Anda di halaman 1dari 11

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas  No.  Vol.

Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2018

Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal


Tipe Menerus pada Tanah Berlapis Menggunakan
Metode Analitik dan Metode Numerik
REZA JAKAKUSUMA, IKHYA

Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung


Email: r.jakakusuma@gmail.com

ABSTRAK

Kapasitas daya dukung adalah kemampuan fondasi dalam menahan beban


struktur diatasnya. Analisis fondasi dangkal pada tanah berlapis dengan metode
numerik menggunakan program PLAXIS 2D menghasilkan bahwa semakin besar
nilai kedalaman fondasinya (𝐷𝑓 ) maka akan menaikan kapasitas daya dukungnya.
Nilai kapasitas daya dukung terbesar terdapat pada 𝐷𝑓 = 2m yaitu sebesar 1.027
kN/m2 ditinjau dari lapisan atas berupa stronger clay soil. Faktor ketebalan lapisan
atas (𝐻1) juga mempengaruhi kapasitas daya dukungnya, jika semakin besar nilai
H1 untuk jenis lapisan atas berupa stronger clay soil maka akan menaikan kapasitas
daya dukungnya sedangkan jika semakin besar nilai 𝐻1 untuk jenis lapisan atas
berupa weaker clay soil maka akan menurunkan kapasitas daya dukungnya.
Ditinjau dari 𝐻1 = 0,25B hingga 𝐻1 = 4B, kenaikan kapasitas daya dukung terjadi
sebesar 54,90% pada jenis lapisan atas berupa stronger clay soil dan penurunan
kapasitas daya dukung terjadi sebesar 42,56% pada untuk jenis lapisan atas
berupa weaker clay soil.

Kata kunci: kapasitas daya dukung, fondasi dangkal, tanah berlapis

ABSTRACT

Bearing capacity is the ability of foundation for defending the load of the structure
above the foundation. Shallow foundation analysis of layered soils with numerical
method using PLAXIS 2D which produce deeper foundation that will increase
bearing capacity. The highest bearing capacity on top soil layer is stronger clay soil
with 𝐷𝑓 = 2m is 1.027 kN/m2. High top soil layer (𝐻1) also affects bearing capacity,
when the depth of top soil layer stronger clay soil will increase bearing capacity.
The depth of top soil layer weaker clay soil will decrease bearing capacity.
Reviewed from 𝐻1 = 0,25B to 𝐻1 = 4B, the increase in the bearing capacity is
54,90% on top soil layer is stronger clay soil and the decrease in the bearing
capacity is 74,11% on top soil layer is weaker clay soil.

Keywords: bearing capacity, shallow foundation, layered soil

Reka Racana - 1
Reza Jakakusuma, Ikhya

1. PENDAHULUAN

Fondasi merupakan bagian struktur bagian paling bawah dari suatu bangunan yang tertanam
di dalam lapisan tanah yang kuat dan stabil serta berfungsi sebagai penopang bangunan (Budi,
2011). Fondasi yang direncanakan harus mampu menahan struktur bangunan diatasnya,
tanpa mengalami keruntuhan geser (shear failure) dan penurunan (settlement) yang berlebih.
Terdapat dua klasifikasi fondasi yaitu fondasi dangkal dan fondasi dalam. Kedua jenis fondasi
ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Fondasi dangkal dipilih jika kondisi
tanah keras yang relatif dekat dengan permukaan tanah.

Kapasitas daya dukung fondasi dangkal dan mekanisme keruntuhan tanah yang terjadi
dibawah fondasi dangkal dipengaruhi oleh lapisan tanah dibawahnya. Tanah berlapis adalah
tanah yang memiliki lapisan sebanyak dua atau lebih dengan perbedaan jenis atau karakter
antar lapisannya. Karena kekuatan tiap lapisan tanah cukup berbeda, maka perlu dihitung
kapasitas daya dukung fondasi dangkal pada tanah berlapis baik itu lapisan tanah yang lebih
kuat (stronger soil) berada diatas lapisan tanah yang lebih lemah (weaker soil) ataupun
sebaliknya.

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kapasitas daya dukung fondasi
dangkal pada tanah berlapis dengan pengaruh dari faktor muka air tanah, pengaruh jika
lapisan tanah yang lebih kuat berada di atas lapisan tanah yang lebih lemah atau sebaliknya,
pengaruh ketebalan lapisan tanah atas serta pengaruh kedalaman fondasi yang dapat
mempengaruhi kapasitas daya dukung fondasi dangkal pada tanah berlapis menggunakan
metode numerik yang selanjutnya dibandingkan dengan metode analitik.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Terzaghi


Analisis daya dukung fondasi dangkal menurut Terzaghi merupakan teori pertama yang
memperkenalkan tentang evaluasi kapasitas daya dukung pada fondasi dangkal. Berdasarkan
teori ini, fondasi yang dikatakan fondasi dangkal adalah fondasi yang memiliki kedalaman
fondasi (𝐷f) tidak lebih atau sama dengan lebar fondasinya (Das, 2016). Dalam teori daya
dukung persamaan Terzaghi sudah sangat luas digunakan, karena persamaan tersebut
merupakan usulan yang pertama dan cukup konservatif, sehingga didapatkan sebuah sejarah
pemakaian yang berhasil. Untuk perhitungan daya dukung ultimate menurut Terzaghi dengan
tipe keruntuhan geser umum (general shear failure) pada fondasi tipe menerus dapat dihitung
menggunakan Persamaan 1.
𝑞𝑢 = 𝑐𝑁𝑐 + 𝛾𝐷𝑓 𝑁𝑞 + 0,5𝛾𝐵𝑁𝛾
...(1)
dimana:
kN
𝑞𝑢 = daya dukung ultimate fondasi [m2],
kN
𝑐 = kohesi tanah [m2 ],
kN
𝛾 = berat isi tanah [m3 ],
𝐷𝑓 = kedalaman fondasi [m],
𝐵 = lebar fondasi [m],
𝑁𝑐 , 𝑁𝑞 , 𝑁𝛾 = faktor daya dukung.

2.2 Kasus Khusus Fondasi Dangkal


Kapasitas daya dukung fondasi dangkal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yang berasal dari kondisi tanah yang ada di sekitar area dibawah fondasi dan karateristik

Reka Racana - 2
Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Tipe Menerus
pada Tanah Berlapis Menggunakan Metode Analitik dan Metode Numerik

fondasi dangkal itu sendiri. Beberapa faktor tersebut dapat menurunkan besarnya nilai daya
dukung atau bahkan bisa meningkatkan besarnya nilai daya dukung fondasi dangkal
tergantung dari faktor-faktor yang ada dan seberapa besar mempengaruhi kapasitas daya
dukung fondasi dangkal.
2.2.1 Daya Dukung Fondasi Pada Tanah Berlapis dengan Tanah yang Lebih Kuat
Didasari Tanah yang Lebih Lemah
Mayerhof dan Hanna (1978) mengembangkan teori untuk memperkirakan kapasitas daya
dukung ultimate fondasi dangkal tipe menerus dengan kondisi lapisan tanah yang lebih kuat
didasari oleh lapisan tanah yang lebih lemah dan pola keruntuhan tanahnya jika nilai rasio 𝐻/𝐵
relatif kecil maka akan terjadi keruntuhan geser baji (punching shear failure) pada lapisan atas
atau lapisan tanah yang lebih kuat (stronger soil) dan akan terjadi keruntuhan geser umum
(general shear failure) pada lapisan bawah atau lapisan tanah yang lebih lemah (weaker soil)
seperti yang tertera pada Gambar 1 sedangkan apabila nilai rasio 𝐻/𝐵 relatif besar maka
akan terjadi keruntuhan geser umum (general shear failure) pada lapisan atas atau lapisan
tanah yang lebih kuat (stronger soil) seperti yang tertera pada Gambar 2 (Das, 2016).

Gambar 1. Bidang keruntuhan dibawah fondasi jika 𝑯/𝑩 relatif kecil


(Sumber: Das, Braja. M., 2016)

Gambar 2. Bidang keruntuhan dibawah fondasi jika 𝑯/𝑩 relatif besar


(Sumber: Das, Braja. M., 2016)

Reka Racana - 3
Reza Jakakusuma, Ikhya

Menurut Mayerhof dan Hanna (1978), kapasitas daya dukung fondasi dangkal tipe menerus
dengan kondisi lapisan tanah yang lebih kuat (stronger soil) didasari oleh lapisan tanah yang
lebih lemah (weaker soil) dapat dihitung menggunakan Persamaan 2 serta untuk menghitung
kapasitas daya dukung pada tanah lapisan bawah digunakan Persamaan 3 dan untuk
menghitung kapasitas daya dukung pada tanah lapisan atas digunakan Persamaan 4.

2𝑐𝑎 𝐻 2𝐷𝑓 𝐾𝑠 𝑡𝑎𝑛𝜙1


𝑞𝑢 = 𝑞𝑏 + + 𝛾1 𝐻2 (1 + ) − 𝛾1 𝐻 ≤ 𝑞𝑡
𝐵 𝐻 𝐵
...(2)
𝑞𝑏 = 𝑐2 𝑁𝑐(2) + 𝛾1 (𝐷𝑓 +𝐻)𝑁𝑞(2) + 0,5𝛾2 𝐵𝑁𝛾(2)
...(3)
𝑞𝑡 = 𝑐1 𝑁𝑐(1) + 𝑞𝑁𝑞(1) + 0,5𝛾1 𝐵𝑁𝛾(1)
...(4)
dimana:
kN
𝑞𝑢 = kapasitas daya dukung ultimate [m2 ],
kN
𝑞𝑏 = kapasitas daya dukung pada tanah lapisan bawah [m2 ],
kN
𝑞𝑡 = kapasitas daya dukung pada tanah lapisan atas [ 2 ],
m
kN
𝑐𝑎 = adhesi [m2],
𝐵 = lebar fondasi [m],
𝐷𝑓 = kedalaman fondasi [m],
𝐾𝑠 = koefisien geser baji (punching),
kN
𝛾1 = berat isi tanah untuk lapisan tanah atas [m3],
kN
𝛾2 = berat isi tanah untuk lapisan tanah bawah [m3 ],
𝑁𝑐(1) , 𝑁𝑞(1) , 𝑁𝛾(1) = faktor daya dukung untuk lapisan tanah atas,
𝑁𝑐(2) , 𝑁𝑞(2) , 𝑁𝛾(2) = faktor daya dukung untuk lapisan tanah bawah.
Untuk nilai ca didapat dari garik hubungan 𝑞2/𝑞1 dengan 𝑐a/𝑐1, grafik tersebut terdapat pada
Gambar 3, sedangkan untuk nilai Ks didapat dari grafik hubungan antara 𝑞2/𝑞1 dengan sudut
geser lapisan atas (𝜙1) yang terdapat pada Gambar 4.

Gambar 3. Teori Mayerhof dan Hanna untuk nilai 𝒄a dengan 𝒄a/𝒄1 dan 𝒒2/𝒒1
(Sumber: Das, Braja. M., 2016)

Reka Racana - 4
Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Tipe Menerus
pada Tanah Berlapis Menggunakan Metode Analitik dan Metode Numerik

Gambar 4. Teori Mayerhof dan Hanna untuk nilai 𝑲𝒔 dengan 𝝓1 dan 𝒒2/𝒒1
(Sumber: Das, Braja. M., 2016)

2.2.2 Daya Dukung Fondasi Pada Tanah Berlapis dengan Tanah yang Lebih Kuat
Didasari Tanah yang Lebih Lemah
Fondasi dangkal dengan kondisi lapisan tanah yang lebih lemah (weaker soil) didasari lapisan
tanah yang lebih kuat (stronger soil) jika nilai 𝐻/𝐵 relatif kecil maka bidang keruntuhannya
akan melewati kedua lapisan tanah seperti yang tertera pada Gambar 5.a sedangkan apabila
nilai rasio 𝐻/𝐵 relatif besar maka bidang keruntuhannya sepenuhnya terletak di lapisan atas
atau lapisan tanah lebih lemah seperti yang tertera pada Gambar 5.b.

Gambar 5. Bidang keruntuhan dibawah fondasi untuk jenis lapisan tanah atas berupa
weaker soil (Sumber: Das, Braja. M., 2016)

Reka Racana - 5
Reza Jakakusuma, Ikhya

Untuk kondisi seperti pada Gambar 5, menurut Mayerhof dan Hanna (1978) kapasitas daya
dukung fondasi dangkalnya dapat dihitung menggunakan Persamaan 5 serta untuk
menghitung kapasitas daya dukung pada tanah lapisan atas digunakan Persamaan 6 dan
untuk kapasitas daya dukung pada tanah lapisan bawah digunakan Persamaan 7 (Das,
1999).

