Oleh
Cleria Rice Bandur
P07131218 081
TEORI
DIEBETES MELITUS (DM)
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama
atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl
(Misnadiarly,2006). DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh
penyandang dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014). DM dapat
menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang
menimbulkan komplikasi.
Pada dasarnya diabetes dikelompokkan menjadi dua, yaitu Diabetes Tipe 1 yang
terjadi sejak kecil karena cacat sejak lahir, dan Diabetes Tipe 2 yang berkembang setelah
dewasa sebagai akibat dari gaya hidup yang salah. Karena begitu besar, sekitar 90 persen,
penderita diabetes adalah tipe 2, maka pembicaraan sekitar diabetes biasanya adalah
mengenai tipe 2.
Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang diincari
bahaya besar. Hal ini dapat dimaklumi, karena isyarat Diabetes Tipe 2 kadang-kadang
muncul sebagai gejala yang bisa dianggap sebagai hal yang biasa saja. Padahal tiga tanda
klasik diabetes yang perlu diwaspadai bila muncul bersamaan adalah sangat umum
gejalanya, yaitu berupa rasa haus yang tidak wajar, sering buang air kecil, dan penurunan
berat badan.
Usaha pengendalian diabetes adalah dengan mengupayakan agar kadar gula darah
menjadi normal sekitar 60-120 mg/dl (miligram per 100 mililiter). Yang ideal ukurannya
adalah 80-109 mg/dl pada waktu puasa sebelum tes darah dan 110-159 mg/dl pada dua
jam setelah makan. Selain itu, perlu pula dikontrol kadar lemak, yaitu kolesterol total
tidak boleh lebih dari 200 mg/dl dengan LDL kurang dari 130 mg/dl, dan HDL diatas 45
mg/dl, dan trigliserida dibawah 200 mg/dl. Kuncinya adalah dengan pengaturan makanan
(diet), olahraga, dan menghindari stres).
Seperti yang kita ketahui, penyebab utama dari diabetes tipe 2 umumnya karena
gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini yang membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak
sempurna, sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Hormon insulin dapat diserap oleh lemak yang ada di dalam tubuh. Sehingga pola makan
dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin, karena
pancreas yang menghasilkan insulin bisa lelah jika terus-menerus dipaksa.
Pola makan yang harus diberikan kepada pasien diabetes sama seperti orang
normal, termasuk juga jenis menunya. Hanya saja porsi makan pasien diabetes harus
dibatasi sesuai kebutuhan kalorinya. Kandungan gula pada makanan yang dikonsumsi
juga harus dikurangi.
Gangguan ginjal seringkali timbul pada penderita diabetes, kondisi ini dikenal
sebagai nefropati diabetik. Penyakit ini terjadi lantaran bagian penyaring dalam ginjal
rusak, sehingga ginjal bocor dan mengalirkan sejumlah protein, terutama albumin dari
darah ke dalam urine. Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes juga dapat
memicu terjadinya luka parut pada sel-sel penyaring di ginjal. Hal itu dapat menyebabkan
semakin menurunnya fungsi ginjal secara perlahan selama bertahun-tahun. Jika tidak
segera ditangani, proses tersebut akan terus berlanjut hingga menyebabkan gagal ginjal.
Peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali pada diabetesi dapat
berpotensi bahaya, termasuk kerusakan pembuluh darah kapiler. Kerusakan kapiler bisa
mengganggu kerja ginjal untuk mengatur tekanan darah, yang mana akan meningkatkan
risiko seseorang terkena hipertensi. Tekanan darah normal 120/80 mm/HG, ini masih
diambang batas normal.
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).
HASIL
Data Pasien DM
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Petani
Data Antropometri
Tinggi Bandan : 52 kg
Data Medis
INTERPRETASI
Pada kasus Diabetes Melitus yang diderita Pak Sutisna I Nyoman, diabetes ini sudah
didiagnosa sejak awal bulan tahun ini. Namun, mulai timbul gejala seperti cepat haus,
penurunan berat, cepat lapar yang akhir-akhir ini dialami pasien. Diabetes tipe 2 ini
menyerang pak sutisna akibat kebiasan pola makannya yang tidak baik. pasien jarang
mengonsumsi makanan tinggi serat yaitu sayur dan buah, terutama buah dan sering makan
terutama nasi dalam porsi besar.
Dari setiap pemeriksaan yang dilakukan pasien, ada beberapa metode yang digunakan.
Dengan menggunakan stick, tujuannya untuk mengecek kadar gula darah setiap selesai
makan atau minum, jadi pasien rutin mengecek pada 18 Juli setiap satu jam. Dan dari hasil
setiap jamnya menunjukkan kadar gula darah pasien menurun karena tidak ada asupan ke
tubuh. Pada metode GOD-PAP, tujuannya untuk mendapatkan keakuratan dan hasil ketelitian
yang tinggi karena dilakukan di laboratorium. Pada 18 Juli juga, dengan metode GOD-PAP
mendapat hasil 75 mg/dL dimana kadar glukosa darah normal
Dari hasil pemeriksaan pertama kali, kadar glukosa sebesar 467 mg/dL, dimana range
normalnya 75-115 mg/dL. Hasil ini yang menyebabkan pasien lebih berhati-hati, dan sering
mengontrol kadar gula darah. Pada 18 juli, pemeriksaan ini, di ukur gula darah sewaktunya
setelah makan, dimana pengukuran setiap 1 jam, kadar gula darah mengalami penurunan
yang menandakan bahwa kadar insulin masih ada, walau sangat sedikit, namun dapat
menekan peningkatan gula darah. Hanya saja, kadar gula darah pasien sangat tidak menentu,
sering terjadi turun naik. Pada pemeriksaan selanjutnya dilakukan di laboratorium dengan
metode GOD-PAP, agar didapat ketelitian yang lebih. Alat yang dihunakan pada pemeriksaan
GOD-PAP adalah spektrofotomoter, dari hasilnya didapat kadar gula darah 75 mg/dL.
Penurunakan kadar gula darah ini karena tidak adanya asupan selama beberapa jam.
Pada 25 juli, analisis kadar gula darah 2 jam PP, didapat hasil 332 mg/dL. Kenaikan ini
untuk melihat konsumsi makan yang terakhir dikonsumsi, berarti makanan yang dikonsumsi
kurang dijaga, sehingga kadar insulin meningkat untuk menurunkan kadar gula darah. Jika
kadar gula darah naik maka insulin sudah tidak mampu lagi terkendali sama sekali. Kadar
gula darah pasien rata-rata di atas range yang ditentukan yaitu 75-115 mg/dL.
Dari hasil data pasien, pemeriksaan yang rutin untuk mengecek kadar gula darah dan
penggunaan insulin untuk menekan tingginya kadar gula darah sangat membantu untuk
menekan kenaikan glukosa darah yang sangat tinnggi. Dari hasil data, pengecekan yang rutin
dilakukan pasien, membantunya untuk menjaga pola hidup dan makannya.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per
hari. Di samping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang
tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap
dirasakan penderita DM tanpa resiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan
sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.
PENUTUP
Dari hasil wawancara kepada pasien penderita diabetes ini, menunjukan bahwa pola
makan merupakan faktor utama penyebab diabetes. Maka dengan itu, menjaga dan
memperhatikan jenis bahan, cara pengolahan dan waktu makan sangat penting untuk
mengurangi komplikasi yang lebih parah setelah terkena diabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Rafanani, Ben. 2012. Panduan Pola Makan Sehat & Cerdas Bagi Penderita Diabetes.
Yogyakarta: Araska.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/255/1/Muhammad%20Erwan%20Dewa.pdf
LAMPIRAN