Burger Disease
Burger Disease
BUERGER DISEASE
(TROMBOANGITIS OBLITERANS)
Oleh:
Devi Haryati
NPM. 09310056
Pembimbing:
dr. H. Pudjana Basuki Pandji, SpB
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000 populasi. Kematian yang diakibatkan oleh
Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus
merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7
tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan
oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat
berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International
Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9
kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Arteri
2. Vena
3. Kapiler
C. DEFINISI
D. EPIDEMIOLOGI
Sering terjadi pada orang yang merokok. Banyak pasien dengan penyakit
buerger adalah perokok berat, tetapi beberapa kasus terjadi pada pasien perokok
sedang. Disebutkan bahwa penyakit ini merupakan reaksi autoimun yang dipacu
oleh bahan didalam rokok.bagaimanapun faktor resiko kardiovaskulerlain selain
rokok juga penting khususnya intoleransi glukosa. 75-90% terjadi pada pria kurang
dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada pasien wanita. Paling sering pada umur 20-40
tahun, jarang di atas 50 tahun, kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger
masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari
penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian.2
Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC
publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan
penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of
Diseases, Tenth Revision,1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian
berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki
dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.4
E. ETIOLOGI
Penyakit Buerger disebabkan oleh vaskulitis, peradangan pembuluh darah
terutama dari tangan dan kaki. Sehingga aliran darah ke jaringan berkurang dan
mengakibatkan rasa sakit. Gangguan ini terjadi pada 6 dari setiap 10.000 orang.
Insidensi tertinggi diantara laki-laki usia 20-40 yang memiliki riwayat merokok
9
atau mengunyah tembakau. Ini mungkin terkait dengan riwayat penyakit raynaud
dan mungkin terjadi pada orang dengan penyakit autoimun. Merokok sangat erat
kaitannya dengan penyakit Buerger dan sejarah merokok adalah salah satu criteria
untuk mendiagnosa penyakit. Secara umum jika pasien merokok benar-benar
meninggalkan perjalanan penyakit akan selalu jinak, tapi kalau merokok terus,
pengobatan apapun akhirnya akan sia-sia. Meskipun ‘perokok pasif’ memiliki efek
buruk pada system kardiovaskular, non perokok seharusnya tidak mengembangkan
penyakit. Perokok aktif dapat indentified dengan mengukur tingkat continine,
metabolit utama dari nikotin di dalam urine. Karena semua perokok tidak
mengembangkan penyakit yang dianggap immunopathologenesis mungkin telah
diusulkan di Jepang bahwa kehadiran sebuah gen terkait dengan beberapa antigen
HLA yang dapat mengendalikan kerentanan terhadap penyakit.
Kondisi social ekonomi, lingkungan kerja juga berperan dalam etiologi
sebagai penyakit dipandang lebih dari luar pintu dan pekerja manual.
Hypercoagulablenegara telah diamati dalam hubungannya dengan penyakit
Hepatitis B Virus dan rickettssiosis dapat berkontribusi pada pathogenesis tetapi
peran ini tidak pasti.
F. PATOFISIOLOGI
Sindrom Buerger disebabkan karena factor merokok yang dapat
menimbulkan peningkatan asam pada penyakit buerger, sehingga imun meningkat
dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan selular serta
meningkatkan enzim dan serum anti endothelial. Karena meningkatnya enzim dan
serum anti endothelial menyebabkan vaskuler melemah sehingga terjadilah
peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan akan mengakibatkan
disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan vena sehingga
terbentuklah ganggren dan akhirnya akan di amputasi.1,3,4
11
Rokok
Nikotin
Vasokontriksi vaskuler
injuri jaringan
Tromboangitis Obliterans
(peradangan arteri perifer)
12
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada
tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari,
tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren
pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin
sangat terasa pada daerah yang terkena.
13
Gambar 5 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren.
Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada
daerah yang tersebut.
H. KRITERIA DIAGNOSIS
3. Perokok berat
Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki
pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal,
dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.
Penyakit Buerger’s juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau
lebih tanda klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa
muda dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
d. Sindrom Raynaud (jari kaki yang dingin, jari tangan yang dingin, mati rasa dan
kesemutan di daerah yang terkena, dan perubahan warna kulit menjadi putih
lalu kemudian menjadi biru)2,6
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
“corkscrew” dari arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil
arteri tersebut pada bagian pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat
menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah
dari tangan dan kaki.
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram.
Keadaan ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.
19
pembuluh darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi
limfosit dengan rekanalisasi.
1. Fase akut
Terjadi oklusi oleh terbentuknya trombus berupaproliferasi endotelium
tunika intima dengan infiltrasi sel-sel lekosit.
2. Fase subakut (intermediate)
Trombus yang mulai organisasi dengan tanda-tandaperadangan ringan.
3. Fase kronis
Transformasi trombus menjadi fibrosis intraluminal serta pembentukan
fibrosis pada dinding pembuluh darah dan perivaskuler.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography
(CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis
banding dari penyakit Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada
pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.3,8
21
J. DIAGNOSIS BANDING
1. Atherosclerosis obliteran
2. Takayasu’s arteritis
3. Diabetes Melitus
K.TERAPI (TREATMENT)
A. Terapi secara umum
C. Terapi Bedah
1. Revaskularisasi Arteri
2. Simpatektomi
Dikatakan simpaktektomi dapat mencegah amputasi. Simpatektomi
dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit
Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu
dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi
untuk jangka waktu yang lama keuntungannya belum dapat dipastikan.
3. Amputasi
L.KOMPLIKASI
1. Gangren
Gangrene adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangrene biasanya
disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh
cedera langsung (gangrene traumatic) atau infeksi (gas gangren).
Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh:
a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya: tunikuet, balutan yang
terlalu ketat, dan pembengkakan ekstremitas)
b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya: emboli
arteri, kerusakan jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi
tersumbat)
c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya: toksisitas ergot)
d. Thrombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh
darah (misalnya: arteriosklerosis pada arteri flebitis pada vena)
Gangrene kering jika terjadi aliran darah dari area yang terkena
menjadi hitam dan emasiasi. Gangrene lembab terjadi jika aliran vena tidak
adekuat, sehingga jaringan mengalami pembengkakan akibat cairan.
2. Ulkus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer.
3. Kemerahan
4. Sianosis
25
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren,
angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali
dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus
diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada
mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada pasien ini selain umumnya
dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan klaudikasi (nyeri pada
saat berjalan) atau fenomena raynaud’s walaupun sudah benar-benar berhenti
mengkonsumi tembakau.9,10,11
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh
darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang, terutama mengenai
pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis
Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada
pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau
obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga
mangurangi aliran darah ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok
berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah.
Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya kita
menghindari yang namanya merokok. Karena merokok ini dapat menjadi salah
satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger yang akan berakibat fatal bagi
kita sendiri, terutama untuk perokok berat. Selain itu, sebaiknya kita memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan buruk
mereka yang dapat menjadi factor pemicu pnyakit buerger.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.