Fraktur Pada Orang Tua

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

FRAKTUR PADA ORANG TUA

Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior di SMF Orhtopedi Rumah Sakit Haji Medan

Disusun oleh :

Dinda Dwi Alzahra 71170891019


Ferawaty Endang 71160891866
Imam Syahbana 73260891985
Yunita Budiarti Saragih 71160891876

Pembimbing :

dr. M. Rizal Rinaldi, Sp.OT

SMF ORTHOPEDI
RUMAH SAKIT HAJI
MEDAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Nilai :

Dokter
Pembimbing,

dr. M. Rizal Rinaldi, Sp.OT

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini guna
memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Orthopedi Rumah
Sakit Haji Medan dengan judul “Fraktur Pada Orang Tua”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dr. M. Rizal Rinaldi, Sp.OT, yang telah memberikan bimbingan
dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Orthopedi
Rumah Sakit Haji Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini memiliki banyak
kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
paper ini.
Harapan penulis semoga paper ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu
kedokteran dalam praktek di masyarakat.

Medan, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman........
.
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Fraktur ............................................................................................ 3
2.1.1 Definisi .................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi.................................................................................. 3
2.1.3 Proses Penyembuhan Fraktur .................................................... 6
2.2 Fraktur pada Orang Tua ..................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun
memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur dapat
diakibatkan oleh cedera, stres yang berulang, kelemahan tulang yang abnormal
atau disebut juga fraktur patologis.1 Penyebab terbanyak fraktur adalah
kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya,
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan
lalu lintas.2
Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,
fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling
tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan
kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami
fraktur pada tulang femur.2 Delapan puluh persen pasien 35 tahun atau lebih tua
dengan fraktur femur diakibatkan karena trauma, pada orang dewasa yang lebih
tua, jatuh adalah penyebab paling umum sekitar 65 persen dari patah tulang.2
Jumlah lansia di Dunia terus mengalami peningkatan yang diikuti dengan
peningkatan jumlah geriatri beserta berbagai komplikasinya. Salah satu
komplikasi dari proses degeneratif tersebut adalah fraktur femur proksimal.
Resiko mengalami komplikasi ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya angka kasus osteoporosis pada geriatri. Fraktur femur secara umum
dapat dengan segera memperburuk kualitas hidup lansia akibat timbulnya
kecacatan atau komplikasi lain yang lebih buruk dan tak jarang kematian.3 Pada
orang yang telah lanjut usia atau penderita osteoporosis, kekuatan tekanan yang
ringan pada femur bisa menyebabkan fraktur.1 Fraktur femur yang disebabkan

1
oleh kekuatan tekanan yang tinggi biasanya terjadi oleh karena jatuh dari
ketinggian dan kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur femur juga bisa dicetus
oleh berbagai macam penyakit contohnya Paget’s disease, tumor, kanker dan
kelainan metabolisme.4

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah :


1. Mengerti dan memahami tentang Fraktur pada Orang Tua.
2. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepaniteraan Klinik Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Orthopedi Rumah Sakit Haji
Medan.

1.3 Manfaat
Paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca
khususnya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara umum agar
dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Fraktur pada Orang
Tua.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fraktur
2.1.1 Definisi
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan, sudut dan tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, serta
jaringan lunak di sekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan fraktur tidak lengkap, tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang.5

2.1.2 Klasifikasi
Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan
tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tulang
terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan
fraktur yang terjadi, seperti yang dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Derajat fraktur terbuka menurut Gustillo

Derajat Luka Fraktur


Laserasi <1 cm
Sederhana, dislokasi
I kerusakan jaringan tidak
fragen minimal.
berarti relatif bersih.
Laserasi >1cm tidak ada
kerusakan jaringan yang
II Dislokasi fragmen jelas.
hebat atau avulsi, ada
kontaminasi.
Luka lebar dan rusak
Kominutif, segmental,
hebat atau hilangnya
III fragmen tulang ada yang
jaringan disekitarnya.
hilang.
Kontaminasi hebat.

3
Menurut klasifikasi radiologis, dibagi atas :
1. Lokalisasi
a. Diafisis
b. Metafisis
c. Fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi
a. Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah
dikontrol dengan pembidaian gips.
b. Spiral
Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan.
c. Oblik
Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang.
d. Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak
dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
e. Kominuta
Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan
jaringan dengan lebih dari duafragmen tulang.
f. Fraktur Bajibiasanyapada vertebra karena trauma kompresi.
g. Fraktur avulsi, fragmenkeciltertarikolehotot atau tendon.
h. Fraktur depresi, karena trauma langsungmisalnyapadatulangtengkorak.
i. Fraktur Impaksi
Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
beradadiantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
j. Fraktur Pecah (Burst)
Dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah misalnya pada fraktur vertebra,
patela, talus, kalkaneus.

4
k. Fraktur epifisis

Gambar 1. Klasifikasi Fraktur Sesuai Konfigurasi


A. Transversal D. Kupu-kupu G. Depresi
B. Oblik E. Kominutif
C. Spiral F. Segmental

Fraktur sangat bervariasi dari segi klinis, namun untuk alasan praktis,
fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Complete fractures
Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Patahan fraktur yang
dilihat secara radiologi dapat membantu untuk memprediksi tindakan yang harus
dilakukan setelah melakukan reduksi. Pada fraktur transversal (gambar 1a),
fragmen tetap pada tempatnya setelah reduksi, sedangkan pada oblik atau spiral
(gambar 1c) lebih cenderung memendek dan terjadi pergeseran meskipun tulang
telah dibidai. Fraktur segmental (gambar 1b) membagi tulang menjadi 3 bagian.
Pada fraktur impaksi fragmen menumpuk saling tumpang tindih dan garis fraktur
tidak jelas. Pada raktur kominutif terdapat lebih dari dua fragmen, karena kurang
menyatunya permukaan fraktur yang membuat tidak stabil.1

b. Incomplete fractures
Pada fraktur ini, tulang tidak terbagi seutuhnya dan terdapat kontinuitas
periosteum. Pada fraktur buckle, bagian yang mengalami fraktur hampir tidak

5
terlihat (gambar 1d). Pada fraktur greenstick (gambar 1e dan 1f), tulang
melengkung atau bengkok seperti ranting yang retak. Hal ini dapat terlihat pada
anak‒anak, yang tulangnya lebih elastis daripada orang dewasa. Pada fraktur
kompresi terlihat tulang spongiosa tertekan kedalam.1

2.1.3 Proses Penyembuhan Fraktur


Penyembuhan fraktur umumnya dilakukan dengan cara imobilisasi. Akan
tetapi, penyembuhan fraktur alamiah dengan kalus dan pembentukan kalus
berespon terhadap pergerakan bukan terhadap pembidaian. Pada umumnya fraktur
dilakukan pembidaian hal ini dilakukan tidak untuk menjamin penyatuan tulang
namun untuk meringankan nyeri dan menjamin penyatuan tulang pada posisi yang
benar dan mempercepat pergerakan tubuh dan pengembalian fungsi.1
Fraktur disembuhkan dengan proses perkembangan yang melibatkan
pembentukan fibrokartilago dan aktivitas osteogenik dari sel tulang utama.
Fraktur merusak pembuluh darah yang menyebabkan sel tulang terdekat mati.
Pembekuan darah dibuang bersamaan dengan debris jaringan oleh makrofag dan
matriks yang rusak, tulang yang bebas dari sel di resorpsi oleh osteoklas.1

2.1.4 Penyembuhan dengan kalus


Proses ini adalah bentuk alamiah dari penyembuhan fraktur pada tulang
tubular tanpa fiksasi, proses ini terdiri dari lima fase, yaitu :
1. Destruksi Jaringan dan Pembentukan Hematom
Pembuluh darah robek dan terjadi pembentukan hematom disekitar fraktur.
Tulang pada permukaan yang patah, kehilangan asupan darah, dan mati.
2. Inflamasi dan Proliferasi Selular
Dalam 8 jam, fraktur mengalami reaksi inflamasi akut dengan migrasi sel
inflamatorik dan inisiasi proliferasi dan diferensiasi dari stem sel mesenkimal
dari periosteum menembus kanal medular dan sekitar otot. Sejumlah besar
mediator inflamasi seperti sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan dilibatkan.
Selanjutnya bekuan darah hematom diabsorbsi perlahan dan membentuk
kapiler baru pada area tersebut.
3. Pembentukan Kalus

6
Diferensiasi stem sel menyediakan sejumlah sel kondrogenik dan osteogenik.
Pada kondisi yang tepat mereka akan mulai membentuk tulang dan pada
beberapa kasus, juga membentuk kartilago (gambar 2b). Di sejumlah sel ini
terdapat osteoklas yang siap membersihkan tulang yang mati. Massa seluler
yang tebal bersama pulau‒pulau tulang imatur dan kartilago, membentuk kalus
atau rangka pada permukaan periosteum dan endosteum. Saat anyaman tulang
yang imatur termineralisasi menjadi lebih keras (gambar 2c), pergerakan pada
lokasi fraktur menurunkan progresivitas dan fraktur menyatu dalam 4 minggu
setelah cidera.
4. Konsolidasi
Tulang anyaman terbentuk menjadi tulang lamelar dengan aktivitas osteoklas
dan osteoblas yang kontinyu. Osteoklas pada proses ini melakukan pelubangan
melalui debris pada garis fraktur, dan menutup kembali jaringan tersebut.
Osteoblas mengisi ruang yang tersisa antara fragmen dan tulang baru. Proses
ini berjalan lambat sebelum tulang cukup kuat untuk menopang beban dengan
normal.
5. Remodeling
Fraktur telah dijembatani dengan lapisan tulang yang solid. Pada beberapa
bulan atau bahkan tahun, dilakukan pembentukkan ulang atau reshaped dengan
proses yang kontinu dari resorpsi dan pembentukan tulang.

(a) (b) (c) (d)

7
2.2 Fraktur pada Orang Tua
Tulang mengalami kepadatan maksimal pada usia 30 – 40 tahun. Setelah
usia lebih dari 40 tahun, osteoblas menurun tapi osteoklas (penghancuran tulang)
meningkat. Osteoporosis terjadi karena penyerapan tulang lebih banyak daripada
pembentukan tulang. Ciri-ciri orang yang mengalami osteoporosis antara lain
sering mengalami sakit leher dan low back pain.
Patologi utama fraktur femur proksimal pada lansia adalah akibat
penurunan massa jenis tulang (osteoporosis) pada bagian femur proksimal akibat
ketidakseimbangan bone turnover yang berhubungan erat dengan peningkatan
umur. Tingginya resiko terjatuh pada lansia semakin meningkatkan angka
kejadian fraktur, mengingat tulang osteoporosis dapat dengan mudah mengalami
fraktur meskipun tanpa trauma yang hebat (trivial trauma). Selain faktor-faktor di
atas, terdapat pula faktor resiko lainnya yang semakin meningkatkan resiko lansia
mengalami fraktur femur proksimal, yaitu rendahnya aktivitas fisik, antropometri
yang tidak ideal baik berlebih5 maupun kurang, dan status nutrisi yang buruk
terutama rendahnya asupan kalsium.3 Fraktur yang sering dialami oleh lansia
adalah :

1. Fraktur Panggul

Panggul berfungsi untuk mentransmisi berat badan melalui sendi sakro-iliaka ke


ileum, asetabulum dan dilanjutkan ke femur. Selain itu panggul berfungsi
melindungi struktur yang berada didallam rongga panggul. Dalam rongga panggul
dapat ditemukan beberapa organ antara lain kandung kemih, prostat, rektum,
uretra, vagina serta uterus dan adneksanya. Selain itu juga ditemukan pembuluh-
pembuluh darah besar cabang dari arteri iliaka komunis, vena serta pleksus saraf.
Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Ini diperkirakan bahwa
seorang wanita usia 50 tahun mempunyai 17,5% berisiko fraktur femur proksimal.
Pada orang yang telah lanjut usia atau penderita osteoporosis, kekuatan tekanan
yang ringan pada femur bisa menyebabkan fraktur. Fraktur femur yang
disebabkan oleh kekuatan tekanan yang tinggi biasanya terjadi oleh karena jatuh
dari ketinggian dan kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur femur juga bisa
dicetus oleh berbagai macam penyakit contohnya Paget’s disease, tumor, kanker

8
dan kelainan metabolisme. Femur atau tulang paha adalah tulang terberat,
terpanjang, dan terkuat yang terdapat di tubuh kita. Femur di tutupi oleh lapisan
otot-otot yang tebal oleh karena itu butuh kekuatan tekanan yang besar pada
femur untuk menyebabkan fraktur.4 Terdapat beberapa jenis fraktur femur
berdasar lokasi anatomis yaitu:5

a. Fraktur Interokhanter Femur


Adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular dari femur. Sering terjadi pada
lansia karena osteoporosis. Fraktur ini memeiliki prognosis yang baik
dibandingkan dengan fraktur intrakapsular, dimana risiko nekrosis avaskular lebih
rendah. Penatalaksanaan sebaiknya dengan reduksi terbuka dan pemasangan
fiksasi interna, intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat
tua dan tidak dapat dilakukan anestesi general.

b. Fraktur Subtrokhanter Femur


Adalah fraktur dimana dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trokanter
minor. Manifestasi klinis yang didapatkan meliputi keluhan nyeri lokal,
deformitas (kaki berada dalam posisi rotasi eksternal), pembengkakan paha,
krepitasi dan ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan paha dan panggul.
Pemeriksaan radiografi biasanya didapatkan garais fraktur pada atau dibawah
trokhanter minor, bisa bersifat melintang, oblik atau spiral. Fraktur jenis ini dibagi
dalam beberapa klasifikasi, tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami
adalah klasfisikasi Fielding & Magliato, yaitu:
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor.
Tipe 2 : Garis patah berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trokhanter minor.
Tipe 3 : Grais patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trokhanter minor.

c. Fraktur Batang Femur


Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat dari
kecelakaan. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur
batang femur berdasarakan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang
patah.

9
d. Fraktur Suprakondiler Femur
Pada bagian fragmen distal selalu terjadi dislokasi ke posterior. Hal ini biasanya
disebabkan karena adanya tarikan dari otot-otot gastroknemius.

e. Fraktur Kondiler Femur


Mekanisme traumanya merupakan kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi
disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke atas.

2. Fraktur Vertebral

Fraktur vertebra merupakan rusaknya struktur bada vertebra oleh sesuatu kondisi
trauma dengan atau tanpa defisit neurologis. Mekanisme yang dapat menyebabkan
fraktur vertebra meliputi fleksi, fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi
posterior, rotasi-fleksi dan translasi horizontal. Antara 35-50% dari seluruh wanita
usia di atas 50 tahun setidaknya satu mengidap fraktur vertebral. Kompresi
vertical (aksial); suatu trauma vertical yang secara langsung mengenai vertebra
yang akan menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan
permukaan dan badan vertebra secara vertical. Material diskus akan masuk dalam
badan vertebra dan menyebabkan vertebra pecah (burst). Pada konsisi ini terjadi
burst fracture, kerusakan pada badan tulang belakang dan spina secara klinis akan
lebih parah di mana apabila ligament posterior robek sehingga terjadi fraktur
spina tidak stabil. Keluhan utama yang sering menjadi alasan untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,
inkontinensia defekasi dan berkemih, nyeri tekan otot, hiperestesi tepat di atas
daerah trauma, serta mengalami deformitas pada daerah trauma.5 Terapi pada
fraktur vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah
kerusakan yang lebih parah. Beberapa penalataksanaan yang dapat dilakukan
sebagai berikut:

a. Menurut Braces dan Orthotics ada 3 hal yang dilakukan yaitu mempertahankan
kesegarisan vertebra (alignment), imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan
dan mengatasi rasa nyari yang diirasakandengan membatasi pergerakan. Fraktur
yang bersifat stabil membutuhkan stabilisasi sebagai contoh cervical-thoracic

10
brace untuk punggung bagian atas, thoracolumbar-sacralorthosis untuk fraktur
punggung bawah.
b. Pemasangan alat dan proses penyatuan (fusi). Teknik ini adalah teknik
pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil.Fusi adalah proses
penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft. Hasil dari bone graft
adlah penyatuan vertebra bagian atas dan bagian bawah disambung.
c. vertebroplasty dan Kyphoplasty adalah prosedur invasi yang minimal. Teknik
ini digunakan pada fraktur kompresi yang disebabkan oleh osteoporosis dan tumor
vertebra.

3. Fraktur Pergelangan Tangan

Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum dari
osteoporosis. Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya setidaknya
terdapat satu fraktur pergelangan tangan.

a. Fraktur Colles adalah terputusnya hubungan tulang secara melintang pada


radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal.
Fraktur jenis ini fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca-menopause. Oleh
karena itu, pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang
terentang. Mekanisme trauma dengan posisi pergelangan tangan berekstensi.5

b. Fraktur Smith juga disebut sebagai fraktur colles terbalik. Ditemukan


deformitas dengan fragmen distal mengalami pergeseran ke volar dimana garis
fraktur tidak melalui persendian. Pada fraktur smith, cedera menyebabkan
fragmen distal bergeser ke anterior (hal inilah mengapa fraktur ini kadang-kadang
disebut dengan fraktur colles terblik). Fraktur ini terjadi akibat jatuh pada
punggung tangan.5

11
BAB III

PENUTUP

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,


baik bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan, sudut dan tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, serta
jaringan lunak di sekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan fraktur tidak lengkap, tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,


fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling
tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan
kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami
fraktur pada tulang femur. Delapan puluh persen pasien 35 tahun atau lebih tua
dengan fraktur femur diakibatkan karena trauma, pada orang dewasa yang lebih
tua, jatuh adalah penyebab paling umum sekitar 65 persen dari patah tulang.

Tulang mengalami kepadatan maksimal pada usia 30 – 40 tahun. Setelah


usia lebih dari 40 tahun, osteoblas menurun tapi osteoklas (penghancuran tulang)
meningkat. Osteoporosis terjadi karena penyerapan tulang lebih banyak daripada
pembentukan tulang. Ciri-ciri orang yang mengalami osteoporosis antara lain
sering mengalami sakit leher dan low back pain. Fraktur yang sering dialami oleh
lansia adalah Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis, ini
diperkirakan bahwa seorang wanita usia 50 tahun mempunyai 17,5% berisiko
fraktur femur proksimal; Fraktur Vertebral antara 35-50% dari seluruh wanita
usia di atas 50 tahun setidaknya satu mengidap fraktur vertebral; Fraktur
Pergelangan Tangan , fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga
paling umum dari osteoporosis, ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar
20%-nya setidaknya terdapat satu fraktur pergelangan tangan.

12
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Unila. 2011. Fraktur. Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/20735/127/BAB%20II.pdf diakses pada 07
Maret 2019

(2) Noorisa.R, Apriliwati.D, Aziz.A., Bayusentono. 2017. The Characteristic Of


Patients With Femoral Fracture In Department Of Orthopaedic And
Traumatology Rsud Dr. Soetomo Surabaya 2013 – 2016. Surabaya.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
ortho93376f33b62full.pdf diakses pada 07 Maret 2019.

(3)
Sulastiyaningsih.K., Aryana.W. 2016. Karakteristik Fraktur Femur Proksimal
Pada Geriatri Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun
2013. Bali.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/24701/15941
diakses pada 07 Maret 2019.

(4) Wattie.E., Monoarfa.A.,Limpeleh.H. 2016. Profil Fraktur Diafisis Femur


Periode Januari 2013 – Desember 2014 Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/11289/1
0878 diakses pada 07 Maret 2019.

(5) Noor.Z.2016. Gangguan Muskuloskeletal. Ed.2. Penerbit Salemba Medika:


Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai