Status Hukum Kapal
Status Hukum Kapal
I. PENDAHULUAN
Pelayaran di laut banyak mengandung resiko dan menyangkut hubungan
internasional. Untuk mewujudkan ketertiban lalu lintas pelayaran internasional, maka
setiap kapal yang berlayar di laut harus :
1. Memiliki identitas yang jelas (aspek status hukum).
2. Memenuhi syarat untuk dilayarkan (aspek keselamatan)
3. Dijalankan oleh orang yang memiliki kompetensi untuk melayarkan kapal (aspek
pengawakan).
Kapal yang memenuhi persyaratan ini disebut “Laik Laut”.
Identitas kapal secara fisik diperlihatkan dengan bendera kebangsaan kapal.
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 (KHI 1982/UNCLOS 1982) yang diratifikasi
dengan Undang Undang Nomor 17 Tahun 1985 mengatur :
1. Setiap negara baik berpantai atau tak berpantai dapat jadi negara bendera/flag state
(Psl.90).
2. Harus ada hubungan yang sungguh-sungguh antara negara bendera dengan kapal
yang mengibarkan benderanya sebagai bendera kebangsaan, karena itu harus
menetapkan persyaratan pendaftaran dan pemberian kebangsaan pada kapal. (Psl.91
ayat (1) ).
3. Negara bendera harus memberikan kepada kapal dokumen yang memberikan hak
untuk mengibarkan benderanya sebagai bendera kebangsaan kapal (Psl.91 ayat (2)).
4. Kapal hanya boleh berlayar dibawah bendera suatu negara saja, kecuali ditentukan
secara khusus dalam konvensi ini atau suatu perjanjian international (Psl.92 ayat (1)).
5. Perobahan atau penggantian bendera kebangsaan kapal hanya boleh dilakukan
berdasarkan perpindahan pemilikan yang nyata atau perpindahan pendaftaran.
(Psl.92 (1) ).
6. Kapal yang berlayar dibawah bendera 2 (dua) negara atau lebih dan menggunakannya
berdasarkan kemudahan dapat dianggap sebagai kapal tanpa kebangsaan. (Psl.92
ayat (2) ).
7. Setiap negara bendera harus melaksanakan secara efektif yurisdiksi, dan
pengawasannya dalam bidang administratif teknis dan sosial atas kapal yang
mengibarkan benderanya sebagai bendera kebangsaan. (Psl.94).
Sistem pendaftaran apapun yang dianut oleh suatu negara, semuanya mempunyai
akibat hukum yang luas, baik secara nasional maupun internasional, antara lain :
1. Hanya kapal yang telah didaftarkan saja yang dapat memperoleh hak untuk
mengibarkan bendera kebangsaan (maritime flag) dari negara pendaftar sebagai
bendera kebangsaan kapal.
2. Kapal yang telah didaftarkan diberi surat tanda kebangsaan kapal sebagai legalitas
untuk mengibarkan bendera kebangsaan kapal.
3. Kapal berhak mendapatkan perlindungan hukum dari negara bendera (flag state).
4. Negara bendera wajib melaksanakan yurisdiksi dan pengawasan yang efektif terhadap
kapal yang mengibarkan benderanya sebagai bendera kebangsaan, melalui peraturan
perundang-undangan nasional dibidang administratif, terknis dan sosial.
5. Timbulnya hubungan hukum antara negara dengan kapal melalui bendera kapal dan
surat tanda kebangsaan kapal.
6. Kapal yang telah didaftarkan diberlakukan sebagai benda tidak bergerak.
2. Aspek Ekonomis.
Karena kapal yang terdaftar merupakan asset nasional, karenanya ia harus
diupayakan agar mendapatkan alokasi muatan yang wajar (fair share) dalam
angkutan perdagangan dalam maupun luar negeri. Peran pemerintah sangat penting
untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi armada nasional, antara lain
pengaturan mengenai preferensi muatan (cargo preference), pengaturan azas
cabotage dan lain-lain.
3. Aspek Politis
Karena kapal merupakan asset nasional maka ia harus mendapatkan perlindungan
dari negara dan negara berkewajiban untuk mengembangkan potensi armada niaga
nasional serta menjaga agar bendera kapal tidak disalahgunakan.