𝐻 2
𝑞𝑢 = 𝑞𝑡 + (𝑞𝑏 − 𝑞𝑡 ) (1 − ) ≥ 𝑞𝑡
𝐷
...(5)
𝑞𝑡 = 𝑐1 𝑁𝑐(1) 𝐹𝑐𝑠(1) + 𝛾1 𝐷𝑓 𝑁𝑞(1) 𝐹𝑞𝑠(1) + 0,5𝛾1 𝐵𝑁𝛾(1) 𝐹𝛾𝑠(1)
...(6)
𝑞𝑏 = 𝑐2 𝑁𝑐(2) 𝐹𝑐𝑠(2) + 𝛾2 𝐷𝑓 𝑁𝑞(2) 𝐹𝑞𝑠(2) + 0,5𝛾2 𝐵𝑁𝛾(2) 𝐹𝛾𝑠(2)
...(7)
dimana:
kN
𝑞𝑢 = kapasitas daya dukung ultimate [ 2 ],
m
𝐻 = kedalaman lapisan tanah atas dari dasar fondasi [m],
𝐷 = kedalaman bidang keruntuhan dibawah fondasi [m],
kN
𝑞𝑡 = kapasitas daya dukung pada lapisan tanah atas [ 2 ],
m
kN
𝑞𝑏 = kapasitas daya dukung pada lapisan tanah bawah [m2 ],
𝑁𝑐(1) , 𝑁𝑞(1) , 𝑁𝛾(1) = faktor daya dukung berdasarkan sudut geser 𝜙1,
𝑁𝑐(2) , 𝑁𝑞(2) , 𝑁𝛾(2) = faktor daya dukung berdasarkan sudut geser 𝜙2,
𝐹𝑐𝑠(1) , 𝐹𝑞𝑠(1) , 𝐹𝛾𝑠(1) = faktor bentuk berdasarkan sudut geser 𝜙1,
𝐹𝑐𝑠(2) , 𝐹𝑞𝑠(2) , 𝐹𝛾𝑠(2) = faktor bentuk berdasarkan sudut geser 𝜙2.

3. METODELOGI PENELITIAN

Tahapan-tahapan analisis data yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 6 yang
merupakan bagan alir analisis data.

Gambar 6. Bagan alir analisis data

Reka Racana - 6
Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Tipe Menerus
pada Tanah Berlapis Menggunakan Metode Analitik dan Metode Numerik

Gambar 6. Bagan alir analisis data (lanjutan)

4. ANALISIS DATA

4.1 Parameter Tanah dan Beton Fondasi Dangkal


Jenis tanah yang digunakan dalam analisis adalah tanah lempung. Tanah yang akan dianalisis
diasumsikan merupakan tanah lempung dua lapis dimana diantaranya tanah lempung yang
lebih lemah (weaker clay soil) dan tanah lempung yang lebih kuat (stronger clay soil).
Penentuan parameter tanah ini dilakukan dengan cara asumsi agar pada saat analisis yang
dilakukan mengalami keruntuhan geser umum (general shear failure). Data paramater tanah
tersebut dapat dilihat seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data parameter tanah

Parameter
Weaker Clay Soil Stronger Clay Soil Satuan
Tanah
𝛾𝑢𝑛𝑠𝑎𝑡 16 17,5 [kN/m3]
𝛾𝑠𝑎𝑡 18 19,5 [kN/m3]
𝜙 20 22 [°]
𝑐 5 25 [kN/m3]
𝑣 0,35 0,325
𝐸 5.000 8.500 [kN/m2]

Pada analisis kapasitas daya dukung fondasi dangkal ini, untuk paramater beton fondasi
dangkal yang digunakan dengan nilai berat jenis beton (𝛾𝑐 ) = 24 kN/m3, modulus elatisitas
beton (E𝑐 ) = 20000000 kPa dan poisson ratio beton (𝑣) = 0,15.

Reka Racana - 7
Reza Jakakusuma, Ikhya

4.2 Penentuan Jenis Mesh


Jenis mesh yang digunakan pada pemodelan sangat berpengaruh terhadap hasil analisis
kapasitas daya dukungnya. Semakin rapat mesh-nya maka nilai kapasitas daya dukung yang
dihasilkan akan semakin kecil dan membuat hasil kalkulasi akan semakin teliti dan akurat, akan
tetapi waktu kalkulasinya relatif akan semakin lama. Jaring-jaring elemen yang terbentuk
berdasarkan jenis mesh yang berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 7. Pengaruh jenis
mesh terhadap jumlah elemen dan nilai kapasitas daya dukung pada tanah lempung homogen
dengan kondisi ada muka air tanah maupun tanpa muka air tanah seperti yang ditunjukan
pada Tabel 2.

Gambar 7. Tampilan jaring-jaring elemen berdasarkan jenis-jenis mesh

Tabel 2. Nilai kapasitas daya dukung berdasarkan jenis-jenis mesh


qu (kN/m2) Numerik
Jumlah
Jenis Mesh Weaker Clay Soil Stronger Clay Soil
Elemen
non MAT MAT non MAT MAT
Very coarse 225 168,3 126,0 589,0 529,0
coarse 303 165,3 124,3 583,0 522,0
Medium 369 163,5 123,3 578,0 517,0
Fine 604 159,0 119,8 564,0 497,0
Very fine 855 155,5 117,0 548,0 488,0
Very very fine 1.501 149,3 114,8 543,0 483,0
Catatan: MAT = Muka Air Tanah

4.3 Hasil Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Pada Tanah Berlapis
Analisis yang dilakukan dengan memperhatikan ketebalan lapisan tanah atas (𝐻1) dan jenis
lapisan tanah atas berupa stronger clay soil dan weaker clay soil. Analisis ini juga
memvariasikan kedalaman fondasi dangkal (𝐷𝑓 ) dengan kondisi tanah ada muka air tanah
tepat dipermukaan dan tanpa muka air tanah, berdasarkan hasil analisis bahwa semakin besar
nilai H1 untuk jenis lapisan tanah atas berupa stronger clay soil maka akan menaikan nilai
kapasitas daya dukungnya sedangkan jika semakin besar nilai 𝐻1 untuk jenis lapisan tanah
atas berupa weaker clay soil maka akan menurunkan nilai kapasitas daya dukungnya dan jika
semakin besar nilai Df maka akan menaikan nilai kapasitas daya dukungnya. Hasil analisis yang

Reka Racana - 8
Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Tipe Menerus
pada Tanah Berlapis Menggunakan Metode Analitik dan Metode Numerik

diperoleh dengan variasi 𝐷𝑓 yang dibandingkan juga dengan metode analitik tersaji dalam
bentuk grafik seperti yang ditunjukan pada Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10 untuk
jenis lapisan tanah atas berupa stronger clay soil dengan kondisi tanpa muka air tanah
sedangkan pada Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13 untuk jenis lapisan tanah atas
berupa weaker clay soil dengan kondisi tanpa muka air tanah.

600

500

400
qu (kN/m²)

300
Numerik (non-M.A)
200 Analitik (non-M.A) Terzaghi
Analitik (non-M.A) Vesic
100 Analitik (non-M.A) Hansen
Analitik (non-M.A) Mayerhof
0
0 1 2 3 4 5 6
H₁/B
Gambar 8. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 0 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa stronger clay soil

900
800
700
600
qu (kN/m²)

500
400
Numerik (non-M.A)
300 Analitik (non-M.A) Terzaghi
200 Analitik (non-M.A) Vesic
Analitik (non-M.A) Hansen
100
Analitik (non-M.A) Mayerhof
0
0 1 2 3 4 5
H₁/B
Gambar 9. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 1 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa stronger clay soil

1200

1000

800
qu (kN/m²)

600
Numerik (non-M.A)
400 Analitik (non-M.A) Terzaghi
Analitik (non-M.A) Vesic
200 Analitik (non-M.A) Hansen
Analitik (non-M.A) Mayerhof
0
0 1 2 3 4 5
H₁/B
Gambar 10. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 2 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa stronger clay soil

Reka Racana - 9
Reza Jakakusuma, Ikhya

600
Numerik (non-M.A)
500 Analitik (non-M.A) Terzaghi
Analitik (non-M.A) Vesic
Analitik (non-M.A) Hansen
400 Analitik (non-M.A) Mayerhof
qu (kN/m²)
300

200

100

0
0 1 2 3 4 5 6
H₁/B
Gambar 14. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 0 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa weaker clay soil

800
Numerik (non-M.A)
700 Analitik (non-M.A) Terzaghi
Analitik (non-M.A) Vesic
600
Analitik (non-M.A) Hansen
Analitik (non-M.A) Mayerhof
qu (kN/m²)

500

400

300

200

100

0
0 1 2 3 4 5
H₁/B
Gambar 15. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 1 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa weaker clay soil

900
Numerik (non-M.A)
800 Analitik (non-M.A) Terzaghi
700 Analitik (non-M.A) Vesic
Analitik (non-M.A) Hansen
600 Analitik (non-M.A) Mayerhof
qu (kN/m²)

500

400

300

200

100

0
0 1 2 3 4 5
H₁/B
Gambar 16. Beda nilai kapasitas daya dukung ultimate berdasarkan metode numerik dan
metode analitik dengan variasi ketebalan lapisan tanah atas pada 𝑩 = 2 m, 𝑫𝒇 = 2 m dan
tanpa pengaruh muka air tanah pada jenis lapisan atas berupa weaker clay soil

Reka Racana - 10
Analisis Kapasitas Daya Dukung Fondasi Dangkal Tipe Menerus
pada Tanah Berlapis Menggunakan Metode Analitik dan Metode Numerik

4. KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis kapasitas daya dukung fondasi dangkal tipe menerus pada tanah
berlapis berdasarkan metode numerik menggunakan program PLAXIS 2D dapat disimpulkan
bahwa faktor jenis mesh yang dipilih pada pemodelan sangat berpengaruh terhadap hasil
kalkulasi, jika semakin rapat mesh yang dipilih, maka akan semakin banyak jumlah elemennya
dan hasil kalkulasi akan semakin akurat dan teliti tetapi waktu kalkulasinya relatif akan semakin
lama dibandingkan jenis mesh dengan jumlah elemen yang lebih sedikit.

Kedalaman fondasi dangkal (𝐷𝑓 ) yang divariasikan dapat mempengaruhi nilai kapasitas daya
dukung fondasi dangkal, semakin besar nilai kedalaman fondasi dangkal (𝐷𝑓 ) maka akan
menaikan nilai kapasitas daya dukungnya. Ketebalan lapisan tanah atas (𝐻1) dapat
mempengaruhi nilai kapasitas daya dukung fondasi dangkal, semakin besar nilai 𝐻1 untuk jenis
lapisan tanah atas berupa stronger clay soil maka akan menaikan nilai kapasitas daya dukung
fondasi dangkalnya sedangkan jika semakin besar nilai 𝐻1 untuk jenis lapisan tanah atas
berupa weaker clay soil maka akan menurunkan nilai kapasitas daya dukungnya fondasi
dangkalnya.

Adanya perbedaan nilai kapasitas daya dukung fondasi dangkal berdasarkan metode numerik
yang dibandingkan dengan metode analitik dimana metode numerik menghasilkan nilai
kapasitas daya dukung yang lebih besar. Pada metode analitik yang dianalisis, digunakan teori
yang berbeda-beda menurut Terzaghi, Vesic, Hansen dan Mayerhof jika dilihat berdasarkan
faktor daya dukung berat jenis tanahnya (𝑁𝛾 ). Dari semua teori yang digunakan jika
dibandingkan dengan metode numerik, maka nilai kapasitas daya dukung berdasarkan metode
analitik yang paling mendekati dengan metode numerik adalah menurut Vesic.

DAFTAR RUJUKAN

Budi, Gogot Setyo. (2011). Pondasi Dangkal. Yogyakarta: Andi.


Das, Braja. M. (1999). Shallow Foundation: Bearing Capacity and Settlement. California: CRC
Press.
Das, Braja. M. (2016). Principles of Foundation Engineering Eighth Edition. Boston: Cengage
Learning.

Reka Racana - 11

Anda mungkin juga menyukai