOTORIK

Tropi : Eutrofi
Tonus Otot : Normotonus
Kekuatan otot : Sulit dinilai, kesan lateralisasi ke kanan
Sikap : Berbaring

6
Gerakan Spontan Abnormal
 Tremor : (-)
 Khorea : (-)
 Ballismu : (-)
 Mioklonus : (-)
 Atetosis : (-)
 Distonia : (-)
 Spasme : (-)
 Tic : (-)

TEST SENSIBILITAS

Eksteroseptif : Sulit dinilai

Propioseptif : Sulit dinilai

Fungsi kortikal untuk sensibilitas

 Stereognosis : Sulit dinilai


 Pengenalan dua titik : Sulit dinilai
 Grafestesia : Sulit dinilai

REFLEKS

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

 Biceps : (+) (+)


 Triceps : (+) (+)
 Radioperiost : (+) (+)
 APR : (+) (+)
 KPR : (+) (+)
 Stumple : (+) (+)

Reflex Patologis

 Babinski : (-) (-)


 Oppenheim : (-) (-)
 Chaddock : (-) (-)
 Gordon : (-) (-)
 Schaefer : (-) (-)

7
 Hoffman-Tromner : (-) (-)
 Klonus lutut : (-) (-)
 Klonus kaki : (-) (-)

Refleks Primitif : (-)

KOORDINASI

Lenggang : sulit dinilai


Bicara : sulit dinilai
Menulis : sulit dinilai
Percobaan apraksia : sulit dinilai
Mimic : sulit dinilai
Tes Telunjuk-telunjuk : sulit dinilai
Tes Telunjuk-Hidung : sulit dinilai
Diadokhokinesia : sulit dinilai
Tes Tumit-lutut : sulit dinilai
Tes Romberg : sulit dinilai

VEGETATIF

Vasomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan


Sudomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo-Erektor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Defekasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Potens dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan

VERTEBRA

Bentuk

 Normal : (+)
 Scoliosis : (-)
 Hiperlordosis : (-)

Pergerakan

8
 Leher : Sulit dinilai
 Pinggang : Sulit dinilai

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER

Laseque : sulit dinilai


Cross Laseque : sulit dinilai
Test Lhermitte : sulit dinilai
Test Naffziger : sulit dinilai

GEJALA-GEJALA SEREBRAL

Ataksia : Sulit Dinilai


Disatria : Sulit Dinilai
Tremor : Sulit Dinilai
Nistagmus : Sulit Dinilai
Fenomena Rebound : Sulit Dinilai
Vertigo : Sulit Dinilai
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL

Tremor : Sulit Dinilai


Rigiditas : Sulit Dinilai
Bradikinesia : Sulit Dinilai

FUNGSI LUHUR

Kesadaran Kualitatif : Sulit Dinilai


Ingatan Baru : Sulit Dinilai
Ingatan Lama : Sulit Dinilai
Orientasi
 Diri : Sulit Dinilai
 Tempat : Sulit Dinilai
 Waktu : Sulit Dinilai
 Situasi : Sulit Dinilai

Intelegensia : Sulit Dinilai

Daya pertimbangan : Sulit Dinilai

Reaksi Emosi : Sulit Dinilai


9
Afasia

 Ekspresif : Sulit Dinilai


 Represif : Sulit Dinilai
Apraksia : Sulit Dinilai
Agnosia
 Agnosia Visual : Sulit Dinilai
 Agnosia Jari-jari : Sulit Dinilai
 Akalkulia : Sulit Dinilai
 Disorientasi Kanan-Kiri : Sulit Dinilai

2.5 KESIMPULAN PEMERIKSAAN

Seorang laki-laki berumur 46 tahun datang ke RSUPHAM dengan keluhan penurunan


kesadaran yang dialami secara perlahan-lahan lebih kurang dalam seminggu ini disertai
dengan rasa lemah di lengan dan tungkai kanan. Demam tinggi dujumpai lebih kurang 10 hari
ini. Riwayat nyeri kepala dan muntah (+), DM (+),TB Paru (+) lebih kurang 2 bulan, Riwayat
penggunaan OAT (+) tetapi tidak teratur.

Status Presens Status Neurologis

Sensorium : Apatis Sensorium : Apatis

TD : 120/80 mmHg Pe↑ TIK : (-)

HR : 88x/i Per.Meningeal :Kaku Kuduk(+),Kernig(+)

RR : 25x/i

T : 37˚C

S.Kranialis

N.I : Sulit Dinilai

N.II.III : RC +/+, Pupil Isokor, ѳ3mm

N.III.IV.VI : Sulit dinilai

10
N.V : Refleks kornea (+)

N.VII : Sudut mulut jatuh ke kiri

N.VIII : (+)

N.IX.X : Gag reflex (+)

N.XI : Sulit dinilai

N.XII : Ujung lidah saat istirahat kekiri

Refleks Fisiologis Ka Ki Refleks Patologis Ka Ki

Biseps/Triseps +/+ +/+ Hofman/Tromner -/- -/-

KPR/APR +/+ +/+ Babinski -- --

Kekuatan Motorik : Sulit dinilai, Kesan Lateralisasi Kanan

2.6 DIAGNOSA

Diagnosa Fungsional : Apatis + Hemiparese dex+ P.N.VII Sinistra Tipe UMN

Diagnosa Etiologik : Infeksi

Diagnosa Anatomi : Meningens

Diagnosa Kerja : DD/ - Meningitis Tuberculosa

- Meningitis Purulenta

- Enchepalitis

2.7 PENATALAKSANAAN :

 Diet Sonde TKTP


 Tirah baring elevasi kepala 30˚
 O2 2-3L
 NGT-Kateter
 IVFD R-Sol20gtt/i

11
 Cefriaxon 2gr/12jam
 Dexamethason 2amp bolus, lanjut 1amp/6jam Tappering Off 3 Hari
 Ranitidin 1amp/12jam
 Rifampicin 1x450mg
 Pirazinamid 3x500mg
 INH 1x300mg
 Inj. Streptomisin 1x750mg/hr
 Vit B6 2x1

2.8 RENCANA PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan darah rutin


 Elektrolit
 KGD ad random
 Ureum dan kreatinin
 SGOT SGPT
 Analisa gas darah
 Lumbal punksi
 EKG
 Foto Thoraks
 Head CT-Scan

2.9 HASIL PEMERIKSAAN

 Darah Rutin : (19-01-2010)


o Leukosit 11,9 K/uL ( 4,60 - 10,2 K/uL )
o Eritrosit 4,59 M/uL ( 4,04 - 6,13 M/uL )
o Hemoglobin 11,4 gr/dL ( 12,0 - 18,0 gr/dL )
o Platelet 342 K/uL ( 150 - 450 K/dL )
 Renal Fungsi Test : (19-01-2010)
o Ureum 16 mg/dL ( 10 - 50 mg/dl )
o Creatinin 0.4 mg/dL ( 0,7 - 1,4 mg/dl )
 Liver Fungsi Test : (19-01-2010)
o SGOT 10 u/L ( <38 u/L )
o SGPT 7 u/L ( <40 u/L )
 Metabolisme Karbohidrat
o KGD ad random 91 mg% ( <200 mg% )
 Elektrolit
o Natrium 129 mEq/L ( 135-155 mEq/L )
o Kalium 4,2 mEq/L ( 3,6-5,5 mEq/L )
o Chlorida 94 mEq/L ( 96-106 mEq/L )

12
 Analisa Gas darah
o PH 7,450 ( 7,35 - 7,45 )
o pCO2 41,4 mmHg ( 38 - 42 mmHg )
o pO2 74,5 mmHg ( 85 - 100 mmHg )
o bikarbonat 28,1 ( 22 - 26 )
o Total CO2 29,4 ( 19 – 25 )
o Base Exes 3,8 ( -2 - +2 )
o Saturasi O2 95,3 ( 95 – 100 )
 Dilakukan pemeriksaan Foto Thoraks (19-01-2010)
o Hasil : TB paru Aktif
 Dilakukan Head CT Scan di RS MATERNA
o Hasil : Meningitis + Hidrosefalus comunicans + Infark Serebri

2. 10 Follow Up pasien tanggal 20-22 januari 2010

KU : penurunan kesadaran KU : penurunan kesadaran KU : penurunan kesadaran


KT : - KT : demam KT : demam
Status Presens : Status Presens : Status Presens :
Sensorium : Apatis Sensorium : Apatis Sensorium : Sopor
TD: 120/80 mmHg TD: 110/80 mmHg TD: 100/60 mmHg
HR: 108 x/i HR:120 x/i HR: 136 x/i
RR: 44 x/i RR: 45 x/i RR: 48 x/i
T : 36,5o C T : 38o C T : 39,5o C

Status Neurologis : Status Neurologis : Status Neurologis :


Sensorium :Apatis Sensorium :Apatis Sensorium : Sopor
Peningkatan TIK : - Peningkatan TIK : - Peningkatan TIK : -

