Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya makalah kami yang berjudul “Asuhan
Keperawata Anak I” dapat terselsaikan. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai sosok teladan bagi
mahasiswa untuk melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh dosen dan terus
mencoba untuk menimba ilmu. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen yang telah senantiasa memberikan bimbingan serta arahan kepada
kami.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah kami ini
belum sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Kami dari tim penyusun
mengharpkan kritik dan saran sehingga kami dapat meminimalisir kesalahan. Kami
juga berharap semoga apa yang kami sajikan di makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahua para pembaca. Akhir kata sekian dan terima kasih.
Penyusun
c) Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran. Yang terdiri atas 2 lamina
yang bersambung digaris tengah.
b) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan trakhea yang terdiri atas 2 percabangan
yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri
yang memiliki 3 lobus atas, tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian
saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai
bronkhiolus. (A. Aziz, 2009)
b. Fisiologi Pernapasan
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) di dalam tubuh
terdapat tiga tahapan yakni vantilasi, difusi, dan trasnportasi. (A. Aziz, 2009)
1) Ventilasi
Proses ini nmerupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat
beberapa hal yang memengaruhi, diantaranya adalah perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh manusia, terletak pada bagian atas
cavum abdominis, di bawah digfragma, kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar
terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gr. Hepar dikelilingi oleh cavum
toraks dan pada orang normal tidak dapat dipalpasi. Hepar merupakan pusat
metabolisme seluruh tubuh dan juga sumber energi tubuh sebanyak 20% serta
menggunakan 20%-25% oksigen darah, selain itu fungsi hepar yaitu sebagai
fagositosis dan imunitas dan sintesis protein.
Fungsi Hepar sebagai berikut yaitu :
a) Sebagai Metabolisme karbohidrat
b) Sebagai metabolisem lemak
c) sebagai metabolisme protein
d) berhubungan dengan pembekuan darah
e) fungsi hemodinamik
Pankreas suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5
cm dan tebal 2,5 cm. Terletak pada kuadran kiri atas abdomen. Pankreas merupakan
organ yang memiliki kemampuan sebagai eksokrin maupun endokrin. Bagian
endokrin kelenjar pankreas yakni bagian pulau langerhans tersusun atas sel beta dan
sel alpa yang berperan menghasilkan hormon yang mengontrol metabolisme
karbohidrat.
Sumber: https://images.app.goo.glr/4UDVooKpqikuHvsra6
a) Saat tubuh mengalami perdarahan berat maka limpa akan menyuplaikan darah.
b) Menghancurkan sel darah merah yang sudh tua
c) Limpa sebagai tempat penyimpanan sel monosit yaitu suatu komponen sel darah
putih yang fungsinya dalam melawan kuman dan bakteri yang masuk ke tubuh
b. Fisiologi Metabolisme
Metabolisme adalah saluran reaksi biokimiawi yang terjadi di dalam sel tubuh
makhluk hidup. Metabolism dapat dibedakan menjadi 2 macam proses yaitu:
1) Anabolisme (penyusunan)
Proses penguraian makanan menjadi energi, yang terjadi pada proses respirasi
sel. Contoh katabolisme: Glikogenolisis (proses pemecahan glikogen menjadi
glukosa, Glikolisis (proses pemecahan glukosa menjadi azam piruvat).
a) Faktor Ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan dapat
menyebabkan gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia.
b) Faktor Plasenta
Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia.
(1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm
(2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forsep)
(3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernapasan, hipoplasi paru, dll.
(4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
3) Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
APGAR SCORE
Nilai 0-3 : asfiksia berat
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
apgar)
b. Hiperbilirubin
1) Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan yang terjadi pada bayi baru lahir di
mana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang
ditandai dengan ikterus. Keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut
sebagai ikterus neonatorum yang bersifat patologis atau lebih dikenal dengan
hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit dan mukosa akan
berwarna kuning.
Perkiraan
Derajat
Daerah Ikterus kadar
Ikterus
bilirubin
Kepala dan leher 5,0 mg%
I
Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%
II
Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) 11,4 mg%
III
hingga tungkai atas (di atas lutut)
Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg%
IV
Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
V
2) Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Misalnya, pada penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia,
memendeknya umur eritrosit janin, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
jika terdapat gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil transferase) atau
bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau
sumbatan saluran empedu intra maupun ekstra hepatik (Anggraeni, 2014).
Pada derajat tertentu, bilirubin akan bersifat toksik dan dapat merusak
jaringan tubuh. Toksisitas ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin dapat menembus sawar darah otak. Kelainan
yang terjadi disebut kern ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya kelainan
tersebut dapat terjadi pada sususnan saraf pusat jika kadar bilirubin indirek lebih dari
20 mg/dL. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi
terdapat keadaan imaturitas, berat badan lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau
infeksi (Gunasegaran, 2013).
3) Patofisiologi
c. Bronchomalacia
1) Definisi
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak
diketahui. Malacia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu
biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis
anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil,
2) Etiologi.
4) Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut,
melalui kontak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi
dua cabang (bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan
bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini
lemah tidak dapat mendukung jalan napas. (Firdiansyah, 2017)
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan
dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku
cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam
dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan atau sesak
napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke
waktu sehingga tracheomalasia tidak lagi masalah. Sementara umum pada bayi,
tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di
saluran napas kecil disebut bronchomalacia. (Firdiansyah, 2017)
4. Mekanisme Tanda Dan Gejala Yang Biasa Timbul Pada Anak Asfiksia,
Hiperbilirubin Dan Bronchomalacia
a. Asfeksia
1) Tanda asfeksia
a) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap,
b) warna kulit kebiruan.
c) Kejang dan
d) penurunan kesadaran.
Asfiksia diklasifisan menjadi tiga jenis yaitu asfiksia berat (nilai APGAR 0-
3), asfiksia ringan-sedang (nilai APGAR 4-6), dan bayi normal (nilai APGAR 7-10).
Skor APGAR dinilai pada menit pertama, menit kelima, dan menit kesepuluh setelah
bayi lahir, untuk mengetahui perkembangan kaadaan bayi tersebut. Namun dalam
situasi tertentu, skor APGAR juga dinilai pada menit kesepuluh, kelima belas dan
keduapuluh, hingga total skor sepuluh. (siti dan ety, 2017)
b. Hiperbilirubin
1) Tanda hiperbilirubin
a) Pasien tampak lemah
b) Nafsu makan berkurang
c) Reflek hisap kurang
d) Urine pekat
e) Perut buncit
f) Pembesaran lien dan hati
g) Gangguan neurologic
h) Feses seperti dempul
i) Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
j) Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
k) Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
l) Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3
-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
Gejala hiperbilirubin adanya ikterus yang timbul, dan ikterus itu mempunyai
dua macam yaitu (1) ikterus fisiologis dan (2) ikterus patologis. Ikterus fisiologis
apabila timbul pada hari ke dua dan hari ke tiga dan menghilang pada minggu
pertama selambat-lambatnya adalah 10 hari pertama setelah lahir, kadar bilirubin
indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% untuk
neonatus yang kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar bilirubinemia tidak
melebihi 5 mg% setiap hari, kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%. Kemudian
jenis ikterus yang ke dua adalah ikterus patologis di mana ikterus ini terjadi pada 24
jam pertama, kadar biliruin serum melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
melebihi 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, terjadi peningkatan bilitubin
lebih dari 5 mg% per hari, ikterusnya menetap sesudah 2 minggu pertama dan kadar
bilitubin direk melebihi 1 mg%. (Khosim, M. Sholeh, dkk. 2012)
c. Bronchomalacia
1) Tanda Bronchomalacia
a) Nafas cuping hidung
b) Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi interkostal dan
subkostal).
c) Sesak napas, takipne, apneu.
d) Hiperinflasi dada.
e) Retraksi, expiratory effort.
f) Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g) Ekspirasi memanjang, mengi.
h) Hepar atau limpa dapat teraba.
2) Gejala Bronchomalacia
a) Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
b) Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
Merupakan keadaan di mana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea sampai asisdosis. Pengertian lain menyatakan bahwa asfiksia
neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan
tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi
selama kehamilan atau persalinan. (Depkes RI,2009)
b. Hiperbilirubin
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).
tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan
memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.
Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Childrens National
Health System,2016)
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan
simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
2) Pemeriksaan radiology
3) Ultrasonografi
4) Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
3) Sesudah Persalinan
b. Hiperbilirubin
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1) Pengawasan antenatal yang baik
2) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
Penanganan bayi kuning secara khusus akan ditentukan oleh dokter yang
menanganinya. Moms akan mendapatkan rekomendasi pengobatan untuk si kecil
berdasarkan:
1) Fiberoptic blanket,
2) Transfusi untuk menggantikan darah bayi yang sudah rusak dengan darah
segar,
3) Hidrasi yang cukup dengan memberikan ASI (baik langsung maupun ASI
pompa),
4) Mengobati akar penyebab hiperbilirubin, seperti infeksi.
Penanganan hiperbilirubin pada bayi juga bisa Moms lakukan dengan menjemur
bayi atau yang dikenal dengan istilah fototerapi. Namun, usahakan untuk
menghindarkan mata bayi dari pancaran langsung sinar matahari.
c. Bronchomalacia
a. Intervensi Asfiksia
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada Asfiksia sebagai
berikut:
1) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Intervensi
intervensi
b. Intervensi Hiperbilirubin
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada Hiperbilirubin
sebagai berikut:
1) Resiko Ikterik neonatus b/d usia kurang dari 7 hari
Intervensi
a) Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir (kecukupan bulan,air ketuban jernih
atau bercampur mekonium,menangis spontan,tonus otot)
b) Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) segera setelah bayi lahir
c) Ajarkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
d) Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi
Intervensi
c. Intervensi Brochomalacia
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada Bronchoalacia
sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbanganventilasi-perfusi
Intervensi
a) Memonitor kecepatan aliran oksigen
b) Pertahankan kepatenan jalan napas
c) Ajarkan pasien atau keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
d) Kolaborasi penentuan oksigen
2) Pola napas tidak efektif b/d imaturitas neurologis
Intervensi
a) Monitor pola napas (frekuensi,kadalaman,usaha napas)
b) Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift
c) Anjurkan asupan cairan 2000 m/hari,jika tidak kontraindikasi
d) Kolaborasi pemberian,ekspektoran,mukolitik,jika perlu
3) Intoleransi aktivitas b/d insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
Intervensi
a) dentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor lokasi ketidak nyaman selama melakukan aktivitas
c) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus(mis.
cahaya,suara,kunjungan)
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Apabila proses itu dikendalikan oleh kesadaran manusia, maka di saat manusia
tidur, maka manusia akan berhenti bernapas. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Terjemah Arti: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(Q.S Ibrahim ayat 34)
NEONATUS
A. Skenario/Kasus pemicu
Skenario 2
Terjemah Arti:
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
Penjelasan ayat :
Wahai manusia! Hidup sesudah mati itu suatu keniscayaan. Jika kamu
meragukan hari kebangkitan dari alam kubur, maka perhatikanlah perkembangan
hidup kamu. Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, yakni saripati
makanan yang berasal dari tanah. Kemudian dari setetes mani, yang sudah bercampur
antara sperma dan sel telur. Kemudian dari segumpal darah, setelah beberapa minggu.
Kemudian dari segumpal daging setelah segumpal darah itu tumbuh-kembang
menjadi segumpal daging dengan dua kemungkinan, ada yang sempurna kejadiannya
tanpa cacat apa pun, dan yang tidak sempurna, karena ada cacat fisik maupun mental
sejak dari kandungan, agar Kami jelaskan kepada kamu bahwa kamu berada dalam
kekuasaan Kami. Dan Kami tetapkan kamu sewaktu embrio dalam rahim ibumu
menurut kehendak Kami hingga tiap orang berbeda rentang waktu berada dalam
kandungan ibunya sampai waktu yang sudah ditentukan, biasanya setelah 36 minggu.
Kemudian Kami keluarkan kamu dari rahim ibu kamu sebagai bayi, kemudian
dengan berangsur-angsur kamu sampai kepada usia dewasa. Dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dalam usia muda, bahkan masih bayi; dan ada pula yang diberi umur
panjang, serta dikembalikan kepada usia pikun karena sangat tua, sehingga dia tidak
mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya karena penyakit ketuaannya. Dan
ada contoh lain betapa mudah bagi Allah membangkitkan manusia dari alam kubur,
Referensi: https://tafsirweb.com/5741-surat-al-hajj-ayat-5.html
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu dan dengan berat badan yang rendah (Whaley & Wong, 2004). Pada bayi
prematur kematangan semua organ belum tercapai dengan baik (Wibowo, 2017).
Priyono, 2010 mengatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan
usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
Sebagian besar organ tubuhnya juga belum berfungsi dengan baik, karena
kelahirannya yang masih dini. Maka dari itu, perlu diberikan perawatan khusus
untuknya.
Menurut Darma, 2017 bahwa bayi prematur adalah yang dilahirkan dalam usia
gestasi kurang dari 36 minggu. Bayi prematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37
minggu mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit – penyakit yang berhubungan
dengan prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan idiopatik ( penyakit
membran hialin ), aspirasi pneumonia karena refleksi menelan dan bantuk belum
sempurna, pendarahan spontan dala fentrikel otak lateral, akibat anoksia otak, (erat
kaitannya dengan gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, kerena fungsi hati belum
matang), hipotermia.
Anak yang beratnya kurang dari 2.500 g saat lahir dianggap sebagi “Berat Lahir
Rendah” (BBLR), suatu kondisi yang menjadi predisposisi bagi bayi laki-laki
maupun perempuan untuk morbiditas dan mortalitas yang lebih besar dimasa kecil
dan dimasa dewasa. Diketahui bahwa BBLR merupakan penanda nutrisi janin yang
buruk. Selama dalam kandungan, janin menderita malnutrisi intrauterin, mengalami
adaptasi endokrin dan metabolisme. Ini mungkin terjadi dalam efek akhir yang
berbahaya seperti obesitas, diabetes, metabolisme sindrom, hipertensi, dan penyakit
jantung.
b. Bayi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang di timbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Sembiring, 2017)
World Health Organization (WHO) menyatakan Preterm atau Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) merupakan neonatus yang terlahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram (Padila, Amin, & Rizki, 2018).
Survei JSTAR dilakukan pada tahun 2015 memberikan kami informasi tentang
prematuritas / BBLR; bayi prematur yang lahir sebelum ia / dia sepenuhnya
dikembangkan (lahir sebelum jangka penuh) sementara bayi BBLR adalah salah satu
hanya lahir pada berat di bawah 2,500g. Meskipun “prematur” dan “berat lahir
rendah” tidak sama dalam istilah medis, mereka sebelumnya digunakan secara
bergantian di Jepang (Sato 2012).
Dari segi janin, bila janin memiliki catat bawaan, maka ada kemungkinan ia lahir
sebelum waktunya. Kehamilan kembar, juga banyak menyebabkan jalan lahir
prematur.
Secara umum, menurut Eliza, Nuryani, & Rosmiyati, 2017 bahwa ada beberapa
faktor yang dapat mengakibatkan prematur, yaitu:
1) Faktor Usia
Ibu hamil dengan usia <16 tahun/ >35 tahun berisiko 2,198 kali lebih tinggi
untuk mengalami persalinan prematur dibandingkan dengan ibu hamil dengan usia
16-35 tahun. Secara fisik alat reproduki pada usia <20 tahun belum terbentuk
sempurna, pada umumnya rahim masih relatif kecil karena pembentukan belum
sempurna dan pertumbuhan tulang panggul belum belum cukup lebar. Pada usia <20
tahun kondisi ibu juga masih dalam tahap pertumbuhan sehingga masukan makanan
banyak dipakai untuk ibu sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
Sedangkan pada usia >35 tahun risiko terjadinya komplikasi kehamilan juga
meningkat yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas bayi yang akan
dilahirkan.
2) Faktor Paritas
Ibu hamil dengan paritas 1 atau ≥4 berisiko 4,419 kali lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dibandingkan dengan ibu hamil dengan paritas 2-3.
Pada paritas 1 atau primigravida resiko ibu mengalami komplikasi preeklampsia dan
eklampsia lebih tinggi, sedangkan preeklampsia-eklampsia merupakan salah satu
komplikasi kehamilan yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas dari ibu
maupun bayi yang yang akan dilahirkan. Komplikasi yang dialami oleh ibu seperti
preeklampsia-eklampsia cenderung menyebabkan kehamilan harus diterminasi
sehingga meningkatkan risiko untuk terjadinya persalinan preterm.
Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan berisiko 12,711 kali lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dibandingkan dengan ibu hamil tanpa komplikasi
kehamilan. Komplikasi kehamilan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
kejadian persalinan prematuritas. Selain itu komplikasi yang dialami oleh ibu selama
kehamilan akan berdampak pada morbiditas dan mortalitas dari bayi yang yang akan
dilahirkan. Komplikasi yang dialami oleh ibu seperti preeklampsia-eklampsia
cenderung menyebabkan kehamilan harus diterminasi sehingga meningkatkan risiko
untuk terjadinya persalinan prematur.
Ibu hamil dengan ketuban pecah dini berisiko 6,277 kali lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dibandingkan dengan ibu hamil tanpa riwayat
ketuban pecah dini. Komplikasi KPD dapat mengarah pada persalinan prematur. Hal
ini akan meningkatkan risiko pretermitas dan komplikasi perinatal serta neonatal,
sehingga perlu ibu hamil untuk mengenal penanganan KPD karena diagnosisi yang
cepat dan penanganan yang adekuat dapat menyelamatkan janin.
Ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah berisiko 2,748 kali lebih tinggi
untuk mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan ibu hamil dengan dengan
tingkat pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pola pikir ibu dan keputusan yang ibu ambil terhadap kesehatannya. Karena dengan
tingkat pendiidikan ibu tinggi, ibu akan memahami langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk menjaga kehamilannya antara lain pentingnya pemeriksaan
kehamilan yang sesuai dengan standar untuk memproteksi dini terjadinya kelainan
dalam kehamilannya sehingga mendapatkan intervensi yang tepat lebih awal.
Etiologi atau penyebab persalinan prematur dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu penyebab yang dikarenakan faktor fisiologis dan non fisiologis. Adapun
predisposisi dari persalinan preterm yaitu: adanya riwayat persalinan preterm masa
lalu, kelainan pada amnion, infeksi saluran kemih, hamil kembar, gangguan uterus,
faktor biological, adanya riwayat perdarahan, ibu yang mengalami hipereklapmsia
dan riwayat diabetes gestasional, AKDR masih didalam rahim, penyakit resus,
kematian fetus, sosial ekonomi, tekanan psikologis dan kebudayaan yang dianut
(Manuaba, Ida, B.G, dkk. 2007 dalam Padila, Amin, & Rizki, 2018).
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti pendarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm
Angka kejadian BBLR tertinggi di temukan pada bayi yang di lahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia <16 tahun/<35 tahun
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol
dan ibu pengguna narkotika
4) Faktor lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
Lopezosa dkk., 2019 menambahkan bahwa “Low birth weight was associated to
young mothers and mothers aged 35 or older, with level of education
secondary studies, and single mothers “.
Kelahiran rendah berat dikaitkan dengan ibu muda dan ibu berusia 35 atau lebih
tua, dengan tingkat pendidikan studi menengah, dan orang tua tunggal.
Hoy, Mott, & Nicol, 2017 juga menambahkan beberapa penyebab preamtur dan
BBLR dimana “Additional reports cite, as reasons for poor fetal growth, extremes of
maternal age (<20 years and >45 years), closely spaced pregnancy, macro- and
micronutrient deficiency, alcohol use, second-hand smoke, inflammation, maternal
infec- tions, vaginosis, chorioamnionitis, intrauterine hypoxia, eclampsia and
preeclampsia, as well as stress, exhaustion, abuse, violence, and poverty”.
Menurut E., A., & Khasanah, 2016 bahwa klasifikasi BBLR berdasarkan berat
badan saat lahir adalah:
1) Bayi berat lahir amat sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram;
2) Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
antara 1000 sampai dengan 1500 gram, dan;
3) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan antara
1500 sampai dengan 2500 gram
Lopezosa dkk., 2019 menambahkan bahwa “The WHO also defines low birth
weight (LBW) as a newborn with a weight below 2500 g. This institution defines
very LBW as being less than 1500 g, and extreme LBW when it is below 1000 g”
WHO juga mendefinisikan berat lahir rendah (BBLR) sebagai bayi baru lahir
dengan berat di bawah 2500 g. Lembaga ini sangat mendefinisikan BBLR sebagai
kurang dari 1500 g, dan BBLR ekstrem ketika di bawah 1000 g.
Karakteristik bayi prematur menurut Wong et al, 2009 dalam Zen, 2017 yaitu
bayi prematur sangat kecil dan tampak kurus (dismatur, kecil untuk masa kehamilan,
asymetris, malnutrisi fetal) dikarenakan memiliki sedikit deposit lemak subkutan atau
bahkan dalam beberapa kasus prematuritas sangat kurang. Kepala bayi prematur
secara proporsional tampak lebih besar dibandingkan dengan tubuhnya. Warna kulit
bayi merah muda terang dan terkadang transparan, hal ini tergantung pada derajat
imaturitasnya. Kulit halus dan mengkilat dengan pembuluh darah kecil yang tampak
di bawah epidermis yang tipis. Lanugo sangat banyak di seluruh tubuh dengan
penyebaran yang tidak merata. Kartilago telinga lunak dan dapat dilipat. Garis
minimal pada telapak tangan dan telapak kaki sehingga tampak halus. Tulang
tengkorak dan rusuk terasa lunak, dan mata masih tertutup palpebra edema. Pada bayi
laki-laki memiliki sedikit rugae pada skrotum dan testisnya belum turun (desenden
testicular negatif). Sedangkan pada bayi perempuan tampak labia dan klitoris masih
menonjol.
Gambaran umum atau karakteristik pada bayi BBLR adalah bayinya terlihat
lebih kecil, berat badan bayi kurang dari normal, rerata anaknya lahir dengan berat
badan kurang dari 2 kg, kelahiran kurang dari 9 bulan, kelahiran 7 bulan dan kurang
bulan (Padila, Amin, & Rizki, 2018)
1) Respiratory (Pernafasan)
Paru-paru janin mencapai pematangan drastis pada akhir kehamilan. Pada bayi
prematur, lonjokan kematangan paru terakhir tidak ada, mengakibatkan alveolarisasi
dan dismorphic terganggu vasculogenesis. Akibatnya, kapasitas residu fungsional
berkurang dan memiliki dampak buruk pada fungsi pernafasan. Surfaktan defisiensi
sering terjadi dan menyebabkan sindrom gangguan pernafasan jika tidak diobati.
