Anda di halaman 1dari 131

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH


NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

Oleh :
Nama : Lina Mirnawati
NIM : P27820415061

PRODI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
2018
ii

KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH


NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (AMd. Kep)


Pada Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Surabaya

Oleh :
Nama : Lina Mirnawati
NIM : P27820415061

PRODI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
2018

ii
iii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun
baik sebagian atau keseluruhan.

Sidoarjo, Agustus 2018


Yang Menyatakan

Lina Mirnawati
NIM. P27820415061

iii
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL : 03 September 2018

Oleh :

Pembimbing

Dony Sulystiono, M.Kep


NIP. 197909282005011002

Pembimbing Pendamping

Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes


NIP. 195911071986032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Sidoarjo
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya

Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi


NIP. 19730616 199803 1002

iv
v

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Diuji

Pada Tanggal 13 Agustus 2018

PANITIA PENGUJI

Ketua penguji

Kusmini Suprihatin, M.Kep,Sp, Kep. An


NIP.197103252001122001 ..............................................

Penguji anggota
Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes
NIP. 195911071986032002 ................................................

Dony Sulystiono, M.Kep


NIP. 197909282005011002 ................................................

Mengetahui.
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya

Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi


NIP. 19730616 199803 1002

v
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Faktor

Determinan Derajat Miopia di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Karya tulis

ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar DIII keperawatan

pada Program Studi DIII Keperawatan Sidoarjo Politeknik Kesehatan Kemenkes

Surabaya.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Drs. Abd Jalil, M.pdI, selaku Kepala Sekolah MAN Sidoarjo yang telah

memberikan lapangan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik.

2. Achmad Yunus Arbiyan, S.Pd, selaku Waka Kurikulum MAN Sidoarjo yang

membantu penulis dalam memberikan izin penelitian, menunjukkan alur

penelitian dan memfasilitasi surat penelitian di MAN Sidoarjo.

3. Yueliyanti Suzanna, S.Pd, selaku Guru Fisika MAN Sidoarjo yang telah

membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian sehingga

penelitian ini terlaksana dengan baik.

4. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitasi kepada

kami untuk mengikuti dan menyeselaikan pendidikan program studi DIII

keperawatan.

vi
vii

5. Dr. H. Supriyanto, SKp.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.

6. Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi , selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Kampus Sidoarjo yang telah memberi kesempatan dan dorongan kepada kami

untuk menyelesaikan DIII Ilmu Keperawatan.

7. Dony Sulystiono, M.Kep, selaku pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan pengarahan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang

telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

9. Kusmini Suprihatin, M.Kep,Sp, Kep. An, selaku penguji yang telah

membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

10. Seluruh dosen dan staf program studi DIII keperawatan sidoarjo yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan kepada kami dalam perkuliahan.

11. Ayah, ibu, kakak dan adik yang telah ikhlas memberi dukungan moril

maupun materi selama penulisan karya tulis ilmiah untuk gelar Amd.Kep.

12. Teman satu angkatan 2015 yang telah memberi dukungannya selama

penulisan karya tulis ilmiah untuk gelar AMd.Kep.

Sidoarjo, Agustus 2018

Penulis

vii
viii

ABSTRAK

“FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH


NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”

Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi dibias didepan retina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
determinan yang mempengaruhi derajat miopia di MAN Sidoarjo. Penelitian ini
menggunakan penelitian diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling. Populasi penelitian siswa kelas XI
IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai kacamata pada tahun 2018
sebanyak 103 siswa dengan 70 responden. Instrumen untuk pengambilan data
adalah dengan pertanyaan dalam bentuk lisan. Teknik yang digunakan adalah
wawancara. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor penyebab yang paling
banyak mempengaruhi derajat miopia pada responden antara lain faktor genetik
ayah dan ibu, jenis kelamin perempuan, umur > 14 tahun, durasi video game > 2
jam, perilaku membaca posisi terlentang atau telungkup, komputer jarak < 60 cm,
jarak gadget < 30 cm, dan durasi gadget > 2 jam. Faktor determinan yang lebih
dominan pada derajat miopia ialah faktor bermain video game, faktor jarak dan
durasi melihat komputer dan gadget kemungkinan disebabkan karena zaman
sekarang merupakan era teknologi dimana semua aktivitas dimudahkan dengan
teknologi seperti pencarian tugas sebagian besar menggunakan internet,
berkomunikasi dengan teman menggunakan sosial media dan berbagai macam
game yang menarik.

Kata kunci : faktor penyebab miopia, derajat miopia

viii
ix

ABSTRACT

“DETERMINANT FACTORS OF THE DEGRESS OF MYOPIA IN


MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO OF SIDOARJO DISTRICT”

Miopia is these rays which runs parallel with an axis without


accommodation resident the retina of eye shadow. This research aims to know the
factors that affect determinan degress miopia in MAN Sidoarjo. This research
using the deskriptif research with the approach cross sectional. This research
using a technique purposive sampling. The population of the research students of
class XI IPA and IPS in MAN Sidoarjo wearing glasses on the year 2018 as much
as 103 students with 70 respondents. Instruments to a data is with questions in the
form of verbal. A technique used is interview. Based on the results, factors that
most affect the degree of myopia on the respondents is genetic factors of father
and mother, female gender, age > 14 years, the duration of video games > 2 hours,
the behavior of reading the supine position or face-down, the distance of computer
< 60 cm, the distance of gadget < 30 cm and the duration of the gadget > 2 hours.
Determinant factor is more dominant on the degree of myopia is factors playing a
video game, factor of the distance and duration of view computer and gadget
because the present age is the era of technology where all activities facilitated by
technology such as search tasks are mostly using the internet, the communication
with friends using social media and a wide variety of interesting games.

Key words : factors cause myopia, degress myopia

ix
x

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul Depan ....................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam Dan Prasyarat ............................................................. ii
Surat Pernyataan.................................................................................................iii
Lembar Persetujuan ............................................................................................ iv
Lembar Pengesahan ............................................................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Abstrak .............................................................................................................viii
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Bagan .................................................................................................. xivv
Daftar Tabel ...................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii
Daftar Arti Dan Lambang ..............................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................ 4
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.4.1. Bagi Pihak Institusi Pendidikan ..................................................... 5
1.4.2. Bagi Keperawatan .......................................................................... 6
1.4.3. Bagi Peneliti ................................................................................... 6
1.4.4. Bagi Madrasah Aliyah Negeri ( Man ) Sidoarjo ............................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7
2.1. Definisi Miopia..................................................................................... 7
2.2. Klasifikasi ............................................................................................. 7
2.2.1. Bentuk Miopia ............................................................................... 7

x
xi

2.2.2. Derajat Beratnya Miopia ................................................................ 8


2.2.3. Perjalanan Miopia .......................................................................... 8
2.3. Gejala Klinis ......................................................................................... 9
2.3.1. Gejala Subyektif : .......................................................................... 9
2.3.2. Gejala Obyektif : ............................................................................ 9
2.4. Penanganan Miopia ............................................................................ 10
2.4.1. Kacamata ..................................................................................... 10
2.4.2. Kontak Lensa (Lensa Konkaf) ..................................................... 11
2.4.3. Operasi Refraksi Lasik (Laser In Situ Keratectomy) ................... 12
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Miopia................................ 12
2.5.1. Faktor Genetik ............................................................................. 12
2.5.2. Jenis Kelamin ............................................................................... 13
2.5.3. Usia Awal Miopia ........................................................................ 14
2.5.4. Durasi Bermain Video Game ....................................................... 15
2.5.5. Perilaku Membaca ....................................................................... 16
2.5.6. Jarak Dan Durasi Menonton Tv, Komputer Dan Gadget ............ 18
2.5.7. Ketaatan Pemakaian Kacamata .................................................... 20
2.5.8. Faktor Makanan ........................................................................... 21
2.6. Pencegahan ......................................................................................... 22
2.6.1. Cuci Tangan ................................................................................. 22
2.6.2. Jenis Lampu ................................................................................. 23
2.6.3. Mengatur Jarak ............................................................................ 23
2.6.4. Istirahatkan Mata ......................................................................... 24
2.6.5. Periksa Mata Setiap 12 Bulan Sekali ........................................... 24
2.6.6. Kacamata Penolong ..................................................................... 24
2.6.7. Kacamata Pelindung .................................................................... 25
2.6.8. Nutrisi Yang Baik ........................................................................ 25
2.6.9. Minum Cukup Air........................................................................ 25
2.6.10. Lensa Kontak ............................................................................... 26
2.6.11. Hati-Hati Kosmetik ...................................................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................ 28

xi
xii

3.1. Kerangka Konseptual ......................................................................... 28


BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30
4.1 Desain Penelitian ................................................................................ 30
4.2 Kerangka Kerja ................................................................................... 31
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Teknik Sampling ................... 32
4.3.1. Populasi ........................................................................................ 32
4.3.2. Sampel ......................................................................................... 32
4.3.3. Besar Sampel ............................................................................... 33
4.3.4. Teknik Sampling .......................................................................... 34
4.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 34
4.4.1. Variabel Independent ................................................................... 34
4.4.2. Variabel Dependen ...................................................................... 35
4.5 Definisi Operasional ........................................................................... 35
4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................... 38
4.7 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 38
4.7.1 Tempat ......................................................................................... 38
4.7.2 Waktu ........................................................................................... 38
4.8 Pengumpulan Data ............................................................................. 39
4.9 Pengolahan Data ................................................................................. 39
4.10 Analisis Data ...................................................................................... 39
4.11 Etika Penelitian................................................................................... 41
4.11.1 Informed Concent ........................................................................ 41
4.11.2 Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................ 41
4.11.3 Confidentiality ( Kerahasiaan ) .................................................... 41
4.12 Keterbatasan ....................................................................................... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ................................ 43
8.1 Hasil Penelitian................................................................................... 43
8.1.1 Gambaran Umum ......................................................................... 43
8.1.2 Data Umum .................................................................................. 45
8.1.3 Data Khusus ................................................................................. 46
8.2 Pembahasan ........................................................................................ 57

xii
xiii

8.2.1 Mengidentifikasi Faktor Genetik Dengan Derajat Miopia ......... 58


8.2.2 Mengidentifikasi Jenis Kelamin Dengan Derajat Miopia............ 59
8.2.3 Mengidentifikasi Faktor Usia Awal Miopia Dengan Derajat
Miopia .......................................................................................... 62
8.2.4 Mengidentifikasi Faktor Durasi Bermain Video Game Dengan
Derajat Miopia ............................................................................. 63
8.2.5 Mengidentifikasi Faktor Perilaku Membaca Dengan Derajat
Miopia .......................................................................................... 65
8.2.6 Mengidentifikasi Jarak Dan Durasi Menonton Televisi,
Komputer, Dan Gadget Dengan Derajat Miopia ......................... 67
8.2.7 Mengidentifikasi Ketaatan Pemakaian Kacamata Dengan
Derajat Miopia ............................................................................. 71
8.2.8 Mengidentifikasi Faktor Makanan Dengan Derajat Miopia ........ 73
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 76
6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 76
6.2 Saran ................................................................................................... 77
Daftar Pustaka ................................................................................................. 79
Lampiran ......................................................................................................... 81

xiii
xiv

DAFTAR BAGAN

Judul Bagan Halaman

Bagan 3.1. Kerangka Konseptual Faktor Determinan Derajat Miopia


Pada Siswa Kelas XI IPA Dan IPS Di Madrasah Aliyah
Negeri Sidoarjo ........................................................................... 28
Bagan 4.1. Kerangka Kerja Penelitian Faktor Determinan Derajat
Miopia Pada Siswa-Siswi XI IPA Dan IPS Yang Berkaca
Mata Di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo ................................ 31

xiv
xv

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Determinan Derajat Miopia Pada


siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri
Sidoarjo............................................................................................ 36
Tabel 4.2 Distribusi masing-masing variabel................................................... 40
Tabel 5.1 Karakteristik berdasarkan kelas siswa-siswi yang mengalami
miopia di MAN Sidoarjo pada bulan juli 2018 ............................. 45
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor keturunan pada siswa
yang miopia di man sidoarjo pada bulan Juli 2018 ......................... 46
Tabel 5.3 Tabulasi silang antara faktor genetik dengan derajat miopia ........... 46
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa-siswi di
MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................................ 47
Tabel 5.5 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan derajat miopia............ 47
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan umur siswa-siswi di MAN
Sidoarjo, Juli 2018 ........................................................................... 48
Tabel 5.7 Tabulasi silang antara umur dengan derajat miopia ........................ 48
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi berdasarkan durasi bermain video game
pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................ 49
Tabel 5.9 Tabulasi silang antara durasi bermain video game dengan
derajat miopia .................................................................................. 49
Tabel 5.10 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku membaca pada
siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ......................................... 50
Tabel 5.11 Tabulasi silang antara perilaku membaca dengan derajat
miopia .............................................................................................. 50
Tabel 5.12 Distribusi frekuensi berdasarkan jarak dan durasi televisi,
komputer dan gadget pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli
2018 ................................................................................................. 52
Tabel 5.13 Tabulasi silang antara jarak dan durasi televisi, komputer,
dan gadget dengan derajat miopia ................................................... 53

xv
xvi

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi berdasarkan ketaatan kacamata pada


pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................ 55
Tabel 5.15 Tabulasi silang antara ketaatan berkacamata dengan derajat
miopia .............................................................................................. 55
Tabel 5.16 Distribusi frekuensi berdasarkan makanan pada pada siswa-
siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................... 56
Tabel 5.17 Tabulasi silang antara makanan dengan derajat miopia................. 56
Tabel 5.18 Distribusi frekuensi berdasarkan derajat miopia pada siswa-
siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................... 57

xvi
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ......................................81


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................82
Lampiran 3 Lembar Wawancara Faktor Determinan Derajat Miopia ................83
Lampiran 4 Surat Permohonan Permintaan Data ................................................84
Lampiran 5 Surat Balasan Dari MAN Sidoarjo ..................................................85
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Untuk MAN Sidoarjo .....................................86
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Untuk BANGKESBANGPOL .......................87
Lampiran 8 Surat Balasan BANGKESBANGPOL ............................................88
Lampiran 9 Surat Izin Permohonan Penelitian ...................................................89
Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian ...................................................90
Lampiran 11Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .........................91
Lampiran 12 Data Faktor Determinan Derajat Miopia .......................................92
Lampiran 13 Data Frekuensi Dan Tabulasi silang SPSS ....................................97
Lampiran 14 Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ........................................104
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah ..........................105
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah .........................................109

xvii
xviii

DAFTAR ARTI DAN LAMBANG

1. Lambang poltekkes kemenkes surabaya


a. Bentuk segi lima dengan warna biru melambangkan semangat dapat
mengikuti perkembangan di dunia pendidikan sesuai dengan tuntutan
zaman.
b. Tugu warna kuning melambangkan tugu pahlawan surabaya yang
cemerlang.
c. Palang hijau melambangkan kesehatan
d. Gambar buku melambangkan proses pembelajaran
e. Warna latar belakang biru melambangkan warna teknik (politeknik).

2. Daftar lambang
% : persen
/ : atau
< : kurang dari
> : lebih dari
- : sampai
: : banding, yaitu
& : dan
() : tanda Kurung

3. Daftar arti
A
Autosomal dominan : sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom yang bersifat dominan
Autosomal resesif : sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom yang bersifat resesif
Anterior : bagian depan
Astenovergen : berair
Atrofi : penyusutan atau pengecilan
Astaxanthin : jenis karotenoid yang ditemukan dialam

B
Brightness : tingkat penerangan

C
Cit : Citation ( Kutipan )
Cm : Centimeter

xviii
xix

D
DIII : Diploma
Dr. : Doktor
Dll : Dan lain-lain

E
ESA : Entertainment software Association / asosiasi di
bidang aplikasi hiburan digital
Eye liner : alat make up penegas garis mata
Eye shadow : alat make up untuk perona mata yang dibubuhkan
di kelopak mata
F
Fundus tigroid : degenerasi retina berupa kelompok pigmen yang
tidak merata menyerupai kulit harimau

G
Glaukoma : penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan

I
Institute of Reasearch : organisasi penelitian
Insufisiensi Akomodasi : ketidakmampuan mata menjalankan fungsinya

J
Juvenile onset : Insulin dependent

N
Ns : Ners
Nm : nanometer

M
M. : Master

P
Posterior : bagian belakang
Predisposisi miopia :faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami
miopia
Progresivitas : kemampuan bergerak maju
Pigmentasi : pembentukan pigmen
Perifer : terletak di tepi

xix
xx

S
Sp. : Spesialis
Smartphone : telfon pintar

K
Kep : Keperawatan
Kes : Kesehatan
Karotenoid : golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang
terdapat pada tumbuhan
Koroid : lapisan pembuluh darah pada mata yang terletak
antara retina dan sklera
Kohesi : gaya tarik menarik antar molekul yang sama

L
Low Vision : penglihatan kurang
Lutein : senyawa karoteniod yang terdapat pada tumbuhan
Lasik : Laser in situ keratectomy atau operasi mata dengan
lanser untuk mengoreksi masalah penglihatan.

T
The Correction of Myopia Evaluation Trial : koreksi percobaan evaluasi
miopia

U
UV : Ultraviolet atau radiasi ultraungu
UVA : Ultraviolet A atau jenis sinar radiasi matahari
dilihat dari panjang gelombang menggunakan
gelombang panjang

V
Video Game : permainan berupa video
Vision Institute : lembaga penglihatan
Visual : Penglihatan
W
WHO : World Health Organization / organisasi kesehatan
dunia
Watt : satuan turunan SI untuk daya
Z
Zeaxanthin : karotenoid pelindung terhadap penyebab
kehilangan penglihatan

xx
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata

tanpa akomodasi dibias didepan retina. Tajam penglihatan selalu kurang

dari pada 5/5 ( Ilyas S, 2010 ).

Berdasarkan data WHO terdapat 285 juta orang didunia yang

mengalami gangguan penglihatan, dimana 39 juta orang mengalami

kebutaan dan 246 juta orang mengalami berpenglihatan kurang ( low

vision ). Tajam penglihatan sudah dikatakan low vision dengan visus 6/18.

Secara global gangguan penglihatan tersebut disebabkan oleh kelainan

refraksi 43%, katarak 33%, dan glaukoma 2%. Meskipun demikian, bila

dikoreksi dini sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah maupun

diobati ( WHO, 2012 cit Fauziyah MM, 2014 ).

Menurut perhitungan WHO, tanpa ada tindakan pencegahan dan

pengobatan terhadap miopia, hal ini mengakibatkan jumlah penderita akan

semakin meningkat. Dan berdasarkan laporan Institute of Research

diperkirakan pada tahun 2020 penderita miopia akan mencapai 2,5 milyar

penduduk ( Mutti DO, 2001 cit Usman S, 2014 ).

Miopia merupakan kelainan mata yang paling banyak diseluruh

dunia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Di

1
2

Indonesia, prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada

penyakit mata dan ditemukan jumlah penduduk kelainan refraksi di

Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa ( Saw

SM, 2001 cit Usman S, 2014 ).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, di

Indonesia terdapat sekitar 1,5% atau 3,6 juta penduduknya mengalami

kebutaan. Angka kejadian kebutaan yang disebabkan oleh miopia

menduduki urutan pertama sebagai penyebab kebutaan di Indonesia.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013

menunjukkan bahwa proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada

penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6%; proporsi

penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan sebesar

0,4%. Sedangkan proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada

penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi Jawa Timur adalah

sebesar 4,8%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0%

proporsi kebutaan sebesar 0,4% (Riskesdas,2013).

Berbagai faktor yang berperan dalam perkembangan miopia telah

diidentifikasi melalui beberapa penelitian. Prevalensi miopia 33-60% pada

anak dengan kedua orang tua miopia. Pada anak yang memiliki salah satu

orang tua miopia prevalensinya 23-40%, dan hanya 6-15% anak

mengalami miopia yang tidak memiliki orangtua miopia ( Goss DA, 2006

cit Fauziyah MM, 2014 ). Disamping faktor keturunan, faktor lingkungan

juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia pada anak

2
3

(Tiharyo I, 2008 cit Fauziyah MM, 2014 ). Faktor lingkungan yang paling

banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca.

Lama membaca dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat

insufisiensi akomodasi pada mata ( Legerto JA, 2013 cit Fauziyah MM,

2014 ). Semakin majunya teknologi menjadikan seseorang lebih mudah

untuk mendapatkan informasi. Tidak hanya dari buku tetapi informasi

yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, dapat juga diperoleh melalui

televisi dan internet ( Kistianti F, 2008 ).

Semakin meningkatnya remaja yang mengalami gangguan refraksi

mata maka penulis ingin mengetahui faktor determinan derajat miopia

pada siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo. Karena MAN

Sidoarjo adalah salah satu MA Negeri terbaik di Sidoarjo yang mana

sebagian besar siswanya mempunyai prestasi belajar yang baik dan

intensitas belajar siswa yang sering menggunakan komputer dan wifi

sebagai fasilitas sekolah untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Sedangkan dari hasil survey awal di Madrasah Aliyah Negeri

Sidoarjo didapatkan data siswa kelas XI IPA dan IPS tercatat 138 orang

yang memakai kacamata dari jumlah 464 siswa XI IPA dan IPS.

Berdasarkan uraian diatas masalah penelitian adalah faktor

perilaku tidak baik yang dapat mempengaruhi derajat miopia bertambah,

maka penulis merasa perlu untuk meneliti “ Faktor Determinan Derajat

Miopia Pada Siswa Kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo ”.

3
4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan, “apakah faktor determinan mempengaruhi derajat Miopia

pada siswa kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Sidoarjo ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor determinan derajat miopia pada siswa

kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN )

Sidoarjo.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor genetik penderita miopia pada siswa

kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Sidoarjo.

2. Mengidentifikasi faktor jenis kelamin penderita miopia pada

siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Sidoarjo.

3. Mengidentifikasi faktor usia awal miopia penderita miopia pada

siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Sidoarjo.

4. Mengidentifikasi faktor durasi bermain video game pada siswa

kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo.

4
5

5. Mengidentifikasi faktor perilaku membaca pada siswa kelas XI

IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) Sidoarjo.

6. Mengidentifikasi faktor jarak dan durasi bermain menonton tv,

komputer dan gadget pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang

mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Sidoarjo.

7. Mengidentifikasi faktor ketaatan pemakaian kacamata pada

siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo..

8. Mengidentifikasi faktor makanan pada siswa kelas XI IPA dan

IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Sidoarjo.

9. Menganalisa faktor determinan derajat miopia berdasarkan

faktor durasi bermain video game, faktor jarak dan durasi

melihat televisi, komputer, dan gadget pada siswa kelas XI IPA

dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Memberikan pengetahuan bagi mahasiswa program studi

DIII Keperawatan Sidoarjo dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama untuk

5
6

pengembangan profesi keperawatan khususnya dalam bidang

perawatan kesehatan mata.

1.4.2. Bagi Keperawatan

Digunakan dalam pemberian informasi kesehatan bagi klien

yang menderita miopia.

1.4.3. Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan

penelitian.

2. Dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam

meneliti bidang penelitian.

1.4.4. Bagi Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Sidoarjo

Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan

penanggulangan faktor internal maupun eksternal yang

mempengaruhi derajat miopia khususnya bagi siswa yang

menderita miopia sehingga mereka mulai merubah kebiasaan yang

dapat memperburuk kesehatan matanya dan bagi siswa yang tidak

mengalami miopia dapat mengantisipasi agar tidak menderita

miopia dengan menggunakan leaflet mading.

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Miopia

Miopia merupakan kondisi seseorang tidak dapat melihat objek

jarak jauh dengan baik. Oleh karena itu, miopia dikenal juga dengan

sebutan rabun jauh. Miopia terjadi karena cahaya yang masuk mata jatuh

didepan retina. Miopia lazim dikenal dengan mata minus karena kelainan

refraksi jenis ini dapat diatasi dengan kacamata lensa minus (Prieharti &

Mumpuni Y, 2016 hal 82).

Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata

tanpa akomodasi dibias didepan retina. Tajam penglihatan selalu kurang

dari pada 5/5 (Ilyas S, 2010 hal 46).

2.2. Klasifikasi

2.2.1. Bentuk Miopia

Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :

1. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata,

dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

2. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan

seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi

lebih lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama

7
8

dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi

akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang

terlalu kuat.

2.2.2. Derajat Beratnya Miopia

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.

2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.

3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari

6 dioptri.

2.2.3. Perjalanan Miopia

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.

2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada

usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.

3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan

Miopiapernisiosa = miopia maligna = miopia degenerative.

(Ilyas S, 2005 hal 76-77)

8
9

2.3. Gejala Klinis

2.3.1. Gejala Subyektif :

1. Kabur bila melihat jauh.

2. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.

3. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tak

sesuai dengan akomodasi ), astenovergens.

2.3.2. Gejala Obyektif :

1. Miopia simpleks :

a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan

pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola

mata yang agak menonjol.

b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang

ringan disekitar papil saraf optik.

2. Miopia patalogik :

a. Gambaran pada segmen antierior serupa dengan miopia

simpleks.

b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa

kelainan-kelainan pada :

1) Badan kaca

Dapat ditemukan kekeruhan berupa

perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai

floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam

badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

9
10

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya

dengan keadaan miopia.

2) Papil saraf optik

Terlihat pigmentasi peripapil, presen miopia,

papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke

bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh

lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang

tak teratur.

3) Makula : berupa pigmentasi yang tak teratur.

4) Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista

retina bagian perifer.

5) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa

penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan

retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas

dan disebut sebagai fundus tigroid.

(Ilyas S, 2003 hal 6 )

2.4. Penanganan Miopia

2.4.1. Kacamata

Terapi yang dapat diberikan adalah koreksi kacamata

dengan menggunakan lensa sferis konkaf ( negatif ) terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal ( Ilyas S, 2010 ).

Lensa sferis negatif ini dapat mengoreksi bayangan pada miopia

10
11

dengan cara memindahkan bayangan mundur tepat ke retina

(Vaughan DG, 2000), sehingga penderita dapat melihat dengan

baik tanpa akomodasi ( Perdami, 2010 ).

2.4.2. Kontak Lensa (Lensa Konkaf)

Lensa kontak adalah lensa yang diletakkan diatas kornea

dan memiliki daya kohesi sehingga tetap menempel pada kornea,

tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh di

retina. Terdapat keuntungan memakai lensa kontak, diantaranya :

1. Praktis dalam penggunaanya ( sama dengan seperti

penglihatan mata normal, sedangkan kaca mata penglihatan

akan menjadi lebih besar / kecil ).

2. Luas lapang pandang tidak berubah ( penggunaan kaca mata

lapang pandang menjadi menciut ).

3. Tujuan kosmetik.

Sedangkan kerugian dari pemakaian lensa kontak adalah :

1. Lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainya kurang

memperhatikan kebersihan / lingkungan sekitar kurang

bersih.

2. Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai

terlalu lama / dipakai tidak teratur.

( Perdami, 2010 )

11
12

2.4.3. Operasi Refraksi LASIK (Laser in Situ Keratectomy)

Operasi dengan menggunakan tenaga laser untuk

mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali. Bedah

refraktif adalah bentuk koreksi permanen untuk rabun jauh. Juga

disebut sebagai operasi laser mata, yaitu sebuah prosedur untuk

membentuk ulang kornea agar cahaya terfokus ke retina. Operasi

untuk membakar sebagian kecil kornea agar lengkungannya

kembali normal.

( Medicastore.com , 2012 )

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Miopia

2.5.1. Faktor Genetik

Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor

risiko yang memegang peranan penting pada terjadinya kelainan

refraksi. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke

keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal

resesif. Anak dengan orang tua yang mengalami kelainan refraksi

cenderung mengalami kelainan refraksi. Prevalensi miopia pada

anak dengan kedua orangtua yang mengalami miopia adalah

32,9% dan berkurang sampai 18,2% pada anak dengan hanya salah

satu orangtuanya yang mengalami miopia, dan kurang dari 8,3%

pada anak dengan orangtua tanpa miopia (Kelley MP, 2011 cit

Komariah C, 2014).

12
13

2.5.2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40,49% pada

penderita laki-laki, dan pada perempuan 59,51%. Kelompok umur

10-14 tahun merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu

sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun

sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan

adalah miopia 71,78 % ( Ratanna RS, 2014 ).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, 2017

didapatkan hasil dengan jenis kelamin perempuan 56,2% dan jenis

kelamin laki-laki 43,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang saling

berkaitan seperti aktivitas luar ruangan (outdoor activity), bahwa

perempuan lebih sedikit menghabiskan waktu diluar ruangan atau

outdoor activity seperti berolahraga maupun aktivitas di waktu

luang, dimana kegiatan ini sangat mendukung untuk menstimulasi

pelepasan dopamin dari retina yang akan menginhibisi

pertumbuhan bola mata, sehingga dapat meminimalisir angka

terjadinya miopia pada siswa dengan jenis kelamin perempuan.

Aktivitas di luar ruangan yang tidak memadai dan paparan

cahaya matahari yang sedikit, berpotensi akan faktor resiko untuk

terjadinya miopia. Dimana paparan matahari diketahui dapat

memberikan asupan vitamin D secara tidak langsung sehingga

sangat baik untuk kesehatan mata (Wang, 2015). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wang (2015) tentang Miopia

13
14

Among Schoolchilren in East Asia and Singapora menyatakan

menghabiskan lebih sedikit waktu diluar rumah setelah sekolah

dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kesalahan refraksi dan

miopia,selain itu dengan tambahan 40 menit dari aktivitas di luar

ruangan di sekolah dari pada berdiam diri di kelas dapat

mengurangi peningkatan terjadinya miopia

Penderita kelainan refraksi lebih banyak ditemukan pada

perempuan dibandingkan laki-laki dan pada jenis kelaianan refraksi

miopia, dikarenakan bola mata pada laki-laki lebih besar daripada

perempuan. Hal ini akan mempengaruhi jaringan bola mata lainnya

sehingga dapat menyebabkan refraksi ( Launardo AV, 2011 cit

Ihsanti D, 2014 ).

2.5.3. Usia Awal Miopia

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40,49% pada

penderita laki-laki, dan pada perempuan 59,51%. Kelompok umur

10-14 tahun merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu

sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun

sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan

adalah miopia 71,78 % ( Ratanna RS, 2014 ).

Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena

itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia

sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi

14
15

pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan

kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat

penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan,

sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati

dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan ( kelianan

refraksi ) sampai kebutaan ( Wibisono M, 2012 cit Ratanna RS,

2014 ).

2.5.4. Durasi Bermain Video Game

Video game adalah salah satu contoh permainan modern

yang sering dimainkan oleh remaja saat ini. Survei Entertaiment

Software Association (ESA) menemukan bahwa setiap orang

mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan

untuk bermain game, sementara 32% dari pemain game adalah

anak berusia dibawah 18 tahun dan sekitar 10% dari remaja berusia

10-18 tahun bermain video game dengan durasi 1 jam atau lebih

per harinya (Entertainment Software Association, 2013 cit Putri D,

2014).

Pengelompokkan gamer menjadi lebih spesifik yaitu low

frequency gamer, high frequency gamer, dan heavy frequency

gamer. low frequency gamer adalah gamer yang bermain kurang

dari satu jam perhari, high frequency gamer adalah gamer yang

bermain lebih dari 7 jam perminggu, dan heavy frequency gamer

15
16

adalah gamer yang bermain lebih dari 2 jam sehari atau lebih dari

14 jam seminggu (Griffiths MD, 2010 cit Rudhiati F, 2015).

Pada anak usia sekolah yang gemar bermain video game

dengan durasi yang cukup lama, maka otot siliaris akan selalu

mempengaruhi lensa menjadi cembung karena selalu melihat

benda dekat sehingga kurang peka terhadap benda jauh, hal

tersebut yang menyebabkan terjadinya gangguan ketajaman

penglihatan sehingga alat ukur yang tepat menggunakan snellen

chart ( James, 2006 cit Rudhiati F, 2015 ).

Hasil penelitian Rudhiati F, 2015 menyatakan sebagian

besar responden memiliki durasi tidak normal saat bermain video

game ( > 2 jam/hari atau lebih dari 14jam/minggu) sebanyak 44

orang (65,7%) dan durasi normal saat bermain video game (< 2

jam/ hari) sebanyak 23 orang (34,3%).

2.5.5. Perilaku Membaca

Faktor lingkungan yang paling banyak berperan pada

miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca. Lama membaca

dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat

infusiensi akomodasi pada mata ( Gwiazda J, 2008 cit Fauziyah

MM, 2014 ).

Selain memperhatikan jarak mata saat membaca, ada

beberapa hal atau perilaku yang harus diperhatikan untuk menjaga

16
17

tajam penglihatan agar tetap baik antara lain yaitu dengan

menyediakan waktu untuk membuat mata istirahat setelah

membaca lama dengan melihat jauh. Menggunakan penerangan

yang baik saat belajar, menghindari membaca dibawah penerangan

langsung yang kuat, dll (Ilyas S, 2004 cit Lenawati H, 2012).

Aktivitas jarak dekat seperti membaca yang dilakukan

secara terus- menerus setiap hari dalam jangka waktu lama, lebih

dari 2 jam, dapat memicu terjadinya miopia ( Goh PP, 2008 cit

Khomariah C, 2014 ). Hubungan antara jarak baca dengan

perkembangan terjadinya miopia telah dilaporkan oleh The

Correction Of Myopia Evaluation Trial. Kenyataan bahwa

seseorang yang mengalami miopia cenderung untuk membaca pada

jarak yang lebih dekat pada saat mereka tidak menggunakan

kacamata koreksi (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C,

2014).

Penderita miopia seharusnya tidak membaca dalam jarak

yang kurang dari 30 cm dan tidak membaca terlalu lama dalam satu

waktu, sedangkan penerangan yang digunakan saat membaca harus

cukup terang ( Saw SM, 2002 cit Nurwinda, 2013 ). Posisi

membaca yang paling baik adalah dengan posisi duduk, jika

membaca dengan posisi yang terlentang atau menelungkup, berat

badan akan menyebabkan mata yang semakin lama makin dekat

17
18

dengan buku dan akibatnya panjang anterior-posterior mata makin

melebar ( Fachrian D, 2009 cit Nurwinda, 2013 ).

Angka kejadian miopia pada beberapa macam populasi

dengan berbagai jenis pekerjaan, didapati pada populasi pelajar dan

pekerja kantor menempati urutan tertinggi untuk penderita miopia

(Goldschmidt,2003 cit Fauziyah MM, 2014).

Hasil penelitian oleh Komariah, 2014 menunjukkan bahwa

siswa yang membaca dengan durasi > 2 jam sebanyak 47 siswa

(88,6%) dan durasi < 2 jam sebanyak 6 siswa (11,4%). Siswa yang

membaca dengan jarak < 30 cm sebanyak 34 siswa (64,2%), dan

jarak > 30 cm sebanyak 19 siswa (35,8%). Hasil penelitian oleh

Kistianti, 2008 menunjukkan posisi tubuh saat membaca dengan

duduk sebanyak 21 orang (14,19%) dan posisi tubuh saat membaca

tidak duduk sebanyak 53 orang ( 53,81%).

2.5.6. Jarak Dan Durasi Menonton Tv, Komputer Dan Gadget

Penelitian dipimpin oleh Brien Holden dari Brien Holden

Vision Institute di Sydney. Data diperoleh dari 145 penelitian yang

melibatkan 2,1 juta peserta. Penelitian ini memperkirakan bahwa,

pada tahun 2015, sekitar 4,8 miliar orang akan menderita miopia,

meningkat dari tahun 2000, yakni sekitar 1,4 miliar.

Menurut peneliti, peningkatan ini didorong oleh faktor

lingkungan, terutama perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh

menurunnya waktu yang dihabiskan untuk aktivitas luar ruangan

18
19

dan meningkatnya aktivitas penggunaan peralatan elektronik yang

menuntut pandangan jarak dekat, juga beberapa faktor lain, seperti

faktor keturunan.

Near-work merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan

diantaranya membaca pada jarak < 30 cm dan > 2 jam/hari,

menonton televisi pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari, menggunakan

komputer pada jarak > 60 cm dan > 8 jam/hari, bermain

videogame pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari ( Fachrian D, 2009

cit Tobing I, 2017 ).

Smartphone dan tablet banyak sekali di gunakan untuk

membaca email ,sms,browsing internet sampai untuk menonton

video. Dari studi yang telah dilakukan menunjukan bahwa

kelelahan mata dapat terjadi apabila kita melihat melalui screen

yang kecil dalam durasi yang lama.Umumnya orang menggunakan

smart phone dan komputer tablet dengan jarak yang lebih dekat

dari pada membaca buku atau koran sehingga mata menjadi lebih

cepat lelah. Memperbesar ukuran font pada gadget dan mengatur

jarak kira-kira 30 – 40 cm dari mata dapat membantu mengurangi

gejala mata lelah (Optik Melawai, 2016).

Naidoo menuturkan, di antara faktor-faktor lingkungan,

sistem pendidikan dengan tekanan tinggi pada usia dini di beberapa

negara seperti Singapura, Korea, Taiwan dan Cina dapat

19
20

menyebabkan perubahan gaya hidup, karena penggunaan

berlebihan perangkat elektronik seperti komputer atau smartphone

( National Geographic, 2016 ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak

yang mengalami miopia rutin melakukan aktivitas didepan

komputer dengan waktu setiap kalinya adalah lebih dari 4 jam.

Anak-anak yang menderita miopia lebih banyak menggunakan

waktunya untuk belajar, main komputer, dan bermain video game.

Penggunaan waktu dengan aktifitas visual seperti ini akan

meningkatkan risiko untuk terjadinya kelainan refraksi berupa

miopia (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C, 2014).

Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang 400-500

nm (nanometer). Sumber terdekatnya adalah lampu neon, layar

televisi serta komputer. Efek sampingnya pada mata tergantung

dari panjang cahaya, intensitas serta durasi paparan. Individu tanpa

faktor predisposisi miopia dapat mengalami miopia ringan jika

terpajan oleh faktor miopigenik secara terus-menerus ( Mallen EA,

2005 cit Khomariah C, 2014 ).

2.5.7. Ketaatan pemakaian kacamata

Penanganan pada penderita miopia adalah dengan memakai

kacamata sferis negatif terkecil yang akan memberikan ketajaman

penglihatan secara maksimal. Lensa pada kacamata sferis negatif

20
21

digunakan untuk mengoreksi bayangan pada miopia, karena lensa

ini dapat memindahkan bayangan mundur ke retina (Ilyas S, 2010).

Penelitian saerang dan mangindaan, menunjukkan bahwa

jumlah murid sekolah dengan kelainan refraksi, antara yang belum

memakai kacamata dan sudah memakai kacamata, ternyata lebih

besar yang belum memakai kacamata dibanding yang sudah. Hal

ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari murid-

murid sekolah itu sendiri, rasa malu untuk memakai kacamata atau

juga karena belum semua sekolah terdapat pemeriksaan atau

pelayanan kesehatan mata, khususnya untuk kasus-kasus kelainan

refraksi. Oleh karena itu, perlu kiranya mengetahui ketaatan

berkacamata dapat menjadi salah satu faktor yang dapat

mempercepat progesivitas derajat miopia (Saerang JSM 1984 cit

Nurwinda S, 2013).

2.5.8. Faktor Makanan

Vitamin A yang banyak ditemukan dalam wortel memiliki

peran penting dalam kesehatan mata, tapi konsumsi dalam jumlah

banyak tidak mengurangi kelainan refraksi yang ada. Nutrien lain

yang baik untuk kesehatan mata dan berperan mencegah kerusakan

retina adalah lutein. Lutein banyak ditemukan di sayuran hijau

seperti bayam, brokoli, dan juga kuning telur.Ingatlah untuk selalu

mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang untuk menjaga

21
22

kesehatan tubuh kita secara keseluruhan ( Jakarta Eye Center,

2016 ).

Unsur seperti karotenoid banyak ditemukan pada sayuran

berwarna kuning-jingga seperti wortel, sayuran berwarna hijau

seperti brokoli , serta buah-buahan berwarna merah dan kuning-

jingga seperti tomat, arbei, semangka, dan mangga. Dewasa ini

vitamin untuk kesehatan mata juga tersedia dalam produk-produk

berbentuk suplemen ( Sugani S, 2010 Hal 58 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Febriany, 2015 yang

menunjukkan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung

vitamin A sebanyak 31 orang (38,75%), dan jarang mengkonsumsi

makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 49 orang

(61,25%).

2.6. Pencegahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan mata yang

dapat mengurangi risiko timbul dan memburuknya gangguan, yaitu :

2.6.1. Cuci Tangan

Selalu cuci tangan, apalagi sesudah bepergian, memasak,

atau melakukan kegiatan. Tanpa disadari, orang sering mengusap

mata dengan tangan yang kotor sehingga membuat mata gatal atau

mudah terinfeksi.

22
23

2.6.2. Jenis Lampu

Tidak semua lampu bersahabat dengan mata, terutama

ketika anda sering melakukan kegiatan yang sangat butuh

penerangan cukup. Jika anda membaca atau melakuakn pekerjaan

tangan yang butuh ketelitian seperti menjahit atau memasak,

disarankan menggunakan penerangan dengan bola lampu susu 40

watt. Pusatkan sinar pada objek bacaan atau pekerjaan yang

dilakukan. Lampu duduk dengan bohlam 60 watt dianggap terlalu

terang dan sebaliknya dibawah 40 watt pun terlalu redup.

Kurangnya penerangan menyebabkan kerja otot mata terlalu berat

sehingga mata mudah lelah dan pedih. Kurang cahaya juga

mempercepat timbulnya kelainan miopia ( rabun jauh ).

2.6.3. Mengatur Jarak

Sebagaimana organ tubuh lain, mata juga memiliki

keterbatasan adaptasi dan sangat peka terhadap pengaruh

lingkungan sekitar. Tubuh biasanya akan menyesuaikan berapa pun

jarak yang dibutuhkan agar mata dapat melihat secara nyaman.

Misalnya saat membaca, pastikan jarak antara mata dengan buku

yang dibaca sekitar 50 cm. Sedangkan, posisi yang dianjurkan

untuk meletakkan buku adalah agak lebih rendah dari ketinggian

mata. Adapun jarak menonton televisi tidak kurang dari lima kali

ukuran diagonal televisi.

23
24

2.6.4. Istirahatkan Mata

Hampir semua orang merasakan mata mereka menjadi tidak

nyaman setelah duduk seharian didepan layar komputer. Hal ini

disebabkan mata berkedip 25% lebih sedikit dari biasanya, yang

menyebabkan mata jadi kering. Satu hal yang bisa dilakukan

adalah menutup mata dan menghitung sampai lima sebelum

membukanya kembali. Hal lainnya adalah berpaling dari layar

monitor dan fokus pada sebuah objek yang jauh sesering mungkin.

Gunakan filter pada layar dan kurangi tingkat terang (Brightness)

monitor agar mata tidak menjadi cepat lelah. Selain itu, tidur juga

merupakan cara yang paling baik untuk memulihkan kesehatan

mata.

2.6.5. Periksa Mata Setiap 12 Bulan Sekali

Periksakan mata anda dan keluarga minimal setahun sekali,

meskipun baik anda maupun anggota keluarga merasa tidak

mengalami gangguan.

2.6.6. Kacamata Penolong

Jika anda memang harus memakai kacamata untuk

membantu penglihatan, pilih yang berkualitas baik. Kacamata

dengan harga murah tapi kualitas tidak terjamin akan

mengakibatkan gangguan pandangan mata anda semakin buruk.

24
25

2.6.7. Kacamata Pelindung

Sinar UV ( ultraviolet ) dapat membuat kerusakan serius

pada mata. Kacamata hitam diperlukan untuk melindungi mata dari

kerusakan ini. Pilih kacamata yang dapat memantulkan setidaknya

98% radisai UVA.

2.6.8. Nutrisi Yang Baik

Vitamin dan antioksidan dalam makanan dapat mencegah

atau paling tidak memperlambat pertumbuhan penyakit-penyakit

mata. Selain senyawa antioksidan (vitamin A, C, dan E ) yang

sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan mata,

senyawa lain seperti lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin, baru-baru

ini ditemukan sebagai senyawa yang dapat meningkatkan

kesehatan mata.

Unsur seperti karotenoid banyak ditemukan pada sayuran

berwarna kuning-jingga seperti wortel, sayuran berwarna hijau

seperti brokoli, serta buah-buahan berwarna merah dan kuning-

jingga seperti tomat, arbei, semangka, dan mangga. Dewasa ini

vitamin untuk kesehatan mata juga tersedia dalam produk-produk

berbentuk suplemen.

2.6.9. Minum Cukup Air

Mata yang kering rawan terinfeksi karena tidak terlindung

dengan baik dari debu. Mata kering merupakan akibat kurangnya

jumlah cairan yang keluar dari pembuluh mata. Cara terbaik untuk

25
26

menjaga agar mata tetap basah adalah dengan minum cukup air

sepanjang hari.

2.6.10. Lensa Kontak

Tidak semua lensa kontak bereaksi sama pada mata anda.

Ada yang aman, ada juga yang berisiko merusak mata. Ada lensa

kontak terbukti nyaman bagi teman anda, tetapi belum tentu aman

untuk mata anda. Tanyakan dengan detail apa saja risiko yang

mungkin timbul dan cara mencegahnya sebelum anda membeli

atau menggunakan sebuah lensa kontak.

Pakailah lensa kontak sesuai jadwal yang disarankan.

Semakin lama memakai lensa kontak tanpa diistirahatkan, semakin

tinggi risiko mata terkena infeksi. Apalagi jika anda sering berada

ditempat terbuka. Radikal bebas yang berasal dari sinar UV atau

cemaran udara yang masuk ke mata dapat mengakibatkan

terjadinya reaksi oksidasi molekul-molekul rentan pada lensa mata.

Molekul tersebut adalah protein dan lemak yang menyusun

lensa mata. Efek dari oksidasi ini menyebabkan rusaknya protein

atau lemak pada lensa mata. Sering dengan bertambahnya usia dan

semakin terakumulasinya tekanan radikal bebas, protein dan lemak

yang rusak tersebut akan semakin besar jumlahnya. Itulah yang

membuat penglihatan lama- kelamaan semakin kabur.

26
27

2.6.11. Hati-Hati Kosmetik

Teliti kosmetik sebelum menggunakannya, terutama yang

digunakan pada mata seperti eye liner, eye shadow, dan bulu mata

palsu. Pemakaian kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

dapat menimbulkan efek negatif berupa alergi dengan gejala

kemerahan, bengkak, dan rasa nyeri pada mata. Reaksi ini mungkin

tidak akan langsung terjadi saat pemakaian pertama. Bisa jadi baru

timbul berbulan-bulan kemudian setelah pemakaian berulang

dalam jangka panjang.

( Sugani S, 2010 Hal 55- 60 )

27
28

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi

masalahnya ( Alimul Aziz H, 2009 hal 18 ).

1. Faktor Genetik (Keturunan)


2. Jenis Kelamin
3. Umur
4. Durasi Bermain Video Game
5. Perilaku Membaca
6. Jarak Dan Durasi Melihat
Televisi, Komputer Atau Derajat miopia
Gadget
7. Ketaatan Memakai Kacamata

8. Makanan

Bagan 3.1. Kerangka Konseptual Faktor Determinan Derajat Miopia pada siswa kelas XI
IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.
Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

28
29

Berdasarkan Kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa faktor

determinan derajat miopia yaitu faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi

bermain video game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi,

komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan.

Faktor yang akan diteliti oleh penulis pada siswa kelas XI IPA dan IPS di

Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur,

durasi bermain video game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi,

komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan dan

dibandingkan dengan derajat miopia.

29
30

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode

penelitian diantaranya tentang desain penelitian, populasi, sampel, dan besar

sampel, kerangka operasional, identifikasi variabel, definisi operasional, tempat

dan waktu penelitian, pengumpulan data, analisa data, etika penelitian dan

keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan peneliti dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian ( Nursalam, 2008 ).

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif.

Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada

analisis hubungan antarvariabel, tidak ada variabel bebas dan terikat,

bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa

banyak, siapa, dimana, dan analisis statistik yang digunakan adalah

deskriptif ( Alimul A, 2009 ).

Jenis penelitian ini menggunakan metode survey melalui

pendekatan cross sectional. Desain tersebut dipilih karena sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu membuktikan faktor determinan derajat miopia.

30
31

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagian kerja terdapat rancangan

kegiatan yang dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti ( subyek

penelitian ), variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi

dalam penelitian ( Alimul, 2008 ).

Survey awal untuk menentukan jumlah siswa dengan miopia

Menentukan populasi yaitu seluruh siswa-siswi yang miopia di MAN


Sidoarjo yaitu sebanyak 138 siswa

Besar sampling yang digunakan adalah yaitu 103 siswa

Metode pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner


pertanyaan terbuka

Pengolahan data dengan editing, koding, dan tabulasi data

Analisis data menggunakan univariat dan tabulasi


silang

Penyajian hasil dan pembahasan mengenai faktor


determinan dengan derajat miopia

Kesimpulan

Bagan 4.1. Kerangka Kerja penelitian faktor determinan derajat miopia pada
siswa-siswi XI IPA dan IPS yang berkaca mata di Madrasah Aliyah
Negeri Sidoarjo

31
32

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau objek penelitian

atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti ( A. Aziz

Alimul, 2007 ).

Dalam penelitian ini populasinya adalah siwa-siswi kelas

XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai kacamata pada

tahun 2016-2017 berjumlah 138 siswa.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (

Notoatmodjo, 2010 ). Kriteria dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah :

1. Siswa kelas XI IPA dan IPS

2. Siswa yang berkaca mata minus

3. Siswa yang bersedia diteliti

32
33

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan

dijadikan sampel. Besar sampel dari penelitian ini dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N

1+ N (d 2)

n = 138

1+ 138 (0.0025)

n = 102.602

n = 103 siswa

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d2 : presisi yang ditetapkan

Penelitian ini menggunakan sampel yaitu siswa- siswi

kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai

kacamata minus pada tahun 2016-2017 sebanyak 103 siswa.

33
34

4.3.4. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada,

secara umum ada dua jenis pengambilan sampel, yakni probability

sampling dan nonprobability sampling (Alimul A, 2009).

Dalam penelitian purposive sampling yang didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Peneliti disini sudah

menentukan sampel yaitu siswa XI IPA dan IPS yang memakai

kacamata.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu sifat atau fenomena yang menunjukkan

suatu yang dapat diamati dan nilainya berbeda-beda (H. Zaidin Ali, 2010).

4.4.1. Variabel Independent

Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama

variabel bebas artinya bebas dalam memengaruhi variabel lain,

variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor, risiko, atau

kausa (Alimul A, 2009). Variabel independent pada penelitian ini

ialah faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi bermain video

34
35

game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi,

komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan.

4.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung

dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut

sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event (Alimul A, 2009).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah derajat miopia.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diteliti, juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (

Notoatmodjo, 2010 ). Berikut akan disajikan Definisi Operasional tentang

faktor determinan derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di

Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

35
36

Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Determinan Derajat Miopia Pada


siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri
Sidoarjo

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor atau Koding
Operasional
1. Faktor Keluarga inti 1. tidak ada Panduan Ordinal 1. tidak ada
Genetik yang diketahui riwayat Wawancara riwayat skor 1
memakai 2. ayah atau 2. ayah atau ibu
kacamata ibu skor 2
untuk melihat 3. ayah dan 3. ayah dan ibu
jauh ibu skor 3
2. Jenis Tanda fisik 1. Laki-laki Panduan Ordinal 1. laki-laki
Kelamin yang 2. Perempuan Wawancara 2. perempuan
teridentifikasi
yang
mengalami
myopia
3. Umur Lama hidup 1. > 14 Panduan Interval 1. >14 tahun
responden tahun Wawancara 2. 4–10 tahun
mulai dari 2. 4–10 3. < 4 tahun
responden tahun
memakai 3. < 4 tahun
kacamata dan
minus pertama
klien
4. Durasi Rata-rata lama 1. < 1 jam Panduan Ordinal 1. < 1 jam skor 1
Bermain bermain video 2. 1-2 jam Wawancara 2. 1-2 jam skor 2
Video game pada 3. > 2 jam 3. > 2 jam skor 3
Game siswa yang
mengalami
myopia
5. Perilaku Perilaku Posisi : Panduan Ordinal Posisi :
Membaca membaca 1. Duduk Wawancara 1. Duduk skor 1
penderita 2. Terlentang / 2. Terlentang /
miopia yang menelungk menelungkup
kurang baik up skor 2
dalam posisi,
jarak dan Jarak : Jarak :
durasi. 1. < 30 cm 1. < 30 cm skor 2
2. >30 cm 2. > 30 cm skor 1

Durasi : Durasi :
1. < 2 jam 1. < 2 jam skor 1
2. > 2 jam 2. > 2 jam skor 2

36
37

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor atau Koding
Operasional
6. Jarak Dan Rata-rata jarak Jarak : Panduan Ordinal Jarak :
Durasi dan durasi 1. televisi Wawancara 1. televisi
Melihat penggunaan a. < 2 m a. < 2 m skor 2
Televisi, Televisi, b. >2m b. > 2m skor 1
Komputer Komputer 2. komputer 2. komputer
Atau Atau Gadget a. < 60 cm a. < 60 cm skor
Gadget b. >60 cm 2
3. gadget b. > 60 cm skor
a. < 30 cm 1
b. >30 cm 3. gadget
a. < 30 cm skor
Durasi : 2
1. televisi b. > 30 cm skor
a. > 2 1
jam/hari
b. < 2 Durasi :
jam/hari 1. televisi
2. komputer a. > 2 jam/hari
a. > 8 skor 2
jam/hari b. < 2 jam/hari
b. < 8 skor 1
jam/hari
3. gadget 2. komputer
a. > 2 a. >8 jam/hari
jam/hari. skor 2
b. < 2 b. <8 jam/hari
jam/hari. skor 1
3. gadget
a. >2 jam/hari
skor 2
b. <2 jam/hari
skor 1

7. Ketaatan Perilaku 1. Jarang Panduan Nomina 1. jarang skor 2


Memakai seseorang yang pakai Wawancara l 2. sering skor 1
Kacamata terkena miopia kacamata
memakai 2. Sering
kacamata Pakai
dalam kacamata
kesehariannya

37
38

No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor atau Koding
Operasional
8. Makanan Asupan gizi 1. tidak Panduan Nomina 1. tidak makan
yang makan Wawancara l skor 3
dibutuhkan 2. jarang 2. jarang makan
tubuh terutama makan skor 2
pada indra 3. sering 3. sering makan
penglihatan makan skor 1

9. Derajat ukuran lensa 1. derajat Panduan Ordinal 1. derajat ringan <


Miopia negatif yang ringan < 1- Wawancara 1-3 dioptri
digunakan 3 dioptri
pada penderita 2. derajat sedang
miopia 2. derajat 3-6 dioptri
sedang 3-6
dioptri 3. derajat berat
6 dioptri
3. derajat
berat
6 dioptri

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

pengumpulan data ( Notoatmodjo, 2010 ). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara.

4.7 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.7.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di MAN Sidoarjo.

4.7.2 Waktu

Peneliti mulai mengumpulkan data sampai melaksanakan

penelitian pada bulan Februari - Juli 2018.

38
39

4.8 Pengumpulan Data

Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah MAN Sidoarjo, peneliti

mengadakan pendekatan kepada responden yang akan diteliti. Setelah itu

peneliti menjelaskan kepada responden tujuan dan manfaat dilakukannya

penelitian serta menjelaskan petunjuk pengisian.

Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan kuesioner

pertanyaan terbuka yang sudah disiapkan. Selanjutnya data yang telah

didapat akan dilakukan pengolahan dan analisa data.

4.9 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan

diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan

program komputer. Proses pengolahan data yaitu editing, kegiatan

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner dan pemeriksaan

snellen chart. Coding, untuk mengkonversikan ( menerjemaahkan ) data

yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang sesuai untuk

keperluan analisis. Data entry, memasukkan data ke dalam program

komputer. Cleaning, pengecekan ulang data dari setiap sumber data atau

responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi ( Notoatmodjo, 2010 ).

4.10 Analisis Data

Pada penelitian ini setelah data dikumpulkan dilakukan analisa

data. Untuk menganalisis faktor determinan derajat miopia dengan analisis

39
40

univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data numeric digunakan

nilai mean atau rata-rata, median atau nilai tengah, dan standart deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentasi dari tiap variabel. ( Notoatmodjo, 2010 )

Langkah-langkah analisis univariat adalah sebagai berikut :

1. Distribusi Frekuensi

P= f X 100%
n
keterangan :

P : Proporsi

f : Frekuensi Kategori

n : Jumlah Sampel

2. Membuat Tabel Distribusi

Variabel F %

Jumlah

Tabel 4.2 Distribusi masing-masing variabel

Tabulasi silang ( Two way Frequency tabels) atau text table,

disebut juga tabel kontingensi yaitu untuk data yang terdiri atas dua

variabel atau dua faktor, dimana variabel yang satu terdiri atas b kategori

dan variabel yang lain terdiri atas k kategori, maka dapat dibuat tabel

kontingensi atau tabulasi silang berukuran b x k dengan b menyatakan

40
41

banyak baris dan k menyatakan banyak kolom. Biasanya proporsi suatu

kejadian antarkelompok yang berbeda (Alimul A, 2009). Lalu dilakukan

presentasi antar kedua variabel tersebut.

4.11 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada kepala sekolah MAN Sidoarjo untuk persetujuan. Kemudian

peneliti melakukan pendekatan pada siswa dengan menekankan pada

masalah etika meliputi :

4.11.1 Informed Concent

Sebelum melakukan penelitian akan dijelaskan agar subyek

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya, jika subyek bersedia maka mereka didaftar dan jika

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

klien.

4.11.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, penelitian

tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar tersebut

cukup dengan inisial pada masing-masing lembar tersebut.

4.11.3 Confidentiality ( Kerahasiaan )

Dalam pengisian kuesioner informasi yang diberikan oleh

responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hal ini dilakukan

41
42

agar hal-hal yang merupakan kerahasiaan responden tidak

diketahui oleh umum.

4.12 Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam penelitian adalah :

1. Penelitian ini adalah pertama kali yang dilakukan oleh peneliti

sehingga mengalami kesulitan dalam penyusunannya dari hasil

penelitian mungkin kurang sempurna.

2. Pengumpulan data dengan wawancara memiliki jawaban yang

dipengaruhi oleh perasaan pribadi yang bersifat subyektif sehingga

hasilnya kurang memiliki secara kualitatif.

3. Pertanyaan wawancara dirancang oleh peneliti sendiri tanpa

melakukan uji coba, oleh karena itu validitas dan rehabilitasnya

masih perlu dicoba lagi.

4. Banyak responden yang tidak ingin di teliti karena ketidakmauan

dan sebagian kecil responden tidak masuk saat penelitian dilakukan.

42
43

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan dan disajikan mengenai hasil

penelitian tentang faktor determinan derajat miopia pada siswa kelas XI

IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.

Pengumpulan data atau rekapitulasi data dilakukan 16 juli 2018

dengan jumlah 70 responden yang mengalami miopia. Pengumpulan data

dilakukan dengan memberikan pertanyaan wawancara kepada responden.

8.1 Hasil Penelitian


8.1.1 Gambaran Umum
Tempat penelitian di MAN Sidoarjo tepatnya di jalan

stadion no 2 sidoarjo kode pos 61252. Sekolah ini terdapat didesa

siwalan panji kecamatan buduran dengan NSM 131135150001, kode

Satker 425834 dengan tahun pendirian pada tahun 1980 dengan no

telepon 031-8963805. Pimpinan madrasah atau kepala madrasah

adalah Drs. Abd. Jalil. M.PdI dengan pendidikan terakhir Sarjana

(S2). MAN Sidoarjo memiliki program unggulan madrasah yaitu

diantaranya Asrama ponpes Al-Hikmah, bimbingan baca tulis Al-

Quran dan Tahfidz Al-Quran (BTQ), program pendidikan terapan

bidang teknologi informasi dan komunikasi (PRODISTIK), club

olimpiade bidang studi/ kompetisi sain madrasah yang meliputi

43
44

bidang studi matematika, fisika, kimia, biologi, ekonomi, geografi,

astronomi, bahasa inggris, bahasa arab, dan pengetahuan agama

islam.MAN Sidoarjo dengan jumlah seluruh siswa 1.392 siswa yang

terdiri dari 38 kelas, ruang kepala, ruang tata usaha, ruang guru,

ruang bimbingan konseling, ruang pertemuan, ruang perpustakaan,

ruang seni, ruang uks, ruang serbaguna, ruang osis, ruang jurnalistik,

asrama putri, ruang pengasuh asrama, gudang (barang, arsip, alat

marching ), kamar mandi kepala, kamar mandi/WC guru (laki-laki

dan perempuan), kamar mandi/WC siswa (laki-laki dan perempuan),

laboratorium ( kimia, fisika, biologi, bahasa, komputer ), lapangan

basket, dan masjid. Sekolah ini mempunyai ketenagaan sebanyak

102 orang yaitu tenaga pengajar sebanyak 87 orang, 8 orang

karyawan tata usaha, dan 7 orang karyawan keamanan dan

kebersihan.

Lokasi MAN Sidoarjo dekat dengan pabrik, perumahan,

stadion sepak bola, dan terdapat alat transportasi lintas kota. Dengan

batas wilayah sebelah utara lahan kosong pemerintahan, sebelah

selatan adalah pabrik sekar laut, sebelah timur perumahan natura

residence, sebelah barat SMKN 2 Buduran.

Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi kelas XI IPA dan

IPS, pada tahun ajaran 2017-2018 dengan jumlah murid sebanyak

437 murid yang terdiri dari 139 siswa dan 298 siswi.

44
45

8.1.2 Data Umum


1. Kelas

Tabel 5.1 Karakteristik berdasarkan kelas siswa-siswi yang


mengalami miopia di MAN Sidoarjo
No. Kelas Jumlah Presentase %
1. IPA 39 siswa 56 %
2. IPS 31 siswa 44 %
Jumlah 70 siswa 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan data / hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa dari

70 siswa yang diteliti ternyata sebagian besar mengalami miopia

adalah siswa kelas XI IPA sebanyak 39 siswa ( 56% ) dan hampir

setengah siswa kelas IPS mengalami miopia sebanyak 31 siswa

(44%).

Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa yang kurang

memperhatikan jarak yang terlalu dekat dan durasi yang lama dalam

penggunaan barang elektronik seperti televisi, komputer, dan gadget

dikarenakan sebagian besar tugas yang didapatkan dari sekolah

menggunakan barang elektronik. Namun tidak menutup

kemungkinan faktor genetik, perilaku membaca yang salah, ketaatan

memakai kacamata dan kurangnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin A.

45
46

8.1.3 Data Khusus

1. Identifikasi faktor genetik penderita miopia pada siswa

kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor keturunan


pada siswa yang miopia di MAN Sidoarjo
No. Faktor Genetik Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Ada Riwayat 5 7,1 %
2 Riwayat Ayah Atau Ibu 12 17,1 %
3 Riwayat Ayah Dan Ibu 53 75,7 %
Jumlah 70 100 %
Sumber : Data primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70

siswa didapatkan siswa-siswi dengan riwayat ayah dan ibu yang

mengalami miopia sebanyak 53 siswa (75,7%), riwayat ayah atau

ibu sebanyak 12 siswa (17,1%), dan tidak ada riwayat sebanyak 5

siswa (7,1%).

Tabel 5.3 Tabulasi silang antara faktor genetik dengan derajat


miopia
Derajat Miopia
Faktor Derajat Derajat Derajat Total
No.
Genetik Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
Tidak Ada
1 2 2,9% 3 4,3% 0 0% 5 7,1%
Riwayat
Riwayat Ayah
2 8 11,4% 4 5,7% 0 0% 12 17,1%
Atau Ibu
Riwayat Ayah
3 29 41,4% 22 31,4% 2 2,9% 53 75,7%
Dan Ibu
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa faktor genetik paling

bayak didapatkan pada siswa dengan riwayat ayah dan ibu dimana

hampir seluruhnya mendominasi derajat miopia sebanyak derajat

46
47

ringan 29 siswa (41,4%), derajat sedang sebanyak 22 siswa

(31,4%), maupun derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).

2. Identifikasi jenis kelamin penderita miopia pada siswa kelas

XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa-


siswi di MAN Sidoarjo
No. Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)
1. Laki-Laki 27 siswa 38,6 %
2. Perempuan 43 siswa 61,4 %
Jumlah 70 siswa 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan data / hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa

dari 70 siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang

mengalami miopia adalah siswa perempuan sebanyak 43 siswa

(61,4%) dan laki-laki sebanyak 27 siswa (38,6%).

Tabel 5.5 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan derajat


miopia
Derajat Miopia
Jenis Derajat Derajat Derajat Total
No.
Kelamin Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
1. Laki-Laki 13 18,6% 14 20% 0 0% 27 38,6%
2. Perempuan 26 37,1% 15 21,4% 2 2,9% 43 61,4%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin

perempuan paling banyak mengalami miopia dan mendominasi

ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 26 siswa ( 37,1%),

derajat sedang sebanyak 15 siswa (21,4%), dan derajat tinggi

sebanyak 2 siswa (2,9 %).

47
48

3. Identifikasi usia awal miopia penderita miopia pada siswa

kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan usia awal miopia siswa-


siswi di MAN Sidoarjo
No. Umur Jumlah Presentase %
1. > 14 Tahun 49 70 %
2. 4-14 Tahun 19 27,1 %
3. < 4 Tahun 2 2,9%
Jumlah 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dari 70 siswa didapatkan siswa

mengalami miopia pada umur diatas 14 tahun sebanyak 49 siswa

(70%), umur 4-14 tahun sebanyak 19 siswa (27,1%), dan umur

kurang dari 4 tahun sebanyak 2 siswa (2,9%).

Tabel 5.7 Tabulasi silang antara usia awal miopia dengan derajat
miopia
Derajat Miopia
Derajat Derajat Derajat Total
No. Umur
Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
1. > 14 Tahun 37 52,9% 12 17,1% 0 0% 49 70,0%
2. 4- 14 Tahun 2 2,9% 17 24,3% 0 0% 19 27,1%
3. < 4 Tahun 0 0% 0 0% 2 2,9% 2 2,9%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Dari tabel diatas menunjukkan mengenai umur pertama kali

siswa mengalami miopia dimana paling banyak pada usia lebih dari

14 tahun pada derajat ringan sebanyak 37 siswa (52,9) , pada usia 4-

14 tahun pada derajat sedang sebanyak 17 siswa (24,3%), dan pada

usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi sebanyak 2 siswa

(2,9%).

48
49

4. Identifikasi durasi bermain video game pada siswa kelas XI

IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi berdasarkan durasi bermain video


game pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo
Durasi Bermain
No. Jumlah Presentase %
Video Game
1. < 1 Jam 2 2,9 %
2. 1-2 Jam 14 20,0 %
3. > 2 Jam 54 77,1 %
Total 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70

siswa didapatkan siswa bermain video game dengan durasi kurang

dari 1 jam sebanyak 2 siswa (2,9%), pada durasi 1-2 jam sebanyak

14 siswa (20%), dan durasi lebih dari 2 jam sebanyak 54 siswa

(77,1%).

Tabel 5.9 Tabulasi silang antara durasi bermain video game dengan
derajat miopia
Derajat Miopia
Durasi
Derajat Derajat Derajat Total
No. Video
Ringan Sedang Tinggi
Game
N % N % N % N %
1. < 2 Jam 2 2,9% 0 0% 0 0% 2 2,9%
2. 1-2 Jam 12 17,1% 2 2,9% 0 0% 14 20%
3. > 2 Jam 25 35,7% 27 38,6% 2 2,9% 54 77,1%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Tabel diatas menunjukkan pengaruh durasi bermain video

game dengan derajat miopia dimana paling banyak pada durasi

lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat ringan sebanyak 25

siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa (38,6%), dan

derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%)

49
50

5. Identifikasi faktor perilaku membaca pada siswa kelas XI

IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku membaca pada


siswa-siswi di MAN Sidoarjo
No. Perilaku Membaca Jumlah Presentase %
Posisi
1. Duduk 14 20 %
2. Terlentang/ 56 80 %
1.
Telungkup
1.
Total 70 100 %
Durasi
1. < 2 Jam 34 48,6 %
2. 2. > 2 Jam 36 51,4 %

Total 70 100 %
Jarak
1. > 30 Cm 33 47,1 %
3.
2. < 30 Cm 37 52,9 %
Total 70 100 %

Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, bahwa perilaku membaca yang

paling banyak dengan posisi terlentang atau telungkup sebanyak

56 siswa 80%, pada durasi paling banyak dengan durasi > 2 jam

sebanyak 36 siswa (51,4%), pada jarak paling banyak dengan jarak

< 30 cm sebanyak 37 siswa (52,9%).

Tabel 5.11 Tabulasi silang antara perilaku membaca dengan derajat


miopia
Derajat Miopia
Perilaku Derajat Derajat Derajat Total
No
Membaca Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
1. Posisi
1. Duduk 14 20% 0 0% 0 0% 14 20%
2. Terlentang/ 25 35,7% 29 41,4% 2 2,9% 56 80%
Telungkup

50
51

Derajat Miopia
Perilaku Derajat Derajat Derajat Total
No
Membaca Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
2. Durasi
1. < 2 Jam 33 47,1% 1 1,4% 0 0% 34 48,6%
2. > 2 Jam 6 8,6% 28 40% 2 2,9% 36 51,4%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
3. Jarak
1. > 30 Cm 33 47,1% 0 0% 0 0% 33 47,1%
2. < 30 Cm 6 8,6% 29 41,4% 2 2,9% 37 52,9%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Tabel diatas menunjukkan pengaruh perilaku membaca

dengan derajat miopia paling banyak pada posisi terlentang atau

telungkup yang mempengaruhi ketiga derajat yaitu derajat ringan

sebanyak 25 siswa (35,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa

(41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Pada durasi

membaca < 2 jam paling banyak mengalami derajat ringan

sebanyak 33 siswa (47,1%), dan > 2 jam paling banyak mengalami

derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%). Pada jarak membaca > 30

cm paling banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa

(47,1%), dan < 30 cm paling banyak mengalami derajat sedang

sebanyak 29 siswa (41,4%).

51
52

6. Identifikasi faktor jarak dan durasi televisi, komputer, dan

gadget pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami

miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi berdasarkan jarak dan durasi televisi,


komputer dan gadget pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo
Jarak Dan
No. Faktor Jumlah Presentase %
Durasi
Jarak
1. > 2 Meter 27 38,6%
2. < 2 Meter 43 61,4%
Total 70 100 %
1. Televisi Durasi
1. < 2 Jam 36 51,4%
2. > 2 Jam 34 48,6%
Total 70 100 %
Jarak
1. > 60 Cm 7 10%
2. < 60 Cm 63 90%
Total 70 100 %
2. Komputer
Durasi
1. < 8 Jam 36 51,4%
2. >8 Jam 34 48,6%
Total 70 100 %
Jarak
1. > 30 Cm 25 35,7%
3. Gadget 2. < 30 Cm 45 64,3%
Total 70 100 %
Durasi
1. < 2 Jam 6 8,6%
2. >2 Jam 64 91,4%
Total 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 70 siswa didapatkan

pada penggunaan televisi dengan jarak paling banyak < 2 meter

sebanyak 43 siswa (61,4%) dan durasi paling banyak < 2 jam

sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada penggunaan komputer jarak

paling banyak < 60 cm sebanyak 63 siswa ( 90%), dan durasi

52
53

paling banyak < 8 jam sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada jarak

gadget paling banyak jarak < 30 cm sebanyak 45 siswa ( 64,3%),

dan durasi paling banyak > 2 jam sebanyak 64 siswa (91,4%).

Tabel 5.13 Tabulasi silang antara jarak dan durasi televisi, komputer,
dan gadget dengan derajat miopia
Derajat Miopia
No Jarak Dan Derajat Derajat Derajat Total
Faktor
Durasi Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
Jarak
1. > 2 Meter 27 38,6% 0 0% 0 0% 27 38,6%
2. < 2 Meter 12 17,1% 29 41,4% 2 2,9% 43 61,4%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
1. Televisi
Durasi
1. < 2 Jam 31 44,3% 5 7,1% 0 0% 36 51,4%
2. > 2 Jam 8 11,4% 24 34,3% 2 2,9% 34 48,6%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Jarak
1. > 60 Cm 4 5,7% 3 4,3% 0 0% 7 10%
2. < 60 Cm 35 50% 26 37,1% 2 2,9% 63 90%
2. Komputer Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Durasi
1. < 8 Jam 31 44,3% 5 7,1% 0 0% 36 51,4%
2. > 8 Jam 8 11,4% 24 34,3% 2 2,9% 34 48,6%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Jarak
1. > 30 Cm 18 25,7% 7 10% 0 0% 25 35,7%
2. < 30 Cm 21 30% 22 31,4% 2 2,9% 45 64,3%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
3. Gadget
Durasi
1. < 2 Jam 5 7,1% 1 1,4% 0 0% 6 8,6%
2. > 2 Jam 34 48,6% 28 40% 2 2,9% 64 91,4%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Tabel diatas menunjukkan bahwa jarak televisi paling

banyak terdapat pada jarak > 2 meter dengan derajat ringan sebanyak

27 orang (38,6%) dan jarak < 2 meter paling banyak pada derajat

53
54

sedang sebanyak 29 siswa ( 41,4%), dan durasi paling banyak

terdapat pada durasi < 2 jam pada derajat ringan sebanyak 31 orang

(44,3%) dan durasi > 2 jam pada derajat sedang sebanyak 24 siswa

(34,3%).

Jarak komputer paling banyak pada jarak < 60 cm san

mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 35

siswa (50%), derajat sedang sebanyak 26 siswa (37,1%), derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi paling banyak pada durasi <

8 jam dengan derajat rendah sebanyak 31 siswa (44,3%) dan pada

durasi > 8 jam dengan derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%).

Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan

mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 21

siswa(30%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi gadget paling banyak pada

durasi > 2 jam dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat

ringan sebanyak 34 siswa (48,6%), derajat sedang sebanyak 28 siswa

(40%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).

54
55

7. Identifikasi faktor ketaatan berkacamata pada siswa kelas

XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.14 Distribusi frekuensi berdasarkan ketaatan kacamata pada


pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo
No. Ketaatan Berkacamata Jumlah Presentase %
1. Sering Memakai Kacamata 21 30 %
2. Jarang memakai Kacamata 49 70 %
Total 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70

siswa didapatkan siswa yang jarang memakai kacamata sebanyak

49 siswa (70%) dan siswa yang sering memakai kacamata

sebanyak 21 siswa (30%).

Tabel 5.15 Tabulasi silang antara ketaatan berkacamata dengan


derajat miopia
Derajat Miopia
Ketaatan Derajat Derajat Derajat Total
No
Berkacamata Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
Sering Memakai
1. 21 30% 0 0% 0 0% 21 21%
Kacamata
Jarang Memakai
2. 18 25,7% 29 41,4% 2 2,9% 49 70%
Kacamata
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Dari tabel diatas menunjukkan paling banyak siswa yang

jarang memakai kacamata dan mendominasi ketiga derajat miopia

yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa (25,7%), derajat sedang

sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa

(2,9%). Mereka menganggap kacamata hanya memudahkan mereka

dalam proses belajar dan melihat saat berkendara.

55
56

8. Identifikasi faktor makanan pada siswa kelas XI IPA dan

IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi berdasarkan makanan pada pada


siswa-siswi di MAN Sidoarjo
No. Makanan Jumlah Presentase %
1. Sering Makan 8 11,4%
2. Jarang Makan 30 42,9%
3. Tidak Makan 32 45,7%
Total 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70

siswa didapatkan siswa yang sering makan yang mengandung

vitamin A sebanyak 8 siswa (11,4%), siswa yang jarang makan

sebanyak 30 siswa (42,9%), dan siswa yang tidak makan sebanyak

32 siswa (45,7%). Hal tersebut dikarenakan tergantung dari

masakan yang dibuat ibu untuk mereka dan sesekali jika ada waktu

mereka membuat minuman jus wortel serta terkadang ada yang

tidak suka.

Tabel 5.17 Tabulasi silang antara makanan dengan derajat miopia


Derajat Miopia
Derajat Derajat Derajat Total
No. Makanan
Ringan Sedang Tinggi
N % N % N % N %
1. Sering Makan 8 11,4% 0 0% 0 0% 8 11,4%
2. Jarang Makan 22 31,4% 8 11,4% 0 0% 30 42,9%
3. Tidak Makan 9 12,9% 21 30% 2 2,9% 32 45,7%
Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100%
Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018

Dari tabel diatas tampak bahwa siswa yang jarang makan

makanan yang mengandung vitamin A paling banyak dengan

56
57

derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%), siswa yang tidak makan

makan makanan yang mengandung vitamin A dengan derajat

sedang sebanyak 21 siswa (30%), dan siswa yang sering makan

makanan yang mengandung vitamin A pada derajat ringan

sebanyak 8 siswa (11,4%).

9. Analisa derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS

yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo

Tabel 5.18 Distribusi frekuensi berdasarkan derajat miopia pada


siswa-siswi di MAN Sidoarjo
No. Derajat Miopia Jumlah Presentase %
1. Derajat Rendah 39 55,7 %
2. Derajat Sedang 29 41,4 %
3. Derajat Tinggi 2 2,9 %
Total 70 100 %
Sumber : Data Primer, Juli 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70

siswa didapatkan siswa yang mengalami derajat ringan sebanyak

39 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%) dan

derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Hal tersebut dikarenakan

sebagian besar siswa mengalami miopia dan baru mengetahui pada

saat usia 15 tahun.

8.2 Pembahasan

Dalam sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan

faktor determinan derajat miopia yang meliputi faktor genetik, jenis

kelamin, umur, durasi bermain game, perilaku membaca, jarak dan durasi

menonton tv, komputer, dan gadget, ketaatan memakai kacamata, makanan)

57
58

pada siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo. Dari sampel yang

ditentukan bahwa seluruh responden sebanyak 70 responden (100%).

8.2.1 Mengidentifikasi faktor genetik dengan derajat miopia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa MAN

Sidoarjo bahwa faktor genetik paling bayak didapatkan pada siswa

dengan riwayat ayah dan ibu dimana hampir seluruhnya

mendominasi derajat miopia sebanyak derajat ringan 29 siswa

(41,4%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), maupun

derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Didapatkan siswa-siswi

dengan riwayat ayah dan ibu yang mengalami miopia sebanyak 53

siswa (75,7%), riwayat ayah atau ibu sebanyak 12 siswa (17,1%),

dan tidak ada riwayat sebanyak 5 siswa (7,1%).

Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor

risiko yang memegang peranan penting pada terjadinya kelainan

refraksi. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke

keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal

resesif (Kelley MP, 2011 cit Komariah C, 2014). Anak dengan

orang tua yang mengalami kelainan refraksi cenderung mengalami

kelainan refraksi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dinyatakan oleh Komariah C, 2014 yang menyatakan prevalensi

miopia pada anak dengan kedua orangtua yang mengalami miopia

adalah 32,9 % dan berkurang sampai 18,2% pada anak dengan

58
59

hanya salah satu orangtuanya yang mengalami miopia, dan kurang

dari 8,3% pada anak dengan orangtua tanpa miopia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada faktor genetik paling

banyak responden dengan riwayat kedua orang tua karena sebagian

besar responden mengatakan bahwa kedua orangtuanya memakai

kacamata, selain faktor genetik yang mempengaruhinya derajat

miopia, ada faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti

intensitas belajar yang tinggi, kurang makanan yang mengandung

vitamin A dan perilaku buruk seperti penggunaan televisi,

komputer dan gadget serta bermain game.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu orangtua

dapat menerapkan perilaku yang yang baik dengan menerapkan

pengurangan waktu dalam penggunaan televisi, komputer dan

gadget serta dapat memberikan makanan atau minuman yang kaya

akan vitamin A serta selalu mengontrol kesehatan mata setiap 6

bulan sekali di pelayanan kesehatan.

8.2.2 Mengidentifikasi jenis kelamin dengan derajat miopia

Dari penelitian mengenai jenis kelamin dengan miopia

ditemukan paling banyak pada siswa perempuan sebanyak 43 siswa

(61,4%) dan laki-laki hanya sebanyak 27 siswa (38,6%). Jenis

kelamin perempuan paling banyak mengalami miopia dan

mendominasi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 26 siswa

59
60

( 37,1%), derajat sedang sebanyak 15 siswa (21,4%), dan derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9 %).

Jenis kelamin perempuan 56,2% dan jenis kelamin laki-laki

43,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang saling berkaitan seperti

aktivitas luar ruangan (outdoor activity), bahwa perempuan lebih

sedikit menghabiskan waktu diluar ruangan atau outdoor activity

seperti berolahraga maupun aktivitas di waktu luang, dimana

kegiatan ini sangat mendukung untuk menstimulasi pelepasan

dopamin dari retina yang akan menginhibisi pertumbuhan bola

mata, sehingga dapat meminimalisir angka terjadinya miopia pada

siswa dengan jenis kelamin perempuan. (Agus, 2017)

Miopia Among Schoolchilren in East Asia and Singapora

menyatakan menghabiskan lebih sedikit waktu diluar rumah setelah

sekolah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kesalahan refraksi

dan miopia,selain itu dengan tambahan 40 menit dari aktivitas di

luar ruangan di sekolah dari pada berdiam diri di kelas dapat

mengurangi peningkatan terjadinya miopia. Aktivitas di luar

ruangan yang tidak memadai dan paparan cahaya matahari yang

sedikit, berpotensi akan faktor resiko untuk terjadinya miopia.

Dimana paparan matahari diketahui dapat memberikan asupan

vitamin D secara tidak langsung sehingga sangat baik untuk

kesehatan mata (Wang, 2015).

60
61

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ratanna RS (2014) didapatkan hasil penelitian menunjukkan

sebanyak 40,49% pada penderita laki-laki, dan pada perempuan

59,51%. Kelompok umur 10-14 tahun merupakan kelompok umur

tersering ditemukan yaitu sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada

golongan umur 1-4 tahun sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang

paling sering ditemukan adalah miopia 71,78 %.

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden perempuan lebih

banyak yang mengalami miopia disebabkan karena aktivitas

perempuan yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu

didalam rumah dan ditemani dengan gadget atau komputer

dibandingkan dengan anak laki-laki yang sering menghabiskan

waktu di luar rumah.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu mengatur

waktu penggunaan barang elektronik dan mungkin dapat

melakukan kegiatan yang bermanfaat diluar rumah dengan teman-

teman. Melakukan latihan untuk merilekskan mata saat mata lelah,

menghindari perilaku yang salah dalam belajar yang harus cukup

penerangan, mengkonsumsi makanan atau minuman yang

mengandung vitamin A disertai dengan selalu mengontrol

kesehatan khususnya mata setiap 6 bulan sekali.

61
62

8.2.3 Mengidentifikasi faktor usia awal miopia dengan derajat

miopia

Dari hasil penelitian mengenai umur dengan derajat miopia

didapatkan siswa mengalami miopia pada umur diatas 14 tahun

sebanyak 49 siswa (70%), umur 4-14 tahun sebanyak 19 siswa

(27,1%), dan umur kurang dari 4 tahun sebanyak 2 siswa (2,9%).

Usia pertama kali siswa mengalami miopia dimana paling banyak

pada usia lebih dari 14 tahun pada derajat ringan sebanyak 37 siswa

(52,9) , pada usia 4-14 tahun pada derajat sedang sebanyak 17 siswa

(24,3%), dan pada usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi

sebanyak 2 siswa (2,9%).

Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena

itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia

sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi

pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan

kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat

penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan,

sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati

dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan ( kelianan

refraksi ) sampai kebutaan (Wibisono M, 2012 cit Ratanna RS,

2014).

Peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dinyatakan oleh

Ratanna RS (2014) mengenai kelompok umur 10-14 tahun

62
63

merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu sebanyak

64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak

0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan adalah

miopia 71,78 %.

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

mengalami miopia pada awal terkena miopia di usia 14 tahun

keatas. Hal ini disebabkan karena intensitas belajar pada umur 14

tahun keatas lebih sering dengan perilaku belajar yang salah

dibanding umur 14 tahun kebawah dan penggunaan barang

elektronik yang yang sering dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas

dari sekolah.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu menjaga

agar tidak bertambah derajat miopianya dengan menghindari faktor

perilaku buruk penggunaan elektronik, mengistirahatkan mata,

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin

A dan mengontrol kesehatan mata setiap 6 bulan sekali.

8.2.4 Mengidentifikasi faktor durasi bermain video game dengan

derajat miopia

Dari hasil penelitian mengenai durasi bermain video game

dengan derajat miopia didapatkan siswa bermain video game

dengan durasi kurang dari 1 jam sebanyak 2 siswa (2,9%), pada

durasi 1-2 jam sebanyak 14 siswa (20%), dan durasi lebih dari 2

jam sebanyak 54 siswa (77,1%). Pengaruh durasi bermain video

63
64

game dengan derajat miopia dimana paling banyak pada durasi

lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat ringan sebanyak 25

siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa (38,6%), dan

derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%)

Pada anak usia sekolah yang gemar bermain video game

dengan durasi yang cukup lama, maka otot siliaris akan selalu

mempengaruhi lensa menjadi cembung karena selalu melihat

benda dekat sehingga kurang peka terhadap benda jauh, hal

tersebut yang menyebabkan terjadinya gangguan ketajaman

penglihatan sehingga alat ukur yang tepat menggunakan snellen

chart. (Rudhiati F, 2015)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rudhiati F,

2015 yaitu sebagian besar responden memiliki durasi tidak normal

saat bermain video game ( > 2 jam/hari atau lebih dari

14jam/minggu) sebanyak 44 orang (65,7%) dan durasi normal saat

bermain video game (< 2 jam/ hari) sebanyak 23 orang (34,3%).

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

bermain video game dengan durasi > 2 jam/hari. Hal ini

disebabkan karena kejenuhan akan belajar hingga sore dan harus

dilanjutkan dengan tugas setelah pulang sekolah. Dapat dikatakan

siswa-siswi mengalihkan stressnya pada permainan di gadget

hingga terkadang lupa akan waktu.

64
65

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu melakukan

pembatasan waktu untuk dirinya sendiri saat bermain game seperti

menyalakan alarm atau timer sebagai tanda berhenti dalam

permainan.

8.2.5 Mengidentifikasi faktor perilaku membaca dengan derajat

miopia

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku

membaca yang paling banyak dengan posisi terlentang atau

telungkup sebanyak 56 siswa 80%, pada durasi paling banyak

dengan durasi > 2 jam sebanyak 36 siswa (51,4%), pada jarak

paling banyak dengan jarak < 30 cm sebanyak 37 siswa (52,9%).

Pengaruh perilaku membaca dengan derajat miopia paling banyak

pada posisi terlentang atau telungkup yang mempengaruhi ketiga

derajat yaitu derajat ringan sebanyak 25 siswa (35,7%), derajat

sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2

siswa (2,9%). Pada durasi membaca < 2 jam paling banyak

mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan > 2 jam

paling banyak mengalami derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%).

Pada jarak membaca > 30 cm paling banyak mengalami derajat

ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan < 30 cm paling banyak

mengalami derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%).

Posisi membaca yang paling baik adalah dengan posisi

duduk, jika membaca dengan posisi yang terlentang atau

65
66

menelungkup, berat badan akan menyebabkan mata yang semakin

lama makin dekat dengan buku dan akibatnya panjang anterior-

posterior mata makin melebar (Nurwinda, 2013)

Aktivitas jarak dekat seperti membaca yang dilakukan

secara terus- menerus setiap hari dalam jangka waktu lama, lebih

dari 2 jam, dapat memicu terjadinya miopia ( Goh PP, 2008 cit

Khomariah C, 2014 ). Hubungan antara jarak baca dengan

perkembangan terjadinya miopia telah dilaporkan oleh The

Correction Of Myopia Evaluation Trial. Kenyataan bahwa

seseorang yang mengalami miopia cenderung untuk membaca pada

jarak yang lebih dekat pada saat mereka tidak menggunakan

kacamata koreksi (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C,

2014).

Penderita miopia seharusnya tidak membaca dalam jarak

yang kurang dari 30 cm dan tidak membaca terlalu lama dalam satu

waktu, sedangkan penerangan yang digunakan saat membaca harus

cukup terang ( Saw SM, 2002 cit Nurwinda, 2013 ).

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Komariah

(2014) menunjukkan bahwa siswa yang membaca dengan durasi >

2 jam sebanyak 47 siswa (88,6%) dan durasi < 2 jam sebanyak 6

siswa (11,4%). Siswa yang membaca dengan jarak < 30 cm

sebanyak 34 siswa (64,2%), dan jarak > 30 cm sebanyak 19 siswa

(35,8%). Hasil penelitian oleh Kistianti, 2008 menunjukkan posisi

66
67

tubuh saat membaca dengan duduk sebanyak 21 orang (14,19%)

dan posisi tubuh saat membaca tidak duduk sebanyak 53 orang

(53,81%).

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

melakukan perilaku membaca dengan posisi membaca yang buruk,

jarak yang terlalu dekat, dan durasi lamanya membaca dapat

mempengaruhi bertambahnya derajat miopia tanpa disadari apalagi

jika penerangan yang kurang terang juga dapat berpengaruh. Para

siswa membaca seperti itu disebabkan karena kelelahan saat pulang

sekolah dan menuntut mereka untuk belajar di tempat tidur

walaupun ada sebagian kecil yang belajar sambil duduk. Dan

terkadang bagi siswa yang memiliki hobi membaca pasti tidak

menyadari jika jarak dan durasi yang salah mereka lakukan.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu sebaiknya

jika terlalu lelah untuk belajar lebih baik tidur awal dan bangun

sebelum shubuh untuk belajar karena otak lebih cepat menyerap

materi setelah bangun tidur.

8.2.6 Mengidentifikasi jarak dan durasi menonton televisi, komputer,

dan gadget dengan derajat miopia

Dari hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan

televisi dengan jarak paling banyak < 2 meter sebanyak 43 siswa

(61,4%) dan durasi paling banyak < 2 jam sebanyak 36 siswa

(51,4%). Pada penggunaan komputer jarak paling banyak < 60 cm

67
68

sebanyak 63 siswa ( 90%), dan durasi paling banyak < 8 jam

sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada jarak gadget paling banyak jarak

< 30 cm sebanyak 45 siswa ( 64,3%), dan durasi paling banyak > 2

jam sebanyak 64 siswa (91,4%).

Bahwa jarak televisi paling banyak terdapat pada jarak > 2

meter dengan derajat ringan sebanyak 27 orang (38,6%) dan jarak

< 2 meter paling banyak pada derajat sedang sebanyak 29 siswa (

41,4%), dan durasi paling banyak terdapat pada durasi < 2 jam

pada derajat ringan sebanyak 31 orang (44,3%) dan durasi > 2 jam

pada derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%).

Jarak komputer paling banyak pada jarak < 60 cm san

mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 35

siswa (50%), derajat sedang sebanyak 26 siswa (37,1%), derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi paling banyak pada durasi <

8 jam dengan derajat ringan sebanyak 31 siswa (44,3%) dan pada

durasi > 8 jam dengan derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%).

Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan

mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 21

siswa(30%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi gadget paling banyak pada

durasi > 2 jam dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat

ringan sebanyak 34 siswa (48,6%), derajat sedang sebanyak 28 siswa

(40%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).

68
69

Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang 400-500

nm (nanometer). Sumber terdekatnya adalah lampu neon, layar

televisi serta komputer. Efek sampingnya pada mata tergantung dari

panjang cahaya, intensitas serta durasi paparan. Individu tanpa faktor

predisposisi miopia dapat mengalami miopia ringan jika terpajan

oleh faktor miopigenik secara terus-menerus ( Khomariah C, 2014 ).

Near-work merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan

diantaranya membaca pada jarak < 30 cm dan > 2 jam/hari,

menonton televisi pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari, menggunakan

komputer pada jarak > 60 cm dan > 8 jam/hari, bermain videogame

pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari. (Tobing I, 2017).

Sebagian besar anak yang mengalami miopia rutin

melakukan aktivitas didepan komputer dengan waktu setiap kalinya

adalah lebih dari 4 jam. Anak-anak yang menderita miopia lebih

banyak menggunakan waktunya untuk belajar, main komputer, dan

bermain video game. Penggunaan waktu dengan aktifitas visual

seperti ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya kelainan

refraksi berupa myopia. (Khomariah C, 2014)

Penelitian pada jarak dan durasi televisi ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsa, 2018 yang

menunjukkan jarak televisi < 2 meter sebanyak 38 orang (35,2%),

dan jarak > 2 meter sebanyak 70 orang (64,8%). Durasi televisi < 2

jam sebanyak 64 orang (59,3%), dan durasi > 2 jam sebanyak 44

69
70

orang (40,7%). Dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Arsa

pada anak SMP yang intensitas belajarnya tidak terlalu tinggi serta

pada penelitian yang saya lakukan pada anak SMA, sebagian besar

siswa mengatakan jika melihat televisi tidak memakai kacamata

yang mengharuskan mereka melihat dengan jarak dekat dan dengan

durasi yang tidak lama karena sebagian waktunya digunakan untuk

belajar dan istirahat.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Munir (2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan (p

0,01) pada kelompok miopia dengan intensitas penggunaan layar

monitor seperti komputer selama kurang dari 2 jam, 2 - 6 jam, dan

lebih dari 6 jam. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa

intensitas penggunaan layar monitor selama lebih dari 6 jam besar

pengaruhnya terhadap miopia. Pada penelitian di Singapura

menyatakan bahwa anak yang menghabiskan waktunya dengan

aktivitas melihat dekat lebih banyak yang mengalami miopia dengan

prevalensi sebesar 64,8%.

Penelitian jarak dan durasi gadget sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Navarona, 2016 menunjukkan jarak gadget > 30

cm sebanyak 28 orang (43,8%), dan jarak gadget < 30 cm sebanyak

gadget > 30 cm sebanyak 36 orang (56,2%). Durasi gadget < 2 jam

sebanyak 20 orang (31,2%), dan durasi > 2 jam sebanyak 44 orang

(68,8%).

70
71

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

melihat televisi dengan jarak < 2 meter dan durasi < 2 jam. Melihat

komputer paling banyak dengan jarak < 60 cm dan durasi < 8 jam.

melihat gadget paling banyak dengan jarak < 30 cm dan durasi > 2

jam. Perilaku yang buruk seperti jarak yang terlalu dekat dan durasi

yang terlalu lama menyebabkan derajat miopia bertambah

disebabkan karena zaman sekarang merupakan era teknologi dimana

semua aktivitas dimudahkan dengan teknologi seperti pencarian

tugas sebagian besar menggunakan internet, berkomunikasi dengan

teman satu kelas atau bahkan satu angkatan dengan social media dan

memesan makanan dengan jasa antar menggunakan aplikasi pada

gadget. Sehingga siswa hampir seluruhnya menggunakan gadget

untuk mencari dan mendapat informasi.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu sebaiknya

untuk meminimalkan kecanduan terhadap gadget perlunya para

siswa untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat diluar rumah

maupun sekolah seperti mengikuti les, olahraga, kajian, atau sekedar

kumpul dengan teman-teman.

8.2.7 Mengidentifikasi ketaatan pemakaian kacamata dengan derajat

miopia

Dari hasil penelitian didapatkan siswa yang jarang memakai

kacamata sebanyak 49 siswa (70%) dan siswa yang sering

memakai kacamata sebanyak 21 siswa (30%). Didapatkan paling

71
72

banyak siswa yang jarang memakai kacamata dan mendominasi

ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa

(25,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat

tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Mereka menganggap kacamata

hanya memudahkan mereka dalam proses belajar dan melihat saat

berkendara.

Penelitian yang dilakukan oleh Saerang dan Mangindaan,

menunjukkan bahwa jumlah murid sekolah dengan kelainan

refraksi, antara yang belum memakai kacamata dan sudah memakai

kacamata, ternyata lebih besar yang belum memakai kacamata

dibanding yang sudah. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya

pengetahuan dari murid-murid sekolah itu sendiri, rasa malu untuk

memakai kacamata atau juga karena belum semua sekolah terdapat

pemeriksaan atau pelayanan kesehatan mata, khususnya untuk

kasus-kasus kelainan refraksi. Oleh karena itu, perlu kiranya

mengetahui ketaatan berkacamata dapat menjadi salah satu faktor

yang dapat mempercepat progesivitas derajat miopia (Saerang JSM

1984 cit Nurwinda S, 2013).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurwinda S, 2013

yang menunjukkan ketaatan responden menggunakan kacamata

sebanyak 40 orang (43%), dan tidak taatnya pemakaian kacamata

sebanyak 53 orang (57%). Dimana banyak responden yang tidak

taat dalam pemakaian kacamata meski mereka tau terkena miopia.

72
73

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

yang jarang memakai kacamata karena banyak siswa yang merasa

risih, malu, pusing, dan hanya menggunakan kacamata saat belajar

serta berkendara. Hal tersebut dapat mempengaruhi derajat miopia

yang naik tanpa disadari.

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu dengan taat

berkacamata untuk memperlambat progesivitas derajat miopia

dengan pemakaian kacamata yang sering baik itu disekolah

maupun di luar sekolah. Dan sebaiknya diimbangi dengan perilaku

yang tidak membuat mata cepat lelah, kontrol kesehatan mata, dan

makan atau minum yang mengandung banyak vitamin A.

8.2.8 Mengidentifikasi faktor makanan dengan derajat miopia

Hasil penelitian yang didapatkan siswa yang sering makan

yang mengandung vitamin A sebanyak 8 siswa (11,4%), siswa

yang jarang makan sebanyak 30 siswa (42,9%), dan siswa yang

tidak makan sebanyak 32 siswa (45,7%). Bahwa siswa yang jarang

makan makanan yang mengandung vitamin A paling banyak

dengan derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%), siswa yang tidak

makan makan makanan yang mengandung vitamin A dengan

derajat sedang sebanyak 21 siswa (30%), dan siswa yang sering

makan makanan yang mengandung vitamin A pada derajat ringan

sebanyak 8 siswa (11,4%).

73
74

Berdasarkan artikel yang dikutip dari Jakarta Eye Center

(2016) yang menyatakan vitamin a yang banyak ditemukan dalam

wortel memiliki peran penting dalam kesehatan mata, tapi

konsumsi dalam jumlah banyak tidak mengurangi kelainan refraksi

yang ada. Nutrien lain yang baik untuk kesehatan mata dan

berperan mencegah kerusakan retina adalah lutein. Lutein banyak

ditemukan di sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan juga kuning

telur.ingatlah untuk selalu mengonsumsi makanan dengan gizi

yang seimbang untuk menjaga kesehatan tubuh kita secara

keseluruhan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Febriany, 2015 yang menunjukkan sering mengkonsumsi

makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 31 orang

(38,75%), dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung

vitamin A sebanyak 49 orang (61,25%).

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak

yang jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A.

Meski mendominasi derajat miopia akan tetapi lebih baik

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin

A daripada tidak sama sekali agar tidak mengalami kerusakan yang

yang lebih parah pada mata.

74
75

Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu tetap

mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin

A, menjaga kesehatan mata dengan melatih fokus pada mata dan

jika mata lelah maka istirahatkan mata sejenak agar tidak merusak

retina mata. Serta meminimalkan perilaku yang dapat

memperburuk kesehatan mata.

75
76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor genetik paling bayak didapatkan pada siswa dengan riwayat

ayah dan ibu dimana hampir seluruhnya mendominasi derajat miopia

sebanyak derajat ringan 29 siswa (41,4%), derajat sedang sebanyak 22

siswa (31,4%), maupun derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).

2. Jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami miopia dan

mendominasi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 26 siswa (

37,1%), derajat sedang sebanyak 15 siswa (21,4%), dan derajat tinggi

sebanyak 2 siswa (2,9 %).

3. Usia lebih dari 14 tahun paling banyak pada derajat ringan sebanyak 37

siswa (52,9) , pada usia 4-14 tahun pada derajat sedang sebanyak 17

siswa (24,3%), dan pada usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi

sebanyak 2 siswa (2,9%).

4. Pengaruh durasi bermain video game dengan derajat miopia dimana

paling banyak pada durasi lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat

ringan sebanyak 25 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa

(38,6%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%)

5. Pengaruh perilaku membaca dengan derajat miopia paling banyak pada

posisi terlentang atau telungkup yang mempengaruhi derajat sedang

sebanyak 29 siswa (41,4%). Pada durasi membaca < 2 jam paling

76
77

banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%). Pada

jarak membaca > 30 cm paling banyak mengalami derajat ringan

sebanyak 33 siswa (47,1%),

6. Jarak televisi paling banyak terdapat pada jarak < 2 meter paling

banyak pada derajat sedang sebanyak 29 siswa ( 41,4%), dan durasi

paling banyak terdapat pada durasi < 2 jam pada derajat ringan

sebanyak 31 orang (44,3%). Jarak komputer paling banyak pada jarak <

60 cm yang mendominasi ketiga derajat miopia. Durasi paling banyak

pada durasi < 8 jam dengan derajat ringan sebanyak 31 siswa (44,3%).

Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan mendominasi ketiga

derajat miopia. Durasi gadget paling banyak pada durasi > 2 jam dan

mendominasi ketiga derajat miopia

7. Siswa yang jarang memakai kacamata paling banyak dan mendominasi

ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa (25,7%),

derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak

2 siswa (2,9%).

8. Siswa yang jarang makan makanan yang mengandung vitamin A paling

banyak dengan derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%).

6.2 Saran
1. Orangtua dapat menerapkan perilaku yang yang baik dengan

menerapkan pengurangan waktu dalam penggunaan televisi, komputer

dan gadget serta dapat memberikan makanan atau minuman yang kaya

77
78

akan vitamin A serta selalu mengontrol kesehatan mata setiap 6 bulan

sekali di pelayanan kesehatan.

2. Dapat diminimalisir dengan mengatur waktu penggunaan barang

elektronik dan mungkin dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat

diluar rumah dengan teman-teman.

3. Menerapkan latihan istirahatkan mata sejenak dengan melihat jauh

setiap hari saat sedang belajar atau melakukan aktivitas dengan barang

elektronik.

4. Melakukan pembatasan waktu untuk dirinya sendiri saat bermain game

seperti menyalakan alarm atau timer sebagai tanda berhenti dalam

permainan.

5. Terlalu lelah untuk belajar lebih baik tidur awal dan bangun sebelum

shubuh untuk belajar karena otak lebih cepat menyerap materi setelah

bangun tidur.

78
79

DAFTAR PUSTAKA

Adile , A. (2016). Kelainan Refraksi Pada Pelajar SMA Negeri 7 Manado. 458-
461.

Arianti, A. (2016). Kelainan Refraksi. Jakarta Eye Center.

Fauziah, M. (2014). Hubungan Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia Pada


Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010. Kesehatan
Andalas, 429-434.

Ilyas, S. (2010). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV Sagung Seto.

Kistianti, F. (2008). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Cacar


Mata Miopia Pada Mahasiswa. 78-84.

Lenawati, H. (2012). Hubungan Perilaku Belajar Dengan Kejadian Miopia


(Rabun Jauh). 56-62.

Notoatmodjo, P. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Putri , D. (2014). Hubungan Durasi Dan Frekuensi Bermain Video Game Dengan
Masalah Mental Emosional Pada Remaja. Media Medika Muda.

Ratanna, R. (2014). Kelainan Refraksi Pada Anak Di BLU RSU PROF.Dr. R.D.
Kandou. e-Clinic.

Rudhiati, F. (2015). Hubungan Durasi Bermain Video Game Dengan Ketajaman


Penglihatan Anak Usia Sekolah. 12-17.

S, Nurwinda. (2013). Hubungan Antara Ketaatan Berkacamata Dengan


Progresivitas Derajat Miopia Pada Mahasiswa FK Universitas Islam
Indonesia. 79-85.

Sugani , S. (2010). Cara Cerdas Untuk Sehat : Rahasia Hidup Sehat Tanpa
Dokter. Jakarta: TransMedia.

Usman, S. (2014). Hubungan Antara Faktor Keturunan, Aktivitas Melihat Dekat


Dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Terhadap Kejadian Miopia. 1-13.

Y, Mumpuni. (2016). 45 Penyakit Mata : Berbagai Jenis Penyakit & Kelainan


Pada Mata. Yogyakarta: Rapha Publishing.

79
80

Fauziyah, L. (2016). Tahun 2050, Setengah Populasi Dunia Diprediksi Menderita


Rabun Jauh. Http://Nationalgeographic.Co.Id/Berita/2016/02/Tahun-2050-
Setengah-Populasi-Dunia-Diprediksi-Menderita-Rabun-Jauh. Tanggal 7
Pebruari 2018 Jam 06:26.

Medicastore. (2016). Rabun Jauh atau Miopia.


http://medicastore.com/penyakit/3589/Rabun_jauh_atau_miopia.html.
Tanggal 07.02.2018 Jam 02:14.

Arianti, A. (2016). Kelainan Refraksi. http://jec.co.id/en/blog/128/kelainan-


refraksi. Tanggal 7 Pebruari 2018 Jam 07:04.

Optik Melawai. (2016). Efek Penggunaan Gadget Pada Mata.


http://www.optikmelawai.com/kesehatan-mata/efek-penggunaan-gadget-
pada-mata.html. Tanggal 23 Pebruari 2018 Jam 20:18.

80
81

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada
Yth. Kepala Sekolah MAN Sidoarjo
JL. Stadion No.2
Sidoarjo

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Surabaya Program Studi DIII Keperawatan Kampus Sidoarjo:

Nama : Lina Mirnawati

NIM : P27820415061

Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Faktor Determinan Derajat


Miopia di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo”. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor deteminan derajat miopia pada siswa kelas XI
IPA dan IPS di MAN Sidoarjo.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi
responden. Data yang diperoleh dari saudara dijamin kerahasiaannya, dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian saja. Hasil penelitian ini akan bermanfaat
untuk mengembangkan ilmu keperawatan serta peran perawat di masyarakat.
Untuk itu saya mohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner yang telah
dipersiapkan dengan sejujur-jujurnya.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon
kesediaan saudara menandatangani lembar persetujuan yang telah saya sediakan.
Atas perhatian dan partisipasi yang saudara berikan saya ucapkan terima kasih.

Sidoarjo, Pebruari 2018


Peneliti

Lina Mirnawati
NIM. P27820415061

81
82

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Responden
Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya Program Studi DIII Keperawatan


Kampus Sidoarjo

Nama : Lina Mirnawati


NIM : P27820415061

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Faktor Determinan


Derajat Miopia” .
Adapun segala informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya
dan saya akan bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan
anda.
Sehubungan dengan tersebut, apabila anda setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.
Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih

Responden Peneliti

( ) ( Lina Mirnawati )

82
83

Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA

FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH


NEGERI SIDOARJO

Nama : (L / P)
Kelas : Umur :
1. Apakah kedua orangtuamu menggunakan kacamata ?
2. Sejak kelas berapa kamu menggunakan kacamata ?
3. Berapa lama kamu bermain game dalam sehari ?
4. Bagaimana posisi nyaman kamu saat sedang membaca / belajar kamu suka
dengan duduk/ tidur/tengkurap ?
5. Berapa jarak kamu membaca buku (diminta memperagakan saat sedang
membaca) ?
6. Berapa lama waktu yang kamu gunakan untuk belajar?
7. Biasanya ketika menggunakan gadget / laptop / komputer apa yang kamu
lakukan ( menggunakan sosial media / bermain game/ browsing internet /
membuat tugas ) ?
8. Berapa jarak kamu menonton televisi (diminta memperagakan bahwa ada
televisi didepannya)
9. Berapa jarak kamu menggunakan laptop(diminta memperagakan bahwa
ada komputer didepannya) ? (hitung dengan penggaris)
10. Berapa jarak kamu memegang gadget (diminta memperagakan memegang
hp) ?
11. Berapa durasi kamu menonton televisi selama 1 hari ?
12. Berapa lama kamu menggunakan laptop atau komputer dalam sehari ?
13. Berapa lama kamu menggunakan gadget dalam sehari ?
14. Apakah kamu lepas pasang kacamata atau selalu pakai kacamata atau
hanya saat belajar saja ?
15. Apakah kamu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung vit A
seperti jus wortel, pepaya dll ?
16. Berapa minus kamu saat ini ?

83
84

Lampiran 4

84
85

Lampiran 5

85
86

Lampiran 6

86
87

Lampiran 7

87
88

Lampiran 8

88
89

Lampiran 9

89
90

Lampiran 10

90
91

Lampiran 11

91
92

Lampiran 12
Data excel

92
93

93
94

94
95

95
96

96
97

Lampiran 13
Data spss

97
98

98
99

99
100

100
101

101
102

102
103

103
104

Lampiran 14
Jadwal kti

104
105

Lampiran 15

105
106

106
107

107
108

108
109

Lampiran 16

109
110

110
111

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Lina Mirnawati

NIM : P27820415061
Nama Pembimbing Pendamping : Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes

Judul : Faktor Determinan Derajat Miopia Di Madrasah Aliyah


Negeri Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Tanda tangan
No. Hari/ Tanggal Keterangan
Mahasiswa Pembimbing

111

Anda mungkin juga menyukai