Perangsangan Meningeal : kaku Perangsangan Meningeal : kaku Perangsangan Meningeal : kaku


kuduk + kuduk + kuduk +

Nervus Kranialis : Nervus Kranialis : Nervus Kranialis :


N.I : SDN N.I : SDN N.I : SDN
N.II.III : RC +/+, isokor ѳ3mm N.II.III : RC+/+, Isokor N.II.III : RC +/+↓, Isokor
N III.IV.VI : SDN N III.IV.VI :SDN N III.IV.VI : SDN
N V : Reflek kornea + N V : Reflek kornea + N V : Reflek kornea +
N VII : sudut mulut jatuh kekiri N VII : sudut mulut jatuh kekiri N VII : sudut mulut jatuh kekiri

13
N VIII : (+) N VIII : (+) N VIII : (+)
N IX.X : gangguan reflek + N IX.X : gangguan reflek + N IX.X: gangguan reflek +
N XI : SDN N XI : SDN N XI : SDN
N XII : Lidah Istirahat kekiri N XII : Lidah Istirahat kekiri N XII : Lidah Istirahat ke kiri

R.Fisiologis : KA KI R.fisiologis : KA KI R.fisiologis : KA KI


B/T +/+ +/+ B/T -/- -/- B/T -/- -/-
KPR/APR +/+ +/+ KPR/APR -/- -/- KPR/APR -/- -/-

R.Patologis Ka Ki R.Patologis Ka Ki R.Patologis Ka Ki


Babinski -/- -/- Babinski +/+ +/+ Babinski +/+ +/+
H/T -/- -/- H/T +/+ +/+ H/T +/+ +/+

Kekuatan motorik : Kekuatan motorik : Kekuatan motorik :


ESD: SDN ESS : SDN ESD: SDN ESS: SDN ESD: SDN ESS :SDN
EID: SDN EIS : SDN EID: SDN EIS: SDN EID : SDN EIS :SDN
Kesan Lateralisasi kanan Kesan Lateralisasi kiri Kesan Lateralisasi kiri

Diagnose kerja : Diagnose kerja : Diagnose kerja :


Apatis+meningitis+hydrosefalus Apatis+meningitis+hydrosefalus Sopor+meningitis+hydrosefalus
comunicas+infark serebri comunicas+infark serebri comunicas+infark serebri

Terapi : Terapi : : Terapi :


 Diet Sonde TKTP  Diet Sonde TKTP  Diet Sonde TKTP
 Tirah baring elevasi kepala  Tirah baring elevasi kepala  Tirah baring elevasi kepala
30˚ 30˚ 30˚
 O2 2-3L  O2 2-3L  O2 2-3L
 IVFD R-Sol20gtt/i  IVFD Nacl 0,9% 8gtt/i  IVFD Nacl 0,9% 8gtt/i
 Ceftriaxon 2gr/12jam  Ceftriaxon 2gr/12jam  Ceftriaxon 2gr/12jam
 Dexamethason 2amp bolus,  Dexamethason 2amp bolus,  Dexamethason 2amp bolus,
lanjut 1amp/6jam lanjut 1amp/6jam lanjut 1amp/6jam
Tappering Off 3 Hari Tappering Off 3 Hari Tappering Off 3 Hari
 Inj. Ranitidin 1amp/12jam  Inj. Ranitidin 1amp/12jam  Inj. Ranitidin 1amp/12jam
 Rifampicin 1x450mg  Rifampicin 1x450mg  Rifampicin 1x450mg
 Pirazinamid 3x500mg  Pirazinamid 3x500mg  Pirazinamid 3x500mg
 INH 1x300mg  INH 1x300mg  INH 1x300mg

14
 Inj.Streptomisin  Inj.Streptomisin  Inj.Streptomisin 1x750mg/hr
 Vit B6 2x1
1x750mg/hr 1x750mg/hr
 Vit B6 2x1  Vit B6 2x1

Follow Up pasien dalam keadaan kritis ( 22-01-2010 ) :

Jam Sensorium TD HR RR T RC Pupil


08.00 Sopor 100/60 136 48 39.5 +/+ ↓ Isokor
08.30 Sopor 110/70 132 49 40.1 +/+ ↓ Isokor
09.00 Sopor 100/70 124 48 40.0 +/+ ↓ Isokor
09.30 Sopor 90/60 130 48 40.0 +/+ ↓ Isokor
10.00 Sopor 80/60 140 49 39.8 +/+ ↓ Isokor
10.30 Sopor 70/40 105 48 40.0 +/+ ↓ Isokor
11.00 Sopor 60/40 100 46 40.2 +/+ ↓ Isokor
11.30 EXITUS

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang
lain.