2. Tujuan
Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilaksanakan pengukuran oleh ahli ukur
untuk memperoleh identitas fisik kapal berupa :
a. Panjang (P)
b. Lebar (L)
c. Dalam (D)
d. Tonase kotor (GT) dan
e. Tonase bersih (NT),
yang akan digunakan untuk :
a. Memenuhi persyaratan pendaftaran dan penerbitan surat tanda kebangsaan kapal.
b. Menetapkan pesyaratan keselamatan yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal.
3. Metode Pengukuran :
a. Metode pengukuran dalam negeri untuk kapal yang berukuran kurang dari 24 meter.
b. Metode pengukuran internasional untuk kapal yang berukuran 24 meter atau lebih.
c. Pengukuran khusus untuk kapal yang akan melalui terusan tertentu (Panama dan
Suez).
5. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran kapal dilakukan oleh Ahli Ukur Kapal dari kantor pusat Dijen Hubla atau
Kantor Adpel/Kanpel sesuai keberadaan kapal yang akan diukur.
7. Surat Ukur.
a. Berdasarkan hasil pengukuran fisik dan penetapan tonase kapal diterbitkan surat ukur
untuk kapal dengan tonase kotor sekurang-kurangnya GT.7.
b. Surat ukur diterbitkan oleh Kantor Adpel atau Kantor Pelabuhan yang telah memiliki
kode pengukuran.
8. Tanda Selar
Pada kapal yang telah diukur dan mendapat surat ukur wajib dipasang tanda selar
dengan baik dan mudah dibaca.
Contoh : GT. 165 No,1650/Ba.
GT : Singkatan dari Gross Tonnage
165 : Angka tonase kotor kapal
No. : Singkatan dari Nomor
1650 : Nomor Surat Ukur
Ba : Kode pengukuran dari pelabuhan yang menerbitkan Surat Ukur (Ba adalah kode
pengukuran pelabuhan Tanjung Priok).
3. Tujuan
a. Mewujudkan hubungan yang sungguh-sungguh antara kapal dengan Indonesia
sebagai negara bendera, agar dapat memperoleh surat tanda kebangsaan kapal
sebagai legalitas mengibarkan bendera Indonesia sebagai bendera kebangsaan kapal.
b. Memberikan identitas yang jelas (fisik dan pemilik) kepada kapal sehingga dapat
dibedakan satu sama lain.
c. Mencatat dan mengikuti terus menerus beban-beban, hak-hak tanggungan dan
sebagainya yang melekat pada kapal yang bersangkutan.
d. Mencatat dan mengikuti terus menerus setiap perubahan yang terjadi atas kapal yang
bersangkutan, baik nama, mesin maupun badan kapal.
e. Dapat dijadikan jaminan hutang (hipotek).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendaftaran kapal dimaksudkan agar kapal yang
bersangkutan selalu dapat diidentifikasikan sepanjang umur operasinya, karena itu
setiap perubahan atas nama, pemilikan, ukuran dan spesifikasinya, tanda-tanda lain
dari kapal harus secara jujur dilaporkan kepada pejabat pendaftaran kapal ditempat
kapal didaftarkan.
4. Aspek Hukum
a. Hukum Perdata
1) Pendaftaran kapal pada dasarnya adalah pendaftaran hak milik atas kapal.
2) Kapal yang telah didaftarkan dapat dijadikan jaminan atas hutang dengan cara
pembebanan hipotek atas kapal.
3) Kapal yang telah didaftar dapat dibebani hak kebendaan lainnya.
b. Hukum Publik
1) Kapal yang telah didaftarkan dapat memperoleh Surat Tanda Kebangsaan Kapal
Indonesia.
2) Kapal yang telah memperoleh Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia wajib
memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal baik nasional maupun internasional sesuai
ukuran dan daerah pelayaran.
5. Sistem Pendaftaran
Sesuai dengan ketentuan Pasal 314 KUHD dan Pasal 158 UU.17/2008 tentang
Pelayaran, kapal yang dapat didaftarkan di Indonesia adalah kapal yang berukuran
tonase kotor GT.7 atau lebih dan dimiliki oleh :
a. Warga negara Indonesia (WNI), atau
b. Badan Hukum Indonesia (BHI), atau
c. Badan Hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh warga negara Indonesia.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas berarti pendaftaran kapal di Indonesia
menganut sistem pendaftaran tertutup (closed registry).
Sistem ini sejalan dengan asas cabotage yang secara tegas telah dimuat dalam
UU.17/2008 Pasal 8 dan menunjang pemberdayaan industri pelayaran nasional,
karena kapal yang berbendera Indonesia benar-benar milik WNI atau BHI.
