Cara Kerja Alat Usg
Cara Kerja Alat Usg
Materi -1
CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak
baru menembus rahim.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda
(dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin
dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar
(bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran
tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
6
Melihat posisi janin dan tali pusat.
Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang
tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini
dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan
alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat
tersendiri.
Posisi bayi Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga
menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan
menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
Kehamilan kembar Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG
melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
Air ketuban sedikit.
Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di
bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
LATAR BELAKANG
Pada umumnya setiap orang tua atau keluarga menginginkan untuk memiliki
bayi yang sehat. Tapi keinginan itu juga diiringi dengan kecemasan, bagaimana
jika si bayi mengalami kelainan atau gangguan kesehatan yang mungkin tidak
dapat disembuhkan. Akhirnya dapat muncul berbagai pertanyaan di dalam benak
sang orang tua, antara lain tentang apa yang harus dilakukan kemudian.
7
Dengan kemajuan teknologi saat ini, informasi seputar medis yang dimiliki oleh
janin yang masih berada di dalam kandungan dapat diketahui dengan tes
sebelum kelahiran (pra-kelahiran atau pre-natality) untuk meyakinkan pihak
orang tua bahwa janinnya berada dalam kondisi yang sehat. Tes yang dilakukan
sebelum melahirkan (prenatal test) dilakukan dengan beberapa tujuan, antara
lain untuk:
mengidentifikasi atau mendeteksi permasalahan-permasalahan kesehatan
pada ibu yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan bayinya;
mengidentifikasi karakteristik janin, yaitu meliputi ukuran, jenis kelamin,
umur, dan letak atau posisi janin di dalam kandungan;
melihat apakah janin mempunyai kemungkinan terkena penyakit-penyakit
atau masalah yang bersifat menurun (genetis) atau kelainan kromosom;
mengetahui kelainan-kelainan tertentu pada janin, misalnya kelainan
jantung.
Ibu yang mempunyai kehamilan dengan resiko tinggi ketika mengandung sangat
disarankan untuk menjalani tes pra-kelahiran secara rutin. Macones (2000)
secara lebih spesifik merekomendasikan untuk melakukan tes pra-kelahiran bagi
ibu-ibu yang:
berusia 35 tahun atau lebih;
pernah mempunyai bayi yang lahir lebih awal atau prematur;
pernah mempunyai bayi yang cacat sejak lahir, terutama gangguan
jantung dan kelainan kromosom;
mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, asma, atau penyakit-
penyakit yang mungkin menurun lainnya;
suami atau dirinya sendiri mempunyai latar belakang kelainan genetik;
suami atau dirinya sendiri mempunyai saudara atau keluarga yang lemah
mental.
Masih menurut Marcones (2000), pemilihan tes pra-kelahiran yang tepat
sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, supaya dapat diketahui mana yang
dapat dipercaya untuk mengukur dan mengetahui resiko-resiko yang potensial
sehingga dapat membantu untuk merencanakan tindakan lebih lanjut yang akan
8
dilakukan jika hasilnya menunjukkan kecacatan atau kelainan. Di bawah ini ada
beberapa macam tes pra-kelahiran yang umum dilakukan secara rutin di Amerika
Serikat, yaitu:
1. Amniocentesis
Amniocentesis sering digunakan untuk mendeteksi penyakit Sindrom Down dan
kelainan-kelainan kromosom lainnya, cacat-cacat structural, misalnya
anencephaly, atau kelainan-kelainan dalam proses metabolisme yang
diturunkan. Tes ini disarankan bagi wanita yang berusia 35 tahun ke atas,
memliliki sejarah keluarga dengan kelainan-kelainan genetis tertentu (baik
dirinya sendiri atau suaminya), atau bagi wanita yang pernah memiliki anak
dengan cacat sejak lahir. Tes ini memiliki akurasi sampai hampir seratus persen,
tetapi hanya kelainan-kelainan tertentu yang dapat dideteksi. Tes ini biasanya
dilakukan pada saat janin berusia 16 sampai 18 minggu.
2. Maternal Blood Screening
Tes ini digunakan oleh dokter hanya untuk menguji alpha-fetoprotein (AFP) pada
darah wanita yang sedang hamil. AFP dalam jumlah yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit mengindikasikan adanya masalah. Perlu digarisbawahi bahwa tes
ini hanya untuk menentukan resiko saja, tidak mendiagnosis kondisi janin. Tes ini
biasanya dilakukan ketika janin berumur 16 sampai 18 minggu.
3. Chorionic Villus Sampling (CVS)
CVS memiliki manfaat yang mirip dengan amniocentesis, yaitu dapat digunakan
untuk mengetahui kelainan-kelainan genetik, misalnya Sindroma Down. Tes ini
dapat dilakukan lebih awal daripada amniocentesis, yaitu ketika janin berumur 10
sampai 12 minggu..
4. Ultrasound
Pada tes ini, gelombang suara dipantulkan pada tulang-tulang dan jaringan-
jaringan janin untuk membentuk suatu gambaran yang menunjukkan bentuk
janin dan posisinya di dalam rahim. Tes ini biasa digunakan untuk mengetahui
umur janin, tingkat pertumbuhan janin, posisi janin sekaligus posisi plasenta,
pergerakan, pernafasan, detak jantung janin, jumlah janin (kembar atau tidak),
dan jumlah cairan amnion di dalam kandungan. Tes ini juga dapat digunakan
9
untuk mendeteksi Sindroma Down dan kelainan kromosom lainnya, cacat
struktural seperti anencephaly, dan kelainan dalam proses metabolisme yang
diturunkan. Cacat sejak lahir seperti cacat ginjal, bibir membelah (sumbing), dan
kehamilan di luar rahim juga dapat diketahui melalui tes ini.. Biasanya tes ini
dilakukan ketika janin berumur 16 sampai 18 minggu. Tetapi tes ini dapat
dilakukan kemudian atau lebih awal jika ingin mengetahui perkembangan janin.
5. Glucose Screening
Tes ini dilakukan untuk menguji kemungkinan terjadinya diabetes yang dialami
pada masa kehamilan, yang dapat juga menyebabkan permasalahan kesehatan
pada janin. Biasanya tes ini dilakukan ketika janin berumur 24 minggu. Tetapi tes
ini dapat dilakukan lebih awal jika diketahui kadar gula wanita yang hamil dalam
dua kali tes urin rutin cukup tinggi.
6. Nonstress Test
Tes ini dilakukan jika melewati tanggal kelahiran. Tes ini untuk mengetahui
gerakan-gerakan bayi dan dapat membantu dokter untuk memastikan bahwa
bayi mendapatkan oksigen yang cukup. Bayi dalam kondisi bahaya jika tidak
memberikan respon yang positif. Tes ini disarankan untuk ibu yang mempunyai
resiko tinggi kehamilan, dan biasanya dilakukan setelah satu minggu setelah
melewati tanggal kelahiran.
7. Contraction Stess Test
Tes ini untuk merangsang kelahiran yang biasanya dilakukan jika tes nonstress
test menghasilkan atau menunjukkan suatu masalah. Biasanya dilakukan ketika
janin berumur 40 minggu.
8. Percutaneous Umbilical Vein Sampling (PUVS)
Tes ini merupakan tambahan setelah dilakukan tes ulttrasound atau
amniocentesis. Keuntungan atau kelebihan pada kecepatan dalam memberikan
hasil. PUVS hanya membutuhkan 3 hari untuk menunjukkan hasil, sedangkan
amniocentesis membutuhkan waktu 1 bulan . Biasanya dilakukan pada akhir-
kahir kehamilan setelah suatu kelainan diketahui melalui ultrasound dan
amniocentesis tidak cukup membantu dalam memutuskan atau ketika ibu
terserang penyakit yang mudah tersebar yang dapat membahayakan atau
10
mempengaruhi perkembangan janin. Biasanya dilakukan ketika bayi berumur 18
sampai 36 minggu.
14
lahir atau bahkan selama bayi masih di dalam kandungan karena tidak semua
cacat yang ada bersifat permanen dan tidak dapat diterapi.
Permasalahan kedua yang berkaitan dengan jenis kelamin janin dalam
kandungan yang dianggap berlawanan dengan adat yang dipegang oleh orang
tua, mungkin diselesaikan dengan menanamkan prinsip persamaan gender
kepada orang tua yang bersangkutan. Budaya yang dipegang bukanlah hukum
yang sifatnya permanen dan tidak dapat diganggu gugat. Masih ada yang lebih
penting dan esensial, yaitu persamaan martabat semua orang, tidak terkecuali
apapun jenis kelaminnya. Bayi yang masih di dalam kandungan pun juga
memiliki hak yang sama untuk menikmati kehidupan dan untuk menikmati
perlakuan yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin. Pemahaman tentang
persamaan hak dan martabat ini justru memiliki cakupan jauh lebih luas
(universal) daripada “sekedar” hukum adat yang sifatnya territorial atau lokal di
wilayah tertentu saja.
Solusi untuk permasalahan ketiga yang telah medapatkan reaksi atau tanggapan
langsung dari beberapa dokter (rekan se-profesi), dokter yang memanfaatkan
kepentingan pasien untuk melakukan pengujian ultrasound sesuai keinginan
sang dokter tanpa pertimbangan medis yang jelas dapat dilaporkan ke dalam
organisasi dokter yang bersangkutan (Ikatan Dokter Indonesia / IDI atau
Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia / POGI) supaya dapat diproses
lebih lanjut.
15