Anda di halaman 1dari 150

KATA PENGANTAR

Penyusunan Laporan Akhir Upaya Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan


Lingkungan (UKL-UPL) Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx (N 007) Kabupaten Xxxxxx,
Propinsi Jawa Barat ini merupakan kerjasama antara Direktorat Prasarana
Wilayah Tengah - Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah - Departemen
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Rl dengan PT. Dhanesmantara Engineering,
pada tahun anggaran 2004.

Laporan Akhir UKL-UPL disusun dengan mengacu Keputusan Menteri Pekerjaan


Umum No. 296/KPTS/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan, dan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No. 86/2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.

Laporan memuat bab-bab uraian rencana kegiatan pelebaran jalan, kondisi


lingkungan, prakiraan dampak, upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan (UPL). Laporan telah mengakomodir masukan dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx.

Demikian, disampaikan banyak terima kasih kepada berbagai instansi (Kantor Desa
Duren, Kantor Desa Pancawati, Kantor Desa Dawuan Tengah, Kantor Pimbagpro
Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Bappeda Kabupaten Xxxxxx, dan instansi yang lain), yang
telah memberikan berbagai informasi dan data yang sangat diperlukan bagi
penyelesaian pekerjaan penyusunan laporan UKL-UPL ini.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................... i
Daftarlsi ........................................................................... ii
DaftarTabel .......................................................................... iv
DaftarGambar .......................................................................... v
Daftar Lampiran .......................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1-1


1.1. Latar Belakang ............................................................... 1-1
1.2. Peraturan Perundang-Undangan ....................................... I-3
1.3. Tujuandan Kegunaan Studi UKL-UPI ........................................ I-4
1.4. Batas Wilayah Studi ..................................................................... I-6
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................. I-7

BAB II. RENCANA KEGIATAN PROYEK............................................. 11-1


2.1. Kondisi Lokasi ........................................................................ 11-1
2.2. Diskripsi Proyek ........................................................................... 11-1
2.3. Tahapan Kegiatan ................................................... H-4

BAB III. KOMPONEN LINGKUNGAN .................................................... 111-1


3.1. Komponen FisikKimia .............................................................. 111-1
3.2. Komponen Biologi ........................................................................ III-6
3.3. Komponen Sosial ............................................................. IH-8

BAB IV. DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN TIMBUL ................... IV-1


4.1. Tahap Prakonstruksi .................................................................. IV-1
4.2. Tahap Konstruksi ....................................................................... IV-2
4.3. Tahap Operasi Pemeliharaan ....................................................... IV-8

BAB V. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ................................. V-1


5.1. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi ........................... V-1
5.2. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Konstruksi ............................... V-3
5.3. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi Pemeliharaan ........... V-22
BAB VI. UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN ................................ VI-1
6.1. Pemantuan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi ........................... VI-1
6.2. Pemantauan Dampak Pada Tahap Konstruksi ............................... VI-3
6.3. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi Pemeliharaan ........... VI-18

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Pantura .............................. II-2


Tabel 2.2. Jenis Peralatan Peningkatan Jalan .................................................... I—S
Tabel 2.3. Volume Pekerjaan Ruas Jalan Xxxxxx-Xxxxxx ..................................II-9
Tabel 3.1. Curah Hujan (mm) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx .. III-2
Tabel 3.2. Hari Hujan (hari) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx .....................III-2
Tabel 3.3. Kualitas Udara Pada Ruas Xxxxxx-Xxxxxx........................................ III-3
Tabel 3.4. Kualitas Air Saluran Komojing ........................................................... III-4
Tabel 3.5. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Pohon Peneduh ........................ Il—"7"
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk ............................................................................. III-8
Tabel 3.7. Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Xxxxxx ......................................... III-9
Tabel 3.8. Jumlah Pasien Menurut Penyakit ...................................................... Ill—9
Tabel 3.9. Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden ....................................... 111-11
Tabel 3.10. Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Arah Xxxxxx-Xxxxxx)., 111-13 Tabel 3.11.
Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Arah Xxxxxx-Xxxxxx).. 111-14
Tabel 3.12. Hasil Pengamatan Lalu Lintas (Dua Arah) ..................................... 111-15
Tabel 3.13. Komposisi Jenis Kendaraan ........................................................... 111-16
Tabel 3.14. Volume Lalu Lintas (dalam smp) ...................................................... 111-17
Tabel 4.1. Matrik Interaksi Komponen Kegiatan Dengan Lingkungan ................ IV-5
Tabel 5.1. Baku Mutu Kualitas Udara ................................................................ V-6
Tabel 5.2. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan ......................... V-10
Tabel 5.3. Rasio Volume Lalu Lintas - Kepadatan (V/C) .................................. V-13
Tabel 5.4. Perumusan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) ........................ V-35
Tabel 6.1. Rasio Volume Lalu Lintas - Kapasitas (V/C) ................................. VI-11
Tabel 6.2. Jumlah Kecelakaan Kabupaten xxxxxx Tahun 2002 ........................ VI-14
Tabel 6.3. Perumusan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ....................... VI-27

IV
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1. Lokasi Proyek Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) ........................ I-2
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Studi UKL-UPL ..................................I-9
Gambar2.1. PagarRumah Sudah Dimundurkan Pada sta 0+300
(Desa Duren)................................................................... II-4
Gambar 2.1. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada sta 0+300
(Desa Duren)................................................................... I—4
Gambar 2.2. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada Km 86,3
(Desa Pancawati) .......................................................... 1l~4
Gambar 2.3. Pagar Rumah Sudah Dimundurkan Pada Km 91,7
(Desa Dawuan Tengah) ................................................ II-4
Gambar 2.4. Masjid Al Mujahidin sta 1+100 Terkena Proyek .......... it—5
Gambar 2.5. Bangunan Toko di PasarKosambi Terkena Proyek ............ II-5
Gambar 2.6. Rute Mobilisasi Material ........................................................ II-8
Gambar 3.1. Foto Saluran Pipa PDAM Pada Pinggir Jalan sta 0+000 ...... III-4
Gambar 3.2. Fluktuasi Lalu Lintas Xxxxxx-Xxxxxx ..................................... 111-18
Gambar 3.3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Xxxxxx .... 111-19
Gambar 5.1. Lokasi Pengelolaan Banjir .................................................... V-32

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Desain Pebelaran Jalan Ruas Xxxxxx-Xxxxxx


Lampiran 2. Daftar Nominatif Warga Terkena Proyek Lampiran 3. Hasil
Analisa Laboratorium Kualitas Udara dan Air Sungai Lampiran 4. Peta
Upaya Pengelolaan Ungkungan (UKL) dan Peta Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).

VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa dilalui jalur regional yang merupakan
jalur transportasi utama di Pulau Jawa. Jalur transportasi ini merupakan jalan
negara yang menghubungkan antar wilayah propinsi dan antar pulau.

Jalur ini memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, karena terjadinya pencampuran
antara lalu lintas regional dan lokal yang berakibat ruas jalan menerima beban
yang berlebihan. Dengan kepadatan yang tinggi tersebut ruas jalan akan menjadi
rawan terhadap kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Salah satu upaya
mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas adalah dengan jalan
meningkatkan jalan yang sudah ada. Peningkatan jalan pantura untuk paket ini
(paket 7) terdiri dari pelebaran (sebagian diluar DAMIJA) ruas jalan Xxxxxx -
Xxxxxx (AP3). Peta lokasi proyek AP3 tertera pada Gambar 1.1.

Peningkatan jalan diharapkan akan bermanfaat dalam meningkatkan kelancaran


transportasi darat di jalur Pantai Utara Jawa; dan mengatasi kemacetan lalu lintas
dan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Rencana peningkatan jalan berada pada jalur lalu lintas kendaraan yang sudah
sangat padat. Rencana pelebaran jalan dapat menimbulkan dampak, baik postitif
maupun negative. Pada tahap prakonstruksi dampak yang dapat ditimbulkan
berhubungan dengan persepsi masyarakat dalam proses pengadaan tanah. Pada
tahap konstruksi kemungkinan dapat menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas,
terganggunya utilitas umum, penurunan kualitas udara, kebisingan sebagai akibat
kegiatan proyek.

1-1
Kebijakan nasional sebagaimana dituang dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997, mengharuskan setiap pembangunan dilaksanakan dengan
berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan pembangunan berwawasan
lingkungan, maka kegiatan peningkatan jalan dengan pelebaran (sebagian diluar
DAMIJA) ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) akan dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).
Kewajiban penyusunan UKL-UPL ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No
27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; dan
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No 17 Tahun 2001
Tentang Jenis Kegiatan Bidang Permukiman Dan Prasarana Wilayah Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.

Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 menyebutkan bahwa kegiatan yang


kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), dan
kegiatan yang tidak wajib AMDAL, periu dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL). Kemudian
berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No 17
Tahun 2001 disebutkan bahwa termasuk kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
UKL-UPL peningkatan jalan dengan pelebaran diluar DAMIJA dengan panjang 1
s/d < 5 km atau luas 2 s/d < 5 ha (di kota besar/metropolitan); atau panjang 3 s/d
< 10 km atau luas 5 s/d < 10 ha (di kota sedang). Dengan demikian sesuai
dengan ketentuan ini, peningkatan jalan dengan pelebaran ruas Xxxxxx -Xxxxxx
sepanjang 4,1 km (sebagian pelebaran di luar DAMIJA), akan dilengkapi dengan
UKL-UPL.

1.2. Peraturan Perundang-undangan

1. Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok


Agraria
2. Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang Jalan
3. Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4. Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
5. Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
7. Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang Jalan

I-3
8. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
9. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
10. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1
tahun 1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keppres Nomor 55 tahun 1993.
11. Keputusan Bappedal No. Kep. 056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting
12. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
13. Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 17/2001 tentang
Jenis Kegiatan Bidang Permukiman Dan Prasarana Wilayah yang Wajib
Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
14. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No.
299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan
AMDAL.
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 48/MENLH/II/1996
tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
16. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Bapedal No.
86/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Studi UKL dan UPL

Pengelolaan lingkungan merupakan suatu usaha terpadu dalam pemanfaatan,


penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
lingkungan hidup, sehingga pelestarian sumber daya alam dapat tetap
dipertahankan dan atau kerusakan lingkungan dapat dicegah atau dikurangi.

1.3.1. Tujuan dan Kegunaan UKL

Tujuan UKL adalah:

1. Memberi masukan secara langsung kepada instansi terkait dalam hal


menangani atau mengendalikan dampak negatif yang timbul serta

I-4
mengembangkan dampak positif yang timbul dari kegiatan proyek pelebaran
ruasjalan. 2. Sebagai acuan bagi pihak yang terkait (Pemerintah Kabupaten
Xxxxxx, Ditjen Prasarana Wilayah, Dinas Kimpraswilda dan instansi terkait
lainnya) untuk mencegah, rnengendalikan dan menanggulangi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh pelebaran jalan, serta mengembangkan dampak positif.

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan UKL adalah:

1. Mempertahankan kelestarian kualitas dan daya dukung lingkungan


2. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan bijaksana
3. Merumuskan tata cara dan langkah-langkah untuk menangani dampak negatif
yang timbul dan mengembangkan dampak positif
4. Menentukan instansi-instansi terkait dalam kegiatan pengelolaan lingkungan

Adapun kegunaan UKL ini antara lain:

1. Memberi petunjuk tentang dampak negatif yang diperkirakan akan timbul


akibat kegiatan proyek pelebaran jalan serta cara
penanggulangannya, sehingga dapat mencegah dan menanggulangi dampak
negatif sedini mungkin serta meningkatkan manfaat proyek.
2. Merupakan petunjuk bagi memprakarsa, pengelola kegiatan dan instansi
terkait mengenai lingkup tugas dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan
lingkungan berkaitan dengan kegiatan proyek tersebut.
3. Merupakan masukan dalam perencanaan dengan menjabarkan lebih lanjut
dokumen ini dalam spesifikasi dokumen lelang.

1.3.2. Tujuan dan Kegunaan UPL

Kegiatan pemantauan lingkungan merupakan usaha yang dilakukan untuk menilai


keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan
terencana. Hal ini dimaksudkan sebagai masukan untuk melakukan evaluasi
pelaksanaan pengelolaan lingkungan, dengan tujuan antara lain :

1. Terdeteksinya perubahan lingkungan sebagai akibat adanya suatu kegiatan,


setelah dilakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan sehingga pengelolaan
lingkungan tersebut dapat mencapai hasil yang direncanakan

I-5
2. Terselengaranya penyampaian informasi mengenai perubahan lingkungan
kepada berbagai instansi terkait, dan yang berkepentingan dengan
pemanfaatan lingkungan tersebut.
3. Memberi masukan kepada pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan apabila terjadi perubahan rona lingkungan oleh kegiatan proyek.

Adapun kegunaan UPL antara lain :


1. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan atau
melakukan penilaian atas pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan
2. Memberi petunjuk kepada pemrakarsa, pengelola kegiatan serta instansi-
instansi terkait mengenai peran serta dan tanggungjawabnya dalam
melakukan pemantauan lingkungan
3. Memberi masukan kepada para pengambil keputusan, perencana,
pemrakarsa dan pengelola kegiatan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam rangka
mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

1.4. Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi dalam penyusunan UKL dan UPL proyek peningkatan jalan
dengan pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx, ditentukan dengan memperhatikan batas-
batas proyek, administrasi, sosial dan ekologis.

1. Batas Proyek

Batas proyek meliputi tapak proyek: Ruas Xxxxxx - Xxxxxx 4,1 km (KM 83,1 - KM
85,6; KM 86,1 - KM 86,8; KM 91,6 - 92,5) di Kabupaten Xxxxxx. Lebar damija
rencana 26 meter.

2. Batas Ekologis

Batas pengamatan secara ekologis ditentukan berdasarkan luas sebaran dampak


debu, kebisingan, kualitas air sungai yang ditimbulkan oleh kegiatan peningkatan
jalan. Batas ekologis sekitar 20 meter di kanan dan kiri ruas jalan proyek, lokasi
base camp dan ruas jalan sekitar (yang dilalui mobilisasi quarry).

I-6
3. Batas Administrasi

Batas administrasi merupakan wilayah administrasi desa dimana lokasi proyek


berada. Proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx termasuk dalam wilayah Desa Duren
(Kecamatan Klari), Desa Pancawati (Kecamatan Klari), dan Desa Dawuan
Tengah (Kecamatan Xxxxxx).

4. Batas Sosial

Batas sosial merupakan wilayah persebaran dampak sosial ekonomi dan sosial
budaya dimana terdapat pengaruh sosial ekonomi dan sosial budaya dari
kegiatan proyek, baik pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, sampai selama
periode pengoperasian jalan. Batas sosial mencakup masyarakat pada kiri kanan
ruas jalan proyek, yang potensial terkena dampak pembebasan lahan, debu,
kebisingan.

5. Batas Teknis

Batas teknis merupakan batasan ruang lingkup wilayah studi UKL/UPL, yakni
ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, yang
penentuannya disesuaikan dengan ketersediaan sumber data, waktu, dana,
tenaga, teknik dan metode telahaan. Batas teknis bertolak dari batas proyek,
kemudian diperluas ke batas ekologi, batas sosial dan batas administratif yang
lebih luas. Batas teknis studi UKL-UPL disajikan pada Gambar 1.2.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Dokumen UKL-UPL berpedoman Keputusan Menteri


Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/2002 dan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No. 296/KPTS/1996tentang Penyusunan UKL-UPL, yaitu:
Bab1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang studi, peraturan perundang-
undangan, maksud dan tujuan studi, batas dan wilayah studi UKL-
UPL.
Bab 2 : RENCANA KEGIATAN PROYEK
Bab ini berisi uraian rencana kegiatan proyek dan tahapan kegiatan.

I-7
Bab 3 : KOMPONEN LINGKUNGAN
Bab ini menguraikan komponen lingkungan yang kemungkinan
terkena dampak dari kegiatan proyek peningkatan jalan, yang terdiri
dari komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya,
kesehatan masyarakat.
Bab 4 : DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN TIMBUL
Bab ini menguraikan tentang dampak lingkungan negatif dan positif
yang diperkirakan akan timbul pada setiap tahapan kegiatan proyek,
mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi
Bab 5 : UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Bab ini menguraikan upaya pengelolaan lingkungan yang akan
diterapkan selama pelaksanaan proyek, dalam rangka mencegah
atau meminimumkan timbulnya dampak negatif serta
mengembangkan dampak positif. Juga diuraikan tugas dan
tanggungjawab pelaksana pengelolaan lingkungan. Upaya
pengelolaan lingkungan yang diajukan adalah metode/cara-cara
yang nantinya akan diterapkan untuk mencegah atau
meminimumkan timbulnya dampak negatif dan mengembangkan
dampak positif.
Bab 6 : UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Bab ini menguraikan upaya pemantauan lingkungan yang akan
diterapkan selama pelaksanaan proyek. Juga diuraikan tugas dan
tanggungjawab pelaksana pemantauan lingkungan. Upaya
pemantauan lingkungan yang diajukan adalah metode/cara-cara
yang nantinya akan digunakan untuk memantau keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam
mencegah/meminimumkan dampak negatif dan mengembangkan
dampak positif.

I-9
BAB II RENCANA KEGIATAN
PROYEK
BAB II RENCANA KEGIATAN
PROYEK

2.1. Kondisi Lokasi

Ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (Link N 007) berada pada wilayah jalur Pantai Utara
(Pantura) Pulau Jawa dengan status sebagai jalan Negara dan berfungsi sebagai
jalan Arteri Primer. Jalan yang pembinaannya oleh Negara ini berfungsi untuk
melayani angkutan rute jarak jauh yang memerlukan kecepatan rata-rata
kendaraan tinggi.

Pada saat ini, ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx mempunyai tingkat kepadatan yang
tinggi akibat terjadinya pencampuran antara lalu lintas regional dan lokal yang
berakibat ruas jalan ini menerima beban yang berlebihan. Dengan kepadatan
yang tinggi tersebut ruas jalan ini akan sangat rawan terhadap kecelakaan dan
kemacetan lalu lintas.

Untuk mengarahkan agar ruas Xxxxxx - Xxxxxx ini dapat berfungsi sesuai
peranannya dan untuk mengatasi masalah kecelakaan dan kemacetan lalu lintas,
telah direncanakan suatu program pelebaran jalan pada:
• Km 83,1 - Km 85,6 (diluar DAMIJA).
Km 86,1-Km 86,8.
Km 91,6-Km 92,5.
• Pelebaran Jembatan Cikarang Gelam sta 0+693 bentang 20 m.

Rencana pelebaran jalan ini menyebabkan beberapa bangunan dan tanah


masyarakat terkena pelebaran.

2.2. Diskripsi Proyek

Kegiatan peningkatan jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP 3) sepanjang 4,1 km (KM
83,1 - KM 85,6; KM 86,1 - KM 86,8; KM 91,6 - KM 92,5) terdiri dari pelebaran dari
semula 2 lajur menjadi 4 lajur dengan median, seperti tertera pada tabel 2.1.
Sebagian pelebaran diluar DAMIJA, yaitu pada KM 83,1 - KM 85,6 (Lampiranl).
11-1
Tabel 2.1. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Pantura
No Uraian Satuan Standar
Perencanaan
1 Jumlah Lajur 2 lajur x 2 arah
2 Kecepatan Rencana km/j 80/60
3 Lebar Lajur Lalu Lintas m 3,5
4 Lebar Median m 1,5
5 Lebar Bahu Dalam Minimum m 0,25
6 Lebar Bahu Luar Minimum m 2
7 Jarak Pandangan Henti Minimum m 110
8 Jari-Jari Minimum m 400/300
9 Panjang Tikungan Minimum m 140or1000/a
10 Jari-Jari Minimum Tanpa Peralihan m 1000
11 Jari-Jari Minimum Tanpa Superelevasi m 3500
12 Panjang Bagian Peralihan Minimum m 70
13 Gradien (Landai) Minimum % 4
14 Panjang Lengkung Vertikal Minimum m 70
15 Jari-Jari Lengkung Vertikal m
- Vertikal Cembung m 4500 (3000)
- Vertikal Cekung m 3000 (2000)
16 Kemiringan Melintang Lajur Lalu Lintas % 2
17 Kemiringan Melintang Bahu Jalan % 4(2)
18 Superelevasi Maksimum % 10/8
19 Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum % 1/200, 1/175
20 Tinggi Ruang Bebas Minimum m 5,1

II-2
2.3. Tahapan Kegiatan Proyek

Tahapan kegiatan proyek terdiri dari tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, dan
tahap operasi & pemeliharaan. Uraian dari setiap tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Tahap Pra Konstruksi

Kegiatan tahap prakonstruksi terdiri dari: sosialisasi, penyusunan desain,


pengadaan lahan.

a. Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah pemberian informasi kepada masyarakat di desa


setempat, mengenai rencana pelebaran jalan. Sosialisasi terutama disampaikan
kepada masyarakat yang tanahnya akan terkena rencana pelebaran jalan.

Pada proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), sosialisasi telah dilakukan oleh
Pimbagpro, baik kepada kantor desa setempat maupun sosialisasi pada
masyarakat. Kegiatan sosialisasi telah dilakukan sejaktahun 2002 di Desa Duren,
yang merupakan rangkaian kegiatan penyusunan Daftar Nominatif "Ganti Rugi
Tanah Bangunan Dan Tanaman Yang Ada Diatasnya Dalam Rangka Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan/Pelebaran Ruas Jalan Nasional Bekasi - Xxxxxx".
Daftar nominatif memuat 259 nominatif tanah terkena proyek (lampiran 2).

b. Penyusunan Desain

Desain peningkatan jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) disusun oleh Konsultan PT.
Saka Adhi Prada (PT. SAP). Gambar potongan melintang jalan eksisting dan
rencana pelebaran disajikan pada lampiran 1.

c. Pengadaan Tanah

Pada perencanaan peningkatanan ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx, lebar sempadan


jalan (daerah milik jalan/damija) direncanakan sebesar 26 meter, dimana
pembebasan lahan telah diperhitungkan untuk kebutuhan sempadan jalan
tersebut.

11-3
Proses pengadaan tanah untuk pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), sebagian
pengadaan tanah telah dibayarkan kepada masyarakat bulan September tahun
2000 dan sebagian lainnya dianggarkan melalui APBN tahun 2004. Pengadaan
tanah yang telah dibayar pada September 2000 adalah kepada 161 pemilik tanah
terkena proyek di Desa Dawuan Tengah (Kecamatan Xxxxxx - Kabupaten
Xxxxxx), dan kepada 140 pemilik tanah terkena proyek di Desa Pancawati
(Kecamatan Klari - Kecamatan Xxxxxx). Sedangkan pengadaan tanah yang
dianggarkan melalui APBN tahun 2004 adalah bagi 259 bidang tanah terkena
proyek di Desa Duren (Kecamatan Klari). Warga sudah memundurkan bangunan
rumahnya seperti terlihat pada foto-foto berikut ini.

Pagar rumah sudah dimundurkan pada


Km 91,7 (Desa Dawuan Tengah)

Pada proses pengadaan tanah di Desa Duren terdapat 1 bangunan masjid


terkena pelebaran jalan, yaitu masjid "Al Mujahidin" pada sta 1+100 (foto 2.4
berikut ini). Sesuai dengan hasil musyawarah antara pengelola masjid dengan

II-4
Proyek, disepakati bangunan masjid akan dibongkar dan Proyek akan
menyediakan material bagi pembangunan masjid baru di belakang lokasi masjid
lama. Lahan untuk pembangunan masjid baru telah tersedia siap bangun. Tenaga
kerja untuk pembangunan masjid akan disediakan oleh pengelola masjid (DKM).

Gambar2.4.
Masjid "Al Mujahidin" pada sta 1+100 terkena
rencana pelebaran jalan. Disepakati masjid akan
dibongkar dan Proyek akan mengganti material
untuk membangun masjid baru, berbatasan
langsung dengan masjid lama

Pada pengadaan tanah di Desa Duren juga terdapat 3 bangunan toko pada
pertigaan Pasar Kosambi yang akan terkena proyek (gambar 2.5). Harga pasaran
nilai bangunan toko Rp. 1.127.000 dan bangunan toko bertingkat mencapai Rp.
2.250.000,- per-m2.

Gambar 2.5: Bangunan toko pada pertigaan


Pasar Kosambi yang akan terkena proyek

I-5
2. Tahap Konstruksi

Konstruksi Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) meliputi:


- Pelebaran KM 83,1 - KM 85,6 diluar DAMIJA sehingga akan dilakukan
pengadaan tanah.
- Pelebaran KM 86,1-KM 86,8
- Pelebaran KM 91,6-KM 92,5
Pelebaran jembatan Cikarang Gelam sta 0+693 bentang 20 m

a. Mobilisasi Peralatan Dan Material

Mobilisasi peralatan mencakup: pengadaan alat angkut dan peralatan konstruksi


ke lokasi proyek, lokasi AMP dan lokasi quarry di daerah Cagak di Kabupaten
Subang. Alat berat yang digunakan dalam pekerjaan proyek adalah sebagaimana
disajikan pada tabel 2.2. Rute mobilisasi material dari sumber quarry ini menuju
lokasi proyek dapat melalui jalan-jalan propinsi (ruas jalan Cagak - Subang,
Subang - Sadang dan Subang - Pamanukan), jalan Negara Oalur Pantura Jawa)
dan jalan Tol. Ruas jalan propinsi tersebut merupakan jalan kelas 2 yang
berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, sedangkan jalan Negara jalur Pantura
Jawa merupakan jalan kelas 1 yang berfungsi sebagai jalan Arteri Primer.
Alternatif rute mobilisasi material yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: o
Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang - Sadang - Jalan Tol
sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju ruas jalan Xxxxxx -
Xxxxxx - Lokasi Proyek, atau o Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak -
Subang - Pamanukan -
Xxxxxx - Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju
ruas jalan Xxxxxx-Xxxxxx - Lokasi Proyek.

Peta mobilisasi material tertera pada Gambar 2.6. Frekuensi truk material
diperkirakan 75 truk per-hari (tabel 2.3 di bawah).

II-6
Gambar2.6. Pefa Mobilisasi Material

11-7
Tabel 2.2. Jenis Peralatan Pekerjaan Peningkatan Jalan
No Jenis Alat Kapasitas Jumlah Alat
Stone crusher 40 ton/hr
1
AMP 40 ton/hr
2
3 Dump truck 10-12 ton 10
4 Flate bed truck 4 ton 2
5 Asphalt Finisher 80 ton/hr
6 Tyred Roller 8-10 ton/hr
7 Tandem Roller 8 ton/hr
8 Steel Wheel Roller 10 ton/hr
9 Vibratory Roller 10 ton
10 Wheel Loader 1,2 m3 2
11 Truck Loader 100 HP
12 Buldozer 120 HP
13 Exavator 100 HP 2
14 Motor Grader 120 HP
15 Asphalt Sprayer 1000 Lt
16 Water Tanker 5000 Lt
17 Concrete Mixer 0,3 m3
18 Generator set 200 kw 2
19 Crane scale 10 ton
20 Air compressor 6000 It/m
21 Scale bridge 35 ton
22 Survey equipment -
23 Concrete vibrator 3 HP
24 Vibratory compactor 3 HP
25 Water pump 100 Mm
26 Pick up truck 1 ton 2
27 File hammer 3 HP

AMP (Asphalt Mixing Plant) : merupakan suatu unit peralatan yang berfungsi
untuk membuat campuran aspal panas (hot mix), dimana peralatan ini biasanya
berada di lokasi base camp kontraktor. Peralatan ini dioperasikan pada saat
kontraktor telah memulai pekerjaan pengaspalan jalan.

II-8
Stone Crusher: merupakan peralatan untuk memecah batu yang berguna untuk
memproduksi butiran-butiran batu dengan ukuran sesuai yang diinginkan.
Peralatan ini biasanya berada di lokasi base camp kontraktor. Pengoperasian alat
ini berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan seperti:
• Pembuatan campuran aggregate base untuk bahu jalan,
• Pembuatan campuran aggregate base untuk perkerasan jalan,
• Pembuatan campuran aspal panas (hot mix) untuk perkerasan jalan.

Vibrator Roller atau Vibrator Compactor : merupakan peralatan pemadatan


yang diperlukan untuk mempersiapkan badan jalan dan pondasi jalan (subbase
dan base coarse) agar dapat memenuhi persyaratan kepadatan sesuai yang
diinginkan. Peralatan ini dioperasikan di lokasi pekerjaan, biasanya berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan :
• Pemadatan tanah pada lokasi pelebaran perkerasan dan bahu jalan,
• Pemadatan aggregat base baik pada perkerasan jalan maupun pada bahu
jalan.

Tabel 2.3. Volume Pekerjaan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3)


No Material Satuan Volume Setara Jumlah
3
Truk 8 m
Ruas AP3-1
1 Drainase
3
a. Galian drainase dan saluran air m 9,367.00 1,171
3
b. Pekerjaan pasangan batu m 5,111.00 639
2 Pekerjaan Tanah
a. Galian tanah biasa m 0.00 0
m3
b. Tanggul (Common embankment) 9,710.95 1,214
m3
c. Selected Embankment m 1,469.08 184
3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan
3
a. Aggregate Class A m 6,776.67 847
3
b. Aggregate Class B m 6,196.50 775
4 Pengaspalan 3
«,
m
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4 1,382.90 173
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm m
3
2,661.99 333
3
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base) m 5,082.50 635
5 Structure
a. Structure Concrete Class K-250 m 608.72 76
3
b. Structure Concrete Class K-125 m 2,315.48 289
c. Baja U-32 39,352.00 5

II-9
Lanjutan
No Material Satuan Volume Setara Jumlah
3
Truk 8 m
Ruas AP3-2
1 Drainase
3
a. Galian drainase dan saluran air m 3,845.40 481
3
b. Pekerjaan pasangan batu m 2,098.20 262
2 Pekerjaan Tanah
3
a. Galian tanah biasa m 964.40 121
3
b. Tanggul (Common embankment) m 1,126.50 141
3
c. Selected Embankment m 467.42 58
3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan
a. Aggregate Class A m3 2,324.84 291
m3
b. Aggregate Class B m 2,212.50 277
4 Pengaspalan
3
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4 m 436.26 55
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm m
3
841.36 105
3
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base) m 1,743.63 218
5 Structure
3
a. Structure Concrete Class K-250 m 0.00 0
3
b. Structure Concrete Class K-125 m 0.00 0
c. Baja U-32 k9 0.00 0
Ruas AP3-3
1 Drainase
3
a. Galian drainase dan saluran air m 4,658.85 582
3
b. Pekerjaan pasangan batu m 2,542.05 318
2 Pekerjaan Tanah
a. Galian tanah biasa m3 2,022.00 253
m3
b. Tanggul (Common embankment) m 2,864.75 358
m3
c. Selected Embankment m 555.01 69
m
3 Perkerasan badan jalan & bahu jalan
3
a. Aggregate Class A m 2,066.02 258
3
b. Aggregate Class B m 1,546.50 193
4 Pengaspalan
3
a. Asphaltic Concrete Wearing Course (AC-WC) 4 m 529.21 66
cm
b. Asphaltic Concrete Binder Course (AC-BC) 6 cm m
3
1,015.81 127
c. Asphaltic Concrete Base Course (AC - Base) m3 5,082.50 635
5 Structure
3
a. Structure Concrete Class K-250 m 214.59 27
3
b. Structure Concrete Class K-125 m 31.20 4
c. Baja U-32 kg 28,403.02 4
Jumlah Truk 11,242
Jumlah Truk/hari 75
(Periode mobilisasi material 6 bulan)

11-10
b. Perekrutan Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja meliputi penerimaan tenaga kerja sebagai buruh,


supervisi (engineer, inspector) maupun teknisi. Perkiraan jurnlah tenaga kerja
supervisi dan teknisi sekitar 10 orang. Tenaga kerja yang merupakan tenaga inti
tersebut diperoleh dari proyek, sedangkan tenaga buruh diperoleh dari tenaga
lokal yang sesuai. Jurnlah tenaga kerja yang diperkirakan tinggal di lokasi AMP
kurang lebih 50 orang.

c. Pengoperasian Base Camp

Kegiatan pengoperasian base camp meliputi penyimpanan material, laboratorium


pengukuran kualitas material, AMP, tempat pengaturan pekerjaan konstruksi
lainnya, serta tempat tinggal pekerja dan pengawas lapangan. Penempatan
pemecah batu (stone crusher) sebaiknya ditempatkan di lokasi quarry.
Sedangkan peralatan konstruksi dapat ditempatkan di lokasi base camp ini antara
lain dump truck, buldozer, excavator, survey equipment dan lainnya. Lokasi base
camp adalah di desa setempat.

d. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pekerjaan land clearing adalah termasuk penebangan pohon yang ada pada
beberapa halaman rumah warga yang terkena rencana pelebaran jalan. Jenis
pohon yang akan ditebang seperti: mangga, rambutan, srikaya, belimbing,
lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu, jambu air, kelapa,
beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja, sinyo nakal, lilin-lilin,
hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile,

Penanganan batang-batang pohon yang ditebang ditujukan untuk menghindari


terjadinya gangguan kelancaran arus lalu lintas; dan menjaga keselamatan
pengguna jalan selama penebangan pohon dilaksanakan. Batang pohon yang
baru ditebang, dikumpulkan ke pinggir, dan segera diangkut ke tempat
pembuangan. Untuk menjaga keselamatan pengguna jalan selama penebangan
pohon, akan dipasang rambu-rambu pemberitahuan dan ditempatkan petugas
pengawas lalu lintas secara memadai.

11-11
e. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah termasuk penggalian dan penimbunan, terdiri dari:


- Galian tanah
- Urugan pilihan
- Penyiapan badan jalan (subgrade preparation).
- Pekerjaan bahu jalan.

f. Pekerjaan Sub-Base (Lapis Pondasi)


Pekerjaan sub-base terdiri dari:
- Pondasi bawah (sub base).
- Pondasi atas (base).

g. Pekerjaan Pengaspalan
Pekerjaan pengaspalan terdiri dari:
- Pondasi aspal (ATB).
- Permukaan lapis (AC).

h. Pekerjaan Drainase

Dimensi drainase yang akan dibangun seperti tertera pada gambar tipycal cross
section (lampiran 1), yaitu lebar 2 m dan dalam 1,5 m. Pekerjaan drainase yang
mempunyai kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan adalah penggalian
saluran drainase. Tanah hasil galian yang sementara teronggok pada bahu jalan
dapat mengganggu kelancaran lalu lintas.

i. Pekerjaan Pelengkap Jalan

Pekerjaan pelengkap jalan, meliputi: pemasangan lampu jalan dan rambu lalu
lintas. Pemasangan lampu penerangan jalan pada ruas jalan Xxxxxx -Xxxxxx
akan mengikuti ketentuan pemasangan lampu penerangan jalan pada jalan Arteri,
sbb :
• Tinggi lampu (H) 10-15 meter
• Jarak antar tiang 3H - 3,5H

11-12
3. Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pengoperasian jalan setelah pelebaran cenderung akan meningkatkan volume


arus lalu lintas pada ruas ini. Saat ini jam puncak {peak hour) pada pagi hari
terjadi antara pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai sekitar 3838 kendaraan
tiap jam, dan jam sibuk sore hari terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan
puncaknya dapat mencapai sekitar 2305 kendaraan tiap jam.

Kegiatan pemeliharaan kondisi jalan adalah menjaga kondisi berkendaraan yang


nyaman dan aman. Kegiatan ini mencakup antara lain kegiatan perbaikan dan
pelapisan ulang jalan, pengecatan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas.
Termasuk kegiatan pemeliharaan jalan adalah perawatan pertumbuhan pohon
yang ditanam sebagai pohon peneduh.

11-13
BAB III
KOMPONEN LINGKUNGAN
BAB III KOMPONEN
LINGKUNGAN

Bagian ini mendeskripsikan komponen lingkungan yang kemungkinan dapat terkena


dampak kegiatan peningkatan pelebaran ruas Xxxxxx - Xxxxxx. Informasi ini sebagai
masukan dalam perencanaan konstruksi. Uraian komponen lingkungan meliputi
komponen fisik-kimia, komponen biologi, sosial ekonomi budaya, dan kesehatan
masyarakat.

3.1. Komponen Fisik Kimia

1. Iklim

Informasi iklim antara lain dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengatasi masalah pencemaran debu sehubungan dengan kegiatan peningkatan jalan
dengan pelebaran didalam dan diluar damija ruas Xxxxxx - Xxxxxx di Kabupaten
Xxxxxx. Kabupaten Xxxxxx merupakan dataran rendah yang mempunyai temperatur
udara rata-rata 27°C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari
66 persen dan kelembaban nisbi 80%. Curah hujan tahunan berkisar 1.500 - 3.000
mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin muson timur dan sekitar
bulan Juni bertiup angin muson tenggara. Kecepatan angin antara 30 -35 km/jam,
lamanya tiupan rata-rata 5 -7 jam. Data jumlah hari hujan dan curah hujan bulanan
tahun 1998-2002 disajikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Pada tabel 3.1 teriihat bahwa musim hujan (curah hujan >100 mm) hanya terjadi pada
bulan Nopember - April. Sedangkan bulan-bulan lain curah hujan reiatif kecil. Kemudian
pada tabel 3.2 teriihat jumlah hari hujan reiatif banyak pada bulan Nopember -April.

Data curah hujan mempunyai kaitan dengan pencemaran debu selama kegiatan
kontruksi maupun pada tahap operasi. Pada periode bulan Nopember - April dimana
jumlah hari hujan reiatif banyak, diperkirakan kegiatan konstruksi tidak akan terjadi
pencemaran debu yang signifikan. Karena, apabila dalam suatu hari turun hujan
walaupun hanya sebentar, sudah mampu untuk melarutkan debu-debu yang
ditimbulkan pada hari-hari sebelumnya, sehingga tidak akan terjadi akumulasi polutan
udara yang signifikan. Sebaliknya pada periode bulan Mei - September dimana jumlah
hari hujan reiatif sedikit, kegiatan konstruksi lebih berpotensi menimbulkan pencemaran
debu.

lli-1
Tabel3.1.
Curah Hujan (mm) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx
No Bulan 19981' 2001^ 2002^' Rata-rata
1 Januari 528 151 533 404
2 Pebruari 107 227 656 330
Ma ret 73 132 101 102
4 April 146 147 137 143
5 Mei 43 75 64 61
6 Juni 0 95 28 41
7 Juli 0 22 146 56
8 Agustus 0 12 * 6
9 September 0 47 * 24
10 Oktober 0 159 * 80
11 Nopember 121 205 61 129
12 Desember 106 181 92 126
Jumlah 1.122 1.453 1.501
Kecamatan Klari dan Xxxxxx Dalam Angka Tahun 1998
'Sumber Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002 *)Tidak
Ada Data

Tabel 3.2.
Hari Hujan (hari) Tahun 1998-2002 Kabupaten Xxxxxx
No Bulan 19981' 2001*' 2002^ Rata-rata
1 Januari 20 9 18 16
2 Pebruari 8 10 20 13
3 Maret 9 8 5 8
4 April 12 7 5 8
5 Mei 3 3 3 3
6 Juni 0 5 2 3
7 Juli 0 2 5 3
8 Agustus 0 1 * 1
9 September 0 2 * 1
10 Oktober 0 7 * 4
11 Nopember 4 11 3 6
12 Desember 7 6 5 6
Jumlah 62 70 65 72
Kecamatan Klah dan Xxxxxx Dalam Angka Tahun 1998
'Sumber Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002 *)Tidak
Ada Data

III-2
2. Kualitas Udara dan Kebisingan

Kualitas udara pada lokasi proyek diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan
dan analisa oleh Labotorium Meteorologi Dan Kualitas Udara - Institut Pertanian Bogor,
yang hasilnya disajikan pada tabel 3.3. Dari tabel terlihat bahwa semua parameter
kualitas udara memenuhi ambang batas standar baku mutu, kualitas udara cukup baik.
Namun tingkat kebisingan berada di atas standar baku mutu.

Tabel 3.3. Kualitas Udara Pada Ruas Xxxxxx - Xxxxxx


No Parameter Satuan Baku Titik Pengukuran
Mutu*' Pasar Sebelah Sebelah
Kosambi Barat Timur
Pasar Pasar
Kosambi Kosambi
1 Sulfur Dioksida (S02) l^g/Nm3 900 20,45 24,30 24,56
3
2 Nitrogen Oksida ng/Nm 400 29,78 36,74 38,59
(NOx)
3 NH3 ng/Nm3 1360 3,14 2,56 2,09
4 H2S (ig/Nm3 42 1,84 1,36 ttd
5 Hidro Karbon (HC) ng/Nm3 160 18,4 22,5 10,7
6 Timah Hitam (Pb) ng/Nm3 2 0,6 0,8 0,7
7 Debu l^g/Nm3 260 127,6 122,7 135,4
8 Karbon Monoksida fig/Nm3 30.000 2.800 3.175 2.870
(CO)
9 Kebisingan dBA 60 76,2 74,5 78,4
'Peraturan Pemerintah Rl Nomor41 tahun 1999
SK MenKLH Nomor 48 tahun 1996 ttd tidak
terdeteksi Aran angin dominan dari barat ke
timur

3. Kualitas Air

Kualitas air pada saluran yang melintas ruas jalan lokasi proyek merupakan komponen
lingkungan yang mempunyai kemungkinan terkena dampak kegiatan konstruksi.
Ceceran tanah dari kegiatan pekerjaan jalan yang masuk ke saluran akan meningkatan
kekeruhan (turbidity, total suspended solid - TDS). Kondisi awal kualitas air saluran
sebelum konstruksi perlu diketahui sebagai tolok ukur dampak kegiatan konstruksi.
Kondisi awal kualitas air saluran Komojing yang melintas ruas Xxxxxx - Xxxxxx (pada
KM 84,7) disajikan pada tabel 3.4, yang merupakan data primer hasil analisa
Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor (lampiran 2). Dari tabel terlihat beberapa
parameter tidak memenuhi baku mutu (SK Gubernur Jawa Barat No. 39/2000), yaitu
NH3, BOD, COD. Data ini akan menjadi tolok ukur dampak kegiatan konstruksi terhadap
kualitas air saluran.

III-3
Tabel 3.4. Kualitas Air Saluran Komijing yang Melintas Ruas Xxxxxx-Xxxxxx
No Parameter Satuan Baku Mutu"' Hasil Analisa Keterangan
1 PH 6-9 7,2
2 Temperatur °C Normal 28
3 Turbidity NTU - 0,46
4 TDS Mg/I 1000 675
5 Chloride, CI Mg/I 600 112,47
6 Sulfate, S04 mg/l 400 28,32
7 Nitrite, NOz mg/l 0,06 0,01
8 Nitrate, N03 mg/l 10 1,13
9 Ammonia, NH3 mg/l 0,02 30,31 Melampaui baku
10 BOD mg/l 6 19,13 mutu
11 COD mg/l 10 89,79
12 Iron, Fe mg/l 5 0,48
13 Manganase, Mn mg/l 0,5 0,79
14 Zinc, Zn mg/l 0,02 0,01
1
SK GubemurJawa Barat Nomor 39 tahun 2000

4. Keberadaan Pipa Saluran Air (PAM)


Pipa saluran air PAM yang ada pada sisi ruas jalan eksisting mungkin akan terganggu
oleh kegiatan pelebaran jalan. Pipa air PAM nampak pada sisi kiri jembatan sta 0+000
(gambar3.1 berikut ini).
5. Hidrologi

Badan Air Permukaan

Pada ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (AP3)


melintas beberapa badan air
permukaan baik berupa saluran alam
maupun saluran buatan. Termasuk saluran
alam adalah: Kali Kamojing dan Kali Ciwaluh. Sedangkan termasuk saluran buatan
adalah saluran primer irigasi Citarum. Diantara saluran yang ada adalah Kali Kamojing
berperan penting dalam kaitannya dengan masalah banjir di Pasar Kosambi. Kali ini
dimensi kedalaman tebing 0,8-1,2 meter, lebar dasar 1,0-1,8 meter dan lebar
permukaan 1,5-2,5 meter. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tampak bahwa
sungai ini mulai merosot fungsi hidrologisnya. Hal ini berkaitan dengan makin
banyaknya penduduk sekitaryang membangun rumah dibadan air permukaan ini.
Disamping itu banyak sampah domistik yang dibuang ke sungai ini, sehingga
mengakibatkan terganggunya aliran.

Banjir dan Genganan

Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi hidrologi adalah terjadinya genangan air
di depan Pasar Kosambi pada musim hujan. Genangan air ini disebabkan oleh kondisi
areal yang memeiliki elevasi rendah dan dimensi saluran eksisting terlalu kecil sehingga
kurang lancar menyalurkan air buangan dari sekitar pasar.

Pada sta 0+000 terdapat saluran buangan yang menerima aliran dari drainase jalan
menuju arah Pasar Kosambi, yang selanjutnya disalurkan ke saluran irigasi sepanjang
sisi rel kereta api. Pada sta 1+200 sebelum pertigaan pasar Kosambi terdapat saluran
pembuang yang mengalir ke saluran irigasi sepanjang sisi rel kereta api. Saluran ini
kurang berfungsi baik karena banyak tersumbat lumpur. Secara keseluruhan kondisi
saluran drainase kiri kanan jalan tersumbat lumpur dan sampah.

Pada pertigaan pasar Kosambi (sta 1+400) terdapat saluran pembuang dibelakang
pertokoan, namun juga tidak berfungsi baik karena banyak tersumbat sampah. Saluran
yang berfungsi baik terdapat pada sta 1+500 s.d sta 2+500.

6. Tata Ruang

Sesuai peta Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) Xxxxxx (Gambar 3.3),
peruntukan pada kanan kiri rencana proyek terdiri dari permukiman perkotaan (KM
83,1-85,6; KM 86,1-86,8) dan zone industri (KM 91,6-92,5) yaitu industri Pupuk Kujang.
Tata guna lahan eksisting sudah sesuai dengan peruntukannya dalam tata ruang.

7. Topografi

Ruas jalan Xxxxxx - Bekasi merupakan dataran berombak, dengan fisiografi lipatan. Di
beberapa tempat ruas jalan menempati posisi punggung lipatan yang merupakan tanah
kering dan di beberapa tempat lainnya ruas jalan menempati daerah cekungan yang
pada saat musim hujan sering terjadi genangan. Beda tinggi antara punggung lipatan
dan kaki lipatan tidak terlalu tinggi, rata-rata bervariasi antara 3-6 m.

8. Geologi
Secara fisiografis daerah proyek peningkatan jalan Xxxxxx-Xxxxxx terietak pada
formasi Kipas Aluvium (Qav). Satuan ini terdiri dari batu pasir tufaan dan
konglomeratan/kipas aluvium, yang terbentuk pada zaman Plistosen. Satuan ini
membentuk morfologi kipas dengan pola aliran "dischotomic". Pengendapannya diduga
pada lingkungan darat, bahan pembentuknya berasal dari batuan gunung api muda di
Dataran Tinggi Bogor. Pada bagian atas secara berangsur tertutup oleh bahan
endapan yang dibawa oleh hasil aktivitas sungai-sungai yang mengalir di daerah ini.
Tebal satuan ini diduga ± 300 meter. Satuan ditempati oleh rempah-rempah gunungapi
berupa tuf, konglomerat, dan breksi yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat,
membentuk tanah penutup permukaan berwarna merah kecoklatan.

III-5
3.2. Komponen Biologi

1. Flora

Vegetasi di areal proyek umumnya merupakan vegetasi budidaya, yang dapat


dikelompokkan ke dalam kelompok tanaman buah-buahan, pohon peneduh, dan
tanaman hias. Tergolong pohon buah-buahan, antara lain: mangga, rambutan, srikaya,
belimbing, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu, jambu air, dan kelapa. Termasuk
pohon peneduh adalah: beringin, mahoni, tanjung, karet, lamtoro, petai cina, hangjuang,
puring, dan angsana. Sedangkan yang termasuk tanaman hias antara lain: kenanga,
soka, plamboyan, palem, cemara, kamboja, paku, johar, bogenvile, sinyo nakal, dan
lilin-lilin.

Sesuai dengan rencana pelebaran jalan, pohon-pohon tersebut akan ditebang. Namun
fungsinya akan diganti dengan penanaman kembali pohon peneduh yang baru di kiri
kanan jalan baru. Adapun jenis pohon peneduh yang akan ditanam kembali adalah
yang mempunyai sifat-sifat:

- Mudah tumbuh pada tanah yang padat.


- Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah.
- Tahan terhadap hembusan angin yang kuat.
- Dahan dan ranting tidak mudah patah.
- Pohon tidak mudah tumbang.
- Buah tidak teiialu besar.
- Serasah yang dihasilkan sedikit.
- Tahan terhadap pencemar dan kendaraan bermotor dan industri.
- Luka akibat benturan mobil mudah sembuh.
- Cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap.
- Kompatibel dengan tanaman lain.
- Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah.
- Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia.
- Berumur panjang.
Pertumbuhannya cepat.
- Tahan terhadap hama dan penyakit.

Jenis-jenis pohon yang cocok untuk peneduh jalan disajikan pada tabel 3.5.

III-6
Tabel 3,5.Jenis Pohon yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan
No Nama Daerah Nama Latin
__1_ Flamboyan Delonix regia
Angsana Pterocarpus indicus
3 Ketapang Terminalia cattapa
4 Kupu-kupu Bauhinia purpurea
5 Kere paying Filicium decipiens
6 Johar Cassia multiyoga
7 Tanjung Mimusops elengi
8 Mahoni Swientenia mahagoni
9 Akasia Acacia auriculiformis
10 Bungur Lagerstroemia loudonii
11 Kenari Canarium commune
12 Johar Cassia sp.
13 Damar Agathis alba
14 Nyamplung Calophyllum inophyllum
15 Jakaranda Jacaranda filicifolia
16 Liang liu Salix babilinica
17 Kismis Muehienbeckia sp.
18 Ganitri Elaeocarpus spahaericus
19 Saga Adenanthera pavoniana
20 Anting-anting Elaeocarpus grandiflorus
21 Asam kranji Pithecelobium dulcea
22 Johar Cassia grandis
23 Cemara Cupresus papuana
24 Pinus Pinus merkusii
25 Beringin Ficus benjamina

Penanaman pohon dapat dilakukan lebih awal, sebelum penebangan pohon lama
dilakukan. Diharapkan pohon pengganti dapat mulai tumbuh pada saat pohon lama
ditebang.

Fauna

Ditinjau dari keanekaan jenis maupun jumlahnya satwa yang ada di areal proyek tidak
banyak. Hal ini disebabkan karena habitat ini tidak kondusif untuk berkembangngya
satwa liar. Tingkat aktivitas penduduk dan tingkat keramaian lalu lintas yang tinggi tidak
memungkinkan berkembangnya satwa liar secara baik. Diantara satwa liar yang masih
dapat dijumpai adalah burung gereja, burung prenjak, kupu-kupu, labah-labah, bekicot,
kadal, tikus got, dan belalang.

Penebangan pohon akan menyebabkan hilangnya habitat satwa. Jenis satwa yang
paling merasakan terkena dampak hilangnya habitat satwa adalah burung prenjak,
kupu-kupu, dan belalang. Namun dampak ini tidak signifikan karena satwa-satwa
tersebut dapat pindah mencari habitat pohon lain di sekitar permukiman penduduk yang

III-7
jaraknya tidak jauh. Selain itu, penanaman pohon pengganti yang dilakukan lebih awal
juga dimaksudkan untuk memberikan habitat baru yang cukup bagi satwa liar tersebut.

3.3. Komponen Sosial

1. Kependudukan

Aktifitas pelebaran mas jalan, terutama perekrutan tenaga kerja akan dapat
mempengaruhi jumlah penduduk setempat. Dilihat dari jumlah penduduknya,
Kabupaten Xxxxxx termasuk daerah yang mempunyai penduduk menengah. Pada
tahun 2002 jumlah penduduk di Kabupaten Xxxxxx mencapai 1.862.839 jiwa (hasil
pengolahan Susenas 2002), berarti terjadi pertumbuhan penduduk 3,94% dari tahun
2001, dimana pada tahun tersebut jumlah penduduk Kabupaten Xxxxxx 1.789.525 jiwa
(Sensus penduduk 2001). Penduduk laki-laki pada tahun 2002 berjumlah 935.634 jiwa
dan penduduk perempuan berjumlah 927.205 jiwa, sehingga rasio jenis kelamin 100,91
dengan rata-rata per Km2-nya 1.062 jiwa.

Jumlah penduduk pada desa-desa lokasi proyek disajikan pada tabel 3.6. Desa-desa
yang lokasi proyek pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (AP3) adalah Desa Duren
(Kecamatan Klari), Desa Pancawati (Kecamatan Klari), Desa Dawuan Tengah
(Kecamatan Xxxxxx).

Tabel 3.6. Jumlah Penduduk


No Kecamatan/Desa Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rumah Penduduk Penduduk Penduduk
Tangga Laki-laki Perempuan
I Kecamatan Klari1' 46.107 82.281 80.024 162.305
1 Duren (Kec. Klari)1" 5.368 9.808 9.511 19.319
2 Pancawati (Kec. Klari)J) 1.450 3.380 3.524 6.904
II Kecamatan Xxxxxx1' 42.565 81.239 82.427 163.666
3 Dawuan Tengah 2.682 4.100 6.094 10.194
4
(Kec. Xxxxxx) '
SumbenKabupaten Xxxxxx Dalam Angka, Tahun 2002 1
Sumben Monografi Desa Duren, Tahun 2003 Sumben
Kecamatan Klari Dalam Angka, Tahun 1998 Sumben
Kecamatan Xxxxxx Dalam Angka, Tahun 1998.

2. Tenaga Kerja

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas dan
terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Adapun Angkatan Kerja
dibedakan menjadi Yang Bekerja dan Pencari Kerja. Pencari Kerja setempat akan
diprioritaskan dalam perekrutan tenaga kerja kosntruksi pelebaran jalan.

III-8
Pada tahun 2002 Pencari Kerja terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Xxxxxx
berjumlah 30.248 orang, sedangkan tahun 2001 terdaftar 35.940 orang, artinya dalam
periode 1 tahun tersebut hanya 2.236 orang (7,39%) yang telah ditempatkan. Melihat
banyaknya Pencari Kerja yang belum ditempatkan, menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran di Kabupaten Xxxxxx masih relatif besar. Jumlah Pencari Kerja menurut
tingkat pendidikan disajikan pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Xxxxxx Menurut Pendidikan, 2002.
Bulan Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2002 SD SLTP SLTA Sarmud Sarjana
Januari 97 488 477 60 64
Pebruari 34 91 249 21 17
Maret 37 56 72 12 18
April 48 71 108 19 26
Mei 194 252 293 28 31
Juni 103 145 435 10 15
Juli 127 167 431 11 28
Agustus 36 174 163 8 23
September 27 46 282 27 43
Oktober 23 81 223 16 92
Nopember 21 26 33 10 23
Desember 198 129 376 23 25
Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002

3. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat merupakan komponen lingkungan yang mempunyai


kemungkinan terkena dampak kegiatan pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx. Dampak
pada kesehatan masyarakat berkaitan dengan pencemaran debu yang dimungkinkan
oleh kegiatan mobilisasi material ataupun pekerjaan jalan. Paramater yang dapat
digunakan sebagai tolok ukur dampak kesehatan adalah jumlah pasien menurut jenis
penyakit pada puskesmas setempat sebelum pelaksanaan pelebaran jalan, tertera pada
tabel 3.8.

Tabel 3.8. Jumlah Pasien Menurut Penyakit, Tahun 2002


No Penyakit Jumlah Pasien
Kec. Klari Kec. Xxxxxx Kab. Xxxxxx
1 ISPA 11.645''
2 Kolera & diare 302 626 6.553
3 Campak 96 114 578
4 Disentri basiler 37 215 1.145
5 Typhus - 482 1.788
Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002
'Laporan Tahunan Puskesmas Klah, Tahun 2004

III-9
4. Persepsi Masyarakat Terhadap Proyek

Untuk menggali persepsi masyarakat terhadap proyek pelebaran jalan, telah dilakukan
wawancara masyarakat sisi kanan kiri mas jalan proyek, yang terdiri dari masyarakat
Desa Duren (Kec. Klari) 74 responden; masyarakat Desa Pancawati (Kec. Klari) 16
responden; Desa Dawuan Tengah (Kec. Xxxxxx) 15 Responden. Responden
merupakan sampel dari masyarakat yang tanahnya terkena proyek pelebaran jalan,
yang seluruhnya berjumlah 228 warga Desa Duren, 140 warga Desa Pancawati, 161
warga Desa Dawuan Tengah.

Responden pada Desa Pancawati dan Desa Dawuan Tengah sudah menerima
pembayaran pembebasan tanah bulan September 2000. Sedangkan untuk pembayaran
pembebasan tanah masyarakat Desa Duren dianggarkan pada APBN tahun 2004.
Wawancara menggunakan kuesioner seperti tertera pada lampiran 5. Rekapitulasi hasil
wawancara masyarakat disajikan pada tabel 3.9. Dari tabel tehihat sebagian besar
responden (98%) mendukung.

Untuk melengkapi hasil wawancara masyarakat, juga dilakukan wawancara Kepala


Desa Duren, Sekretaris Desa Pancawati, Sekretaris Desa Dawuan Tengah. Hasil
wawancara dengan Kepala Desa Duren adalah:
- Pendataan warga terkena pelebaran jalan di Desa Duren dilakukan tahun 2002.
Terdata 228 warga yang tanahnya terkena proyek.
- Pada umumnya warga terkena proyek mendukung rencana pelebaran jalan.
Beberapa warga bahkan telah memundurkan pagarnya rumahnya (gambar2.1 bab II
di atas).
- Dalam rencana pembebasan tanah, tidak ada warga yang harus pindahkan. Terdapat
3 bangunan toko pada pertigaan Pasar Kosambi yang akan terkena proyek (gambar
2.5). Harga pasaran nilai bangunan mencapai Rp. 1.500.000,- per-m2.
- Terdapat 1 bangunan masjid terkena pelebaran jalan, yaitu masjid "Al Mujahidin" pada
sta 1+100 (gambar 2.4). Masjid akan dibongkar dan Proyek akan menyediakan
material bagi pembangunan masjid baru di belakang lokasi masjid lama. Lahan untuk
pembangunan masjid baru telah tersedia siap bangun. Tenaga kerja untuk
pembangunan masjid akan disediakan oleh pengelola masjid (DKM).

Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Pancawati:


- Terdapat sekitar 140 warga Desa Pancawati yang tanahnya terkena rencana
pelebaran jalan. Pembayaran tanah dilakukan September 2000.
- Dalam pembebasan tanah, hanya terdapat 1 warga yang hams pindah.
- Seluruh warga terkena pelebaran jalan mendukung rencana pelebaran jalan dan telah
memundurkan pagar halaman rumah (gambar 2.2 bab II di atas)

Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Dawuan Tengah:


- Terdapat 161 warga Desa Dawuan Tengah yang tanahnya terkena rencana pelebaran
jalan. Pembayaran tanah dilakukan September 2000.

111-10
- Dalam pembebasan tanah, tidak ada warga yang harus pindah.
- Seluruh warga terkena pelebaran jalan mendukung rencana pelebaran jalan dan telah
memundurkan pagar halaman rumah (2.3 bab II di atas).

Tabel 3.9. Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden


No Kuesioner Jum ah Responden Menurut Jawaban
Desa Desa Desa Total %
Duren Pancawati Dawuan
Tengah
1 Pekerjaan utama:
PNS 15 3 2 20 19
Wiraswasta 41 12 9 62 59
Tani 2 1 3 3
Jasa bengkel 2 1 3 3
Usaha kamar kost 1 1 1
Sopir bus 1 1 1
Pensiunan 11 1 12 11
Ibu rumah tangga 3 3 3
2 Jumlah anggota keluarga
1 orang 1 1 2 2
2 orang 4 1 1 6 6
3 orang 13 4 3 20 19
4 orang 24 5 3 32 30
5 orang 22 5 3 30 29
6 orang 7 1 3 11 10
7 orang 2 1 3 3
8 orang 1 1 1
3 Penghasilan per bulan:
Tidak menjawab 9 9 9
Rp. 500.000,- 1 1 2 2
Rp. 700.000,- 2 1 3 3
Rp. 1.000.000,- 15 8 5 28 27
Rp. 1.500.000,- 19 3 2 24 23
Rp. 2.000.000,- 24 2 2 28 27
Rp. 3.000.000,- 3 2 5 10 10
Rp. 4.000.000,- 1 1 1
4 % luas tanah terkena rencana
pelebaran jalan terhadap luas
tanah yang dimiliki:
1 - 3% 2 1 3 3
4 - 6% 20 6 2 28 27
7 - 9% 18 5 5 28 27
10-12% 16 3 3 22 21
13-15% 10 1 2 13 12
16-17% 4 1 5 5
18-19% 3 1 4 4
22 - 23% 1 1 1
46% 1 1 1

111-11
No Kuesioner Jum ah Responden Menurut Jawaban
Desa Desa Desa Total %
Duren Pancawati Dawuan
Tengah
5 % luas bangunan yang terkena
rencana pelebaran jalan
terhadap luas bangunan yang
dimiliki:
0% 44 12 8 64 61
5 - 8% 21 3 3 27 26
9-10% 6 3 9 9
13-14% 2 2 2
16-17% 1 1 1
22 - 23% 1 1
46% 1 1 1
6 Penggunaan/fungsi bangunan
Rumah tinggal 51 8 10 69 66
Rumah + toko 12 7 5 24 23
Rumah makan 4 4 4
Warung 7 7 7
Rumah untuk kost 1 1 1
7 Jumlah tanaman yang terkena
rencana pelebaran jalan:
0 batang 31 7 8 46 44
1 - 3 batang 22 3 3 28 27
4 - 6 batang 13 3 3 19 18
7-9 batang 6 3 1 10 10
10 batang 1 1 1
12 batang 1 1 1
8 Kompensasi yang dipilih:
Uang 74 16 15 105 100
9 Persepsi terhadap rencana
pelebaran jalan:
Mendukung 72 16 15 103 98
Tidak mendukung 2 2 2
10 Sumber air bersih:
Sumur 58 16 15 89 85
PAM 16 16 15
11 Ketersediaan listrik:
PLN 74 16 15 105 100

5. Kondisi Lalu Lintas Eksisting

Ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (N 007) berada pada wilayah jalur Pantai Utara (Pantura)
Pulau Jawa dengan status sebagai jalan Negara dan berfungsi sebagai jalan Arteri
Primer. Jalan yang pembinaannya oleh Negara ini berfungsi untuk melayani angkutan
rute jarak jauh yang memerlukan kecepatan rata-rata kendaraan tinggi.

Pada saat ini, ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi
akibat terjadinya pencampuran antara lalu lintas regional dan lokal yang berakibat

111-12
masjalan ini menerima beban yang berlebihan. Dengan kepadatan yang tinggi tersebut
masjalan ini akan sangat rawan terhadap kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.

Untuk mengetahui gambaran kondisi lalu lintas saat ini, telah dilakukan survai
perhitungan lalu lintas berupa pencacahan jumlah kendaraan yang lewat pada ruas
Xxxxxx - Xxxxxx dengan mengambil pos pengamatan pada sta 0+100.

Pengamatan dilakukan dengan periode 40 jam selama 2 hari (tanggal 28 - 29 Januari


2004) mulai pukul 06.00 pagi pada hari pertama dan berakhir pada pukul 22.00 pada
hari kedua.

Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.10 s/d 3.12
Keterangan golongan kendaraan didalam tabel tersebut, sebagai
Golongan 1 berikut
Golongan 2 Sepeda motor, sekuter, sepeda kumbang dan roda 3
Golongan 3 Sedan, jeep dan station wagon
Golongan 4 Opelet, pick-up opelet, suburban, combi dan minibus
Golongan 5a Pick-up, micro truk dan mobil hantaran
Golongan 5b Bus kecil
Golongan 6 Bus besar
Golongan 7a Truk 2 sumbu
Golongan 7b Truk 3 sumbu
Golongan 7c Truk gandengan
Golongan 8 Truk semi trailer
Kendaraan tidak bermotor

Tabel 3.10: il Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx, h


Has Ara Xxxxxx - Xxxxxx
o .c
GoM

Gol7a
Pukul

CD
GoM

Gol6
Gol5b
Gol3

Gol7b
Gol2

Gol7c
CO

Gol8
E
—3

06-07 985 49 206 18 24 33 38 19 2 3 5 1382


07-08 520 125 236 33 15 14 59 15 2 3 18 1040
08-09 525 90 245 61 30 13 80 16 1 11 17 1089
09-10 375 69 186 59 18 9 73 33 3 8 17 850
10-11 484 103 220 95 14 4 117 37 0 7 14 1095
11-12 452 98 228 86 20 12 109 39 7 9 18 1078
12-13 508 105 219 79 16 16 97 31 12 6 17 1106
13-14 420 76 210 74 10 10 102 28 8 0 I 16 954
14-15 591 127 213 98 24 27 99 27 23 0 6 1235
15-16 445 90 107 106 15 12 100 97 11 10 2 995
16-17 649 100 237 57 19 22j 99 29 1 3 10 1226
17-18 660 82 191 54 19 29 74 41 4 10 7 1171
18-19 380 92 92 40 4 40 40 40 4 4 0 736
19-20 262 60 109 24 4 7 55 34 8 5 2 570
20-21 398 78 135 34 11 25 78 52 12 8 2 833
21-22 220 54 71 30 3 22 41 32 6 4 5 488
22-23 272 55 68 47 13 25 107 45 12 15 1 660
23-24 295 26 43 25 7 12 25 20 9 13 2 477
00-01 98 25 28 9 4 5 41 40 6 12 1 269
01 -02 35 17 21 7 5 5 98 59 8 8 1 264
02-03 21 13 22 6 4 6 123 67 11 6 1 280
03-04 34 9 25 11 6 8 94 42 6 4 0 239

1-13

o co " ...... i co - oo ro
CD o NT O ro o CD r- o £
O o CD CD

Pukul

Gol 5b

Gol 7c
CD CD

Gol 2

Gol 6
CD

04-05 37 3 18 7 2 7 28 20 2 5 0 129
05-06 251 15 80 22 21 8 27 16 4 17 14 475
06-07 487 84 137 48 19 12 53 17 2 3 8 870
07-08 600 127 204 57 17 15 78 18 0 2 7 1125
08-09 345 63 163 39 20 8 53 16 2 4 11 724
09-10 485 87 254 67 14 5 102 26 1 4 5 1050
10-11 460 114 271 74 13 3 87 33 0 11 7 1073
11 -12 395 95 272 95 13 2 92 33 3 5 7 1012
12-13 392 120 262 94 16 2 114 39 3 6 10 1058
13-14 350 121 244 84 13 0 103 42 2 4 9 972
14-15 535 101 200 78 20 24 118 32 8 5 10 1131
15-16 580 88 194 93 13 18 104 36 10 4 10 1150
16-17 440 91 165 65 10 23 62 43 7 7 15 928
17-18 803 74 280 60 19 31 83 28 3 5 9 1395
18-19 676 82 273 68 17 24 79 32 8 6 14 1279
19-20 440 91 153 47 7 3 59 30 3 0 11 844
20-21 191 54 77 29 20 36 45 25 15 15 4 511
21 -22 212 53 66 40 5 21 43 26 8 3 1 478
Jumlah 16308 3006 6425 2120 544 598 3079 1355 237 255 314 34241

Tabel 3.1 1: il Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx, h


Has Xxxxxx - Xxxxxx

Juml
Ara o o
Gol 7a
Pukul

Gol 7b
Gol 5a

Gol 5b
Gol 3

Gol 7c
Gol 2

Gol 6

CD CD

ah
Gol 8
06-07 1984 50 230 28 30 42 40 32 0 2 18 2456
07-08 793 104 179 31 17 22 38 33 0 0 6 1223
08-09 453 93 193 79 15 2 62 32 1 3 15 948
09-10 350 106 191 71 9 0 76 22 7 7 12 851
10-11 333 94 197 90 12 1 116 47 0 3 5 898
11-12 386 98 198 87 18 12 102 46 6 5 11 969
12-13 432 92 192 79 21 19 97 49 5 7 9 1002
13-14 460 90 182 54 22 22 90 46 0 4 10 980
14-15 438 99 170 80 14 18 99 30 1 14 17 980
15-16 484 86 160 88 14 10 82 27 0 10 11 972
16-17 477 147 181 87 12 7 70 31 0 6 16 1034
17-18 380 138 170 56 13 5 30 28 1 12 1 834
18-19 376 142 181 75 11 10 43 41 3 9 2 893
19-20 196 76 107 31 4 9 25 38 4 6 1 497
20-21 210 61 117 17 9 8 18 42 2 11 7 502
21 -22 193 41 88 25 13 29 33 46 11 2 2 483
22-23 186 43 70 19 2 15 35 41 8 10 1 430
23-24 96 26 30 10 2 5 40 41 7 14 0 271
00-01 35 22 26 8 3 5 42 40 6 12 1 200
01-02 12 18 22 7 5 6 104 62 9 7 1 253

111-14
Jumlah
Pukul

Gol 7b
Gol 5a

Gol 5b

Goi7a

Gol 7c
Gon

Gol 2

Gol 3

Gol 4

Gol 6

Gol 8
02-03 9 15 24 5 4 6 131 70 10 6 1 281
03-04 32 11 30 12 7 9 100 43 6 5 0 255
04-05 23 3 21 7 2 7 30 21 2 5 0 121
05-06 300 60 276 36 48 60 120 24 12 24 0 960
06-07 1200 42 234 32 20 36 44 22 2 0 24 1656
07-08 710 86 243 35 25 24 38 34 0 2 6 1203
08-09 384 68 160 42 18 2 58 20 0 6 8 766
09-10 265 82 154 55 10 0 78 31 1 14 6 696
10-11 277 106 143 56 10 3 106 25 3 2 6 737
11 -12 108 47 95 35 8 2 30 8 0 5 3 341
12-13 264 81 178 66 11 2 61 21 5 3 1 693
13-14 275 121 149 71 25 20 43 13 0 3 7 727
14-15 445 61 139 69 8 13 79 33 5 14 1 867
15-16 462 107 153 68 12 14 76 31 4 13 4 944
16-17 520 125 171 63 13 5 79 25 2 12 5 1020
17-18 480 141 157 46 9 8 38 18 2 6 5 910
18-19 476 134 156 45 8 11 37 32 3 8 7 917
19-20 267 84 154 44 7 12 24 34 3 7 5 641
20-21 145 62 68 25 3 8 25 37 8 7 6 394
21 -22 187 40 60 11 12 30 30 85 5 3 0 463
Jumlah 15103 3102 5649 1845 506 519 2469 1401 144 289 241 31268

Tabel 3.12: Hash Pengamatan Lalu Lintas Ruas Jalan Xxxxxx - Xxxxxx
Untuk Kedua Arah

Jumla
Gol 3

Gol 5a

Gol 5b

Gol 7a
GoM
Pukul

Gol 2

Gol 7b
Gol 4

Gol 6

Gol 7c

Gol 8

h
06-07 2969 99 436 46 54 75 78 51 2 5 23 3838
07-08 1313 229 415 64 32 36 97 48 2 3 24 2263
08-09 978 183 438 140 45 15 142 48 2 14 32 2037
09-10 725 175 377 130 27 9 149 55 10 15 29 1701
10-11 817 197 417 185 26 5 233 84 0 10 19 1993
11-12 838 196 426 173 38 24 211 85 13 14 29 2047
12-13 940 197 411 158 37 35 194 80 17 13 26 2108
13-14 880 166 392 128 32 32 192 74 8 4 26 1934
14-15 1029 226 383 178 38 45 198 57 24 14 23 2215
15-16 929 176 267 194 29 22 182 124 11 20 13 1967
16-17 1126 247 418 144 31 29 169 60 1 9 26 2260
17-18 1040 220 361 110 32 34 104 69 5 22 8 2005
18-19 756 234 273 115 15 50 83 81 7 13 2 1629
19-20 458 136 216 55 8 16 80 72 12 11 3 1067
20-21 608 139 252 51 20 33 96 94 14 19 9 1335
21-22 413 95 159 55 16 51 74 78 17 6 7 971
22-23 458 98 138 66 15 40 142 86 20 25 2 1090
23-24 391 52 73 35 9 17 65 61 16 27 2 748

111-15
"o CO

Jumlah
CD "o

Go! 5a
Pukul.

Gol3

Gol7a
GoM

Gol5b
CD

Gol2

Gol7b

Gol7c

Goi8
00-01 133 47 54 17 7 10 83 80 12 24 2 469
01-02 47 35 43 14 10 11 202 121 17 15 2 517
02-03 30 28 46 11 8 12 254 137 21 12 2 561
03-04 66 20 55 23 13 17 194 85 12 9 0 494
04-05 60 6 39 14 4 14 58 41 4 10 0 250
05-06 551 75 356 58 69 68 147 40 16 41 14 1435
06-07 1687 126 371 80 39 48 97 39 4 3 32 2526
07-08 1310 213 447 92 42 39 116 52 0 4 13 2328
08-09 729 131 323 81 38 10 111 36 2 10 19 1490
09-10 750 169 408 122 24 5 180 57 2 18 11 1746
10-11 737 220 414 130 23 6 193 58 3 13 13 1810
11 -12 503 142 367 130 21 4 122 41 3 10 10 1353
12-13 656 201 440 160 27 4 175 60 8 9 11 1751
13-14 625 242 393 155 38 20 146 55 2 7 16 1699
14-15 980 162 339 147 28 37 197 65 13 19 11 1998
15-16 1042 195 347 161 25 32 180 67 14 17 14 2094
16-17 960 216 336 128 23 28 141 68 9 19 20 1948
17-18 1283 215 437 106 28 39 121 46 5 11 14 2305
18-19 1152 216 429 113 25 35 116 64 11 14 21 2196
19-20 707 175 307 91 14 15 83 64 6 7 16 1485
20-21 336 116 145 54 23 44 70 62 23 22 10 905
21 -22 399 93 126 51 17 51 73 111 13 6 1 941
Jumlah 31411 6108 12074 3965 1050 1117 5548 2756 381 544 555 65509

Dari hasil survai yang dilakukan diketahui bahwa jumlah kendaraan pada ruas
jalan Xxxxxx - Xxxxxx didominasi kendaraan jenis sepeda motor (47.95%).
Komposisi masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 13 : Komposisi Jenis Kendaraan


Jenis Kendaraan VDF Jumlah Kendaraan %
Krw-Ckp Ckp-Krw Total
Sepeda Motor 16308 15103 31411 47.95
Mobil Penumpang 0.0001 3006 3102 6108 9.32
Utility (Opelet dan sejenisnya) 0.0030 6425 5649 12074 18.43
Truk Ringan (2 Sumbu) 0.2746 2120 1845 3965 6.05
Bus Kecil 0.1175 544 506 1050 1.60
Bus Besar 0.8139 598 519 1117 1.71
Truk Sedang (2 Sumbu) 2.1974 3079 2469 5548 8.47
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih) 3.6221 1847 1834 3681 5.62
Kendaraan Tak Bermotor 314 241 555 0.85
Jumlah 34241 31268 65509 100

Berdasarkan data pada tabel komposisi jenis kendaraan diatas, jenis kendaraan
dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar seperti bus besar, truk
sedang dan truk berat mencapai jumlah 15.79% dari jumlah sample
pengamatan.

111-16
Volume lalu lintas selama 24 jam dalam satuan mobil penumpang (smp), dengan
koefisien smp merujuk kepada Standar Perencanaan Geometnk untuk Jalan
Perkotaan Direktorat Jenderal Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina
Marga, Maret 1992, sbb :

Tabel 3.14 : Volume Lalu Lintas (dalam smp)


Jenis Kendaraan Jumlah Kend / smp
Koef
2 arah / Hari
smp
Sepeda Motor 0.5 17555 8778
Mobil Penumpang 1.0 3276 3276
Utility (Opelet dan sejenisnya) 1.0 6445 6445
Truk Ringan (2 Sumbu) 2.5 2164 5410
Bus Kecil 2.5 615 1538
Bus Besar 3.0 700 2100
Truk Sedang (2 Sumbu) 2.5 3427 8568
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih) 3.0 2429 7287
Jumlah 36611 43401

Fluktuasi lalu lintas pada ruas Xxxxxx - Xxxxxx selama periode pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini. Terlihat bahwa jam puncak (peak hour)
pada pagi hari terjadi antara pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai
sekitar3838 kendaraan tiapjam, namun setelah itu jumlah kendaraan sepanjang
pagi sampai sore hari terlihat pada kondisi lebih stabil. Jam sibuk sore hari
terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan puncaknya dapat mencapai sekitar
2305 kendaraan tiap jam.

111-17
U lit'! 'Iii [fill I -> i( WW !
:Kcc. Kotc^(i.^iC**7^*v-■,
\iMii'

'Me. P o nP go kn rg lk 4r'l^dl/ilJill
Hi 1UI II III/,/! !!.k"

iiifii
i

KABUPATEN PURWAKAUTA
KABUPATEN IBOGOU

RflJ.CIANJUH

REViSI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN XXXXXX


KIP 't*S^n Ihl di di J) ;l lludldnyo
MtAitn)

P2MERINTAM
SkUt KicKmiliq [- -------- j f*lur*ti I Tinul* rcrriikom«i\ KABUPATEN XXXXXX
TAHUN 20xx
I -----] »*>*• Dm/ Kuwosan Khivus :
I 1 Hilur«
1
JIII i I I Brntim Pi'i t'erUnl*ti T»n*m»n fri-Ti-Tl >.< ■_ i *■ i r ' i i' < V i' ] Uniiun dlf
r|($lj | IbukoL. tabupaUn [ ........... I / H l_,Kf JJ^rupofc.n b.jt.n ritrt r>«lh-l l-*'»l
' ----------------------------------------------- ^-* I'cltbul.ti. ____ " _______
Q J IbukoLa K'Cimillti , , . . II rert4r.lBit T^i*nmn I *_, Sumter : I.'rail Ilcvif.1
"'■" '"' K.-«,„.. Li.,d,.»« L-J l-h« »"">> L---J

£J IdrUn H*V-u l*o\vJ


J «i I • n H ** t ■ -1 ji m t e n XeU 1M luil/l

-19
BAB IV DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN
TIMBUL
BAB IV DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN AKAN
TIMBUL

Bab ini mendeskripsikan dampak yang diperkirakan dapat ditimbulkan oleh kegiatan
pelebaran jalan ruas Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi dan
pasca konstruksi. Prakiraan dampak terhadap lingkungan dari kegiatan pelebaran jalan dari
semula 2 lajur menjadi 4 lajur, ditelusuri melalui matrik interaksi komponen kegiatan dengan
komponen lingkungan, sebagaimana tertera pada tabel 4.1 dan bagan alir dampak pada
gambar 4.1 berikut ini. Dari tabel terlihat bahwa kegiatan tahap prakonstruksi (sosialisasi
dan pembebasan lahan) diperkirakan berdampak terhadap lingkungan. Hal ini karena
sebagian areal untuk rencana pelebaran berada diluar damija eksisting, yang merupakan
hak milik masyarakat.

Kemudian kegiatan tahap konstruksi diperkirakan akan menimbulkan dampak pada: kualitas
udara, kebisingan, gangguan keindahan/estetika, hilangnya pohon peneduh jalan,
kemungkinan kemacetan lalu lintas dan dampak positif peluang kesempatan kerja.
Demikian pula kegiatan tahap operasi dan pemeliharaan akan menimbulkan dampak pada
kualitas udara, kebisingan, , dan dampak positif peluang kesempatan kerja. Berikut adalah
uraian prakiraan dampak pada setiap tahapan kegiatan:

4.1. Tahap Prakonstruksi

Persepsi Masyarakat

Termasuk kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah sosialisasi dan pengadaan tanah.
Kegiatan ini diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak pada persepsi masyarakat.
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat terhadap rencana
pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu kelancaran proses pengadaan tanah.
Sebaliknya sosialisasi yang kurang jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di
kalangan masyarakat, yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan
tanah dan pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian penjelasan kepada masyarakat cara


perhitungan nilai kompensasi tanah dan bangunan masyarakat yang terkena rencana
pelebaran jalan. Sosialisasi juga menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam

IV-1
penentuan nilai kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik tanah bangunan
dengan Panitia Pengadaan tanah.

Hasil hasil wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat sebagian besar responden
(98%) mendukung, seperti tertera pada tabel 3.9 di atas. Terdapat 2% responden yang
keberatan atas nilai kompensasi bangunan toko miliknya yang terkena pelebaran jalan.
Panitia pembebasan tanah tengah mencari solusi penyelesaian yang tidak merugikan
pemilik bangunan.

4.2. Tahap Konstruksi

1. Peluang Kesempatan Kerja

Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan oleh perekrutan
tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh yang akan direkrut dapat mencapai
sekitar 50 orang. Ini merupakan peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia
kerja yang masih sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248 orang.

Dalam perekrutan tenaga kerja akan diprioritaskan pelamar dari desa-desa setempat, yaitu
Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah dan sekitarnya. Dalam hal ini, kontraktor akan
berkoordinasi dengan kantor desa setempat. Pemberian prioritas dimaksudkan agar warga
setempat dapat memperoleh manfaat atas kehadiran proyek di daerahnya.

2. Penurunan Kualitas Udara Oleh Kegiatan Mobilisasi Peralatan, Pengangkutan


Material, Land Clearing, Pengoperasian Base Camp.

Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di daerah Cagak
Kabupaten Subang ke lokasi proyek (75 truk/hari - tabel 2.3) mempunyai kemungkinan
menimbulkan dampak penurunan kualitas udara. Kemungkinan ini berasal dari emisi
kendaraan truk yang digunakan untuk pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh
debu yang berasal dari material tanah yang terembus angin selama perjalanan
pengangkutan.

Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material, penurunan kualitas
udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land clearing, pengoperasian base camp,
penggalian & penimbunan, penyusunan sub-base, pengaspalan. Kegiatan-kegiatan ini

IV-2
menghasilkan polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone crusher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi kendaraan
diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau, yaitu pada periode bulan
Nopember - April.

Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter kualitas udara
memenuhi ambang batas standar baku mutu, seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Kondisi
ini akan menjadi tolok ukur pengeloaan kualitas udara seperti yang akan diurai pada bab 5
berikut.

3. Kemungkinan Gangguan Kebisingan (Oleh Pengoperasian AMP, Stone Crusher,


Vibratory Roller, Vibratory Compactor)

Gangguan kebisingan dapat berasal dari pengoperasian peralatan vibratory roller, vibratory
compactor, stone crusher, AMP. Peralatan ini menimbulkan kebisingan hingga 80 dBA pada
jarak 15 meter, yang berarti melampaui standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman 60
dBA (KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan terutama akan terjadi pada
pemukiman sekitar lokasi AMP. Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui
standar baku mutu, seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting
mencapai 78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman hanya 60
dBA.

4. Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land Clearing)

Pada areal rencana pelebaran jalan saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga,
rambutan, srikaya, belimbing, lamtoro, petai cina, jemk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu,
jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja, sinyo nakal,
lilin-lilin, hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile.
Pohon-pohon ini akan ditebang. Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang
selama ini dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan masyarakat setempat. Penebangan
pohon akan menambah suasana menjadi lebih terik, dimana kondisi ini akan beriangsung
selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti yang akan ditaman tumbuh rindang.
Hilangnya pohon peneduh ini juga akan semakin mengurangi tempat bermain satwa seperti
burung, kupu-kupu, kelelawar, dan Iain-Iain yang kondisinya memang sudah semakin langka
di wilayah ini.

IV-3
IV-7
5. Kemungkinan Terjadinya Kemacetan Arus Lalu Lintas (Oleh Mobilisasi
Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-base, Pengaspalan)

Selama pelaksanan mobilisasi material, pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan


lapis perkerasan diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap kemacetan
lalu lintas, mengingat ruas-ruas jalan yang dilalui pada saat mobilisasi material
maupun ruas jalan pada lokasi pekerjaan itu sendiri merupakan jalur-jalur yang
padat dengan kendaraan. Jam puncak (peak hour) pada pagi hari terjadi antara
pukul 06.00 - 07.00 yang dapat mencapai sekitar 3838 kendaraan tiap jam. Jam
sibuk sore hari terjadi antara pukul 16.00 - 19.00 dengan puncaknya dapat
mencapai sekitar 2305 kendaraan tiap jam.

Mobil pengangkut material dengan beban yang berat tidak akan dapat berjalan
dengan kecepatan tinggi, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya. Sedangkan pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan lapis
perkerasan, aktivitasnya akan "memakan" sebagian dari lebarjalurlalu lintas yang
ada, hal ini dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan dan akibatnyanya
akan semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi pekerjaan.

Pada saat jalan dalam keadaan padat (maksimal) dengan kata lain volume lalu
lintas mendekati kapasitas jalan ( V/C * 1 ), kecepatan kendaraan berada pada
kondisi yang mendekati tidak stabil (sebentar berhenti dan sebentar lagi jalan,
dst). Tingkat kepadatan lalu lintas yang pada umumnya masyarakat "masih dapat
menerima" meskipun pada tingkat pelayanan yang sangat rendah sebesar V/C =
0,80. Pada kondisi ini, kecepatan rata-rata kendaraan akan mengalami penuainan
sampai sekitar 20% dari kecepatan rencana pada ruas jalan tersebut.

Untuk jalan Arteri Primer (baca: ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx), kecepatan rencana
kendaraan menurut Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan
Direktorat Pembinaan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 1992
sekurang-kurangnya 60 km/jam. Pada tingkat V/C = 0.80 maka kecepatan rata-
rata kendaraan akan berkurang sampai sekitar 48 km/jam.
6. Kemungkinan Kerusakan Badan Jalan Yang Dilalui Truk Material

Pengangkutan material dan lokasi quarry di daerah Cagak Kabupaten Subang ke


lokasi proyek (75 tmk/hari - tabel 2.3) mempunyai kemungkinan menyebabkan
terjadinya kerusakan badan jalan yang dilalui. Mobil pengangkut material dengan
beban yang penuh akan mempunyai efek perusakan yang maksimal pula
terhadap konstruksi perkerasan. Jika selama perjalanan mobilisasi dari lokasi
quarry sampai lokasi pekerjaan kendaraan pengangkut material ini melalui jalan
dengan kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada jalan-jalan
yang dilalui rendah, maka diperkirakan akan menimbulkan dampak kerusakan
terhadap konstruksi perkerasan dari jalan yang dilalui tersebut. Apabila terjadi
kerusakan badan jalan setelah pekerjaan konstruksi selesai dan ditinggalkan
begitu saja oleh kontraktor, maka hal ini akan merugikan masyarakat pengguna
jalan.

7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan faktor pengemudi (misalnya kondisi fisik,
kelelahan, ketrampilan), faktor kendaraan (kelaikan kendaraan) dan lingkungan
jalan. Berkenaan dengan pekerjaan peningkatan jalan ini diperkirakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap
u
konstruksi adalah terganggu"nya kondisi lingKungan jalan oleh aktivitas
pekerjaan peningkatan jalan. Perubahan jalur lalu lintas yang menyempit pada
lokasi pekerjaan, lubang-lubang galian bekas pekerjaan merupakan beberapa
kondisi lingkungan jalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.

8. Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika

Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) mempunyai kemungkinan


menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan
timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak ditangani
dengan baik, akan menimbulkan onggokan-onggokan berserakan yang
mengganggu keindahan/estetika.

IV-8
9. Kemungkinan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat setempat merupakan


dampak lanjutan dari penurunan kualitas udara, terutama oleh penyebaran debu.
Peningkatan debu pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit,
seperti penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

4.3. Tahap Operasi Dan Pemeliharaan

1. Peluang Kesempatan Kerja

Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan oleh


perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh yang akan
direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan peluang kesempatan
kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih sebagai pencari kerja.
Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx Tahun 2002, terdapat cukup
banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248 orang.

2. Kemungkinan Bertambahnya Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas

Seperti telah disinggung di atas, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dapat
berasal dari faktor pengemudi, faktor kendaraan dan faktor iingkungan jalan.

Berdasarkan data-data kecelakaan yang ada di Indonesia faktor pengemudi


merupakan penyebab yang paling dominan terhadap kejadian kecelakaan lalu
lintas, disusul kemudian dengan faktor kendaraan dan terakhir faktor Iingkungan
jalan. Pekerjaan peningkatan jalan berarti merubah kondisi Iingkungan jalan,
meskipun faktor ini merupakan penyebab terkecil dari kejadian kecelakaan,
namun issues keselamatan lalu lintas telah menjadi masalah yang sangat penting
untuk selalu dipematikan.

Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran lajur lalu lintas dapat


mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% - c5% per meter pelebaran, median
mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%. Dengan demikian program
peningkatan jalan ini lebih berdampak positif terhadap keselamatan lalu lintas.

IV-9
Namun demikian dampak negatif yaitu terjadinya resiko kecelakaan fatal perlu
dikelola agar kejadiannya dapat diminimalkan. Apabila kelengkapan tanda rambu-
rambu lalu lintas, tanda marka jalan kurang memadai, dapat mempunyai
kemungkinan menimbulkan kecelakaan, baik terhadap penyeberang jalan maupun
antar kendaraan karena kendaraan melintas lebih cepat.

3. Kemungkinan Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan

Kemungkinan peningkatan pencemaran udara dan kebisingan diperkirakan terjadi


saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari kendaraan bermotor yang
diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan ini berkaitan langsung dengan
bertambahnya volume lalu lintas yang melewati mas jalan baru. Emisi kendaraan
sebanding volume penggunaan bahan bakar. Faktor emisi dari truk: CO 0,98%;
NOx 0,45%; S02 0,31%; debu 0,06% (Sumber: Environmental Handbook, 1990).

Dengan demikian, dioperasikannya jalan diperkirakan meningkatkan bahan


pencemar udara. Khususnya bagi penduduk yang bermukim di tepi jalan akan
merasakan gangguan pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan
bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh adanya
emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing
plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap operasi berasal dari suara lalu
lintas kendaraan dan peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan, seperti
aspalt mixing plant (AMP).

4. Kemungkinan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)

Kegiatan penimbunan badan jalan/peninggian badan jalan pada tahap konstruksi


diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap banjir dan genangan.
Peninggian badan jalan di sekitar pasar Kosambi jika tidak dibarengi dengan
peninggian saluran drainase kiri kanan jalan serta perbaikan saluran drainase
sekitar permukiman justru akan menimbulkan banjir di permukiman sekitar.
Dampak negatif ini akan dirasakan terutama oleh warga sekitar Pasar Kosambi
dan pengunjung Pasar Kosambi.

IV-10
Sedangkan kegiatan penggalian saluran drainase yang akan mengangkat lumpur
dan sampah yang mengendap disepanjang saluran drainase akan meperlancar
aliran air drainase sehingga diharapkan akan mengurangi dampak banjir dan
genangan yang selama ini melanda ruas jalan sekitar Pasar Kosambi.

Berkaitan dengan dampak kemungkinan banjir/genangan ini, akan


direkomendasikan penyediaan saluran drainase dengan kapasitas yang memadai
seperti yang akan diurai bab 5 berikut.

5. Kemungkinan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak


lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh emisi dari lalu
lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Polutan emisi pada lokasi pemukiman
berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi saluran pemafasan
bagian atas (ISPA).

Dari uraian kemungkinan-kemungkinan timbulnya dampak lingkungan tersebut


diatas, selanjutnya disusun upaya pengelolaan lingkungan (UKL), yang akan
diurai pada bab 5 berikut ini. UKL merupakan cara/metode yang dapat digunakan
untuk mencegah atau mengeliminir timbulnya dampak lingkungan negatif, dan
untuk mengembangkan dampak lingkungan positif.

IV-11
BABV UPAYA
PENGELOLAN LINGKUNGAN
BABV UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Setelah pada bab 4 diurai perkiraan dampak lingkungan yang mungkin


ditimbulkan oleh kegiatan pelebaran ruas jalan Xxxxxx - Xxxxxx (AP3), maka
pada bagian ini diuraikan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL)
untuk mencegah atau meminimumkan timbulnya dampak-dampak tersebut.

Rekomendasi UKL nantinya akan diakomodir oleh kontraktor dalam pelaksanaan


konstruksi untuk mencegah atau meminimumkan timbulnya dampak lingkungan
negatif dan mengembangkan dampak lingkungan positif. Rekomendasi UKL akan
dituang dalam dokumen tender ataupun dokumen kontrak.

Berikut ini uraian rekomendasi pengelolaan dampak lingkungan (UKL) pada


setiap tahapan kegiatan. Ringkasan disajikan dalam tabel 5.3 pada bagian akhir
bab ini.

5.1. Pengelolaan Dampak Pada Tahap Prakonstruksi

Pengelolaan Dampak Persepsi Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak pada persepsi masyarakat adalah kegiatan sosialisasi
dan pengadaan tanah. Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian
penjelasan kepada masyarakat cara perhitungan nilai kompensasi tanah
dan bangunan masyarakat yang terkena rencana pelebaran jalan.
Sosialisasi juga menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam
penentuan nilai kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik
tanah bangunan dengan Panitia Pengadaan tanah.

Jenis Dampak
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat
terhadap rencana pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu
kelancaran proses pengadaan tanah. Sebaliknya sosialisasi yang kurang
jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan masyarakat,

V-1
yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan tanah
dan pelaksanaan proyek secara keseluruharr.

Indikator Dampak
Indikator tolok ukur dampak persepsi masyarakat adalah tercapainya
kesepakatan nilai kompensasi tanah bangunan antara panitia pengadaan
tanah dengan semua masyarakat pemilik tanah bangunannya terkena
proyek. Dari hasil wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat
sebagian besar responden (98%) mendukung, dan 2% responden
keberatan bila bangunan toko miliknya terkena proyek. Terhadap 2%
responden ini, panitia pengadaan tanah masih perlu mencari solusi
penyelesaian untuk mencapai tolok ukur dampak.

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan bertujuan tercapainya kesepakatan nilai kompensasi tanah
bangunan terkena proyek antara pemilik dengan panitia pengadaan tanah.
Untuk mencapai tujuan ini, langkah pengelolaan yang dapat ditempuh oleh
proyek adalah mengadakan musyawarah dengan pemilik tanah, terutama
melalui pendekatan khusus kepada pemilik tanah bangunan toko yang
masih merasa keberatan. Dalam hal ini nampaknya pihak proyek perlu
memahami permasalahan yang dirasakan oleh pemilik tanah bangunan.
Walaupun bangunan toko yang terkena proyek sekitar 60%, kiranya dapat
dipertimbangkan memberikan kompensasi setara 100% bangunan toko
miliknya dan ditambahkan kompensasi immateriil karena untuk beberapa
waktu selama menyiapkan tempat jualan pengganti, pemilik toko akan
kehilangan pendapatan.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi bangunan toko yang pemiliknya masih keberatan adalah pada sta
1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pada periode prakonstruksi.

Blaya Pengelolaan
Biaya pengadaan tanah bersumber dari APBN tahun 2004.

V-2
Pelaksana Penqelolaan
Pelaksanaan sosialisasi dan pengadaan tanah adalah panitia pengadaan
tanah, yang beranggotakan: Bupati, BPN, PL) Kabupaten, Dinas
Pertanian, Kecamatan, Desa, Pimpro Induk Pantura/Pimbagpro Ruas
Xxxxxx-Xxxxxx.

Pengawas Penqelolaan
Pengawas sosialisasi dan pengadaan tanah adalah: Bupati Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

Pengelolaan Dampak Pada Tahap Konstruksi

Pengelolaan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak

Sumber dampak terciptanya peluang kesempatan kerja adalah perekrutan


kebutuhan tenaga kerja buruh pada proyek. Tenaga kerja buruh yang
akan direkrut oleh kontraktor sekitar 50 orang.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya peluang kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat di Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak positif peluang kesempatan kerja dari kegiatan proyek.
Yang digunakan sebagai indikator dampak peluang kesempatan kerja
adalah persentase tenaga kerja buruh pada proyek yang direkrut dari
masyarakat desa setempat (Duren, Pancawati, Dawuan Tengah), yaitu
minimal 60%.

V-3
Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan bertujuan mengoptimalkan manfaat kehadiran proyek yang
dapat dirasakan oleh masyarakat desa setempat. Untuk mencapai tujuan
ini, pengelolaan lingkungan yang akan ditempuh adalah:
Pemimpin proyek akan mewajibkan kontraktor memprioritaskan
perekmtan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat (Duren,
Pancawati, Dawuan). Dalam hal ini kontraktor akan berkoordinasi dengan
kantor kepala desa setempat. Kewajiban kontraktor ini dituang dalam
dokumen kontrak.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga kerja adalah pada desa-desa lokasi proyek dan
sekitarnya, temtama Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Waktu Pengelolaan
Pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekmtan tenaga kerja
adalah pada saat proses penerimaan tenaga kerja konstmksi.

Biava Pengelolaan
Pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekmtan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana psngelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga kerja adalah kontraktor bekerjasama dengan kantor
kepala setempat Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekmtan tenaga adalah Dinas Tenaga Kerja, Pimbagpro Ruas Xxxxxx-
Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.
2. Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan terjadinya penurunan kualitas
udara adalah mobilisasi peralatan & material, penggalian & penimbunan,
pekerjaan sub-base, pengaspalan.

Jenis Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di
daerah Cagak (Kabupaten Subang) ke lokasi proyek mempunyai
kemungkinan menimbulkan dampak penurunan kualitas udara.
Kemungkinan ini berasal dari emisi kendaraan truk yang digunakan untuk
pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh debu yang berasal dari
material tanah yang terembus angin selama perjalanan pengangkutan.

Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material,


penurunan kualitas udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land
clearing, pengoperasian base camp, penggalian & penimbunan,
penyusunan sub-base, pengaspalan. Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan
polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone crusher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi
kendaraan diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau,
yaitu pada periode bulan Nopember - April.

Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter
kualitas udara memenuhi ambang batas standarbaku mutu, seperti tertera
pada tabel 3.3 di atas.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999).

V-5
Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolan adalah mencegah timbuinya dampak penurunan kualitas
udara. Untuk mencegah penurunan kualitas udara, langkah-langkah pengelolaan
lingkungan yang dapat ditempuh adalah :
• Kontraktor diwajibkan menggunakan kendaraan pengangkut material dan
peralatan konstruksi yang telah lulus uji emisi. Hal ini akan dituang dalam
dokumen kontrak, sebagai suatu persyaratan bagi kontraktor.
• Truk pengangkut material dilengkapi penutup terpal.
• Cerobong asap peralatan AMP dilengkapi dengan wadah yang berisi air,
sehingga sebelum melewati cerobong, asap terlebih dahulu dilewatkan
melalui wadah berisi air ini.
• Kontraktor diharuskan melakukan penyiraman pada bagian areal kerja yang
berdebu.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:
• Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6-92,5.
• Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak
(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek melalui rute Subang -Sadang -
Jalan Tol - Pintu Tol Xxxxxx Timur - Lokasi Proyek seperti tertera pada
Gambar 2.6 (bab II) di atas.
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak (Kabupaten Subang).

V-6
Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah: selama
periode kontruksi.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
kontraktor.

Penoawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

3. Pengelolaan Dampak Gangguan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan gangguan kebisingan adalah
peralatan AMP, stone crusher, vibratory roller, vibratory compactor.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan timbulnya gangguan kebisingan.
Tingkat kebisingan dari suara peralatan vibratory roller, vibratory
compactor, stone crusher, dan AMP, dapat mencapai 80 dBA pada jarak
15 meter, yang berarti melampaui standar baku mutu kebisingan untuk
pemukiman 60 dBA (KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan
terutama dapat dialami oleh masyarakat sekitar lokasi AMP.

Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui standar baku mutu,
seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting
mencapai 78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk
pemukiman hanya 60 dBA.

V-7
Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak oleh
rencana kegiatan proyek. Indikator dampak peningkatan kebisingan
mengacu pada Kepmen LH No 48/1996, yaitu 60 dBA untuk pemukiman.

Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolan adalah mengurangi gangguan kebisingan. Untuk itu,
langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah :
• Kontraktor diharuskan mengatur waktu pengoperasian peralatan yang
menimbulkan kebisingan (vibratory roller, vibratory compactor, stone
crusher, dan AMP). Peralatan sebaiknya tidak dioperasikan pada
waktu-waktu sholat jum'at, kebaktian di gereja, istirahat malam.
• Penempatan stone crusher diupayakan sejauh mungkin dari
pemukiman masyarakat.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan adalah:
• Pada lokasi peralatan yang menimbulkan kebisingan (vibratory roller,
vibratory compactor, stone crusher, dan AMP), yaitu sepanjang lokasi
proyek, KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5.
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak Kabupaten Subang (gambar
2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan adalah: selama
periode kontruksi.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan gangguan kebisingan sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan lingkungan ini adalah kontraktor, bekerja sama
dengan perusahaan pemilik AMP.

V-8
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

4. Pengelolaan Dampak Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land


Clearing)

Sumber Dampak
Sumber dampak hilangnya pohon yang ada adalah penebangan pohon
yang ada pada areal rencana pelebaran jalan. Pada areal rencana
pelebaran jalan saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga,
rambutan, srikaya, belimbing, lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya,
nangka, jambu batu, jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet,
palem, cemara, kamboja, sinyo nakal, lilin-lilin, hangjuang, puring,
angsana, kenanga, soka, plamboyan, paku, johar, bogenvile.

Jenis Dampak
Pohon yang ada dalam areal rencana pelebaran jalan, akan ditebang.
Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang selama ini
dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan masyarakat setempat.
Penebangan pohon akan menambah suasana panas, dimana kondisi ini
akan beiiangsung selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti
yang ditaman tumbuh.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak hilangnya pohon oleh land clearing. Yang digunakan
sebagai indikator dampak hilangnya pohon peneduh jalan adalah adanya
penanaman pohon peneduh pengganti, yang dapat menciptakan suasana
teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas.

Pengelolaan Lingkungan
Untuk menciptakan kembali suasana teduh dan nyaman, serta
menghilangkan kesan panas, langkah-langkah pengelolaan lingkungan
yang dapat ditempuh adalah:

V-9
• Penanaman kembali pohon peneduh jalan pada areal masih kosong
sisi kiri kanan sepanjang proyek, kecuali di depan pasar kosambi yang
tidak ada lahan kosong, penanaman pohon dapat dilakukan pada
median jalan.
• Perawatan pertumbuhan pohon peneduh hingga dapat menciptakan
suasana teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas.
• Jenis pohon peneduh jalan adalah yang mempunyai sifat-sifat:
Mudah tumbuh pada tanah yang padat.
Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah.
Tahan terhadap hembusan angin yang kuat,
Dahan dan ranting tidak mudah patah.
Pohon tidak mudah tumbang.
Buah tidak terlalu besar.
Sorasah yang dihasilkan sedikit.
- Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri.
Luka akibat benturan mobil mudah sembuh.
- Cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap.
Kompatibel dengan tanaman lain.
Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara
keseluruhan indah.
Pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia.
Berumur panjang.
Pertumbuhannya cepat.
- Tahan terhadap hama dan penyakit.

• Jenis pohon peneduh jalan disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Jenis Pohon Yang Cocok Sebagai Peneduh Jalan


No Nama Daerah Nama Latin
1 Flamboyan Delonix regia
2 Angsana Pterocarpus indicus
3 Ketapang Terminalia cattapa
4 Kupu-kupu Bauhinia purpurea
5 Kere paying Filicium decipiens
6 Johar Cassia multiyoga
7 Tanjung Mimusops elengi

V-10
No Nama Daerah Nama Latin
8 Mahoni Swientenia mahagoni
9 Akasia Acacia auriculiformis
10 Bungur Lagerstroemia loudonii
11 Kenari Canarium commune
12 Johar Cassia sp.
13 Damar Agathis alba
14 Nyamplung Calophyllum inophyllum
15 Jakaranda Jacaranda filicifolia
16 Liang liu Salix babilinica
17 Kismis Muehienbeckia sp.
18 Ganitri Elaeocarpus spahaehcus
19 Saga Adenanthera pavoniana
20 Anting-anting Elaeocarpus grandiflorus
21 Asam kranji Pithecelobium dulcea
22 Johar Cassia grandis
23 Cemara Cupresus papuana
24 Pinus Pinus merkusii
25 Beringin Ficus benjamina

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan penanaman pohon pengganti adalah:
• Pada median jalan (depan pasar Kosambi)
• Pada areal kosong sisi kanan kin jalan sepanjang lokasi proyek (KM 83,1 -
85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5), kecuali depan pasar Kosambi
penanaman pohon pada median.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan penanaman pohon peneduh pengganti adalah:
sebelum penebangan pohon lama.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.
Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
kontraktor. V-11
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

5. Pengelolaan (Mencegah) Kemacetan Lalu Lintas Oleh Mobilisasi


Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-Base, Lapis Perkerasan

Sumber Dampak
Sumber dampak kemacetan adalah aktivitas mobilisasi material,
pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan pekerjaan lapis perkerasan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kemacetan lalu lintas yang disebabkan
oleh mobil pengangkut material yang membawa beban berat yang berjalan
dengan kecepatan lambat, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya.

Demikian juga, pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan lapis


perkerasan, dimana aktivitasnya yang "memakan" sebagian dari lebar jalur
lalu lintas yang ada, dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan
dan akibatnya akan semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi
pekerjaan.

Indikator Damoak
Indikator dampak merupakan tolok ukur kemacetan yang disebabkan oleh
kegiatan peningkatan jalan ini adalah adanya antrian kendaraan yang
cukup signifikan dibelakang kendaraan pengangkut material atau semakin
bertambahnya panjangnya antrian kendaraan pada lokasi pekerjaan
dibandingkan hari-hari biasa (yang memang sudah biasa dengan antrian
karena kemacetan).

V-12
Pengelolaan Lingkunaan
Untuk meminimalkan terjadinya kemacetan adalah dengan :
• Sedapat mungkin mobilisasi material tidak dilakukan pada waktu jam
sibuk. Berdasarkan data pengamatan lalu lintas, jam tidak sibuk (off
peak) terjadi pada pukul 23.00 - 05.00. Untuk material yang dapat di-
stock dilapangan disarankan dimobilisasi pada jam-jam tersebut.
• Disusun suatu jadwal kerja proyek dengan mempertimbangkan waktu-
waktu jam puncak dan jam tidak puncak, tujuannya adalah untuk
menyesuaikan aktivitas proyek dengan kondisi lalu lintas yang ada,
misalnya land clearing tidak dilakukan pada jam puncak karena ruang
gerak dari peralatan motor grader untuk pekerjaan ini membutuhkan
lahan yang besar, sehingga akan mempersempit jalur lalu lintas dan
akibatnya akan memperparah terjadinya kemacetan. Jam puncak
diatur untuk pekerjaan-pekerjaan ringan yang aktivitasnya tidak
"memakan" jalur lalu lintas.
• Diatur suatu pembatasan dan pengalihan lalu lintas, dengan
mengijinkan kendaraan-kendaraan tertentu yang dapat melintasi
lokasi proyek, tujuannya adalah untuk menyesuaikan volume lalu
lintas dengan kapasitas jalan yang telah mengalami penyempitan
karena aktivitas proyek. Misalnya jika lebar jalur lalu lintas tinggal
hanya satu lajur (lebar ± 3.50 m), maka kapasitas dasar jalan adalah
1500 smp/jam. Dengan mengasumsikan besarnya faktor penyesuaian
kapasitas sebesar 0.73, maka kapasitas efektif jalan tinggal hanya
sebesar 1095 smp/jam. Berdasarkan data volume lalu lintas saat ini,
V/C yang terjadi dengan kondisi proyek tinggal hanya satu lajur, sbb :

Tabel 5.4: Rasio Volume - Kapasitas (V/C)


Jenis Kendaraan Koef Jrnl.Kend.Pada Vol.LL V/C
smp Jam Puncak (smp/jam)
Sepeda Motor 0.5 2969 1485 1.36
Mobil Penumpang 1.0 99 99 0.09
Utility (Opelet dan sejenisnya) 1.0 436 436 0.40
Truk Ringan (2 Sumbu) 2.5 46 54 115 0.11
Bus Kecil 2.5 75 78 135 0.12
Bus Besar 3.0 58 225 0.21
Truk Sedang (2 Sumbu) 2.5 195 0.18
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih) 3.0 174 0.16
Jumlah 3815 2864 2.62

V-13
Dengan menetapkan angka V/C < 0.80, yang merupakan rasio kepadatan
lalu lintas yang masih dapat diterima masyarakat, maka sebaiknya hanya
kendaraan-kendaraan yang melayani kepentingan umum saja yang
diijinkan melintas proyek, seperti Opelet, Truk Ringan yang membawa
sembako, Bus Kecil. Sepeda motor tidak diijinkan melintas proyek karena
jumlahnya terlalu banyak. • Kontraktor memasang rambu-rambu
peringatan dengan jelas dan diletakkan pada lokasi-lokasi yang
memungkinkan pengemudi dapat mencari jalur altematif. Pengaturan lalu
lintas dilakukan oleh kontraktor dan hams berkoordinasi dengan DLLAJR
setempat. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah sepanjang lokasi proyek dan jalur-jalur
yang dilewati mobil pengangkut material, yaitu jalan jalan-jalan propinsi
(ruas jalan Cagak - Subang, Subang - Sadang dan Subang -Pamanukan),
jalan Negara (jalur Pantura Jawa) dan jalan Tol (Gambar 2.6 pada bab II di
atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah selama periode konstruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah kontraktor berkerjasama dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Xxxxxx, Departemcn Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur
Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-14
6. Pengelolaan (Mencegah) Kerusakan Badan Jalan Yang Dilaiui Mobilisasi
Material

Sumber Dampak
Sumber dampak kerusakan badan jalan adalah aktivitas mobil pengangkut
material dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar akibat beban
yang berat.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kerusakan badan jalan pada jalan-
jalan yang dilaiui oleh mobil pengangkut material, terutama pada jalan
dengan kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada
jalan-jalan yang dilaiui rendah.

Indikator Dampak
Indikator dampak yang merupakan tolok ukur kerusakan badan jalan yang
disebabkan oleh aktivitas mobil pengangkut material adalah ada tidaknya
peningkatan jumlah lubang-lubang di jalan (potholes) antara sebelum dan
sesudah pelaksanaan mobilisasi material.

Secara sederhana untuk menilai tolok ukur tersebut dengan


membandingkan kondisi lajur jalan yang dilewati kendaraan pada saat
muatan penuh dan pada saat muatan kosong. Jika jumlah lubang pada
lajur jalan yang dilaiui kendaraan pada saat muatan penuh jumlahnya
berbeda secara signifikan dengan jumlah lubang pada lajur jalan pada
saat muatan kosong, maka patut diduga kerusakan itu disebabkan oleh
aktivitas mobil pengangkut material.

Pengelolaan Linpkungan
Untuk meminimalkan terjadinya kerusakan badan yang disebabkan oleh
aktivitas mobil pengangkut material adalah dengan :
• Sedapat mungkin rute mobil pengangkut material hanya melewati jalan
kelas 1 dan pada kondisi terpaksa (jika tidak ada rute lain), maka
serendah-rendahnya melewati jalan kelas 2. Kedua kelas jalan ini
sesuai dengan klasifikasinya didisain dengan menggunakan
kendaraan rencana semi-trailer.

V-15
sesuai dengan klasifikasinya didisain dengan menggunakan
kendaraan rencana semi-trailer.
• Rute mobilisasi material dari sumber quarry ini menuju lokasi proyek
dapat melalui jalan-jalan propinsi (ruas jalan Cagak-Subang, Subang
- Sadang dan Subang - Pamanukan), jalan Negara (jalur Pantura
Jawa) dan jalan Tol. Ruas jalan propinsi tersebut merupakan jalan
kelas 2 yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, sedangkan jalan
Negara jalur Pantura Jawa merupakan jalan kelas 1 yang berfungsi
sebagai jalan Arteri Primer. Alternatif rute mobilisasi material yang
dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
o Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang - Sadang -
Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol menuju ruas
jalan Xxxxxx -Xxxxxx - Lokasi Proyek, atau
o Sumber quarry di Kecamatan Jalan Cagak - Subang -Pamanukan -
Xxxxxx - Jalan Tol sampai pintu Tol Xxxxxx Timur - Akses Tol
menuju ruas jalan Xxxxxx-Xxxxxx -Lokasi Proyek.

Peta mobilisasi material tertera pada Gambar 2.6 (bab II) di atas.

• Tidak melakukan modifikasi jarak gandar dan kapasitas muatan


kendaraan yang dapat menyebabkan peningkatan nilai VDF yang
tidak memenuhi standar.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan kerusakan badan jalan adalah pada rute
mobilisasi material sebagaimana di urai di atas (gambar 2.6 bab II).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan adalah
selama periode konstruksi.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan selama
pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan

V-16
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kerusakan badan jalan
selama pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan
Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx -Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx,
Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Sumber dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap konstruksi adalah
penyempitan jalur lalu lintas, lubang-lubang galian bekas pekerjaan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh penyempitan jalur lalu lintas secara mendadak,
pengemudi yang tidak sabar atau disebabkan oleh bekas lubang-lubang
galian.

Indikator Dampak
Indikator dampak yang merupakan tolok ukur kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh aktivitas proyek, seperti:
• Kecelakaan karena kendaraan keluar jalur lalu lintas
• Kecelakaan karena pengemudi saling serobot
• Kecelakaan karena kendaraan masuk lubang bekas galian

Pengelolaan Lingkungan
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
oleh aktivitas proyek adalah dengan :
• Memasang rambu-rambu peringatan adanya penyempitan jalur lalu
lintas dengan jelas dan diletakkan pada lokasi-lokasi yang
memungkinkan pengemudi mempunyai waktu yang cukup untuk
memberikan reaksi pada pesan-pesan tersebut. Faktor-faktor utama
yang harus diperhatikan adalah arah muka, tinggi, kebebasan
samping dan peringatan pendahuluan.

V-17
• Memberi pengertian kepada masyarakat bahwa budaya antri adalah
lebih manusiawi, memberikan rasa keadilan dimana yang datang
dahulu akan keluar lebih dahulu (first in first out), dan yang penting
adalah lebih lancar, dijamin.
• Tidak membiarkan lubang-lubang bekas galian terbuka terlalu lama.
Jika terdapat pekerjaan penggalian maka merupakan prioritas utama
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga lubang bekas
galian itu tertutup kembali.
• Memberi penerangan yang cukup pada malam hari, sehingga
pengemudi dapat secara jelas mengetahui perubahan dari kondisi
lingkungan pada lokasi pekerjaan dan dapat merespon perubahan
situasi pada waktu yang cukup.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi adalah sepanjang lokasi proyek dan sepanjang
jalur mobilisasi material (peta gambar 2.6 bab II).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi adalah selama periode konstruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstruksi sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama pelaksanaan konstruksi adalah kontraktor.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan
Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx -Xxxxxx
dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx,
Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-18
8. Pengelolaan Dampak Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan keindahan/estetika adalah kegiatan
pembersihan lahan (land clearing), termasuk penebangan pohon peneduh
yang ada pada areal rencana pelebaran jalan.

Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) mempunyai kemungkinan
menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan
timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan menimbulkan onggokan-onggokan
berserakan yang mengganggu keindahan/estetika.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak gangguan keindahan/estetika oleh kegiatan konstruksi.
Yang digunakan sebagai indikator dampak kemungkinan terjadinya
gangguan keindahan/estetika adalah estetika lingkungan kiri kanan ruas
jalan sebelum pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih dan tidak ada
onggokan tanah/ranting pohon berserakan.

Pengelolaan Lingkungan
Untuk mencegah timbulnya dampak gangguan keindahan/estetika,
langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah:
• Mewajibkan kepada kontraktor tidak membuang puing-puing material
sisa ke badan jalan. Demikian pula halnya dengan batang-batang
pohon yang ditebang. Batang pohon yang baru ditebang, dikumpulkan
di luar badan jalan, dan kemudian segera diangkut ke tempat
pembuangan.
• Kewajiban kontraktor ini selanjutnya dituang dalam dokumen kontrak,
untuk dipatuhi oleh kontraktor.

V-19
Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah: •
Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 -85,6; KM
86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah.
selama periode kontruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
kontraktor.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak kemungkinan gangguan keindahan/
estetika selama pelaksanaan konstruksi adalah Pimpro Induk
Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan Jalan
Ruas Xxxxxx - Xxxxxx dan Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah
Tengah.

9. 9. Pengelolaan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat setempat
adalah merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas
udara, terutama oleh penyebaran debu. Peningkatan debu pada lokasi
pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi
saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
V-20
indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak oleh
rencana kegiatan. Sebagai indikator dampak Kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan masyarakat adalah jumlah pasien ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas) pada Puskesmas setempat Puskesmas Klari,
sebelum pelaksanaan konstruksi, yaitu 11.645 pasien ISPA tahun 2003
{Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari)

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan dimaksudkan untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Kemungkinan penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama pencemaran
debu. Dengan demikian, apabila pengelolaan yang dilakukan telah
berhasil mengeliminir terjadinya pencemaran debu, maka secara tidak
langsung dampak penurunan kesehatan dapat dihindari.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat:
• Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 -85,6;
KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6 termasuk wilayah desa Duren,
Pancawati, Dawuan Tengah.
• Pada sepanjang rute mobilisasi material dari lokasi quarry di Cagak
(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.3 bab II di atas)
• Pada lokasi AMP di daerah Cagak (gambar 2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat
adalah: selama periode kontruksi.

Biava Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan penurunan kesehatan masyarakat:
adalah kontraktor.
V-21
Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak kesehatan adalah Dinas Ungkungan
Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Kesehatan Kabupaten Xxxxxx,
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.

Pengelolaan Dampak Pada Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pengelolaan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak positif peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
tenaga kerja untuk perawatan jalan, sekitar 50 orang.

Jenis Dampak
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oleh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak peluang kesempatan kerja adalah persentase tenaga kerja buruh
pada proyek perawatan jalan yang direkrut dari masyarakat desa
setempat, yaitu minimal 60%.

Pengelolaan Lingkungan
Tujuan pengelolaan adalah mengoptimalkan manfaat proyek perawatan
jalan yang dapat dirasakan oleh masyarakat desa setempat. Untuk
mencapai tujuan ini, pengelolaan lingkungan yang akan ditempuh terdiri
dari:

V-22
• Pemilik proyek mewajibkan kontraktor agar memprioritaskan perekrutan
tenaga kerja yang berasal dari desa setempat (Desa Duren,
Pancawati, Dawuan Tengah). Kewajiban kontraktor ini dituang dalam
dokumen kontrak

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja pemeliharaan jalan adalah pada desa yang dilalui
ruas Xxxxxx - Xxxxxx: Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga
kerja untuk kegiatan pemeliharaan jalan.

Biava Pengelolaan
Pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja untuk pemeliharaan jalan adalah kontraktor
proyek pemeliharaan jalan bekerjasama dengan kantor desa setempat.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan peluang kesempatan kerja adalah Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Xxxxxx, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil
Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

2. Pengelolaan (Mencegah) Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Dampak posistif dari peningkatan jalan adalah bertambahnya
kenyamanan berkendaraan dan dampak negatifnya terdapat resiko
kecelakaan fatal dari kendaraan-kendaraan yang melaju dengan
kecepatan rata-rata tinggi.

V-23
Jenis Dampak
Jenis dampak posistif dari peningkatan jalan adalah peningkatan
keselamatan lalu lintas yang bersumber dari bertambahnya kenyamanan
berkendaraan, sedangkan jenis dampak negatifnya yaitu terjadi resiko
kecelakaan fatal yang bersumber dari benturan keras kendaraan yang
melaju dengan kecepatan rata-rata tinggi.

Indikator Dampak
Indikator dampak positif dari peningkatan jalan adalah menurunnya tingkat
kecelakaan lalu lintas. Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran
lajur lalu lintas dapat mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% -15% per
meter pelebaran, median mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%.

Indikator dampak negatif adalah tingkat kerusakan kendaraan dan resiko


kematian yang lebih besar dibandingkan dengan kecelakaan-kecelakaan
sebelumnya.

Pengelolaan Lingkungan
Rekomendasi pengelolaan lingkungan untuk memaksimal dampak positif
dan meminimalkan dampak negatif pada tahap operasi dan pemeliharaan
adalah meningkatkan kenyamanan lalu lintas yang dapat dilakukan, sbb :

1) Pengelolaan terhadap konstruksi


• Di pusat kota selokan sepanjang jalan supaya selalu dipelihara
dan ditutup. Trotoar dan kereb selalu dijaga fungsi dan
keberadaannya.
• Bahu jalan selalu dipelihara agar tetap rata dan sama tinggi
dengan jalur lalu lintas, sehingga dapat berfungsi untuk memberi
kesempatan kendaraan berhenti sementara.
• Penghalang seperti tiang listrik, pohon, dsb sebaiknya tidak
mengganggu bahu jalan. Jarak antara bahu jalan dan penghalang
diharapkan sejauh mungkin untuk pertimbangan keselamatan lalu
lintas.

V-24
• Simpang jalan minor dan jalan keluar/masuk lahan samping jalan
sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap jalan utama, lokasinya
menghindari jarak pandang yang pendek
• Bila demand parkir dan berhenti begitu tinggi sepanjang jalan,
perlu disediakan lajur berhenti pada sisi kiri dari jalur lalu lintas

2) Pengelolaan alat pengendali lalu lintas (rambu dan marka jalan)


Mat pengendali lalu lintas haruslah dapat berfungsi EFEKTIF, untuk itu
alat-alat pengendali tersebut hams memenuhi syarat-syarat sbb :
a. Memenuhi suatu kebutuhan tertentu
b. Dapat tertihat dengan jelas
c. Memaksakan perhatian
d. Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana
e. Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh para
pemakai jalan
f. Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya

Untuk menjamin KEEFEKTIFAN tersebut, maka 4 (empat)


pertimbangan yang akan dilakukan :
(1) DISAIN : mencakup ukuran, bentuk, warna, kemudahan membaca,
penerangan dan pemantulan yang baik (syarat c & d).
(2) LOKASI : harus terietak didalam kerucut pengelihatan pemakai
jalan dan tempatnya sedemikian rupa sehingga pengemudi
mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan reaksi terhadap
pssan-pesan tersebut (syarat b & f). Faktor-faktor utama adalah :
arah muka, tinggi, kebebasan samping dan peringatan
pendahuluan.
(3) KESERAGAMAN PENGGUNAAN : para pemakai jalan
mendasarkan reaksinya terhadap rambu-rambu atas pengalaman
sebelumnya terhadap rambu-rambu tersebut. Rambu-rambu yang
standar harus digunakan, demikian pula untuk situasi-situasi lalu-
lintas yang sama harus diberikan rambu-rambu yang sama pula,
sehingga pemakai jalan mengetahui apa yang harus dilakukan
pada saat mereka melihat rambu lalu-lintas dan bereaksi dengan
cepat berdasarkan pengalaman sebelumnya terhadap rambu-
rambu tersebut (syarat d & f). Rambu hanya digunakan apabila
benar-benar diperiukan saja, rambu yang tidak diperlukan

V-25
(dipasang tidak pada tempatnya) akan mengakibatkan para
pengemudi kehilangan perhatiannya atau kepercayaannya terhadap
pentingnya pesan yang disampaikan oleh rambu tersebut (syarat a &
e). (4) PERAWATAN : rambu-rambu hams bersih, terpasang baik dan
kebebasan pandangan dapat dijaga (syarat b, c & e)

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada
tahap operasi dan pemeiiharaan adalah sepanjang ruas jalan.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah
selama periode operasi dan pemeiiharaan.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah bersumber
dari anggaran pemeiiharaan jalan.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas
dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan setempat.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas
selama periode operasi dan pemeiiharaan adalah Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx,
Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

3. Pengelolaan Dampak Penurunan Kualitas Udara Dan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan berasal dari
emisi dan suara lalu lintas dan peralatan yang digunakan untuk perawatan
jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).

V-26
Jenis Dampak
Kemungkinan peningkatan pencemaran udara dan kebisingan
diperkirakan terjadi saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari
kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan
ini berkaitan langsung dengan bertambahnya volume lalu lintas yang
melewati ruas jalan baru. Dengan demikian, dioperasikannya jalan
diperkirakan meningkatkan bahan pencemar udara. Khususnya bagi
penduduk yang bermukim di tepi jalan akan merasakan gangguan
pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh


adanya emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap
operasi berasai dari suara lalu lintas kendaraan dan peralatan yang
digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur untuk mengukur dampak pada
kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator dampak penurunan kualitas
udara adalah mengacu pada baku mutu kualitas udara, seperti disajikan
pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999) di atas.

Pengelolaan Lingkunaan
Untuk mencegah timbulnya dampak penurunan kualitas udara, langkah-
langkah pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah : •
Penanaman pohon peneduh jalan sebagaimana diurai di atas (tabel 5.2 di
atas) sudah merupakan langkah meminimumkan dampak penurunan
kualitas udara. Pohon-pohon tersebut mempunyai kemampuan menyerap
polutan udara. Tajuk pohon dapat membersihkan partikel debu dari udara
melalui proses jerapan dan serapan. Dengan melalui proses jerapan,
partikel debu akan menempel pada permukaan daun, khususnya daun
yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar. Sebagian
debu dapat dibersihkan melalui proses serapan, yaitu partikel debu
terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Demikian pula pohon
damar,

V-27
daun kupu-kupu, akasia, beringin mempunyai kemampuan yang baik
untuk menyerap gas CO2.
• Kontraktor diwajibkan menggunakan kendaraan pengangkut material
dan peralatan yang telah lulus uji emisi (kadar Pb = 0 ppm). Hal ini
akan dituang dalam dokumen kontrak, sebagai suatu persyaratan bagi
kontraktor.
• Truk pengangkut material dilengkapi penutup terpal.
• Cerobong asap peralatan AMP dilengkapi dengan wadah yang berisi
air, sehingga sebelum melewati cerobong, asap terlebih dahulu
dilewatkan melalui wadah berisi air ini.
• Kontraktor diharuskan melakukan penyiraman pada bagian areal kerja
yang berdebu.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:
• Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM
91,6-92,5.
• Pada sepanjang rute material dari lokasi quarry di Cagak (Kabupaten
Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas)
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar
2.6 bab II).

Sedangkan untuk mengurangi gangguan kebisingan, langkah-langkah


pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh adalah :
• Pada pekarangan yang berbatssan dengan jalan atau pada areal
damija yang kosong, ditanami berbagai jenis pohon sebagai sound
barrier, yang dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun cabang dan ranting. Jenis tumbuhan
yang efektif meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal
dengan daun yang rindang. Dengan menanam berbagai jenis
tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan
dapat mengurangi kebisingan. Dedadunan tanaman dapat menyerap
kebisingan sampai 95%. Dalam hal ini, pada pekarangan yang
berbatasan dengan jalan, dapat disarankan untuk menanam berbagai
jenis pohon, seperti: rambutan, cengkeh, sawo, cemara, pinus (Pinus
merkusii), palem (Crodora sp.).

V-28
• Kontraktor pemeliharaan jalan diharuskan mengatur waktu
pengoperasian peralatan yang menimbulkan kebisingan. Peralatan
sebaiknya tidak dioperasikan pada waktu-waktu sholat jum'at,
kebaktian di gereja, istirahat malam, dan sebagainya.
• Penempatan AMP diupayakan sejauh mungkin dari pemukiman
masyarakat.

Lokasi Pengeloiaan
Lokasi pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:
• Penanaman pohon pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek
KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5, kecuali di depan
Pasar Kosambi, penanaman pohon pada median.
• Pada sepanjang rute material dari lokasi quarry di Cagak (Kabupaten
Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas).
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar
2.6 bab II di atas).

Waktu Pengeloiaan
Waktu pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah: selama
periode operasi dan pemeliharaan jalan.

Biava Pengeloiaan
Biaya pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara sudah termasuk
dalam nilai kontrak proyek pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pengeloiaan
Pelaksana pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
kontraktor.

Pengawas Pengeloiaan
Pengawas pengeloiaan pencegahan penurunan kualitas udara adalah
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

V-29
4. Pengelolaan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)

Sumber Dampak
Sumber dampak negatif banjir adalah kegiatan peninggian badan jalan di
sekitar Pasar Kosambi.

Jenis Dampak
Jenis dampak yang mungkin timbul adalah terjadinya banjir di sekitar
Pasar Kosambi. Peninggian badan jalan akan menghambat pembuangan
air yang selama ini melimpas menyeberangi badan jalan untuk pada
gilirannya masuk ke saluran drainase di beiakang pasar dan selanjutnya
masuk ke Kali Kamojing yang memotong rel kereta api. Timbulnya banjir
akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk sekitar dan
pengunjung Pasar Kosambi.

Indikator Dampak
Indikator dampak negatif banjir adalah tidak terjadinya genagan air pada
musim hujan di sekitar Pasar Kosambi setelah terjadi hujan. Adapun
parameter yang dapat diukur adalah kedalaman genangan, lamanya
genangan berlangsung, intensitas genangan, dan luas genangan.

Pengelolaan Lingkungan
Untuk mengeliminir dampak negatif banjir antara lain:
• Peninggian badan jalan perlu diikuti peninggian dasar saluran.
• Normalisasi saluran drainase jalan yang sudah ada, meliputi
pengerukan lumpur dan sampah, peningkatan volume saluran
drainase, dan perbaikan lining. Di atas saluran drainase dapat
difungsikan sebagai trotoar.
• Perlu dibuat saluran pembuang sekaligus sebagai saluran drainase
jalan ke arah rel kereta api menuju saluran drainase yang telah ada,
yakni saluran drainase di beiakang pertokoan menuju Kali Kamojing
(Peta Lokasi Pengelolaan Banjir pada gambar 5.1).
• Normalisasi saluran drainase perkotaan menuju K. Kamojing.
• Pembersihan/pengambilan sampah dari tempat pembuangan
sementara (bak sampah) di pinggir-pionggir jalan saluran perlu
dilakukan secara rutin dan bersih.

V-30
• Himbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah
disaluran drainase.

Lokasi Pengelolaan
Lokasj pengelolaan dampak negatif banjir adalah di sekitar Pasar
Kosambi, tertera pada gambar 5.1.

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan dampak banjir adalah pada awal konstruksi dan
dilakukan pemeliharaan secara rutin (3 bulan sekali). Pembersian sampah
dilakukan setiap 3 hah sekali.

Biava Pengelolaan
Biaya pembuatan saluran dan normalisasi saluran kiri kanan jalan sudah
termasuk dalam nilai kontrak proyek (Departemen Kimpraswil).
Sedangkan biaya normalisasi saluran drainase di belakang pertokoan
menuju Kali Kamojing ditanggung oleh APBD Kabupaten melalui Dinas
Tata Kota. Untuk pemeliharaan rutin dibebankan kepada APBD melalui
Dinas Pekerjaan Umum. Untuk biaya pengelolaan kebersihan lingkungan
(pengambilan sampah) secara rutin dibebankan kepada warga sekitar.

Pelaksana Pengelolaan
Pembuatan saluran dan normalisasi saluran kiri kanan jalan dilaksanakan
oleh kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan dari Departemen Kimpraswil.
Normalisasi saluran belakang pertokoan menuju Kali Kamojing dapat
dilaksanakan oleh masyarakat sekitar yang dikoordinir oleh Dinas Tata
Kota. Pelaksanaan pemeliharaan saluran secara berkala dilakukan oleh
Dinas Pekerjaan Umum. Sedangkan pengelolaan sampah secara rutin
dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara swadaya bersama Dinas
Kebersihan Kota.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan dampak banjir adalah: pemimpin proyek Induk
Pantura, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Xxxxxx, dan unsur masyarakat.

V-31
Gambars.1. PETA PENGELOLAA
Xxxxxx-(Lokasi Sekitar
P

= = = : Nor

: Pe
5. Pengelolaan Dampak Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan
dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh
emisi dari lalu lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan
untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plan (AMP). Pollutan emisi
pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti
penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oleh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat adalah
jumlah pasien ISPA pada puskesmas setempat Klari pada periode
sebelum pengoperasian dan perawatan jalan, yaitu 11.645 pasien ISPA
tahun 2003 (Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari).

Pengelolaan Lingkungan
Penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak lanjutan dari
dampak penurunan kualitas udara, terutama pencemaran debu. Dengan
demikian, apabila pengelolaan yang dilakukan telah berhasil mengeliminir
terjadinya pencemaran debu, maka secara tidak langsung dampak
penurunan kesehatan dapat dihindari.

Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan dampak kesehatan sama dengan lokasi pencegahan
penurunan kualitas udara yaitu:
• Penanaman pohon pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek
KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5, kecuali di depan
Pasar Kosambi, penanaman pohon pada median.

V-33
• Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak
(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar2.6 bab II di atas).
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar
2.6 bab II di atas).

Waktu Pengelolaan
Waktu pengelolaan dampak kesehatan adalah: selama periode operasi
dan pemeliharaan jalan.

Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan dampak kesehatan sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pengelolaan
Pelaksana pengelolaan dampak kesehatan sama dengan pencegahan
penurunan kualitas udara yaitu kontraktor.

Pengawas Pengelolaan
Pengawas pengelolaan kesehatan masyarakat adalah Pimbagpro Ruas
Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Kesehatan Kabupaten xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.

V-34
BAB VI UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
BAB VI UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Setelah pada bab 5 diurai upaya pengelolaan lingkungan (UKL), pada bab 6 ini
menguraikan upaya pemantauan lingkungan (UPL). Rekomendasi UPL
merupakan cara/metode yang nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
efektifitas pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dalam mencegah
atau meminimumkan timbulnya dampak negatif dan mengembangkan dampak
positif. Berikut ini rekomendasi upaya pemantauan lingkungan (UPL) pada setiap
tahapan kegiatan, yang ringkasannya disajikan dalam bentuk tabel pada bagian
akhirdari bab ini (tabel 6.3).

6.1. Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Prakonstruksi

Pemantauan Persepsi Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak pada persepsi masyarakat adalah kegiatan sosialisasi dan
pengadaan tanah. Termasuk materi sosialisasi adalah pemberian penjelasan
kepada masyarakat cara perhitungan nilai kompensasi tanah dan bangunan
masyarakat yang terkena rencana pelebaran jalan. Sosialisasi juga
menekankan akan adanya tahapan musyawarah dalam penentuan nilai
kompensasi tanah bangunan antara masyarakat pemilik tanah bangunan
dengan Panitia Pengadaan tanah.

Jenis Dampak
Sosialisasi yang baik akan membangun persepsi positif masyarakat
terhadap rencana pelebaran jalan, yang selanjutnya akan membantu
kelancaran proses pengadaan tanah. Sebaliknya sosialisasi yang kurang
jelas akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di kalangan masyarakat,
yang selanjutnya berpotensi menggangu kelancaran pengadaan tanah dan
pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

VI-1
Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak persepsi masyarakat adalah tercapainya kesepakatan
nilai kompensasi tanah bangunan antara panitia pengadaan tanah dengan
semua masyarakat pemilik tanah bangunannya terkena proyek. Dari hasil
wawancara, kondisi eksisting persepsi masyarakat sebagian besar
responden (98%) mendukung, dan 2% responden keberatan bila
bangunan toko miliknya terkena proyek. Terhadap 2% responden ini,
panitia pengadaan tanah masih perlu mencari solusi penyelesaian untuk
mencapai tolok ukur dampak.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan bertujuan mengevaluasi pelaksanaan sosialisasi dan
musyawarah dalam mencapai kesepakatan nilai kompensasi tanah
bangunan terkena proyek, terutama antara pemilik toko pada sta 1+200
atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug) dengan panitia pengadaan
tanah. Pemantauan akan dilakukan dengan cara:
• Wawancara masyarakat.pemilik tanah bangunan terutama antara
pemilik toko pada sta 1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke
Curug), menanyakan apakah tercapai kesepakatan besaran nilai
kompensasi tanah bangunan.
• Hasil wawancara dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai
tolok ukur dampak adalah 100% pemilik tanah dan bangunan terkena
pelebaran jalan mencapai kesepakatkan besaran nilai kompensasi
tanah bangunan dengan panitia pengadaan tanah.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada Desa Duren dimana terdapata
masyarakat yang tanah bangunannya terkena pelebaran jalan, terutama
pemilik toko pada sta 1+200 atau KM 84,2 (persimpangan arah ke Curug)
yang masih keberatan.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pada periode prakonstruksi.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan bersumber dari APBN tahun 2004.

VI-2
Pelaksana Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan adalah panitia pengadaan tanah, yang
beranggotakan: Asisten Daerah/Asda I Kabupaten Xxxxxx, BPN, PU
Kabupaten, Kecamatan, Desa, Pimpro Induk Pantura/Pimbagpro Ruas
Xxxxxx-Xxxxxx.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan: Bupati Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah

Pemantauan Dampak Pada Tahap Konstruksi

Pemantauan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak terciptanya peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
kebutuhan tenaga kerja buruh pada proyek. Tenaga kerja buruh yang
akan direkrut oleh kontraktor sekitar 50 orang.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah terciptanya peluang kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat di Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.
Peluang kesempatan kerja merupakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk konstruksi jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak positif peluang kesempatan kerja dari kegiatan proyek.
Yang digunakan sebagai indikator dampak peluang kesempatan kerja
adalah persentase tenaga kerja buruh pada proyek yang direkrut dari
masyarakat desa setempat (Duren, Pancawati, Dawuan Tengah), yaitu
minimal 60%. VI-3
Pemantauan Linqkunqan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi realisasi
pemberian peluang kesempatan kerja kepada masyarakat setempat
dalam perekrutan tenaga kerja konstruksi. Pemantauan dengan cara:
• Pendataan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat, yaitu ber-
KTP Desa Duren, Pancawati dan Dawuan Tengah.
• Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai
tolok ukur dampak adalah minimal 60% tenaga kerja berasal dari
masyarakat setempat.
• Apabila tenaga kerja yang berasal dari kelurahan setempat < 60%,
maka proses perekrutan tenaga kerja perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada desa-desa lokasi proyek dan
sekitarnya, terutama Desa Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Waktu Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga kerja.

Biaya Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah Pimbagpro bekerjasama dengan kantor
kepala setempat Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

Pengawas Pemantauan
Pengawas Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga adalah Dinas Tenaga Kerja, Pimbagpro Ruas Xxxxxx-
Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

VI-4
2. Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan terjadinya penurunan kualitas
udara adalah mobilisasi peralatan & material, penggalian & penimbunan,
pekerjaan sub-base, pengaspalan.

Jenis Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material dari quarry di
daerah Cagak (Kabupaten Subang) ke lokasi proyek mempunyai
kemungkinan menimbulkan dampak penurunan kualitas udara.
Kemungkinan ini berasal dari emisi kendaraan truk yang digunakan untuk
pengangkutan. Selain itu juga dimungkinkan oleh debu yang berasal dari
material tanah yang terembus angin selama perjalanan pengangkutan.

Selain oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan pengangkutan material,


penurunan kualitas udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan: land
clearing, pengoperasian base camp, penggalian & penimbunan,
penyusunan sub-base, pengaspalan. Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan
polutan udara berupa debu serta emisi dari peralatan (aspalt mixing plant
AMP, stone cmsher). Kemungkinan peningkatan debu dan polutan emisi
kendaraan diperkirakan akan semakin signifikan pada musim kemarau,
yaitu pada periode bulan Nopember - April.

Kondisi eksisting kualitas udara saat ini cukup baik, semua parameter
kualitas udara memenuhi standar baku mutu, tertera pada tabel 3.3 diatas.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999)
bab V di atas.

VI-5
Pemantauan Linqkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah
timbulnya dampak penurunan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara
akan dilakukan dengan cara:
• Sampling kualitas udara dan analisa di laboratorium. Parameter yang
dipantau adalah kandungan debu, CO, Pb, NOx, SOz, H2S, CH pada
udara ambient.
• Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu udara.
• Apabila ternyata hasil pengukuran melampaui standar baku mutu,
maka pengelolaan lingkungan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:
• Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM
91,6-92,5.
• Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak
(Kabupaten Subang) sampai lokasi proyek (gambar 2.6 bab II di atas)
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar
2.6 bab II di atas).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kualitas udara adalah: selama periode kontruksi
setiap 3 bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kualitas udara sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kualitas udara adalah kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kualitas udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx -
Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen
Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

VI-6
3. Pemantauan Dampak Gangguan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber penyebab dampak kemungkinan gangguan kebisingan adalah
peralatan AMP, stone crusher, vibratory roller, vibratory compactor.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan timbulnya gangguan kebisingan. Tingkat
kebisingan dari suara peralatan vibratory roller, vibratory compactor, stone
crusher, dan AMP, dapat mencapai 80 dBA pada jarak 15 meter, yang berarti
melampaui standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman 60 dBA
(KepMenLH No 48/11/1996). Gangguan kebisingan terutama dapat dialami
oleh masyarakat sekitar lokasi AMP.

Kondisi eksisting kebisingan saat ini telah melampaui standar baku mutu,
seperti tertera pada tabel 3.3 di atas. Tingkat kebisingan eksisting mencapai
78 dBA, sementara standar baku mutu kebisingan untuk pemukiman hanya 60
dBA.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena dampak
oleh rencana kegiatan proyek. Indikator dampak peningkatan kebisingan
mengacu pada Kepmen LH No 48/1996, yaitu 60 dBA untuk pemukiman.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah timbulnya dampak
gangguan kebisingan. Pemantauan kebisingan akan dilakukan dengan cara:
• Pengukuran tingkat kebisingan (desibel) dengan alat sound level meter.
• Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu kebisingan
pada SK MenLH No 48 Tahun 1996.
• Apabila ternyata hasil pengukuran melampaui standar baku mutu, maka
pengelolaan kebisingan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan gangguan kebisingan adalah:
VI-7
• Pada lokasi peralatan yang menimbulkan kebisingan (vibratory roller,
vibratory compactor, stone crusher, dan AMP), yaitu sepanjang lokasi
proyek, KM 83,1 -85,6; KM 86,1 -86.8; KM 91,6-92,5.
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak Kabupaten Subang (gambar 2.6
bab II di atas).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kebisingan adalah: selama periode kontruksi, setiap 3
bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kebisingan sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kebisingan adalah kontraktor, bekerja sama dengan
perusahaan pemilik AMP.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kebisingan udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx -
Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil
Direktorat Prasarana Wilayah Tengah.

4. Pemantauan Dampak Hilangnya Pohon Peneduh Yang Ada (Oleh Land


Clearing)

Sumber Dampak
Sumber dampak hilangnya pohon yang ada adalah penebangan pohon yang
ada pada areal rencana pelebaran jalan. Pada areal rencana pelebaran jalan
saat tumbuh berbagai jenis tanaman seperti mangga, rambutan, srikaya,
belimbing, lamtoro, petai cina, jeruk, sirsak, pepaya, nangka, jambu batu,
jambu air, kelapa, beringin, mahoni, tanjung, karet, palem, cemara, kamboja,
sinyo nakal, lilin-lilin, hangjuang, puring, angsana, kenanga, soka, plamboyan,
paku, johar, bogenvile.

VI-8
Jenis Dampak
Pohon yang ada dalam areal rencana pelebaran jalan, akan ditebang.
Penebangan ini akan menghilangkan suasana teduh yang selama ini
dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan masyarakat setempat.
Penebangan pohon akan menambah suasana panas, dimana kondisi ini
akan berlangsung selama sekitar 2 tahun, yaitu sampai pohon pengganti
yang ditaman tumbuh.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak hilangnya pohon oleh land clearing. Yang digunakan
sebagai indikator dampak hilangnya pohon peneduh jalan adalah adanya
penanaman pohon peneduh pengganti, yang dapat menciptakan suasana
teduh dan nyaman, serta menghilangkan kesan panas dan gersang.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan penanaman pohon peneduh jalan. Pemantauan akan
dilakukan dengan cara:
• Memantau pertumbuhan pohon pengganti yang di tanam pada sisi
kanan kiri jalan.
• Apabila ditemukan pohon yang pertumbuhannya kurang baik, maka
diganti dengan bibit yang lebih baik.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan adalah pada areal penanaman pohon pengganti yaitu:
pada sisi kanan kiri jalan sepanjang lokasi proyek (KM 83,1 - 85,6; KM
86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,5), pada median jalan depan pasar Kosambi.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan penanaman pohon peneduh pengganti adalah: setiap
3 bulan sekali.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

VI-9
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan penanaman kembali pohon peneduh jalan adalah:
kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.

5. Pemantauan (Mencegah) Kemacetan Lalu Lintas Oleh Mobilisasi


Material, Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Sub-Base, Lapis Perkerasan

Sumber Dampak
Sumber dampak kemacetan adalah aktivitas mobilisasi material, pekerjaan
tanah, pekerjaan sub-base dan pekerjaan lapis perkerasan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kemacetan lalu lintas yang disebabkan
oleh mobil pengangkut material yang membawa beban berat yang berjalan
dengan kecepatan lambat, hal ini akan menimbulkan antrian kendaraan di
belakangnya.

Demikian juga, pekerjaan tanah, pekerjaan sub-base dan lapis perkerasan,


dimana aktivitasnya yang "memakan" sebagian dari lebar jalur lalu lintas yang
ada, dengan sendirinya akan mengurangi kapasitas jalan dan akibatnya akan
semakin menambah kemacetan yang terjadi di lokasi pekerjaan.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak merupakan tolok ukur kemacetan yang disebabkan oleh
kegiatan peningkatan jalan ini adalah adanya antrian kendaraan yang cukup
signifikan dibelakang kendaraan pengangkut material atau semakin
bertambahnya panjangnya antrian kendaraan pada lokasi pekerjaan
dibandingkan hari-hari biasa (yang memang sudah biasa dengan antrian
karena kemacetan).

Tolok ukur dampak mengacu data volume lalu lintas saat ini, V/C yang terjadi
dengan kondisi proyek tinggal hanya satu lajur, sbb :

VI-10
Tabel 6.1: Rasio Volume - Kapasitas (V/C)
Jenis Kendaraan Koef Jml.Kend. Vol.LL V/C
smp Jam Puncak (smp/jam)
Sepeda Motor 0.5 2969 1485 1.36
Mobil Penumpang 1.0 99 99 0.09
Utility (Opelet dan sejenisnya) 1.0 436 436 0.40
Truk Ringan (2 Sumbu) 2.5 46 54 115 0.11
Bus Kecil 2.5 75 78 135 0.12
Bus Besar 3.0 58 225 0.21
Truk Sedang (2 Sumbu) 2.5 195 0.18
Truk Berat (3 Sumbu atau lebih) 3.0 174 0.16
Jumlah 3815 2864 2.62

Pemantauan Lingkunqan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
pengelolaan lalu lintas sekitar lokasi proyek dalam upayanya mencegah
terjadinya kemacetan selama pelaksanaan pekerjaan lapis perkerasan.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara;
• Pengamatan kelancaran lalu lintas pada sekitar lokasi proyek dan
pendataan volume lalu lintas dan analisa V/C rasio.
• Hasil analisa V/C rasio dibandingkan dengan V/C rasio sebelum
konstruksi (tabel 6.1).
• Apabila ditemukan kemacetan lalu lintas yang cukup signifikan
dibanding sebelum pekerjaan konstruksi, maka pengaturan
selanjutnya lebih ditingkatkan.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan terjadinya kemacetan selama
pelaksanaan konstruksi adalah pada rute mobilisasi material dari daerah
Cagak (Subang) seperti tertera pada gambar 2.6 bab II di atas.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan volume lalu lintas adalah selama periode konstruksi,
setiap 3 bulan.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan lalu lintas sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

VI-11
Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan adalah kontraktor berkerjasama dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Xxxxxx.

Penqawas Pemantauan
Pengawas pemantauan pencegahan kemacetan selama pelaksanaan
konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,
Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx.

6. Pemantauan (Mencegah) Kerusakan Badan Jalan Yang Dilalui Mobilisasi


Material

Sumber Dampak
Sumber dampak kerusakan badan jalan adalah aktivitas mobil pengangkut
material dengan Vehicle Damage Factor (VDF) yang besar akibat beban yang
be rat.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan kerusakan badan jalan pada jalan-jalan
yang dilalui oleh mobil pengangkut material, terutama pada jalan dengan
kelas yang rendah atau jika mutu konstruksi perkerasan pada jalan-jalan yang
dilalui rendah.

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur kerusakan badan jalan yang disebabkan oleh aktivitas mobil
pengangkut material adalah ada tidaknya peningkatan jumlah lubang-lubang
di jalan {potholes) antara sebelum dan sesudah pelaksanaan mobilisasi
material.

Secara sederhana untuk menilai tolok ukur tersebut dengan membandingkan


kondisi lajur jalan yang dilewati kendaraan pada saat muatan penuh dan pada
saat muatan kosong. Jika jumlah lubang pada lajur jalan yang dilalui
kendaraan pada saat muatan penuh jumlahnya berbeda secara signifikan
dengan jumlah lubang pada lajur jalan pada saat muatan kosong, maka patut
diduga kerusakan itu disebabkan oleh aktivitas mobil pengangkut material.

VI-12
Pemantauan Linakunqan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
pengelolaan mobilisasi material dalam upaya mengeliminir dampak
kerusakan badan jalan. Pemantauan akan dilakukan dengan cara:
• Pengamatan kondisi jalan rute yang dilalui mobilisasi material.
• Hasil pengamatan dibandingkan dengan tolok ukur dampak, yaitu
kondisi jalan sebelum dilalui mobilisasi material.
• Apabila kondisi jalan menjadi lebih rusak, maka perlu diadakan
peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan
konstruksi adalah pada rute mobilisasi material dari lokasi quarry di
daerah Cagak (Subang) seperti tertera pada gambar 2.6 bab II di atas.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kerusakan badan jalan selama adalah selama periode
konstruksi, setiap 3 bulan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan konstruksi
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan
konstruksi adalah kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kerusakan badan jalan selama pelaksanaan
konstruksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,
Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat Prasarana Wilayah
Tengah.

VI-13
7. Kemungkinan Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Sumber dampak kecelakaan lalu lintas pada tahap konstruksi adalah
penyempitan jalur lalu lintas, lubang-lubang galian bekas pekerjaan.

Jenis Dampak
Jenis dampak adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang
disebabkan oleh penyempitan jalur lalu lintas secara mendadak, pengemudi
yang tidak sabar atau disebabkan oleh bekas lubang-lubang galian.

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh aktivitas
proyek, seperti:
• Kecelakaan karena kendaraan keluar jalur lalu lintas
• Kecelakaan karena pengemudi saling serobot
• Kecelakaan karena kendaraan masuk lubang bekas galian
• Data kejadian kecelakaan sebelum pelaksanaan konstruksi, tertera pada
tabel 6.2.

Tabel 6.2. Jumlah Kecelakaan Kabupaten Xxxxxx Tahun 2002


Bulan Jumlah Meninggal Luka Luka Kerugian
Kecelakaan Berat Ringan Materiil
(000 Rp)
Januari 10 9 10 16 3.200.000
Pebruari 5 5 3 2 2.000.000
Maret 5 7 5 - 2.000.000
April 9 9 3 - 3.000.000
Mei 7 6 1 2 1.500.000
Juni 5 4 2 2 1.700.000
Jul! 9 10 1 - 2.450.000
Agustus 15 17 7 14 4.300.000
September 7 6 2 6 2.500.000
Oktober 7 8 4 2 2.900.000
Nopember 6 7 1 1 2.000.000
Desember 7 10 6 5 3.000.000
Jumlah 92 98 45 50 30.550.000
Tahun 2001 100 114 53 36 42.500.000
*)Sumber: Kabupaten Xxxxxx Dalam Angka Tahun 2002

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan pemasangan rambu lalu lintas dan lampu

VI-14
penerangan jalan, dalam menjaga keselamatan berlalu-lintas.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara:
• Mendata frekuensi kecelakaan berlalu lintas yang terjadi akibat
keterbatasan rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
• Membandingkan hasil pendataan dengan kejadian kecelakaan
sebelum periode konstmksi.
• Membandingkan data kecelakaan Kabupaten Xxxxxx tahun periode
konstmksi dengan tolok ukur dampak (tabel 6.2 di atas).
• Apabila frekuensi terjadi kecelakaan berlalu lintas lebih tinggi, maka
pengelolaan perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan konstmksi
adalah pada rute mobilisasi material dari lokasi quarry daerah Cagak -
Subang (gambar 2.6 bab II di atas).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas selama
pelaksanaan konstmksi, sebulan sekali.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan kecelakaan lalu lintas selama peiaksanaan konstmksi
sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan
konstmksi adalah kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kecelakaan lalu lintas selama pelaksanaan
konstmksi adalah Pimpro Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa,
Pimbagpro Peningkatan Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Perhubungan
Kabupaten Xxxxxx.

VI-15
8. Pemantauan Dampak Kemungkinan Gangguan Keindahan/Estetika

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan keindahan/estetika adalah kegiatan pembersihan
lahan (land clearing), termasuk penebangan pohon peneduh yang ada pada
areal rencana pelebaran jalan.

Jenis Dampak
Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) mempunyai kemungkinan
menimbulkan terjadinya gangguan keindahan/estetika berupa ceceran dan
timbunan puing-puing sisa material yang dibiarkan menumpuk di tepi jalan.
Demikian pula, batang dan ranting pohon yang ditebang, apabila tidak
ditangani dengan baik, akan menimbulkan onggokan-onggokan berserakan
yang mengganggu keindahan/estetika.

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur yang akan digunakan untuk mengukur dampak gangguan
keindahan/estetika oleh kegiatan konstruksi adalah estetika lingkungan kiri
kanan ruas jalan sebelum pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih dan
tidak ada onggokan tanah/ranting pohon berserakan.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan akan digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan puing-puing
material sisa dan batang pohon yang ditebang dalam upaya mencegah
gangguan estetika lingkungan. Pemantauan dengan cara:
• Pengamatan estetika lingkungan pada lokasi proyek.
• Hasil pengamatan dibandingkan dengan tolok ukur dampak, yaitu kondisi
estetika lingkungan kiri kanan ruas jalan sama seperti sebelum
pelaksanaan pembersihan lahan, yaitu bersih.
• Apabila kondisi estetika lingkungan menjadi lebih buruk, maka perlu
diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan timbulnya gangguan estetika adalah:
• Pada sepanjang lokasi proyek ruas Xxxxxx - Xxxxxx, KM 83,1 -
85,6; KM 86,1 - 86,8; KM 91,6 - 92,6.

VI-16
Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan gangguan estetika setiap bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan sudah termasuk dalam nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan gangguan estetika adalah: kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan gangguan keindahan/estetika adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Xxxxxx.

9. Pemantauan Dampak Gangguan Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat mempakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat setempat
adalah merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas
udara, terutama oleh penyebaran debu. Peningkatan debu pada lokasi
pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti penyakit infeksi
saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak kemungkinan gangguan kesehatan masyarakat
adalah jumlah pasien ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) pada
Puskesmas setempat Klari, sebelum pelaksanaan konstruksi, yaitu 11.645
pasien tahun 2003 (Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas Klari)

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi terjadi
tidaknya penurunan tingkat kesehatan masyarakat sebagai dampak
kelanjutan dari pencemaran debu. Pemantauan dengan cara:

VI-17
• Pendataan pada puskesmas setempat jumlah pasien penderita jenis
penyakit yang berkaitan dengan pencemaran debu, seperti ISPA.
• Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai
tolok ukur dampak adalah jumlah penderita ISPA sebelum
pelaksanaan pelebaran ruasjalan.
• Apabila hasil pendataan lebih besar dibanding tolok ukur dampak,
maka perlu ditinjau kembali pengelolaan dampak pencemaran debu.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kesehatan masyarakat: puskesmas setempat Klari

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kesehatan masyarakat adalah selama periode
kontruksi, setiap bulan sekali.

Biava Pemantauan
Biaya pemantauan kesehatan masyarakat adalah: sudah termasuk dalam
nilai kontrak proyek.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kesehatan masyarakat: adalah kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan dampak kesehatan adalah Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Kesehatan Kabupaten Xxxxxx,
Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.

Pemantauan Dampak Pada Tahap Operasi & Pemeliharaan

Pemantauan Dampak Positif Peluang Kesempatan Kerja

Sumber Dampak
Sumber dampak positif peluang kesempatan kerja adalah perekrutan
tenaga kerja untuk perawatan jalan, sekitar 50 orang.

VI-18
Jenis Dampak
Peluang kesempatan kerja mempakan dampak positif yang ditimbulkan
oleh perekrutan tenaga kerja untuk perawatan jalan. Tenaga kerja buruh
yang akan direkrut dapat mencapai sekitar 50 orang. Ini merupakan
peluang kesempatan kerja bagi sebagian penduduk usia kerja yang masih
sebagai pencari kerja. Berdasarkan data Statistik Kabupaten Xxxxxx
Tahun 2002, terdapat cukup banyak penduduk pencari kerja, yaitu 30.248
orang.

Indlkator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur komponen lingkungan hidup yang kemungkinan terkena
dampak oieh rencana kegiatan proyek. Yang digunakan sebagai indikator
dampak peluang kesempatan kerja adalah persentase tenaga kerja buruh
pada proyek perawatan jalan yang direkrut dari masyarakat desa
setempat, yaitu minimal 60%.

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi realisasi
pemberian peluang kesempatan kerja kepada masyarakat setempat
dalam perekrutan tenaga kerja untuk pekerjaan pemeliharaan jalan.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara:
• Pendataan tenaga kerja yang berasal dari desa setempat, yaitu ber-
KTP Desa Duren, Pancawati dan Dawuan Tengah.
• Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai
tolok ukur dampak adalah minimal 60% tenaga kerja berasal dari
masyarakat setempat.
• Apabila tenaga kerja yang berasal dari kelurahan setempat < 60%,
maka proses perekrutan tenaga kerja perlu ditinjau kembali

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja pemeliharaan jalan adalah pada desa-desa yang
dilalui ruas Xxxxxx - Xxxxxx; Duren, Pancawati, Dawuan Tengah.

VI-19
Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja adalah pada saat proses penerimaan tenaga
kerja untuk kegiatan pemeliharaan jalan.

Biaya Pemantauan
Pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam perekrutan
tenaga kerja, tidak memerlukan biaya.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pemberian prioritas masyarakat setempat dalam
perekrutan tenaga kerja untuk pemeliharaan jalan adalah kontraktor
proyek pemeliharaan jalan bekerjasama dengan kantor desa setempat.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan peluang kesempatan kerja adalah Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Xxxxxx, Pimbagpro Ruas Xxxxxx - Xxxxxx.

2. Pemantauan (Mencegah) Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber Dampak
Dampak posistif dari peningkatan jalan adalah bertambahnya
kenyamanan berkendaraan dan dampak negatifnya terdapat resiko
kecelakaan fatal dari kendaraan-kendaraan yang melaju dengan
kecepatan rata-rata tinggi.

Jenis Dampak
Jenis dampak posistif dari peningkatan jalan adalah peningkatan
keselamatan lalu lintas yang bersumber dari bertambahnya kenyamanan
berkendaraan, sedangkan jenis dampak negatifnya yaitu terjadi resiko
kecelakaan fatal yang bersumber dari benturan keras kendaraan yang
melaju dengan kecepatan rata-rata tinggi.

Tolok Ukur Dampak


Indikator dampak positif dari peningkatan jalan adalah menurunnya tingkat
kecelakaan lalu lintas. Beberapa literatur menjelaskan bahwa pelebaran

VI-20
lajur lalu lintas dapat mengurangi tingkat kecelakaan antara 2% - 15% per
meter pelebaran, median mengurangi tingkat kecelakaan hingga 30%.

Indikator dampak negatif adalah tingkat kerusakan kendaraan dan resiko


kematian yang lebih besar dibandingkan dengan kecelakaan sebelumnya.

Pemantauan Linqkunpan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan pemasangan rambu lalu lintas dan lampu
penerangan jalan, dalam menjaga keselamatan berlalu-lintas.
Pemantauan akan dilakukan dengan cara:
• Mendata frekuensi kecelakaan berlalu lintas yang terjadi akibat
keterbatasan rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
• Membandingkan hasil pendataan dengan kejadian kecelakaan
sebelum periode operasi pemeliharaan jalan.
• Membandingkan data kecelakaan Kabupaten Xxxxxx tahun periode
operasi pemeliharaan jalan dengan tolok ukur dampak (tabel 6.2 di
atas).
• Apabila frekuensi terjadi kecelakaan berlalu lintas lebih tinggi, maka
pengelolaan perlu ditinjau kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kecelakaan lalu lintas pada tahap operasi dan
pemeliharaan adalah ruas Xxxxxx - Xxxxxx.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kecelakaan lalu lintas adalah selama periode operasi
dan pemeliharaan, setiap bulan sekali.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan bersumber dari anggaran pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan pencegahan terjadinya kecelakaan adalah Pimpro
Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura Jawa, Pimbagpro Peningkatan
Jalan Ruas Xxxxxx - Xxxxxx.

VI-21
Penaawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kecelakaan lalu lintas selama periode operasi dan
pemeliharaan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Departemen Kimpraswil Direktorat
Prasarana Wilayah Tengah.

3. Pemantauan Dampak Penurunan Kualitas Udara Dan Kebisingan

Sumber Dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan berasal dari
emisi dan suara lalu lintas dan peralatan yang digunakan untuk perawatan
jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).

Jenis Dampak
Kemungkinan peningkatan pencemaran udara dan kebisingan
diperkirakan terjadi saat pengoperasian jalan dimana debu dan asap dari
kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara akan lebih besar. Keadaan
ini berkaitan langsung dengan bertambahnya volume lalu lintas yang
melewati ruas jalan baru. Dengan demikian, dioperasikannya jalan
diperkirakan meningkatkan bahan pencemar udara. Khususnya bagi
penduduk yang bermukim di tepi jalan akan merasakan gangguan
pencemaran udara maupun kebisingan dari kendaraan bermotor.

Penurunan kualitas udara pada tahap pemeliharaan juga disebabkan oleh


adanya emisi dari peralatan yang digunakan untuk perawatan jalan,
seperti aspalt mixing plant (AMP). Gangguan kebisingan pada tahap
operasi berasal dari suara lalu lintas kendaraan dan peralatan yang
digunakan untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plant (AMP).

Indikator Dampak
Indikator dampak merupakan tolok ukur yang akan digunakan untuk
mengukur dampak pada kualitas udara oleh kegiatan proyek. Indikator
dampak penurunan kualitas udara adalah mengacu pada baku mutu
kualitas udara, seperti disajikan pada tabel 5.1 (Kepmen LH No 41/1999)
di atas.

VI-22
Pemantauan Unokunqan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam mencegah
timbulnya dampak penurunan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara
akan dilakukan dengan cara:
• Sampling kualitas udara dan analisa di laboratorium. Parameter yang
dipantau adalah kandungan debu, CO, Pb, NOx, S02, H2S, CH pada
udara ambient.
• Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard baku mutu udara.
• Apabila temyata hasil pengukuran meiampaui standar baku mutu,
maka pengelolaan lingkungan perlu diadakan peninjauan kembali.

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan pencegahan penurunan kualitas udara adalah:
• Pada sepanjang lokasi proyek KM 83,1 - 85,6; KM 86,1 - 86,8; KM
91,6-92,5.
• Pada sepanjang jalur transportasi material dari lokasi quarry di Cagak
- Kabupaten Subang (gambar 2.3 bab II di atas).
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak - Kabupaten Subang (gambar
2.3 bab II di atas).

Lokasi Pemantauan
Lokasi Pemantauan kualitas udara adalah;
• Pada sekitar Pasar Kosambi.
• Pada lokasi AMP, yaitu daerah Cagak (Kabupaten Subang).

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan kualitas udara setiap 3 bulan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan kualitas udara sudah termasuk dalam nilai kontrak
proyek pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan kualitas udara adalah kontraktor.

VI-23
Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kualitas udara adalah Pimbagpro Ruas Xxxxxx
- Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx.

4. Pemantauan Banjir/Genangan (Oleh Peninggian Level Jalan)

Sumber Dampak
Sumber dampak negatif banjir adalah kegiatan peninggian badan jalan di
sekitar Pasar Kosambi.

Jenis Dampak
Jenis dampak yang mungkin timbul adalah terjadinya banjir di sekitar Pasar
Kosambi. Peninggian badan jalan akan menghambat pembuangan air yang
seiama ini melimpas menyeberangi badan jalan untuk pada gilirannya
masuk ke saluran drainase di belakang pasar dan selanjutnya masuk ke Kali
Kamojing yang memotong rel kereta api. Timbulnya banjir akan
mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk sekitar dan
pengunjung Pasar Kosambi.

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak adalah tidak terjadi genangan air di sekitar Pasar
Kosambi pada musim hujan.

Pemantauan Linqkungan
Pemantauan banjir akan dilakukan dengan cara:
• Pengamatan kondisi saluran drainase kiri kanan jalan dan saluran
drainase permukiman. Pemantauan difokuskan pada berfungsi atau
tidaknya saluran drainase, kebersihan saluran, dan kondisi fisik saluran.
• Pada musim penghujan dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan
terjadinya genangan di sekitar Pasar. Hal ini sekaligus guna mengetahui
apakah ada saluran yang tersumbat.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan banjir adalah di sekitar Pasar Kosambi dan saluran
drainase sekitar permukiman menuju Kali Kamojing.

VI-24
Waktu Pemantauan
Pemantauan banjir dilakukan minimal 6 bulan sekali, terutama pada awal
musim penghujan dan akhir musim penghujan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan banjir dibebankan pada APBD Kabupaten Xxxxxx
melalui Dinas Pekerjaan Umum.

Pelaksana Pemantauan
Pemantauan banjir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Xxxxxx.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan banjir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Xxxxxx.

5. Pemantauan Dampak Kesehatan Masyarakat

Sumber Dampak
Sumber dampak gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak
lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara.

Jenis Dampak
Kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat merupakan
dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas udara, terutama oleh
emisi dari lalu lintas kendaraan dan emisi dari peralatan yang digunakan
untuk perawatan jalan, seperti aspalt mixing plan (AMP). Pollutan emisi
pada lokasi pemukiman berpotensi menimbulkan penyakit, seperti
penyakit infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur dampak kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan
masyarakat adalah jumlah pasien ISPA pada puskesmas setempat Klari
pada periode sebelum pengoperasian dan perawatan jalan, yaitu 11.645
pasien ISPA tahun 2003 {Sumber: Laporan Tahunan 2004 Puskesmas
Klari).

VI-25
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan ini nantinya akan digunakan untuk mengevaluasi terjadi
tidaknya penurunan tingkat kesehatan masyarakat sebagai dampak
kelanjutan dari pencemaran debu. Pemantauan dengan cara:
• Pendataan pada puskesmas setempat jumlah pasien penderita jenis
penyakit yang berkaitan dengan pencemaran debu, seperti ISPA.
• Hasil pendataan dibandingkan dengan tolok ukur dampak. Sebagai
tolok ukur dampak adalah jumlah penderita ISPA sebelum
pelaksanaan pelebaran ruas jalan.
• Apabila hasil pendataan lebih besar dibanding tolok ukur dampak,
maka perlu ditinjau kembali pengelolaan dampak pencemaran debu.

Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan kesehatan adalah puskesmas setempat Klari.

Waktu Pemantauan
Waktu pemantauan dampak kesehatan adalah setiap bulan.

Biaya Pemantauan
Biaya pemantauan dampak kesehatan sudah termasuk dalam nilai
kontrak proyek pemeliharaan jalan.

Pelaksana Pemantauan
Pelaksana pemantauan dampak kesehatan adalah kontraktor.

Pengawas Pemantauan
Pengawas pemantauan kesehatan masyarakat adalah Pimbagpro Ruas
Xxxxxx - Xxxxxx, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Xxxxxx, Dinas
Kesehatan Kabupaten xxxxxx.

VI-26
Lampiran 1. Gambar
Desain Rencana Pelebaran jalan
e
i

J
i *l
a. |
. ! *!
. Pre

%
a I|
1
V <
n 1
S'
1 £
?1 gi
s
.? ' °E ,
■5.1

Ei
!
"
T
A
TJ
£
5
*V
rt
(J
i!
g
!
1

1 ■o

] o
23
E
j
o
*1
"1
\
5tl IZ
zi i vz
UfLZ

80S7.Z
tXZ'Ll

rzovz

ooo'is

QiVLZ ooo'iz

OL VLZ ooo tz
QWLZ oooiz

0LL7.Z OOO'/LZ

01 VLZ

CU17.2 tf££ VZ

ooo i z

000 iZ

0001Z\ 4

ooo iz

o
ooo iz ■t

ooo ^z

o
in
ooo vz o ■»■

000 ZZ
Lampiran 2. Daftar
Nominatif Warga Terkena Proyek
DAFTAR NOMINATIF
GANTI RUGI TANAH BANGUNAN DAN TANAMAN TUMBUHAN
YANG ADA DIATASNYA DALAM RANGKA PENGADAAN TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN/PELEBARAN RUAS JALAN NASIONAL BEKASI-CIKAMPE
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH
c.q DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH
c.q BAGIAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEKASI-XXXXXX
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN

Tahun Anggaran 20xx

Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Lampiran 3 Hasil Analisa
Laboratorium Kualitas Udara dan Air Sungai
Lampiran 4
Peta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Peta Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

Anda mungkin juga menyukai