Berdasarkan ketentuan Pasal 314 KUHD dan Pasal 158 UU.No.17/2008 Indonesia tidak
dapat menerima pendaftaran kedua (second registry) seperti yang dilakukan beberapa
negara tertentu terhadap kapal yang dicarter kosong (bareboat carter) karena
pendaftaran kapal di Indonesia berdasarkan kepemilikan.
Walaupun Indonesia menganut sistem pendaftaran tertutup (closed registry), tetap
terbuka kesempatan bagi investor asing untuk memiliki kapal berbendera Indonesia
dengan cara mendirikan usaha patungan dengan syarat mayoritas saham dimiliki oleh
WNI atau BHI.
6. Keuntungan sistem pendaftaran tertutup
a. Total tonase kapal yang terdaftar benar-benar asset nasional
b. Mudah melakukan Pengawasan dan penegakan hukum karena pemilik kapal
berkedudukan di Indonesia.
c. Kapal berbendera Indonesia tidak dianggap oleh negara lain sebagai kapal yang
substandard seperti kapal-kapal yang terdaftar di negara yang menganut sistem
pendaftaran terbuka (open registry) yang biasa disebut negara bendera kemudahan
(flag of convenience).
d. Dalam keadaan darurat atau perang semua kapal berbendera Indonesia dapat dengan
mudah dimobilisasi karena semuanya benar-benar asset nasional.
e. Iuran yang harus dibayar sebagai anggota IMO yang besarnya sesuai dengan total
tonase kapal yang terdaftar di Indonesia benar-benar untuk kapal milik nasional.
f. Setiap kebijaksanaan pemerintah untuk kapal berbendera Indonesia yang berupa
subsidi insentif, harga BBm dan biaya pelabuhan betul-betul dinikmati oleh kapal milik
nasional.
8. Asas Spesialitas
Pendaftaran hak milik atas kapal harus secara spesifik menunjukan kapalnya, untuk
membedakan satu dengan yang lain melalui nama dan identitas fisik kapal berupa :
- Panjang (P)
- Lebar (L)
- Dalam (D)
- Tonase kotor (GT)
- Tonase bersih (NT)
9. Asas Publisitas
Keadaan hukum dan catatan-catatan atas sebuah kapal yang telah didaftarkan
terbuka untuk dilihat dan diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
16.Tanda Pendaftaran
Pada kapal yang telah didaftar wajib di pasang Tanda Pendaftaran dengan baik dan
mudah di baca.
Contoh : 2008 Ka No.165/L
2008 : Tahun Pendaftaran
a : Kode Pengukuran tempat kapal didaftarkan, dalam hal ini Kantor Adpel Tanjung Perak,
Surabaya.
o. : Singkatan dari nomor
65 : Nomor akta pendaftaran
: Kode Kategori pendaftaran, L untuk kapal laut N untuk kapal nelayan dan P untuk
kapal yang hanya berlayar di sungai atau danau.
17.Daftar Kapal Indonesia.
Pendaftaran kapal didokumentasikan dalam Daftar Kapal Indonesia yang terdiri dari
a. Daftar Harian
b. Daftar Induk
c. Daftar Pusat.
Daftar Harian dan Daftar Induk diselenggarakan disetiap tempat pendaftaran kapal.
Daftar Pusat diselenggarakan di Direktorat Perkapalan dan Kepelautan berdasarkan
tembusan Daftar Induk yang diterima dari setiap tempat pendaftaran kapal.
Berdasarkan Daftar Pusat dapat diimformasikan tempat sebuah kapal didaftarkan.
Informasi tentang keadaan hukum dan catatan-catatan yang dilakukan atas sebuah
kapal yang telah didaftarkan dapat diperoleh dari Daftar Induk.
b. Pas Besar untuk kapal berukuran GT.7 sampai dengan ukuran kurang dari GT.175.
Diterbitkan oleh Adpel / Kanpel yang telah ditunjuk.
5. Akibat Hukum
a. Berhak mengibarkan bendera Indonesia sebagai bendera kebangsaan.
b. Diatas kapal berlaku hukum Indonesia, karena kapal yang berbendera Indonesia
merupakan bagian dari wilayah hukum Indonesia.
c. Berhak mendapat perlindungan hukum dari pemerintah Indonesia.
d. Wajib memenuhi persyaratan kelailautan kapal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan nasional dan Konvensi Internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia.