Anda di halaman 1dari 13

Nama : Maulana Ahmad Syifa

NPM : 21501011158

Kelas : PAI E/7

Mata Kuliah : HAM dan Gender dalam Islam

1. Pendapat saya : Saya sangat setuju, bahwa Hak Asasi Manusia itu merupakan hak yang
dimiliki manusia karena martabanya, hak itu tidak dapat di hilang.

Hak asasi manusia adalah hak yang paling mendasar yang dianugerahkan Allah
Swt. terhadap manusia. Hak ini melekat pada diri manusia dan tidak dapat dihilangkan
oleh manusia itu sendiri. Meskipun dalam Islam, HAM tidak secara khusus memiliki
piagam, akan tetapi Al-quran dan Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang
diabaikan pada bangsa lain. Nash-nash ini sangat banyak, antara lain: Dalam Alquran
terdapat sekitar 40 ayat yang berbicara mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari 10
ayat bicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
mengutarakan aspirasi. Alquran telah mengetengahkan sikap menentang kezhaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim dalam Alquran sekitar 320 ayat dan
memerintahkan berbuat adil 54 ayat yang diungkapkan dengan kata-kata; ’adl, dan
qisht. Alquran menganjurkan sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana hidup. Alquran menjelaskan sekitar 150 ayat tentang ciptaan dan
makhluk serta persamaan penciptaan. Hak Asasi Manusia, mencakup banyak aspek di
antaranya adalah hak hidup, hak kemerdekaan, hak berilmu, hak kehormatan diri dan
hak memiliki.

Sumber : Jurnal Al-‘Adl Vol. 6 No. 1 Januari 2013

Meskipun dalam Islam, HAM tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi
Alquran dan Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa
lain. Nash-nash ini sangat banyak, antara lain: 1. Dalam Alquran terdapat sekitar 40
ayat yang berbicara mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari 10 ayat bicara
latangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
mengutarakan aspirasi. 2. Alquran telah mengetengahkan sikap menentang kezhaliman
dan orang-orang yang berbuat zalim dalam Alquran sekitar 320 ayat dan
memerintahkan berbuat adil 54 ayat yang diungkapkan dengan kata-kata; ’adl, dan
qisht. 3. Alquran menganjurkan sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana hidup. 4. Alquran mernjelaskan sekitar 150 ayat tentang ciptaan dan
makhluk serta persamaan penciptaan.

Sumber : Jauhari Abu “Awanah, Islam Menjunjung Tinggi Hak Manusia (Cet. 1;
Yogyakarta: Oase Media, 2008), h. 24.

Cakupan hak asasi manusia yang berkaitan dengan hak hidup cukup banyak
cabangnya. Musthafa Husni Assiba’i mengatakan: Syariat Agama Islam, baik dalam
kitab suci Alquran, hadits maupun ijtihadnya imam-imam madzhab, telah memberikan
ketentuan mengenai hukum-hukum yang bercabang-cabang perihal “Hak Hidup” ini,
juga segala sesuatu yang berhubungan dengan cara pemeliharaan kesehatan. Di bawah
ini kami kutip sebagian contoh-contohnya dari hukum-hukum yang ditetapkan itu, di
antaranya yang berhubungan dengan pemeliharaan hidup:
1. Haramnya membunuh seseorang dengan tidak hak Q.S. Al-An’am/6 : 151.

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak
di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
2. Memberi hukuman bunuh kepada si pembunuh yang tidak dengan hak itu. Q.S. Al-
Baqarah/2 : 178.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.

3. Boleh membunuh dengan haq yakni membunuh seseorang yang melakukan


pembunuhan.
4. Haram membunuh diri, sekalipun bagaimanapun juga sebab yang mendorong untuk
melakukan itu. Q.S. An-Nisa’/4 : 29.
5. Melarang berspekulasi dengan nyawa. Q.S. Al-Baqarah/2 : 195.
6. Hak membalas diri.
7. Barangsiapa yang dipaksa membunuh seseorang dengan sewenang-wenang, ia tidak
boleh mengadakan pembunuhan itu, sekalipun karena keengganannya itu akan
melenyapkan jiwanya, sebab ia sama sekali tidak membenarkan menebus hidupnya
sendiri dengan hidup orang lain.
8. Salah satu tujuan adanya wajib berjihad (berperang) ialah untuk melindungi hak
hidup rakyat, sebab peperangan yang dilancarkan oleh musuh itu akan menyebabkan
terancamnya kehidupan ummat dan jiwa mereka.
9. Apabila ada sesuatu golongan yang memberontak melawan ummat dan
menantangnya dengan senjata, maka golongan ini wajib diperangi sehingga ia kembali
ke jalan yang benar Q.S. Al-Hujarat/49 : 9.
10. Apabila ada sesuatu komplotan pendurhaka yang melancarkan perbuatan-
perbuatan yang keji. Q.S. al-Maidah/5 : 33.17
Hak menghidupkan dan mematikan memang hanya di tangan Allah, dan kehidupan itu
sendiri menjadi hak manusia yang telah dianugerahkan Allah SWT yang tak
seorangpun diizinkan untuk dilanggar, terkecuali ada sebab-sebab tertentu yang
menurut syariat dapat diizinkan seperti adanya hukum qishas.

Sumber : Jurnal Al-‘Adl Vol. 6 No. 1 Januari 2013


Musthafa Husni Assiba’i, op. cit., h. 69-71.

2. Sejauh manakah pendidikan ham perlu dilaksanakan, menurut saya pendidikan ham itu
harus diutamakan karena pendidikan itu mengajarkan hal yang positif untuk
membentuk karakter yang baik dengan tujuan Insan kamil yang beriman dan bertakwa
kapada Allah SWT. Semakin berkembangnya zaman ilmu pengetahuan dan teknologi
pendidikan HAM di indonesia mulai berkembang yang mana, dulu dan sekarang yang
dulu kurangnya tempat pendidikan dikota maupun desa sekarang banyak tempat
pendidikan Formal, di seluruh indonesia.

Pada dasarnya hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak yang telah
dimiliki oleh seseorang sejak di dalam kandungan dan merupakan pemberian dari tuhan
kepada setiap manusia. Dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, pada
pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1, secara
tersirat membahas tentang HAM. Karena itu, negara memiliki kewajiban terhadap
setiap wagranya untuk memberikan jaminan, seperti memberikan rasa aman,
memberikan pendidikan dan lain sebagainya.

Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah dalam


memberikan pemahaman HAM, yaitu: Pertama, Pengenalan HAM sejak dini melalui
aspek pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan ruang mendidik anak yang
paling efektif, termasuk dalam memberikan pengetahuan tentang HAM.

Cara yang dapat dilakukan untuk memberikan pengetahuan akan HAM adalah
dengan melalui pemberlakukan kurikulum nasional dan mengoptimalkan kegiatan
esktrakulikuler sebagai wahana untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman akan
HAM.

Kedua, pengenalan HAM sejak dini melalui aspek budaya. Dalam


menyampaikan materi harus dikaitkan dengn kondisi yang terjadi dilingkungan sekitar
dan harus disesuaikan dengan budaya yang berkembang di masyarakat.
Sebab jika tidak disesuaikan dengan budaya yang berkembang di masyarakat maka
materi tersebut tidak akan memiliki makna bagi siswa. Demikian juga dalam
menyampaikan pengetahuan akan HAM kepada siswa atau kelompok masyarakat harus
disesuaikan dengan budaya.

Ketiga, Memberikan pendidikan HAM sesuai dengan tingkat usia dan


kebutuhan. Hal ini dimaksudkan agar materi mudah dipahami, dimengerti dan dimaknai
bagi anak. Sebagai seorang pendidik, perlu memiliki pengetahuan tentang HAM yang
memadai dan melaksanakannya di kelas.

Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui taraf perkembangan


implementasi pendidikan HAM di sekolah, termasuk menemukan kendala dan peluang
dalam menerapkan model pembelajaran yang efektif terkait muatan materi HAM di
sekolah.

Dari tiga aspek tersebut, maka pada hakikatnya pendidikan HAM harus
diberikan sejak dini pada anak, agar anak dapat mengerti, memahami dan terbiasa terha-
dap hak dan kewajibanya sebagai makhluk sosial.

Hal ini tentunya bertujuan untuk memberikan pengertian dan wawasan kepada
seluruh masyarakat tentang arti pentingnya memahami hak-hak dan kewajiban setiap
warga negara terhadap hak asasi manusia. Kemudian, pengamalan terhadap HAM
diharapkan dapat membentuk karakter anak bangsa, yang mengetahui akan hak dan
kewajiban sebagai makhluk sosial yang bermartabat.

Sumber : Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I

Penulis Dosen FAI UMSU

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Berkenaan dengan

Pasal 5 ayat (2) s.d. ayat (4) UU RI No. 20 Tahun 2003, Pasal 32 UU RI No. 20 Tahun

2003 menyatakan:

(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. (2)
Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mempu dari segi ekonomi. (3) Ketentuan
mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Di samping mempunyai berbagai hak tersebut di atas, “Setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” (Pasal 31 ayat

(2) UUD 1945). Selanjutnya Pasal 6 UU RI Tahun 2003 menyatakan:

(1) setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar.

(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan


penyelenggaraan pendidikan.

Sumber : Landasan Yuridis Pendidikan Tatang Sy. File 2010

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem


Pendidikan Nasional”.

3. Konstuksi teori ham dan gender dalam islam.

Menurut Syekh Syaukat Hussain (1996), hak asasi manusia (HAM) yang
dijamin oleh agama Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu : 1.
HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia; dan 2.
HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok rakyat yang berbeda dalam
situasi tertentu, status, posisi dan lain-lainnya yang mereka miliki. Hak-hak asasi
manusia khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya
merupakan beberapa contoh dari kategori hak asasi manusia-hak asasi manusia ini.

Hak-hak dasar yang terdapat dalam HAM menurut Islam ialah : (1) Hak
Hidup; (2) Hak-hak Milik; (3) Hak Perlindungan Kehormatan; (4) Hak Keamanan dan
Kesucian Kehidupan Pribadi; (5) Hak Keamanan Kemerdekaan Pribadi; (6) Hak
Perlindungan dari Hukuman Penjara yang Sewenang-wenang; (7) Hak untuk
Memprotes Kelaliman (Tirani); (8) Hak Kebebasan Ekspresi; (9) Hak Kebebasan Hati
Nurani dan Keyakinan; (10) Hak Kebebasan Berserikat; (11) Hak Kebebasan
Berpindah; (12) Hak Persamaan Hak dalam Hukum; (13) Hak Mendapatkan Keadilan;
(14) Hak Mendapatkan Kebutuhan Dasar Hidup Manusia; dan (15) Hak Mendapatkan
Pendidikan.

HAM dalam Gender


Gender adalah konstruksi sosial yang menjelaskan tentang peran manusia
berdasarkan jenis kelamin. Sebab itu, masalah gender lahir dan dipertahankan oleh
masyarakat. Masyarakat umumnya didominasi oleh peran laki-laki (patriarki). Laki-
laki memiliki peran publik (bekerja, berorganisasi, berpolitik), sementara perempuan
memiliki peran privat (mengurus anak, mencuci, melahirkan, memasak). Ini
merupakan konstruksi gender yang mainstream.

Pada perkembangannya, kaum perempuan merupakan jumlah yang cukup


banyak di masyarakat. Mereka memiliki potensi publik (berorganisasi, berpolitik, dan
bekerja) yang ternyata setara dengan laki-laki.

Namun, potensi tersebut terhambat untuk muncul akibat pembatasan oleh


budaya gender yang patriarkis. Sebab itu, muncul gerakan emansipasi wanita (kini
dikenal dengan feminis) yang berupaya mensetarakan peran laki-laki dan perempuan,
baik di sektor publik maupun privat.

Gerakan feminis terbagi ke dalam 2 gelombang. Gelombang pertama


berlangsung awal dekade 1900-an, berfokus pada persamaan hak sipil dan politik.
Gelombang kedua era 1960-an, berfokus pada peran yang lebih besar dalam hak-hak
seksual dan keluarga.

Gender Equality

Sebagian besar, gerakan emansipasi perempuan bertujuan membangun Gender


Equality (kesetaraan gender). Gender Equality ini penting oleh sebab adanya kondisi-
kondisi kaum wanita sebagai berikut :

• Harus kerja lebih keras ketimbang laki-laki untuk mempertahankan hidup


• Punya kendali yang terbatas seputar penghasilan dan aset
• Punya kesempatan yang lebih kecil untuk membangun dirinya
• Menjadi korban kekerasan dan intimidasi
• Punya posisi sosial yang subordinat
• Kurang terwakili dalam kebijakan dan pembuatan keputusan
• Ketidaksetaraan gender mencerminkan hilangnya potensi manusia, baik untuk laki-
laki maupun perempuan

Melalui sebuah survey bertajuk Gender Gap yang dilakukan tahun 2007 , dapat
dilihat kondisi ketidaksetaraan gender dalam 4 bidang : Kesempatan dan Partisipasi
Ekonomi, Menikmati Pendidikan, Pemberdayaan Politik, serta Kesehatan dan
Pertahanan Hidup.
Negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika rata-rata memiliki tingkat
Kesempatan dan Partisipasi Ekonomi perempuan yang rendah. Ini juga terjadi di
ketiga bidang lainnya (Menikmati Pendidikan, Pemberdayaan Politik, serta Kesehatan
dan Pertahanan Hidup).

Indonesia, dalam hal Kesempatan dan Partisipasi Ekonomi perempuan,


menempati rangkin ke 82, Menikmati Pendidikan rangking ke-93, Kesehatan dan
Ketahanan Hidup rangking ke-81, serta Pemberdayaan Politik rangkin ke-70.

Gerakan Feminis

Gerakan feminis dapat dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu : Feminis Liberal,


Feminis Sosialis, Feminis Marxis, Feminis Radikal, dan Feminis Islam. Feminis
Liberal adalah gerakan feminis yang muncul dalam gerakan pro hak suara dan sosial
pada masa gelombang gerakan perempuan .

1. Isu-isu yang diangkat adalah persamaan hak waris, ekonomi, hak politik, serta hak-
hak yang selama itu cuma dinikmati oleh kaum laki-laki. Tokoh-tokohnya semisal
Elizabeth Cady Stanton.

Feminis Marxis muncul seiring dengan gerakan pro ajaran Marx itu sendiri. Isu
yang diangkat adalah, ketidaksetaraan gender muncul akibat adanya struktur kelas di
dalam masyarakat kapitalis.

Para kapitalis ini (pemodal) adalah laki-laki yang melakukan penindasan


struktural kepada buruh perempuan. Isu yang diangkat adalah pembubaran sistem
kapitalisme, peran perempuan di bidang ekonomi, dan pengambilan keputusan di
tingkat negara yang pro kepada pekerja perempuan. Tokohnya semisal Emma
Goldman dan Gloria Steinem.

Feminis Sosialis lebih menekankan aspek kebudayaan, sebagai penyebab


munculnya ketidaksetaraan gender. Budaya masyarakat mainstream adalah patriarki.
Patriarki adalah budaya yang menekankan peran besar laki-laki untuk memimpin dan
mengambil keputusan di aneka bidang. Kemudian terjadi pembagian peran :
Perempuan peran privat, laki-laki peran publik.

Sasaran para feminis sosialis adalah membongkar budaya patriarki sehingga


terbuka peluang akan definisi baru peran berdasarkan gender yang mengakomodasi
perempuan. Tokohnya semisal Simone de Beauvoir dari Perancis.
Feminis Radikal lebih menekankan pada aspek personal/pribadi. Masalah
ketidaksetaraan gender adalah masalah hubungan laki-laki dan perempuan. Laki-laki
secara fisik adalah kaum yang selalu hendak mendominasi perempuan.

Banyak Feminis Radikal yang berkesimpulan untuk mengakhiri hubunan


dengan laki-laki, termasuk pernikahan. Ini mempopulerkan lesbianisme, sebagai
upaya pertahanan diri status perempuan agar tidak lagi didominasi laki-laki. Gloria
Steinem adalah satu di antara tokohnya.

Feminis Islam lebih menekankan pada pengaruh tafsir agama yang didominasi
ulama laki-laki. Hasilnya, banyak produk interpretasi hukum Islam yang lebih
membela laki-laki ketimbang perempuan.

Feminis Islam berusaha menggali sumber-sumber klasik ajaran Islam yang tidak
terungkap dan lebih mengakomodasi peran perempuan. Tokohnya antara lain Fatima
Mernissi, Nawal El-Sadawi, ataupun Irshad Manji.

Sumber :

Margaret Walters, Feminism: A Very Short Introduction, (New York: Oxford


University Press, 2005)
Ricardo Haussman, et.al,, The Global Gender Gap : Report 2007, (Geneva : World
Economic Forum, 2007)

4. Materi yang cocok untuk diajarkan unuk anak mengenai HAM

Materi HAM dikembangkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan


perkembangan anak. Materi tersebut disajikan secara menarik dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh anak. Kalimat yang digunakan sederhana, lugas, dan jelas. Kalau
perlu materi disertai gambar dan ilustrasi menarik dan menyenangkan. Unsur
problematik dalam materi HAM juga akan membuat sajian materi tidak monoton dan
menjemukan, tetapi menantang penalaran kritis anak. Supaya memiliki kebermaknaan
pada anak, materi HAM diangkat dari realitas kehidupan anak sehari-hari. Dengan
demikian materi yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan anak.

Materi HAM dikembangkan dari kurikulum. Guru dapat memulai dengan


menganalisis substansi materi kajian dari kurikulum. Substansi materi kajian dijabarkan
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya standar kompetensi kelas II
SD semester 2 berbunyi: menampilkan sikap demokratis. Kompetensi dasar yang akan
dicapai adalah mengenal kegiatan bermusyawarah. Materi pokok yang dikembangkan
adalah (a) kebebasan berpendapat dengan alasan yang masuk akal, (b) menghargai
pendapat yang berbeda, (c) kesempatan yang sama dalam mengemukakan pendapat, (d)
persoalan yang dibicarakan dalam musyawarah adalah masalah bersama, (e)
keuntungan semua pihak.

Materi HAM diberikan di SD dapat berdiri sendiri (separated) dan terpisah dari
mata pelajaran lain dan dapat pula terintegrasi dengan mata pelajaran lain yang sudah
ada. Jika materi HAM diberikan tersendiri dan menjadi mata pelajaran tersendiri maka
akan terjadi penambahan mata pelajaran lain. Hal ini akan menambah beban mata
pelajaran bagi anak dan di luar kemampuan anak. Pilihannya lebih baik diupayakan
terintegrasi pada mata pelajaran lain sehingga setiap mata pelajaran yang dipelajari
anak akan lebih bermakna.

Sumber :

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Ditjen Dikdas.

Pedoman Praktik Pembelajaran Tim Peneliti PPkn UM. 2003. Model Pembelajaran
PPKn untuk Sekolah Dasar. Malang: Wineka Media.

Sesuai dengan istilahnya, model webbed identik dengan jaring laba-laba,


artinya satu dengan lainnyasaling berkaitan kendati didasari latar tema yang berbeda,
namun tema inti ditetapkan sesuai harapanyang akan dicapai terhadap siswa dalam
masalah hak asasi manusia.Tahap awal dari model ini adalah menatapkan tema hak
asasi manusia sebagai pembelajaran yang akandibahas dari berbagai pelajaran lainnya
dipadukan dengan kompetensi dasar dan indikator pada kelasyang sama setiap mata
pelajaran yang dapat menyatukan kompetensi tersebut Selanjutnya pada tahap ini juga
menentukan tema/mata pelajaran yang dijadikan jaringan indikatornya untuk
mengetahuinya,secara praktis tentang hak asasi manusia yang erat kaitannya. Tetapka
n tiga atau empat tema, misalnya, pelajaran agama, ilmu pengathuan alam, atau bahsa
Indonesia.Tahap berikutnya, menentukan bahwa masing-masing tema/mata pelajaran
adalah pemberian kode, boleh digunakan istilah, sebagai tanda yang memudahkan
masing-masing tema. Istilah “bahasa” dapatdigunakan untuk tema bahasa Indonesia,
istilah “kepercayaan” digunakan untuk tema agama, dan istilah“sosial” untuk ilmu
pengetahuan sosial, demikian seterusnya jika temanya lebih banyak. Untuk

memudahkan siswa memahami topik hak asasi manusia yang menjadi tema utamanya,
jika diperlukan,masing-masing tema dengan beberapa indikatornya dapat dibuat dalam
bentuk gambar yang menyebar,seperti layaknya sebuah jaring laba-laba. atau membuat
pemetaan pembelajaran tematik. Dengan caramembuat gambat yang menyebar akan
lebih menarik perhatian siswa karena tidak kaku hanya tertuju pada kalimat saja.
Tempatkan tema utama, yaitu hak asasi manusia pada bagian tengah dari
peta/gambarsehingga fokus yang menjadi perhatian adalah pada gambar yang ditengah
pemetaan tadi

