Anda di halaman 1dari 3

TARI TRADISIONAL PULAU SIOMPU

TARI FOMANI

1. Nama dan sejarah tari


Salah satu tarian tradisional Pulau Siompu Kabupaten Buton
Selatan adalah Tari Fomani. Tari Fomani hadir dalam upacara adat
Kamboto dibawah oleh La Paleandala sejak tahun 1815. Beiau
membawa Tari Fomani dan berkolaborasi dengan masyarakat Siompu.
Konon, La Paleandala terdampar di sekitar peraiaran Pulau Siompu
dan mendengar bunyi gendang yang terdengar sayup-sayup. Karena
penasaran dengan apa yang di dengarnya, maka La Paleandala
menyempatkan untuk singgah dan menelusuri apa yang sedang
dilakukan masyarakat Pulau Siompu. Setelah berinteraksi dengan
masyarakat setempat, ia baru mengetahui suara yag di dengarnya dan
ternyata masyarakat Pulau Siompu sedang mengadakan acara adat
tahunan yang disebut acara Kamboto. La Paleandala penasaran dan
ingin sekali menyaksikan acara Kamboto tersebut, sehingga
menawarkan kepada masyarakat setempat bahwa ia akan
mempertunjukan sesuatu kepada mereka dengan syarat malam harinya
di adakan kembali acara Kamboto dan masyarakat Siompu menyetujui
syarat yang diajukan oleh La Paleandala, maka didakanlah acara
Kamboto. Setelah di adakan acara Kamboto pada malam harinya, pada
siang harinya giliran La Paleandala mempertontonkan petunjukannya.
Dengan melihat pertunjukan yang dilakukan La Paleandala tersebut,
maka masyarakat Siompu menyebut pertunjukan tersebut dengan
Fomani dan sudah menjadi tradisi masyarakat Siompu setiap tahunnya.

2. Umur dan Jumlah penari


Tari Fomani kamanu-manu ditarikan oleh dua orang penari laki-
laki yang sudah berumur lima puluh tahun keatas dan masih sanggup
menarikan Tari Fomani serta sudah pernah menjabat sebagai pemangku
adat dan mengetahui peraturan-peraturan atau silsilah adat yang ada
dalam masyarakat. Selain itu, Tari Fomani ditarikan berdasarkan garis
keturunan.

3. Tempat dan Waktu pelaksanaan

Tari Fomani dilaksanakan di lapangan terbuka atau halaman


Baruga (rumah adat) dan waktu pelaksanaanya pada siang hari dengan
durasi pertunjukan minimal lima menit serta di pertunjukan setiap satu
tahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Siompu yang
sudah melewati proses upacara adat Kamboto selama tiga malam
berturut-turut. Selaim itu, Tari Fomani juga bertujuan untuk
memperingati jasa-jasa para leluhur.

4. Kostum yang dikenakan

Kostum penari Fomani (kamanu-manu), yakni kain merah putih,


kamprui atau penutup kepala, celana panjang dan sarung adat Buton.
Kain Merah Putih tersebut dililit di pundak kanan dan kiri yang
tersimpul selang seling di punggung kanan dan kiri, sehingga
membentuk selempang Merah Putih. Kain Merah melambangkan
keberanian dalam bertarung sedangkan kain Putih melambangkan
kesucian. Penutup kepala (kampurui) dengan corak batik
melambangkan keberanian dalam menghadapi musuh.

5. Instrumen

Instrumen atau alat musik pengiring kamanu Tari Fomani


kamanu-manu, terdiri dari Tawa-tawa (gong berukuran besar) dan
Katagoba (gendang berukuran besar). Pande rambi atau pemusik
terdiri dari lima orang, satu sebagai pemukul gong, satu orang sebagai
kansikansi (pengontrol tempo) dan memegang gong, dan tiga orang
lainya sebagai pemain gendang. Walaupun hanya terdiri dari dua
instrumen musik tetapi irama yang diciptakan menggambarkan nuansa
semangat dalam bertarung, ditambah lagi syair yang dilatunkan oleh
pandengkaole (penyanyi syair adat) yang sambil menabuh gendang.

6. Properti

Properti yang digunakan penari Fomani kamanu-manu adalah Ani


(perisai yang dihiasi bunga cempaka), Kampue (parang panjang), dan
Pandanga (tombak).

a. Properti Ani (perisai) digunakan utuk menangkis senjata dari


musuh atau lawan, dimana perisai ini dihiasi dengan bunga
cempaka yang melambangkan bunga yang suci.
b. Properti Kampue (parang panjang) digunakan untuk melawn
musuh dari jarak dekat.
c. Properti Pandanga (tombak) digunakan untuk melawan musuh
dari jarak jauh.

Anda mungkin juga menyukai