15
3.2 Epidemiologi

Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan mortalitas


penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB terjadi setiap 300 TB
primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990 morbiditas meningitis TB 6,2%
dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB sebanding dengan TB primer, umumnya
bergantung pada status sosio-ekonomi, higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor
genetik yang menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi
TB adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan
diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering
dibanding dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada
usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.5

3.3 Anatomi Fisiologi3

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

 Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini.
 Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
 Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.

16
3.4 Etiologi8

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus,


bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :

1. Bakteri:
 Pneumococcus
 Meningococcus
 Haemophilus influenza
 Staphylococcus
 Escherichia coli
 Salmonella
 Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
 Enterovirus

17
3. Jamur :
 Cryptococcus neoformans
 Coccidioides immitris

Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.

3.5 Patogenesis

Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke meningen.


Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak atau
meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran
secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan.
Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa
(lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang
subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 3–6 bulan setelah infeksi primer.5

Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi6

Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa


BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi
Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

18
Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun



Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS

3.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor


yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi
yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu
beberapa minggu.5

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun.tanda Kernig’s dan
Brudzinsky positif.8

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.8

19
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel muncul
bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku,
dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan.8

Gejala meningitis meliputi :8

 Gejala infeksi akut


 Panas
 Nafsu makan tidak ada
 Anak lesu
 Gejala kenaikan tekanan intracranial
 Kesadaran menurun
 Kejang-kejang
 Ubun-ubun besar menonjol
 Gejala rangsangan meningeal
 kaku kuduk
 Kernig
 Brudzinky I dan II positif

Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :2

Stadium I : Stadium awal


 Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam,
anoreksia
Stadium II : Intermediate
 Gejala menjadi lebih jelas
 Mengantuk, kejang,
 Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial(terutama N.III dan N.VII,
gerakan involunter
 Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
 Penurunan kesadaran
 Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi

3.7 Diagnosis

Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :8

1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan penderita TB


2. Lumbal pungsi

Gambaran LCS pada meningitis TB :

 Warna jernih / xantokrom


 Jumlah Sel meningkat MN > PMN

20
 Limfositer
 Protein meningkat
 Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah
Pemeriksaan tambahan lainnya :
 Tes Tuberkulin
 Ziehl-Neelsen ( ZN )
 PCR ( Polymerase Chain Reaction )
2. Rontgen thorax
 TB apex paru
 TB milier
3. CT scan otak
 Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
 Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
 Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex.
Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif
hanya pada kira-kira setengah dari penderita

3.8 Penatalaksanaan8
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :
 Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
 INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
 Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
 Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
 Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS

Nama Obat DOSIS

INH Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari Anak : 20 mg/kgBB/hari


+ piridoksin 50 mg/hari

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

21
Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama
Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20


mh/kgBB/hari
Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan
deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara
araknoid dan otak.

Steroid diberikan untuk:


 Menghambat reaksi inflamasi
 Mencegah komplikasi infeksi
 Menurunkan edema serebri
 Mencegah perlekatan
 Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi Steroid :
 Kesadaran menurun
 Defisit neurologist fokal
Dosis steroid :
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2 minggu
selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Bagan Penatalaksanaan Meningitis7


Jika dijumpai tanda klinis meliputi :
1) Panas
2) Kejang
3) Tanda rangsang meningeal
4) Penurunan kesadaran

Cari tanda kenaikan tekanan intra cranial :


1) Mual muntah hebat
2) Nyeri kepala

22
3) Ubun-ubun cembung (anak)

3.9 Prognosis

Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung : 6

o umur penderita.

23
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.

3.10 Kesimpulan

Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena


morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis
tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen,
melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid.

Meningitis tuberculosa adalah penyulit dari tuberkulosa yang mempunyai morbiditas


dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh karena itu penyakit ini memerlukan
diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang cepat, tepat dan rasional.8

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Backgroud to desease. Last updated 2006. Available from


http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php
2. Neurology and Neurosurgery Illustrated
3. Israr YA. Meningitis. Last Updated 2008. Available from
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
4. Ramachandran TS. Tuberculous Meningitis. Last Updated 4 December 2008. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview ----
5. Nofareni. Status imunisasi bcg dan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya meningitis
tuberkulosa. Available from http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-nofareni.pdf
6. Koppel BS. Bacterial, Fungal,& Parasitic infections of the Nervous System in Current
Diagnosis and Treatment Neurology. USA; The McGraw-Hill Companies. 2007. p403-08,
p421-23.
7. Meningitis. Available from
http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
8. Pradhana D. Referat Meningitis. Last Updated 2009. Available from
http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-edit

25

Anda mungkin juga menyukai