Anda di halaman 1dari 15

BIOKIMIA SEBAGAI TUGAS UTS

PENYAKIT METABOLISME KARBOHIDRAT

“PASIEN DIABETES MELITUS”

Dosen Pengajar : A.A.Nanak Antarini, SST,MP

Oleh
Cleria Rice Bandur
P07131218 081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI D-IV B
TAHUN AJARAN 2019/2020

TEORI
DIEBETES MELITUS (DM)

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama
atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl
(Misnadiarly,2006). DM dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh
penyandang dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014). DM dapat
menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang
menimbulkan komplikasi.

Pada dasarnya diabetes dikelompokkan menjadi dua, yaitu Diabetes Tipe 1 yang
terjadi sejak kecil karena cacat sejak lahir, dan Diabetes Tipe 2 yang berkembang setelah
dewasa sebagai akibat dari gaya hidup yang salah. Karena begitu besar, sekitar 90 persen,
penderita diabetes adalah tipe 2, maka pembicaraan sekitar diabetes biasanya adalah
mengenai tipe 2.

Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang diincari
bahaya besar. Hal ini dapat dimaklumi, karena isyarat Diabetes Tipe 2 kadang-kadang
muncul sebagai gejala yang bisa dianggap sebagai hal yang biasa saja. Padahal tiga tanda
klasik diabetes yang perlu diwaspadai bila muncul bersamaan adalah sangat umum
gejalanya, yaitu berupa rasa haus yang tidak wajar, sering buang air kecil, dan penurunan
berat badan.

Usaha pengendalian diabetes adalah dengan mengupayakan agar kadar gula darah
menjadi normal sekitar 60-120 mg/dl (miligram per 100 mililiter). Yang ideal ukurannya
adalah 80-109 mg/dl pada waktu puasa sebelum tes darah dan 110-159 mg/dl pada dua
jam setelah makan. Selain itu, perlu pula dikontrol kadar lemak, yaitu kolesterol total
tidak boleh lebih dari 200 mg/dl dengan LDL kurang dari 130 mg/dl, dan HDL diatas 45
mg/dl, dan trigliserida dibawah 200 mg/dl. Kuncinya adalah dengan pengaturan makanan
(diet), olahraga, dan menghindari stres).

Seperti yang kita ketahui, penyebab utama dari diabetes tipe 2 umumnya karena
gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini yang membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak
sempurna, sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Hormon insulin dapat diserap oleh lemak yang ada di dalam tubuh. Sehingga pola makan
dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin, karena
pancreas yang menghasilkan insulin bisa lelah jika terus-menerus dipaksa.

Pola makan yang harus diberikan kepada pasien diabetes sama seperti orang
normal, termasuk juga jenis menunya. Hanya saja porsi makan pasien diabetes harus
dibatasi sesuai kebutuhan kalorinya. Kandungan gula pada makanan yang dikonsumsi
juga harus dikurangi.

Gangguan ginjal seringkali timbul pada penderita diabetes, kondisi ini dikenal
sebagai nefropati diabetik. Penyakit ini terjadi lantaran bagian penyaring dalam ginjal
rusak, sehingga ginjal bocor dan mengalirkan sejumlah protein, terutama albumin dari
darah ke dalam urine. Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes juga dapat
memicu terjadinya luka parut pada sel-sel penyaring di ginjal. Hal itu dapat menyebabkan
semakin menurunnya fungsi ginjal secara perlahan selama bertahun-tahun. Jika tidak
segera ditangani, proses tersebut akan terus berlanjut hingga menyebabkan gagal ginjal.

Peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali pada diabetesi dapat
berpotensi bahaya, termasuk kerusakan pembuluh darah kapiler. Kerusakan kapiler bisa
mengganggu kerja ginjal untuk mengatur tekanan darah, yang mana akan meningkatkan
risiko seseorang terkena hipertensi. Tekanan darah normal 120/80 mm/HG, ini masih
diambang batas normal.

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).

Kadar Gula Setelah Puasa


Normal <100 mg/dl
Pradiabetes 100-125 mg/dl
Diabetes >126 mg/dl

Kadar Gula 2 Jam Setelah Makan


Normal <140 mg/dl
Pradiabetes 140-200 mg/dl
Diabetes >200 mg/dl
Metabolisme gula darah
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran darah
masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi menjadi CO2
dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam sel tubuh yang
memerlukannya. Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon
insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan
menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar gula
darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar
bersama urin (glukosuria ). ( Depkes RI, 1999 )

Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah


a. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu merupakan pemeriksaan penyaring untuk
mendiagnosa penyakit diabetes mellitus. Setelah makan atau minum, terjadi peningkatan
kadar glukosa darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah
kenaikan kadar glukosa darah lebih lanjut. Peningkatan kadar glukosa darah
(Hiperglikemia) dapat terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak
berfungsi dengan baik. Keadaan ini disebut diabetes mellitus
b. Glukosa darah puasa
Test glukosa darah puasa dapat memberikan petunjuk terbaik mengenai
homeostasis keseluruhan. Test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang
untuk mengatur kadar glukosa agar tetap dalam batas normal. Dalam keadaan puasa
dimana tidak ada makanan yang diabsorbsi maka proses untuk mempertahankan kadar
glukosa darah puasa normal tergantung oleh hati, jaringan perifer, dan hormon–hormon
yang dapat menurunkan dan meningkatkan kadar glukosa darah yang beritegersi dengan
baik. Jika sesorang tidak mengatur glukosa secara normal, maka ketidakmampuannya ini
akan tercermin dari kadar glukosa darah puasa yang meningkat atau menurun. Dengan
demikian, tes glukosa darah puasa dapat membantu mengevaluasi integritas mekanisme
yang mengatur glukosa darah (Sylvia, 1995).

c. Glukosa darah 2 jam post prandial


Test glukosa 2 jam post prandial merupakan suatu test penyaring sederhana untuk
mengetahui kemampuan seseorang untuk membuang beban glukosa yang ada. Test ini
terdiri dari pengukuran kadar glukosa darah pasien 2 jam setelah makan. Jika kadar
glukosa kurang dari 140 mg/dl 2 jam setelah makan, maka dapat disimpulkan bahwa
kadar glukosanya sudah kembali ke kadar semula sesudah kenaikan awal. Ini merupakan
petunjuk bahwa orang tersebut mempunyai mekanisme pembuangan glukosa yang
normal. Sebaliknya, jika kadar glukosa pasien sesudah 2 jam masih tinggi, maka dapat
disimpulkan adanya gangguan mekanisme pengaturan kadar glukosa (Sylvia, 1995).
d. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan jika kadar glukosa darah 2 jam
post prandial abnormal. Test dapat memberikan keterangan yang lebih lengkap mengenai
adanya gangguan metabolisme karbohidrat. Pada test toleransi glukosa, kadar glukosa
puasa diukur, kemudian pasien makan 75 g glukosa dalam waktu 5 menit. Kadar glukosa
kemudian diukur dalam interval setengah jam selama 2 jam setelah pemberian glukosa.
Pada orang yang sehat dan tidak beristirahat ditempat tidur, kadar glukosa setelah
pemberian beban glukosa mula-mula meningkat, tetapi kemudian kembali ke kadar asal
dalam waktu 2 jam. Nilai – nilai normal untuk TTGO didefinisikan sebagai berikut:
kurang dari 200 mg/dl pada menit ke-30, 60, dan 90, dan kurang dari 140 mg/dl pada
menit ke-120 (Sylvia, 1995)

HASIL

 Data Pasien DM

Nama pasien : Sutisna I Nyoman

Tanggal lahir : 17 september 1970

Umur : 49 tahun

Petama kali pemeriksaan : 17 Juli 2019

Pekerjaan : Petani

Alamat : BD Pesaban Rendang, Kab/Kota Karangasem

 Data Antropometri

Berat Bandan : 175 cm

Tinggi Bandan : 52 kg
 Data Medis

Tanggal Analisis Waktu Methode/Metode Result/Hasil Range/Rentang


Pemeriksaan (WITA)
17/07/2019 Glukosa 467 mg/dL 75-115 mg/dL
18/07/2019 Glukosa Sewaktu 00.30 Stick 261 mg/dL 75-115 mg/dL
18/07/2019 glukosa sewaktu 01.30 Stick 227 mg/dL 75-115 mg/dL
18/07/2019 Glukosa Sewaktu 02.30 Stick 173 mg/dL 75-115 mg/dL
18/07/2019 Glukosa GOD-PAP 75 mg/dL 75-115 mg/dL
19/07/2019 Glukosa 109 mg/dL 75-115 mg/dL
24/07/2019 glukosa sewaktu 20.40 Stick 160 mg/dL 75-115 mg/dL
25/07/2019 glukosa 2 jam PP 06.00 GOD 2PP 332 mg/dL 75-115 mg/dL
26/07/2019 Glukosa GOD 2PP 150 mg/dl 75-115 mg/dL
26/07/2019 glukosa sewaktu 19.00 Stick 190 mg/dL 75-115 mg/dL
26/07/2019 glukosa sewaktu 22.00 Stick 121 mg.dL 75-115 mg/dL
27/07/2019 Glukosa 124 mg/dL 75-115 mg/dL
27/07/2019 glukosa darah 15.30 Stick 101 mg/dL 75-115 mg/dL
sewaktu
29/07/2019 Glukosa 102 mg/dL 75-115 mg/dL
30/07/2019 Glukosa 157 mg/dL 75-115 mg/dL
27/08/2019 Glukosa GOD 2PP 564 mg/dL 75-115 mg/dL

INTERPRETASI

Pada kasus Diabetes Melitus yang diderita Pak Sutisna I Nyoman, diabetes ini sudah
didiagnosa sejak awal bulan tahun ini. Namun, mulai timbul gejala seperti cepat haus,
penurunan berat, cepat lapar yang akhir-akhir ini dialami pasien. Diabetes tipe 2 ini
menyerang pak sutisna akibat kebiasan pola makannya yang tidak baik. pasien jarang
mengonsumsi makanan tinggi serat yaitu sayur dan buah, terutama buah dan sering makan
terutama nasi dalam porsi besar.

Dari setiap pemeriksaan yang dilakukan pasien, ada beberapa metode yang digunakan.
Dengan menggunakan stick, tujuannya untuk mengecek kadar gula darah setiap selesai
makan atau minum, jadi pasien rutin mengecek pada 18 Juli setiap satu jam. Dan dari hasil
setiap jamnya menunjukkan kadar gula darah pasien menurun karena tidak ada asupan ke
tubuh. Pada metode GOD-PAP, tujuannya untuk mendapatkan keakuratan dan hasil ketelitian
yang tinggi karena dilakukan di laboratorium. Pada 18 Juli juga, dengan metode GOD-PAP
mendapat hasil 75 mg/dL dimana kadar glukosa darah normal

Dari hasil pemeriksaan pertama kali, kadar glukosa sebesar 467 mg/dL, dimana range
normalnya 75-115 mg/dL. Hasil ini yang menyebabkan pasien lebih berhati-hati, dan sering
mengontrol kadar gula darah. Pada 18 juli, pemeriksaan ini, di ukur gula darah sewaktunya
setelah makan, dimana pengukuran setiap 1 jam, kadar gula darah mengalami penurunan
yang menandakan bahwa kadar insulin masih ada, walau sangat sedikit, namun dapat
menekan peningkatan gula darah. Hanya saja, kadar gula darah pasien sangat tidak menentu,
sering terjadi turun naik. Pada pemeriksaan selanjutnya dilakukan di laboratorium dengan
metode GOD-PAP, agar didapat ketelitian yang lebih. Alat yang dihunakan pada pemeriksaan
GOD-PAP adalah spektrofotomoter, dari hasilnya didapat kadar gula darah 75 mg/dL.
Penurunakan kadar gula darah ini karena tidak adanya asupan selama beberapa jam.

Pada 25 juli, analisis kadar gula darah 2 jam PP, didapat hasil 332 mg/dL. Kenaikan ini
untuk melihat konsumsi makan yang terakhir dikonsumsi, berarti makanan yang dikonsumsi
kurang dijaga, sehingga kadar insulin meningkat untuk menurunkan kadar gula darah. Jika
kadar gula darah naik maka insulin sudah tidak mampu lagi terkendali sama sekali. Kadar
gula darah pasien rata-rata di atas range yang ditentukan yaitu 75-115 mg/dL.

Pada 27 agustus, pasien melakukan pemeriksaan kembali, setelah sebelumnya jarang


mengontrol. Dengan metode GOD 2PP, di dapat hasil ladar gula darah yang sangat tinggi
yaitu 564 mg/dL. Peningkatan glukosa setelah 2 jam makan ini, disimpulan pasien beberapa
hari sebelumnya jarang memperhatikan pola konsumsi dan jenis makanan sehingga glukosa
meningkat tajam. Dan penggunaan insulin yang jarang terutama sebelum makan, dapat
meningkatkan kadar gula darah yang sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan obat dan
insulin yang rutin sangat membantu mengurangi kelebihan kadar glukosa darah.

Dari hasil data pasien, pemeriksaan yang rutin untuk mengecek kadar gula darah dan
penggunaan insulin untuk menekan tingginya kadar gula darah sangat membantu untuk
menekan kenaikan glukosa darah yang sangat tinnggi. Dari hasil data, pengecekan yang rutin
dilakukan pasien, membantunya untuk menjaga pola hidup dan makannya.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per
hari. Di samping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang
tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap
dirasakan penderita DM tanpa resiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan
sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

PENUTUP

Dari hasil wawancara kepada pasien penderita diabetes ini, menunjukan bahwa pola
makan merupakan faktor utama penyebab diabetes. Maka dengan itu, menjaga dan
memperhatikan jenis bahan, cara pengolahan dan waktu makan sangat penting untuk
mengurangi komplikasi yang lebih parah setelah terkena diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

Rafanani, Ben. 2012. Panduan Pola Makan Sehat & Cerdas Bagi Penderita Diabetes.
Yogyakarta: Araska.

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/255/1/Muhammad%20Erwan%20Dewa.pdf

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai