Dartin Razak
Dartin Razak
PATAH TULANG
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syaratan Untuk Mengikuti Ujian Makalah Dan
Pengambilan Slayer Merah
Oleh :
DARTIN RAZAK
TULIP
348.551.04.123.025.2020
Pembimbing 1 Pembimbing II
Disetujui Oleh;
KOMANDAN
KSR PMI UNIT UNIMERZ
Minaldi
348.551.04.123.123.2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i
LEMBARAN PERSETUJUAN.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
A. Pengertian Patah Tulang.............................................................................................3
B. Penyebab Fraktur........................................................................................................3
C. Tanda Dan Gejala Terjadinya Fraktur..........................................................................3
D. Tiga Jenis Fraktur.........................................................................................................5
E. Pembidaian.................................................................................................................5
BAB III METODE KASUS....................................................................................................9
A. Kasus Materi................................................................................................................9
B. Kesimpulan...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan pengertian patah tulang……?
2. Apa saja penyebab terjadinya patah tulang……?
3. Sebutkan tanda dan gejala terjadinya patah tulang……?
4. Subutkan pembagian patah tulang……?
5. Jelaskan macam bidai, pedoman pembidaian, dan pertolongan cedera alat
gerak pada saat patah tulang……?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian patah tulang
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya patah tulang
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala terjadinya patah tulang
4. Untuk mengetahui pembagian patah tulang
5. Untuk mengetahui macam bidai, pedoman pembidaian dan pertolongan
cedera alat gerak pada saat patah tulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Patah Tulang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat
dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering
disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga
disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
B. Penyebab Fraktur
Menurut Jitowiyono Dan Kristiyanasari (2010) Dapat Dibedakan Menjadi:
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan
b. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga
menyebabkan fraktur klavikula
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
2. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
a. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
b. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul salah satu proses yang progresif
c. Rakhitis
d. Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
1. Fraktur tertutup
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah
tidak berhubungan dengan bagian luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya
luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan
udara luar, biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak.
Tulang yang patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit,
namun tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar.
Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena terjadinya
infeksi dan faktor penyulit lainnya.
3. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian
ekstermitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi
dislokasi.
E. Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan
pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan
bagian yang patah.
a. Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
b. Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling
baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah
mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada
patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana
untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
c. Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap
mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat
perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum
membidai, buka perhiasan didaerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera
sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan
membidai dalam posisi ketika ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit
sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan
pelapis.
12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali,
bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
15. Jangan membidai berlebihan.
d. Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
a) Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
b) Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas
dan sebelah bawah
4. cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
5. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
6. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
7. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
8. Lakukan pembidaian.
9. Kurangi rasa sakit.
10. Istirahatkan bagian yang cedera.
11. Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang
tertutup).
12. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
BAB III
METODE KASUS
A. Kasus Materi
Tulang selangka atau bahu merupakan salah satu macam patah tulang yang
sering terjadi, terutama pada anak-anak atau remaja. Patah tulang selangka
umumnya terjadi karena kecelakaan mobil atau cedera saat berolahraga. Pada
orang dewasa yang lebih tua, jenis patah tulang ini sering terjadi karena terjatuh.
Selain pada pergelangan tangan, patah tulang pada lengan juga bisa terjadi,
baik di lengan atas (fraktur humerus) maupun lengan bawah (fraktur radius dan
ulna). Umumnya, macam fraktur ini terjadi karena kecelakaan motor atau mobil,
baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
a. Hentikan Perdarahan
Jika terjadi perdarahan, segera hentikan dengan cara elevasi,
yaitu mengangkat area tubuh yang mengalami perdarahan.
Selanjutnya, berikan penekanan para area yang mengalami luka
terbuka dan perdarahan aktif dengan kain kasa steril atau kain bersih.
d. Tenangkan Korban
Tenangkan korban agar ia bisa beristirahat sambil menunggu
pertolongan medis sampai di lokasi. Tempatkan korban pada posisi
yang aman dan nyaman, dan berikan selimut atau jaket yang
membuat korban tetap hangat.
Patah tulang di area kaki juga sering terjadi, termasuk di engkel (pergelangan
kaki) dan juga tungkai kaki. Patah tulang kaki ini umumnya terjadi karena
kecelakaan mobil, jatuh, atau bentuk cedera pada kaki lainnya.
B. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G &
Lockhart R, 2001).