MIPA
JUDUL :
Disusun Oleh:
Abdul Aziz Rahman, M.Pd.
NIP. 198709192011011001
2019
1
SURAT PERNYATAAN
i
PENGESAHAN
ii
BIODATA PESERTA
PERLOMBAAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN
1. Nama Lengkap : Abdul Aziz Rahman, M.Pd.
(Lengkap dengan gelar)
2. Tempat/ tanggal lahir : Sukabumi, 19 September 1987 17.
3. Jenis Kelamin : Laki-laki 18.
4. NIP : 198709192011011001 19.
5. NUPTK : 8251765666110023 20.
6. Jabatan Fungsional : Guru Mata Pelajaran 21.
7. Pangkat/ Golongan : Penata Muda/ III/a 22.
8. Nama Sekolah : SMPN 2 Kadudampit 23.
9. Alamat Sekolah : Jl. Pasirdatar KM. 04 Desa 24.
Cikahuripan Kecamatan Kadudampit 25.
Kab. Sukabumi. Provinsi Jawabarat26.
27.
10. Alamat Rumah : Kp. Sungapan RT 18 RW 04 Desa28.
Kadudampit Kecamatan Kadudampit 29.
Kab. Sukabumi 30.
11. Nomor Telp/ Hp : 085794296289 31.
12. Alamat pos-el (Email) : m.subkiajizi@gmail.com 32.
13. Pendidikan Terakhir : S-2 33.
a. Perguruan tinggi : Universitas Pendidikan Indonesia 34.
b. Fakultas/ Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPA 35.
c. Tahun kelulusan : 2014 36.
14. Mata Pelajaran yang diampu : IPA 37.
15. Pengalaman Mengajar : 6 Tahun 4 Bulan 38.
16. Prestasi/ Penghargaan yang pernah 39.
diraih 40.
41.
No Penghargaan Tahun Tingkat 42.
1 Juara 2 OGN IPA 2015 Kabupaten 43.
44.
Lomba Karya ilmiah yang pernah diikuti dalam tiga tahun terakhir
iii
PENGEMBANGAN MEDIA AIGO
(AQUAPONIK INDUKSI ELEKTROMAGENTIK) UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS STEM PADA TEMA DAUR ENERGI
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
4. Dessiminate ........................................................................................ 12
C. Penemuan dan Pembaharuan ............................................................. 12
D. Aplikasi Praktis Pada Pembelajaran .................................................. 13
E. Data Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran: ......................... 15
1. Tingkat Validitas Media AIGO ....................................................... 15
2. Kemampuan literasi sains siswa ...................................................... 16
F. Analisis Hasil Aplikasi Praktis Inovasi Pembelajaran ..................... 18
1. Peluang ............................................................................................... 18
2. Hambatan .......................................................................................... 18
G. Desiminasi ............................................................................................. 18
BAB IV ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................ 21
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 21
B. SARAN .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rekapitulasi nilai CVR ....................................................................... 14
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
National Research and Council (NRC) mengungkapkan pentingnya
mengintegrasikan Technology, Engineering, and Mathematic pada pembelajaran
IPA untuk menanggapi tuntutan New World of Work abad 21 (Harwell, 2015).
Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, teknik, dan
matematika dalam lingkup sains dikenal dengan pendekatan STEM. Untuk
mencapai keterpaduan STEM tersebut maka pemilihan model dan media
pembelajaran sangatlah penting. Model project based learning merupakan salah
satu model yang efektif untuk pembelajaran STEM (Dwidevi, 2014). Selain itu,
keberadaan media pembelajaran dalam IPA tidak kalah pentingnya. Media
pembelajaran dalam IPA dapat meningkatkan pemahaman dan penanaman konsep
IPA pada siswa (Jager, 2012).
Namun, saat ini pembelajaran IPA bagi siswa SMP masih menjadi sosok
menakutkan. Banyaknya istilah, konsep abstrak, dan rumus membuat siswa
merasa sulit belajar IPA. Hal ini berimbas pada pencapaian keberhasilan belajar
IPA siswa yang rendah. Senada dengan hal tersebut, penilaian yang dilakukan
oleh PISA pada tahun 2015 menunjukkan pencapaian siswa di Indonesia cukup
rendah. Indonesia berada pada peringkat 63 dari 65 negara peserta. Tidak jauh
berbeda hasil TIMSS 2011 pada domain content science menunjukkan Indonesia
memperoleh nilai 406, nilai ini berada di bawah nilai rata-rata internasional yaitu
500. Berdasarkan hasil TIMSS tersebut maka dapat dikatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah (Martin & Michel O, 2012).
Untuk memperoleh peningkatan kemampuan literasi sains siswa, maka mutlak
pembelajaran harus menyenangkan, menuntut siswa untuk memahami istilah dan
penerapan rumus melalui serangkaian percobaan, dan belajar secara kontekstual
untuk konsep-konsep yang abstrak.
1
Pembelajaran berbasis STEM dengan menggunakan media AIGO
(aquaponik-induksi elektromagnetik) dipandang dapat menjadi solusi untuk
menjawab permasalahan yang mengemuka. Pembelajaran berbasis STEM
diajarkan dengan menampilkan contoh alat/media yang akan dijadikan acuan
dalam pembuatan proyek oleh siswa sendiri. Siswa diberikan kesempatatan untuk
menentukan variabel penelitian, memberikan perlakuan, dan mengobservasi
hasilnya. Selanjutnya siswa merancang proyek alat/media dalam kelompok,
melakukan percobaan terhadap alat yang telah dibuat, membuat tabel pengamatan
dan menyajikan dalam bentuk grafik, serta menarik kesimpulan berdasarkan data.
Konteks sains dalam PISA lebih melibatkan isu-isu yang sangat penting
dalam kehidupan sehari- hari (Tohaeudin, Hendrawati, & Rustaman, 2011). Isu-
isu lingkungan yang terjadi saat ini begitu beragam. Teknologi dan aktivitas
manusia telah mempengaruhi sebagian besar ekosistem. Manusia telah
mengganggu struktur tropik pada ekosistem pada sebagian besar wilayah dunia
(Campbell, Reece, & Mitchell, 2002). Daur energi terjadi pada makhluk hidup
melalui rantai makanan. Perolehan energi dimulai dari tumbuhan sebagai
produsen. Interkasi tumbuhan dengan lingkungan melalui fotosintesis
menghasilkan energi. Energi dari tumbuhan dimanfaatkan hewan herbivor.
Terjadilah daur energi dari tingkat trofik produsen konsumen tingkat satu
(hewan herbivor) konsumen tingkat dua (hewan karnivor) detritivor
(pengurai bahan organik menjadi anorganik) produsen (tumbuhan). Daur
energi juga terjadi pada benda tidak hidup. Salah satu contohnya adalah
pemanfaatan energi alternatif untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik
memanfaatkan Gaya Gerak Listrik (GGL) induksi merupakan salah satu solusi
untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang merusak lingkungan untuk
pembangkit listrik.
Kemampuan literasi sains siswa pada konsep daur energi sangat penting.
Daur energi menjadi salah satu topik utama dunia. Penggunaan bahan bakar untuk
pembangkit listrik menyebabkan efek domino bagi kerusakan lingkungan.
Kesadaran akan pentingnya pemanfaatan energi secara optimal dan penggunaan
energi alternatif dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup perlu
dipahami siswa sejak dini. Karena itu, pembelajaran berbasis STEM
2
menggunakan media AIGO diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa
pada konsep tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitan ini adalah “Bagaimana
pengembangan media AIGO untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui
pembelajaran berbasis STEM pada tema daur energi?”
Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, secara terperinci permasalahan
penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah validitas media AIGO melalui pembelajaran berbasis STEM
pada tema daur energi?
b. Bagaimanakah profil literasi sains siswa pada tema daur energi melalui
pembelajaran berbasis STEM menggunakan media AIGO?
c. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan media AIGO melalui
pembelajaran berbasis STEM pada tema daur energi?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam karya inovasi ini adalah:
a. Memperoleh media AIGO yang valid untuk pembelajaran berbasis STEM pada
tema daur energi.
b. Mengetahui peningkatan literasi sains siswa pada tema daur energi melalui
pembelajaran berbasis STEM menggunakan media AIGO.
c. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran berbasis STEM
menggunakan media AIGO.
D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Menjadikan media AIGO sebagai media pembelajaran berbasis STEM untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains siwa pada tema daur energi.
b. Siswa dapat mengetahui secara langsung tingkat literasi sains yang mereka
miliki pada tema daur energi.
3
c. Memberikan pengalaman terhadap siswa dalam memanfaatankan media
AIGO sebagai bahan belajar dalam pembelajaran berbasis STEM.
4
BAB II
PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STEM
A. Teori
1. Pengembangan Media Pembelajaran IPA (definisi, manfaat, kekurangan,
dan kelebihan)
Materi IPA memuat konsep, teori, hukum-hukum, dan penerapannya.
Penyampaian konsep abstrak menjadi lebih bersifat konkrit menjadi salah satu hal
penting yang perlu diperhatikan. Tersedianya media sebagai alat perantara
penyampaian konsep menjadi salah satu kunci keberhasilan belajar siswa. Peran
media adalah menjadikan konsep abstrak menjadi lebih konkrit. Istilah media
dalam pembelajaran IPA dapat juga disebut sebagai alat peraga. Menurut
Nasution (Herlina, Herlina, & Cici, 2006)mengatakan bahwa alat peraga
merupakan alat pembantu dalam pembelajaran. Alat tersebut dapat dilihat dan
didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Tiap-tiap benda
yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala, atau hukum alam dapat disebut
alat peraga. Fungsi dari alat peraga adalah menvisualisasikan sesuatu yang tidak
dapat dilihat atau sukar dilihat hingga tampak jelas dan dapat menimbulkan
pengertian atau meningkatkan presepsi seseorang.
Secara bahasa media merupakan pengantar atau perantara. Sebagaiamna
diungakap oleh Sadiman (Kustandi, Kustandi, & Sutjipto B, 2013) media
merupakan pengantar atau perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Pesan ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan melalui wadah dari
sumbernya. Materi pembelajaran merupakan pesan intruksional, sedangkan tujuan
pembelajaran adalah cita-cita tercapainya proses pembelajaran. Media
pembelajaran dapat diilustrasikan sebagai manusia, materi atau kejadian yang
membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Berdasarkan pengertian yang mengemuka bahwa guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai media. Media
adalah suatu alat yang digunakan dalam pembelajaran baik secara grafis,
fotografis, atau elektronis untuk membantu proses belajar mengajar dan untuk
5
memperjelas makna pesan yang akan disampaikan, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.
Menurut Ali (Sudjana, 2008) media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan, dan perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Pesan yang
dimaksud adalah materi pembelajaran. Bukan hanya sebagai perantara, media
dapat digunakan juga untuk membuat pembelajaran lebih menarik,
menghilangkan kebosanan dan kejenuhan dalam proses belajar. Dengan media
membuat pembelajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat membantu
guru memahamkan materi kepada siswa dengan baik dan meningkatkan prestasi
belajar mereka.
Dalam mengembangkan media pembelajaran, maka ada beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan diantaranya adalah; Menentukan media yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran; Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan
tepat, perlu diperhitungkan apakah media itu sesuai dengan tingkat kematangan
dan kemampuan siswa; Menyajikan media denga tepat, teknik dan metode
penggunaan media dalam pembelajaran harus sesuai dengan metode, waktu, dan
sarana (Sudjana, 2008).
2. Literasi Sains
Literasi dapat diartikan sebagai membaca dan menulis atau melek aksara.
Pada konteks kini, literasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu melek teknologi,
politik, berpikir kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar (Bukhori, 2005).
Sedangkan kata sains merupakan serapan dari bahasa Inggris, yaitu science yang
diambil dari bahasa Latin sciencia dan berarti pengetahuan. Sains dapat berarti
ilmu pada umumnya, tetapi juga dapat berarti ilmu pengetahuan alam (Poedjiadi,
2005).
Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat
multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, akan
tetapi kemampuan menerapkan sains dalam konteks kehidupan nyata (Firman,
2007). Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
6
dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan
perubahannya melalui aktivitas manusia (Firman, 2007).
Penilaian literasi sains adalah menilai pemahaman peserta didik terhadap
hakekat sains sebagai produk (prinsip, teori, hukum-hukum sains) dan proses
(penyelidikan ilmiah) serta penerapannya dalam konteks kehidupan. Penilaian
literasi sains tidak hanyamenilai tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains,
tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains dan mengaplikasikan
pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang dihadapi peserta didik,
baik sebagai individu, anggota masyarakat serta warga dunia (Wulan, 2009).
Programme for International Student Assessment (PISA) menetapkan tiga
dimensi besar literasi sains dalam peniliannya, yakni konten sains, proses sains,
konteks aplikasi sains (Firman, 2007). Dimensi konten dalam literasi sains
meliputi materi yang terdapat dalam kurikulum dan materi yang bersifat lintas
kurikulum dengan penekanan pada pemahaman konsep dan kemampuan untuk
menggunakannya dalam kehidupan (Wulan, 2009). Konten sains merujuk pada
konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam
dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. PISA
menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut: 1) Relevan dengan
situasi kehidupan nyata; 2) Merupakan pengetahuan penting sehingga
penggunaannya berjangka panjang; 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
usia 15 tahun (Firman, 2007).
Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab
suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya
mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains,
mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta
mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia (Firman, 2007).
Pada penilaiannya, PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan
kurikulum pendidikan sains serta berfokus pada situasi terkait pada diri individu,
keluarga, dan kelompok pertemanan/personal, terkait pada komunitas/social, serta
terkait dengan kehidupan lintas negara/global (Firman, 2007).
3. Pembelajaran Berbasis STEM
7
Project based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang efektif
dalam menerpadukan science, technology, enginering, dan mathematic. Siswa
diarahkan untuk belajar berbagai ilmu yang mendukung untuk membuat sebuah
produk yang tepat dalam rangka memecahkan masalah (Dwidevi, 2014).Siswa
dilibatkan dalam sebuah proyek dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok
(Thomas, 2000). Siswa dihadapkan dengan masalah yang ditemui pada dunia
nyata, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan lebih mendalam (The George
Lucas Educational Foundation, 2014).
Pembelajaran berbasis proyek diawali dari dimunculkannya masalah,
kemudian dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan pembimbing yang tertera di
dalam lembar kerja sehingga siswa terlibat secara kolaboratif dalam sebuah
proyek pemecahan masalah (Kemdikbud, 2013). Terdapat lima kriteria dalam
PBL yakni sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan kontruktivisme,
otonomi, dan realistis (Thomas, 2000).
B. Kerangka Berfikir / Penelitian yang relevan
Literasi sains dalam PISA
Intrumen
validitas ,
usabilitas media
pembelajaran
9
pembelajarannya. Sementara itu pembelajaran dikemas dalam pembelajaran
berbasis proyek dan mengaitkan kegiatannya dalam lingkup STEM.
3. Desain media AIGO
2
5
4
3
3
4
10
1
2
11
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pengembangan media pembelajaran.
c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran dan penilaian literasi
sains.
d. Melakukan analisis kompetensi literasi sains yang mencakup:
mengidentifikasi masalah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan
bukti ilmiah pada konsep Interaksi makhluk hidup dan lingkungannya.
e. Perumusan indikator dan tujuan pembelarajan melalui telaah konten, konteks,
dan kompetensi.
2. Design (Perancangan)
Pada tahap design dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat desain media
b. Melakukan validasi media.
c. Melakukan revisi media pembelajaran.
d. Melakukan uji coba butir soal literasi sains.
e. Memperbaiki soal literasi sains.
f. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitan.
3. Develop (Pengembangan)
Pada tahap develop dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengimplementasikan media AIGO pada pembelaran STEM.
b. Menyebar angket pada siswa.
c. Melakukan wawancara terstruktur dengan siswa.
4. Dessiminate
Tahap desiminasi dilaksanakan dengan mendistribusikan informasi secara
terbatas media AIGO pada pembelajaran berbasis STEM pada rekan sejawat di
sekolah dan simposiun nasional.
12
AIGO kemudian disesuaikan dengan lingkup kegiatan STEM dalam pembelajaran
berbasis proyek.
Media AIGO
Indikator Pembelajaran
13
dengan 6 orang siswa. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai
panduan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Guru menampilkan contoh media AIGO (Aquaponik-Induksi Elektro
magnetik).
14
5. Siswa menuliskan hasil pengamatannya dalam bentuk tabel, grafik, dan
deskripsinya pada lembar kerja siswa.
6. Siswa menyimpulkan hasil pengamatannya.
Pertemuan ke-2
1. Siswa dibimbing untuk membuat modifikasi media AIGO
2. Siswa membuat desain alat pada lembar kerja siswa
3. Siswa mengkonsultasikan rancangannya kepada guru
4. Siswa merangkai alat media AIGO
15
dianalisis menggunakan CVI (Content Validity Index) dan dikategorikan
berdasarkan Lawshes (Lawshe, 1975). Rekapitulasi hasil CVI dapat dilihat pada
Tabel 1. berikut ini:
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar validator menyatakan
bahwa media AIGO esensial dan valid pada tingkat validasi 0,86 (Valid)
sebagaimana kategori Lawshe’s pada indikator kemudahan penyediaan alat,
merangkai alat, dan mengoperasikan alat.
2. Kemampuan literasi sains siswa
Literasi sains siswa diases dengan mengembangkan soal-soal literasi sesuai
framework PISA (Programme for International Student Assesment). Digunakan
dua kelas dalam penelitian ini, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran berbasis STEM dengan media AIGO,
sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran virtual PhET (Physics
Education Technology).Pencapaian konten literasi sains pada pada Gambar
berikut ini:
16
80
60 61
STEM no STEM
Pernyataan Angket
100%
80%
Persentase
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5
YA 62% 95% 95% 95% 95%
Tidak 38% 5% 5% 5% 5%
17
Keterangan: (1) merupakan hal yang baru, (2) ketertarikan siswa pada
pembelajaran, (3) Mendorong pengerjaan tugas dengan baik, (4) Membuat siswa
termotivasi, (5) Meningkatkan keinginan untuk belajar.
Berdasarkan data hasil angket menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sepakat
bahwa pembelajaran berbasis STEM dengan media AIGO merupakan hal yang
baru, mendorong mereka mengerjakan tugas dengan baik, memotivasi mereka,
dan meningkatkan keinginan mereka untuk belajar.
18
Gambar 3.11. Desiminasi pada tingkat Sekolah
19
Gambar 3.12. Desiminasi pada simposium nasional
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Media AIGO memiliki tingkat validitas sebesar 0,86 (valid) untuk
pembelajaran berbasis STEM pada tema daur energi.
2. Media AIGO dapat meningkatkan literasi sains siswa melalui pembelajaran
berbasis STEM.
3. Siswa menanggapi positif terhadap implementasi Media AIGO melalui
pembelajaran berbasis STEM meskipun dalam pelaksanaannya masih
memiliki keterbatasan.
B. SARAN
Agar penelitian berikutnya lebih optimal, maka disarankan untuk
mengevaluasi kembali jadwal pelaksanaan pembelajaran, dan dioptimalkan
pemberian pengetahuan dasar terhadap materi dan konsep yang berkaitan dengan
alat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Thomas, J. (2000). A Review Research on Project Based Learning. California:
Autodesk Foundation.
Tohaeudin, Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Peserta
Didik. Bandung: Humaniora.
Wulan, R. (2009). Asesmen Literasi Sains. Bandung: SPS UPI.
23
24