Sumber :

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi: Mengembangkan Etika


Berwarganegara. Salemba Empat, Jakarta.

Udin S.Winaputra, 2008. Pembelajaran PKn di SD. Universitas Terbuka, Jakarta

5. Egaliter ( Kesetaraan ) laki-laki dan perempuan.

Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama,
tanpa ada perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan
tanggungjawab melaksanakan ibadah kepada-Nya, menunaikan titah-titah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Hampir seluruh syariat Islam dan hukum-
hukumnya berlaku untuk kaum Adam dan kaum Hawa secara seimbang. Begitu pun
dengan janji pahala dan ancaman siksaan. Tidak dibedakan satu dengan yang lainnya.
Masing-masing dari mereka memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan Allah
sebagai hamba-hamba-Nya. Berikut adalah petikan ayat-ayat al Qur`an yang
menjelaskan tentang pandangan Islam dalam hal ini:

ِ ‫س إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

َ‫س ِن َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ً ‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِيَنَّه ُ َحيَاة‬
َ ْ‫طيِِّ َبةً َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْم أ َ ْج َرهُ ْم بِأَح‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ع ِم َل‬

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baikdan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)

‫يرا‬ ْ ‫ت ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَأُولَئِكَ يَدْ ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َو ََّل ي‬
ً ‫ُظلَ ُمونَ نَ ِق‬ َّ ‫َو َم ْن يَ ْع َم ْل ِمنَ ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang
ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisa [4]: 124)

‫ض‬ ُ ‫ع َم َل َعا ِم ٍل ِم ْن ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى بَ ْع‬


ٍ ‫ض ُك ْم ِم ْن بَ ْع‬ ِ ُ ‫اب لَ ُه ْم َربُّ ُه ْم أَنِِّي ََّل أ‬
َ ‫ضي ُع‬ َ ‫فَا ْست َ َج‬

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):


“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari
sebagian yang lain.” (QS. Ali Imran [3]: 195)

Mujahid berkata, “Ummu Salamah pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Wahai Rasulullah, kami tidak mendengar penyebutan wanita dalam masalah
hijrah sedikitpun?” maka turunlah ayat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir: 2/190, Tafsir Al
Bagawy,2/153)
Sumber :

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc. (Alumni Universitas Al Azhar Mesir,
Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Al-‘Adl Vol. 6 No. 1 Januari 2013

Jauhari Abu “Awanah, Islam Menjunjung Tinggi Hak Manusia (Cet. 1; Yogyakarta:
Oase Media, 2008), h. 24.
Jurnal Al-‘Adl Vol. 6 No. 1 Januari 2013 Musthafa Husni Assiba’i, op. cit., h. 69-71.

Hasrian Rudi Setiawan, M.Pd.I Penulis Dosen FAI UMSU

Landasan Yuridis Pendidikan Tatang Sy. File 2010

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem


Pendidikan Nasional”.

Margaret Walters, Feminism: A Very Short Introduction, (New York: Oxford


University Press, 2005)
Ricardo Haussman, et.al,, The Global Gender Gap : Report 2007, (Geneva : World
Economic Forum, 2007)

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Ditjen Dikdas.

Pedoman Praktik Pembelajaran Tim Peneliti PPkn UM. 2003. Model Pembelajaran
PPKn untuk Sekolah Dasar. Malang: Wineka Media.

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi: Mengembangkan Etika


Berwarganegara. Salemba Empat, Jakarta.

Udin S.Winaputra, 2008. Pembelajaran PKn di SD. Universitas Terbuka, Jakarta

Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc. (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di
Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id

Anda mungkin juga menyukai