Bayi yang baru lahir, terutama yang lahir prematur rentang terkena hypotermia.
Luas permukaannya yang besar terkait dengan berat badan memungkinkan
kehilangan panas lebih besar daripada anak-anak yang lebih tua. Neonatus hanya
mempunyai kemampuan sederhana untuk menghemat panas terhadap dingin.
Termogenesis menggigil terbatas pada beberapa yang pertama minggu ke bulan
kehidupan. Mekanisme nonshivering seperti coklat metabolisme lemakbdirekrut
untuk produksi panas pada neonatus, tetapi hal ini meningkatkan konsumsi oksigen.
Oleh karena itu, manfaat neonatus dari perawatan di lingkungan termoneutral-suhu
dimana suhu inti normal dipertahankan dengan energi minimal pengeluaran.
“Neonatal skin and mucosa are ineffective barriers, and thus they are susceptible
to infections. Immature cellular and humoral systems limit their ability to mount an
effective immune response. Particularly at risk are premature infants with long-
standing indwelling venous catheters”.
b. Bayi BBLR
1) Respiratory (Pernafasan)
Paru-paru prematur adalah struktur dan fungsi yang belum matang. Defisiensi
surfaktan mungkin memerlukan penggantian surfaktan eksogen ment, suplementasi
oksigen, dan, dalam kasus yang parah, mekanis ventilasi. Berbagai hinaan paru-paru
menyebabkan bronkopulmoner displasia, ketergantungan pada ventilasi mekanis
dapat menyebabkan sinyal barotrauma dan emfisema interstitial, dan lama intubasi
dapat menyebabkan stenosis jalan napas. Setiap penyakit paru parenkim, cairan, atau
akumulasi udara di ruang pleura dengan cepat memperlihatkan berkurangnya
cadangan pernapasan neonates.
“Gastrointestinal Premature neonates have high insensible water losses and are
prone to dehydration and electrolyte abnormalities. Gut immaturity often prevents
establishment of enteral feedings, and parenteral nutrition is required for prolonged
periods. Postnatal closure of the ductus arteriosus is unusual in extremely LBW
infants. Wide patency not only causes congestive cardiac failure but also can lead to
renal failure and necrotizing enterocolitis”
Saluran pencernaan Neonatus prematur memiliki kehilangan air yang tinggi dan
rentan untuk dehidrasi dan kelainan elektrolit. Ketidakmatangan usus sering
mencegah pembentukan pemberian makanan enteral, dan nutrisi parenteral
diperlukan untuk waktu yang lama. Penutupan duktus pascanatal arteriosus jarang
terjadi pada bayi BBLR. Patensi luas tidak hanya menyebabkan gagal jantung
kongestif tetapi juga dapat menyebabkan ginjal kegagalan dan necrotizing
enterocolitis.
3) Neurologic
Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan suhu
(hipotermi), ketidakstabilan berat badan, sindrom aspirasi, hipoglikemi, hiperbilirubin
dan lain-lain (Bobak dkk, 2005 dalam Kusumawati, 2018).
Sedangkan menurut Dharma, 2017 bahwa ada beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada bayi prematur, seringkali komplikasi yang terjadi pada bayi prematur
adalah yang berhubungan dengan fungsi imatur dari sistem organ. Komplikasi-
komplikasi yang bisa terjadi meliputi :
1) Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveola colapse dan
atelaktasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Sindrome.
2) Neurologi
4) Kardiovaskuler
5) Infeksi
Akibat defesiensi respon imun seluler dan humoral, bayi preterm mempunyai
resiko terjadinya infeksi yang lebih besar dibandingkan bayi atem.
6) Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar di banding rasio
masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah netral,
dengan cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu tubuhnya
karena efek shivering pada prematur tidak ada.
8) Volume perut yang kecil dan refleks menghisap dan menelan yang masi
imamatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik
tube dapat terjadi resiko aspirasi.
9) Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi dan
dilusi cairan urine kurang memadai seperti pada bayi normal.
10) Hiperbilirubinemia
11) Hipoglikemia
12) Mata
b. Bayi BBLR
Menurut Sembaring, 2017 Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi
berat lahir rendah antara lain:
1) Hipotermia
2) Hipoglikemia
3) Gangguan cairan dan elektrolit
4) Hiperbilirubinemia
5) Sindroma gawat nafas
6) Paten duktus arteriosus
7) Infeksi
8) Pendarahan intraventrikuler
9) Apnea of Prematurity
10) Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain:
1) Gangguan perkembangan
2) Gangguan pertumbuhan
3) Gangguan penglihatan (Retinopati)
4) Gangguan pendengaran
5) Penyakit paru kronis
6) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya juga masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya
dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator, bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kangguru.
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan
pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan
bayi.
c. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Hal ini karena kadar immunoglobulin serum bayi prematur masih
rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi prematur tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur dan
BBLR akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia yang akan
berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan nafas
segera setelah bayi lahir.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
2) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
3) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
g. Web of Causation
Prematuritas
Faktor Usia
Stres
Faktor Paritas
Faktor Komplikasi Dinding otot rahim bagian bawah lemah Konsumsi alkohol
Pemaparan
Risiko infeksi b.d.
dengan suhu luar imunologis tidak
adekuat
Kehilangan panas
Kekurangan cadangan
glikogen sebagai sumber Risiko ketidakstabilan
Risiko Hipotermia
kalori kadar glukosa dalam
b.d. kurangnya
darah b.d.
lapisan lemak
Malnutrisi hipoglikemia
subkutan
A. SKENARIO/KASUS
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun diantar ke puskesmas dengan keluhan buang
air besar 5 kali sehari. Hasil pengkajian didapatkan KU lemah, mata cekung, turgor
kulit lambat kembali, BB 14 kg, suhu 38oC, suhu tubuh meningkat pada malam hari,
sakit perut, sakit kepala, baggy pants pada bokong, old face, perut membuncit, tulang
rusuk menonjol. Keluarga mengatakan anaknya demam 3 hari di rumah dan sudah
berulang kali masuk rumah sakit dengan masalah yang sama.
b. Esofagus
Panjang esophagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan,
menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esophagus ke
dalam lambung adalah kardia.
Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke
c. Gaster (Lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan
pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Getah lambung mengandung asam klorida, enzim-enzim dan mucus (lendir). Ada
3 macam enzim, yaitu:
1) Enzim Pepsin untuk mencerna protein dalam suasana asam.
2) Enzim Renin berfungsi untuk menggumpalkan susu.
3) Lipase berfungsi untuk mencerna lemak.
b. Demam Thypoid
Menurut Ngastiyah (2012), gambaran klinik demam tifoid pada anak biasanya
lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari, tersingkat
4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu
makan berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2012)
adalah:
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecahpecah
(ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal.
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya berat
dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut, mungkin
terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Diare
Menurut Faryastawan dkk (2017), pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan pada diare:
1) Lekosit Feses (Stool Leukocytes)
Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik.Lekosit dalan feses
menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit
diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan
immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti
6. Diagnosa Keperawatan
a. Diare
Menurut SDKI DPP PPN (2016), diagnosa pada diare sebagai berikut:
Menurut SDKI DPP PPN (2016), diagnosa pada demam thypoid sebagai berikut:
Menurut SDKI DPP PPN (2016), diagnosa pada KKP sebagai berikut:
7. Intervensi Keperawatan
a. Diare
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada diare sebagai
berikut:
b. Demam Thypoid
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada demam thypoid
sebagai berikut:
1) Manajemen nutrisi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
c) Anjurkan posisi duduk jika mampu
d) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2) Manajemen nyeri
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c) Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
d) Kolaborasi pemberian analgetik
3) Manajemen hipertermia
a) Identifikasi penyebab hipertermia
b) Monitor suhu tubuh
c) Sediakan lingkungan tubuh
d) Anjurkan tirah baring
Menurut SIKI DPP PPN (2016), intervensi keperawatan pada KKP sebagai
berikut:
1) Manajemen nutrisi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
c) Anjurkan posisi duduk jika mampu
d) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2) Pencegahan infeksi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
c) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d) Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
3) Promosi perkembangan anak
a) Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan adaptasi anak
b) Dukung anak berinteraksi dengan anak yang lain
c) Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada di lingkungan
d) Rujuk untuk konseling, jika perlu
4) Pemantauan Elektrolit
a) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
b) Monitor kadar elektolit serum
c) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
d) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ُ ََو َحدَائِق
{٣٠} غلبًا
Bayi perempuan usia 29 hari dirawat di ruang NICU dengan sesak. Hasil
pengkajian didapatkan: pernapasan grunting pada saat bayi tidak menangis,retraksi
dinding dada,suprasternal, substernal, dan intercostal yang memburuk sampai
kelihatan ,pernapasan paradoxical, pernapasan cuping hidung,takipnea,
hypotermi,sianosis dan bunyi nafas menurun pad asaat auskultasi. anak nampak
bersin-bersin dan congestinasal. Pengeluaran mucus dan rabas dari hidung,sakit
kepala,demam,malaise,batuk,terdengar ronki pad asaat auskultasi,retraksi dinding
dada bagian bawah,anokresia, dan hipoksemia
Gambar 1.1
Sumber: (Tortora and Derssrickson, 2009)
Hidung merupakan tempat masuknya udara, memiliki 2 (dua) lubang (kavum
nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).Rongga hidung mempunyai
permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epithelium mengandung banyak kapiler
darah dan sel yang mensekresikan lender. Udara yang masuk melalui hidung
mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur kelembapan dan suhunya dan akan
Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua selaput lendir
semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Rongga hidung
mempunyai fungsi sebagai panyaring udara pernapasan oleh bulu hidung dan
menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.Hidung berfungsi sebagai jalan napas,
pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung
dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai
pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim.
Vibrisa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu
dan kotoran (partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil)
yang masih dapat melewati vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya
dikeluarkan oleh refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bekteri (partikel
sangat kecil), maka enzim lisozom yang menghancurkannya (Irman Somantri, 2008:
4)
a. Udara yang dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 36˚
b. Udara yang dilembabkan. Sejumlah besar udara yang dilewati hidung bila
mencapai faring kelebapanya lebih kurang 75%
Gambar 1.2
Sumber: https://rumus.co.id/fungs-laring/
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang
rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher. Faring disebut juga sebagai
tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan dinding yang terdiri dari otot.
Faring merupakan bagian yang menghubungkan bagian ujung belakang cavum nasi
dengan bagian atas esofagus dan laring. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari
Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings.Tuba ini
berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani, dengan
cara menelan pada daerah laringofarings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan.
Udara melalui bagian anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke
dalam esofagus melalui epiglotisyang fleksibel(Tambayong, 2001: 79)
Gambar 1.4
Sumber: (Tortora and Derrickson, 2009)
Gambar 1.5
Sumber: https://tatakata.com/pengertian-dan-fungsi-bronkiolus-pada-
sitem-pernapasan-manusia/1078/
Bronchus merupakan cabang batang tenggorokan. Cabang pembuluh napas
sudah tidak terdapat cicin tulang rawan. Gelembung paru-paru, berdinding sangat
elastis, banyak kapiler darah serta merupakan tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida (Pearce, 1995). Kedua bronkhus yang terbentuk dari belahan dua
trakhea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur
serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkhus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkhuskanan lebih pendek dan
lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkhus lobus atas, cabang kedua timbul
setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkhus lobus bawah. Bronkhus
lobus tengah keluar dari bronkhus lobus bawah.Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah
menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah (Pearce, 1995: 214).
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan yang terjadi pada bronkus. pad
bronkiolus terminalis terdapat jaringan epitel yang mempunyai sel clara. sel-sel ini
Gambar 1.7
Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa
gelembung- gelembung udara. Dindingnya tipis,lembap, dan berlekatan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih dan di
sinilahdarah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus
memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam
pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke
udara (Purnomo. Dkk, 2009).
Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas.
Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh
darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan
menyerap oksigen (Hogan, 2011)
Gambar 1. 8
Sumber: (Donald C Rizzo, 2010)
Paru-paru di bungkus oleh pleura. pleura adalah membran serosa yang
membungkus paru-paru. pleura mempunyai dua lapisan,yaitu lapisan parietal dan
lapisan viseral. di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan limfa. pada keadaan
normal, rongga pleura mengandung sedikit cairan limfa. keberadaan cairan limfa
pada rongga pleura sangat penting untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika
mengembang dan mengempis. dengan demikian,dapat dipahami apabila dikatakan
bahwa cairan ini bekerja sebagi pelumas
Paru –paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Proses ini terus berlanjut terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia
8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester
kedua dan ketiga. Ketidak matangan paru –paru akan mengurangi peluang
kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia24 minggu yang disebabkan oleh
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru –paru dan
tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Upaya pernapasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk:
Bayi (0-12 bulan) Balita (3-5 tahun) dan Remaja (12-18 tahun)
dan Batita (12 bulan- anak usia sekolah (6-
2 tahun) 11 tahun)
1. Saluran pernapasan 1. Pola napas dan 1. Peningkatan volume
lebih pendek denyut jantung darah dengan anak
sehingga struktur menurun dengan laki-laki lebih tinggi
trakea, bronki, dan naiknya tekanan dibandingkan anak
pernapasan bawah darah. Denyut perempuan (mungkin
memiliki jarak yang jantung berbanding karena peningkatan
berdekatan dan terbalik dengan otot pada anak laki-
penularan agen ukuran tubuh. laki saat pubertas)
infeksius jauh lebih 2. Jantung mencapai 2. Diameter dan panjang
mudah. posisi dewasa dalam paruparu meningkat
2. Upaya pernapasan rongga dada dengan 7 bersamaan dengan
pada bayi sebagian tahun peningkatan volume
besar dengan perut 3. Di bawah 7 tahun, pernapasan, kapasitas
3. Produksi IgA di gerakan pernafasan vital dan efisiensi
mukosa paru terutama fungsional
ditambah dengan menggunakan perut pernapasan.
lumen trakea dan atau diafragma. Perubahan lebih
struktur pernapasan Sedangkan anak yang terlihat jelas pada
bagian bawah yang lebih tua, khususnya anak laki-laki karena
sempit menyebabkan anak perempuan, pertumbuhan
bayi menjadi lebih menggunakan toraks paruparu yang lebih
rentan terhadap 4. Episode infeksi besar
kesulitan pernapasan pernapasan sering 3. Pola pernapasan
akibat edema, lendir terjadi selama periode menurun menjadi
atau aspirasi benda ini. seperti dewasa.
asing
4. Sedikitnya alveolar
permukaan untuk
pertukaran gas.
5. Bunyi napas atas
yang jauh lebih
mudah bertransmisi
ke dada pada anak-
anak, membuat
auskultasi saluran
pernapasan bawah
menantang
1. Mekanisme Pernapasan
Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis,dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan dinding dada di
bawah tekanan atmosfer.paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir.
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan faring. udara dihangatkan dan
diambil uap airnya. udara berjalan melalui trakea,bronkus,bronkiolus,dan duktus
alveolaris ke alveoli. alveoli dikelilingi oleh kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300
juta alveoli. Luas total dinding yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua
paru kira-kira 70 m2.
2. Proses Pernapasan
a. Pernapasan dada / pernapasan rusuk
Pergerakan ke atas dan ke luar dari tulang-tulang rusuk karena kontraksi dari otot
antar tulang rusuk ( inter kostalis ) → rongga dada membesar, tekanan udara
didalam rongga dada lebih kecil dari tekanan di luar →udara luar masuk.
b. Pernapasan perut / pernapasan diafragma Pemasukan udara pernapasan
(inspirasi) disebabkan oleh mengembangnya rongga dada yang diakibatkan
berkontraksinya dan menurunnya diafragma → rongga dada membesar, tekanan
udara di dalam rongga dada lebih kecil → udara luar masuk
3. Inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif berkontraksi otot-otot inspirasi yang menaikan
volume intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan intrapleura kira-kira 25 mmHg
(relatif terhadap atmosfer) . pada permulaan inspirasi menurun sampai -6mmHg dan
paru ditarik ke arah posisi yang lebih mengembang di jalan Pada ermulaan inspirasi
menurun sampai 6 mmHg dan paru ditarik kearaah posisi yang lebih mengembang,
dijalan udara menjadi sedikit negatif dan udaara mengalr kedalam paru. Akhir
inspirasi rekoil menarik dada kembali keposisi ekspirasi kaarenaa tekanan rekoil paru
dan dinding dada seimbang. tekanan dalam jalan pernafasan eimang menjadi sedikit
positif, udara mengalir keluar dari paru.
Pada saat inspirasi, pengaliran udara kerongga pleura dan paru berhenti sebentar
ketik tekanan dalam paru bersamaan bergerak mengelilingi atsmofer. Pada waktu
penguapan pernadfasan, volume sebuah paru berkurang karena naiknya tekanan udara
untuk memperoleh dorongan keluar pda sistem pernafaasan. Tekanan intrapleura
adalah tekanan ukuran dalam antara pleura dan lapisan pleura dalam. Pleura parietaal
dan pleura viseral dipisahkan oleh selaput tipis yaang berisi zat daan gas
Gambar 1.9
Sumber: (Nugraha, 2017)
Gambar: 1.10
Sumber: https://dedaunan.com/9-fungsi-hati-pada-manusia-yang-penting-
dan-kompleks/amp/
Hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh manusia, terletak pada bagian atas
cavum abdominis, di bawah digfragma, kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar
terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gr. Hepar dikelilingi oleh cavum
toraks dan pada orang normal tidak dapat dipalpasi. Hepar merupakan pusat
metabolisme seluruh tubuh dan juga sumber energi tubuh sebanyak 20% serta
menggunakan 20%-25% oksigen darah, selain itu fungsi hepar yaitu sebagai
fagositosis dan imunitas dan sintesis protein.
Gambar 1.11
Sumber: https://www.blogsederhana.web.id/yang-perlu-anda-ketahui-
tentang-fungsi-dari-ankreas-pada-manusia/
Pankreas suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5
cm dan tebal 2,5 cm. Terletak pada kuadran kiri atas abdomen. Pankreas merupakan
organ yang memiliki kemampuan sebagai eksokrin maupun endokrin. Bagian
endokrin kelenjar pankreas yakni bagian pulau langerhans tersusun atas sel beta dan
sel alpa yang berperan menghasilkan hormon yang mengontrol metabolisme
karbohidrat.
Gambar 1.12
Sumber: https://jejaksiganteng.blogspot.com/2012/07/fungsi-empedu-dan-
pankreas-manusia.html/
Gambar 1.13
Sumber: https://images.app.goo.glr/4UDVooKpqikuHvsra6
Gambar 1.14
Sumber : http://beranisehat.com/archives/4440
1. Pengertian RDS
Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan adalah
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
baru lahir dengan masa gestasi kurang (Malloy, 2000). \
Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai hyalin membrane diseaser (Suriadi dan Yulianni, 2006).
Sindrom Distres Pernapasan adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan
histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan
yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas
(Bobak, 2005).
Jadi berdasarkan dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS adalah
penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel untuk
menghasilkan surfaktan yang memadai.
2. Etiologi RDS
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) etiologi dari RDS yaitu:
a. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
7. Pengobatan
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
a. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
b. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran
paru.
c. Fenobarbital.
d. Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen.
e. Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
f. Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan
RDS adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya
manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk
surfaktan buatan.
a. Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto rontgen
toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membran
hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain. Gambaran klasik
yang di temukan pada foto rontgen paru ialah adanya bereak difus berupa infiltrate
retikulogranulet ini, makin buruk prognosis bayi.
b. Gambaran laboratorium
Kelainan yang di temukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah:
1) Pemeriksaan darah
9. Diagnosa RDS
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada
atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi atau
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan
napas.
c. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan
ventilator, dan posisi bantuan bentilator yang kurang tepat.
d. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
tanpa disadari (IWL).
Gambar : 1.16
Sumber : http://cerita-pintar.blongspot.com/2012/09/bahaya-infeksi-saluran-
pernafasan-atas.html
4. Patofisiologi Ispa
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut
gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan
(Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering(Jeliffe,1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding
saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk
(Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling
menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya
infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan
terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat
pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick,
1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak
dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya
fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Virus yang menyerang saluran nafas
atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah
(Tyrell, 1980).
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan
kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis
kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans;
1997; 224).
6. Penatalaksanaan
a. Suportif : Meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b. Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
8. Diagnosa Ispa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
c. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam memasukan dan mencerna makanan
1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit (Standar Profesi Ilmu Kesehatan Anak FK
Unsri Palembang, 2000).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.Pertukaran gass tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan kesekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit ( Doenges & Moorhouse, 2000 : 67)
3. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus masuk ke
dalam paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet). Proses radang
pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar
dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah
banyak, beberapa neutrofil dan makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan
lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit
neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung
7. Komplikasi Pneumonia
a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empisema
d. Gagal napas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
h. Hipotensi
i. Delirium
j. Asidosis metabolik
k. Dehidrasi
8. Pencegahan Pneumonia
a. Menjalani vaksinasi
b. mempertahankan sistem kekebalan tubuh
c. menjaga kebersihan
d. hindari anak dari papasaran asap rokok
9. Pengobatan Pneumonia
a. Berikan oksigen pada anak
b. Minum obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen
c. Berikan antibiotik pada anak
d. Berikan cairan pada anak dengan pemasangan infus
10. Diagnosa
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d terbentuknya eksudat dalam alveoli.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler.
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia yang berhubungan
dengan bau dan rasa sputum.
e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
Respirasi distress syndrome (rds) adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. yang disebabkan oleh
ukuran alveoli kecil, membrane hialin berisi debris BB bayi lahir <2500, terjadi
kelainan pada paru, dan bayi lahir belum cukup bulan (prematur) dengan tanda yang
dialami yaitu pernafacan cepat, pernafasan parodaks, pernafasan cuping hidung,
apnea, murmur dan sianosis pusat
2. ISPA
Ispa adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan yaitu organ tubuh
yang di mulai dari hidung hingga ke alveoli. Contoh penderita ispa seperti pilek, dan
batuk-batuk yang disebabkan oleh virus, bakteri dan linkungan yang tidak sehat. Ispa
biasa ditandai dengan bunyi nafas wheezing, demam, hidung tersumbat dan dingin
3. PNEUMONIA
Bakteri/virus
Peradangan alveolus
Nyeri Suhu tubuh meningkat
(parenkim paru)
Anoreksia
Kerusakan
Hipoksemia
jaringan paru
MK : Gangguan
pemenuhan
MK : Gangguan
nutrisi
pola nafas
MK : Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
DIABETES MELITUS
Scenario/Kasus Pemicu
Seorang anak perempuan usia 10 tahun datang ke poli anak dengan keluhan
sering merasa lemas dan mengantuk. Hasil pengkajian didapatkan anak mengeluh
poliuri, polidipsi dan polifagia. Berat bada ndidapatkan 40 kg. Hasil lab Gdp 190
mg/dl, post prandial 220mg/dl, Hb A 1C 11%, trigliserida 300 mg/dl, LDL 111
mg/dl.
Sistem endokrin adalah suatu system yang bekerja dengan perantaraan zat-zat
kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke
dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus
(saluran). Hasil sekresinya disebut hormon, dan excresi hormonnya ke cairan intrasel
(tidak langsung ke pembuluh darah). Hormone ini masuk ke dalam darah dan dibawa
oleh system peredaran darah ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin terdiri dari
kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan system saraf, mempunyai
peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh. Meskipun darah
menyebarkan hormone ke seluruh tubuh namun hanya sel sasaran tertentu yang dapat
berespon terhadap masing-masing hormone, karena hanya sel sasaran yang memiliki
reseptor untuk mengikat hormone tertentu.Jadi setelah dikeluarkan, hormone
mengalir dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini mengatur
atau mengarahkan fungsi tertentu.
a. Lobus anterior (adenohipofise), berasal dari kantong rathke ( dua tulang rawan )
yang menempel pada jaringan otak lobus posterior , menghasilkan sejumlah
hormone yang bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin
yang lain.
1) Hormon somatotropik ( growth hormone). Hormon pertumbuhan yang
berfungsi merangsang pertumbuhan tulang, jaringan lemak, dan visera
penting pada individu yang masih muda untuk pertumbuhan.
2) Hormon tirotropik, thyroid stimulating hormone (TSH) mengendalikan
kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. Fungsinya
menstimulasi pembesaran tiroid, menambah uptake yodium, dan menambah
sintesis tiroglobulin.
3) Hormon adrenokortikotropik ( ACTH) mengendalikan kelenjar suprarental
dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.
4) Hormon gonadotropin , menghasilkan :
Lobus posterior hipofise terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai
neurohipofisis, berasal dari evaginasi atau penonjolan dasar ventrikel otak ketiga,
menghasilkan dua macam hormone :
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah
melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding
laring. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus (lobus dekstra dan lobus sinsitra ), saling
berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm.
kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid
bergantung pada jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh sumber utama
untuk memelihara keseimbangan yodium dalam makanan dan air minum.
Struktur mikroskopis kelenjar ini terdiri dari folikel seperti kelenjar asiner,
berdinding selapis sel, bila sedang aktif berbentuk kuboid yang tinggi
3. Kalenjer Parathyreoidea
4. Thymus
Kelenjar timus adalah suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan
imunologis. Sumber hormone timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain. Setelah
dewsa pertumbuhan akan berkurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
5. Kalenjer Pinealis
Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat dalam ventrikel otak, berbentuk kecil
dengan warna merah seperti sebuah cemara.Kelenjarna menonjol dari mensefalon ke
atas dan ke belakang kolikus superior.Fungsinya belum diketahui dengan jelas.
Kelenjar in menghasilkan sekresi interna dalam membantu pancreas dn kelenjar
kelamin berperan penting dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia.
Kalenjer pienalis diatur oleh isyarat syaraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang
terlihat oleh mata, menyekresi melatonin, dan zat lain yang serupa melewati aliran
darah atau cairan ventrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi
hormone gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi.
6. Kalenjer Suprarenalis
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper terdapat pada bagian atas dari
ginjal.Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (Korteks) yang berasal
dari sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula yang berasal dari sel-sel
ectodermal.Berdasarkan perbedaan dari zat yang dihasilkan, fungsi dan peranan
dalam mengatur kehidupan sel di dalam tubuh juga berbeda.Bagian korteks
menghasilkan hormone-hormon yang dikatagorikan sebagai hormone steroid,
sedangkan bagian medula menghasilkan katekolamin.
a. Korteks adrenal :terdiri dari sel-sel epitel yang besar berisi lipoid yang disebut
foam cells, terdiri ari zona glomerulosa ( lapisan luar), zona fasikulata ( lapisn
7. Kalenjer Pankreas
Pancreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitoneal
dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pancreas
terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien.Pancreas
mendapat darah dari arteri linealis dan arteri mesenterika superior.Pancreas
menghasilkan dua kelenjar aitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. -Diantara
sel-sel eksokrin di seluruh pancreas tersebar kelompok-kelompok atau “pulau”, sel
endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Pulau-pulu Langerhans
Dalam tubuh manusia normal pulau Langerhans menghasilkan empat jenis sel :
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama
lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi insulin
dikendalikan oleh kadar glukosa darah.
Gejala-gejala dari gangguan endokrin dapat berkisar dari ringan atau tidak ada
gejala hingga serius dan mempengaruhi seluruh tubuh Anda. Tergantung pada bagian
spesifik dari sistem endokrin yang terpengaruh, beberapa gejala dapat digolongkan
menjadi:
1. Diabetes
Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus, yang terjadi
apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi
a. Depresi
b. Diare
c. Kelelahan
d. Sakit kepala
e. Hiperpigmentasi pada kulit
f. Hipoglikemia
g. Napsu makan rendah
h. Tekanan darah rendah
i. Periode menstruasi yang terlewat
j. Mual, dengan atau tanpa muntah
k. Ingin mengonsumsi garam
l. Penurunan berat badan
m. Kelemahan.
4. Sindrom Cushing
a. Mata menonjol
b. Diare
c. Kesulitan tidur
d. Kelelahan dan kelemahan
e. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
f. Intoleransi terhadap panas
g. Detak jantung yang tidak teratur
h. Mudah marah dan perubahan mood
i. Detak jantung berdebar cepat (tachycardia)
j. Kulit yang tebal atau merah pada betis
k. Tremor
l. Penurunan berat badan.
6. Hashimoto’s thyroiditis
Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi di mana tiroid diserang oleh sistem
imun, menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah, seperti:
a. Diare
b. Kesulitan tidur
c. Kelelahan
d. Goiter
e. Intoleransi terhadap panas
f. Mudah marah dan perubahan mood
g. Detak jantung yang cepat (takikardia)
h. Tremor
i. Penurunan berat badan tanpa penyebab
j. Kelemahan.
8. Hipotiroidisme
a. Disfungsi ereksi
b. Kemandulan
c. Kehilangan libido
d. Periode menstruasi yang terlewat
e. Produksi ASI tanpa penyebab.
Nafsu makan terbentuk bukan sekedar kita berharap pasokan energi baru, tetap
terjadi karena keinginan otak dan perut. Keselarasan hormon otak dan perut dalam
mengendalikan nafsu makan dikendalikan oleh komponen berikut ;
Leptin merupakan hormon yang terutama disekresi oleh jaringan adiposa putih,
diketahui sebagai ‘satiety hormone’. Fungsi leptin adalah sebagai molekul sinyal
yang menyampaikan pesan kepada otak mengenai ketersediaan energi yang tersimpan
di dalam lemak tubuh. Otak, terutama hipotalamus mengintegrasikan sinyal
metabolik yang berasal dari leptin tersebut untuk meregulasi homeostasis energi
dengan cara menurunkan nafsu makan, meningkatkan pengeluaran energi dan
thermogenesis.
Leptin mengatur rasa lapar dan kenyang. Bila produksi leptin menurun, kita akan
merasa lapar. Sebaliknya, ketika leptin meningkat, kita akan mersa kenyang. Saat kita
kurang makan, kalori yang keluar dari sel lemak akan ebih sedikit dari yang masuk.
Akibatnya, produksi leptin menurun dan kita merasa lapar. Itulah mengapa ketika kita
berdiet dengan mengurangi makan, kita justru sering merasa kelaparan (Pangkalan,
2009)
2. Sistem saraf otonom yang menghubungkan sel otak, usus dan lemak
a. Nukelus lateral hipotalamus atau biasa disebut feeding system berfungsi sebagai
pusat lapar. Pusat makan disini beroperasi dengan membangkitkan dorongan
motorik untuk mencari makan.
Pusat rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus dipadati oleh reseptor untuk
neurotransmitter dan hormon yang mempengaruhi perilaku makan.Hormon dan
neurotransmitter tersebut terbagi atas substansi orexigenik yang menstimulasi nafsu
makan dan anorexigenik yang menghambat nafsu makan.
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula darah
yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolism karbohidrat, lemak, dan
protein karena kekurangan hormone insulin. Masalah utama pada penderita DM ialah
terjadinya komplikasi, khususnya komplikasi DM kronik yang merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian penderita DM (Surkesda, 2008).
Pemeriksaan penunjang diabetes melitus terkait kegemukan dan obesitas pada anak :
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≥ 126 mg/dl atau
2. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban
glukosa 75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak
dipakai rutin di klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk
dianjurkan memakai kriteria diagnosis kadar glukosa darah puasa.
3. Pemeriksaan kadar lemak darah (kolestrol total. HDL, LDL dan trigliserida)
4. Pemeriksaan gula dalam urine (Genis, 2009)
a. Edukasi, tujuan dari edukasi adalah mendukung usaha pasien yang menderita
DM untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya, mengetahui cara
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan atau komplikasi yang mungkin
timbul secara dini, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit
secara mandiri, disertai perubahan perilaku kesehatan yang diperlukan.
b. Diet, standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik,
yaitu karbohidrat : 45-65 % total asupan energi, protein : 10-20 % total asupan
energi, lemak : 20-25% kebutuhan kalori. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk.
Salah satu cara pengobatan Obesitas adalah diet. prinsip pengaturan diet pada
anak obesitas adalah diet seimbang karena anak masih mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas
dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit
penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori
sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai
penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie
8. Anjurkan mengulangi
latihan 4-5 kali
Skenario/Kasus pemicu
Anak perempuan usia 2 tahun dirawat di ruang perawatan anak dengan demam.
Hasil pengkajian didapatkan, malaise, muntah, mudah terstimulasi, menangis dengan
merintih, kaku kuduk dan tanda kernig dan Brudzinsky positif. Selain itu, demam
tinggi, pingsan berlangsung 30 detik-5 menit, postur tonik, gerakan klonik, lidah dan
pipi tergigit, gigi dan rahang terkatup rapat, inkontinensia, gangguan pernafasan,
apnea, sianosis, linkar kepala 40 cm, ubun-ubun tampak menggelembung dan
menegang, urat-urat kepala terlihat jelas, mata terlihat memandang ke bawah, otot-
otot kaki terlihat kaku, mual, rewel, susah makan, nyeri kepala utamanya pada pagi
hari dan setelah bangun tidur.
Hasil Anilisis Sintesis yang merupakan pembahasan berdasarkan Sasaran
Pembelajaran.
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat (otak
dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara fisiologi
yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin,2013).
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis, yang
merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional
pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi
elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara
mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
Otak dan medula spinalis pada susunan saraf pusat merupakan pusat-pusat
utama dimana terjadi hubungan integrasi dari informasi saraf; karenanya
dibutuhkan pelindung yang baik. (Snell, 2015). Pelindung pada sistem saraf pusat
meliputi:
a. Tulang tengkorak
Jaringan pada SSP memiliki suplai darah yang luas, namun terisolasi dari
sirkulasi umum oleh BBB. Penghalang ini menyediakan sarana untuk memelihara
lingkungan yang konstan, untuk mengontrol fungsi neuron SSP agar stabil
(Bachrudin, 2014).
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak
adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah (Khanifuddin,
2012).
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis.
Cairan cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma darah
dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel
epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral
medula spinalis. Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak
otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan otak serta medula spinalis (Nugroho, 2013).
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar
ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Tiap belahan tersebut
terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal, okspital, dan temporal. Sedangkan
disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan
epitalamus (Khafinuddin, 2012). Otak belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi
yaitu metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak
(pons) dan cereblum. Sedangkan mielensefalon akan menjadi medulla oblongata
(Nugroho, 2013). Otak tengah/ sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus,
dan amigdala (Khafinuddin, 2012).
(Sumber : biologipedia.blogspot.com)
(Biologi-hayati.blogspot.co.id)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.
1) Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar
tersusun dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut dijelaskan
pada .
2) Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan
sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan
melalui eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna
vertebra tempat munculnya saraf tersebut.
(Sumber: Sridianti.com)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari.
Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh
darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan.
(Sumber:anfis-mariapoppy.blogspot.com)
1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor
pada kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya
kesusunan saraf pusat. Jadi besifat ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke
effector (Muscle and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab
impuls yang diterima dari reseptor di kulit dan otot dari lingkungan
sekitar (Bahrudin, 2013).
(Sumber:DosenPendidikan.com)
Sel saraf (neuron) bertanggung jawab untuk proses transfer informasi pada
sistem saraf Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls. Setiap satu neuron
terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel (soma), dendrit dan akson
(Bahrudin, 2013).
Badan sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan. Soma berfungsi
untuk mengendalikan metabolisme keseluruhan dari neuron (Nugroho, 2013).
Badan sel (soma) mengandung organel yang bertanggung jawab untuk
memproduksi energi dan biosintesis molekul organik, seperti enzim-enzim.
Pada SSP, neuron menerima informasi dari neuron dan primer di dendritic
spines, yang mana ditunjukkan dalam 80-90% dari total neuron area permukaan.
Badan sel dihubungkan dengan sel yang lain melalui akson yang ujung satu
dengan yang lain membentuk sinaps. Pada masing-masing sinap terjadi
komunikasi neuron dengan sel yang lain (Bahrudin, 2013).
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya
ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di
bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi
akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-
Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh
darah yang disebabkan oleh meningokokus.( Price, Sylvia Anderson, 2009)
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi
dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan
menyebabkankematian.
(Kemenkes RI 2009)
Intervensi:
Odema cerebral Aliran darah otak ↓ G3an metabolisme cerebral Eksudat Meningen
G3 perfusi
↑ TIK Kolaps sirkulasi, kerusakan Asam laktat ↑ Reaksi septicemia
jar. otak
endotel, nekrosis PD otak jaringan otak/infeksi
parsial
Frontal Ocxipital Temporal Parietal
sederhana
Terganggunya control emosi Fotophobia Terggunya sensasi G3an motorik
hipoksi Metabolisme
Resiko Reflek
cedera
menelan
WOC hidrosefalus
Akson : tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari
badan sel.
Apgar score 4/5 : Suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
beru lahir.
Apneu : merupakan sekumpulan gangguan tidur yang serius, dimana penderita yang
sedang tidur berulang-ulang mengalami henti nafas (apneu) dalam waktu yang cukup
lama sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen di dalam darah dan otak
dan menyebabkan bertambahnya jumlah karbondioksida.
Astrocytes : Memiliki ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur, fungsi utama
nya yaitu untuk memberi sokongan struktur sel, memberi nutrisi, membentuk barrier
darah-otak.
Astrosit/ Astroglia : Sebagai “sel pemberi makan” bagi sel saraf
Bunyi ronki : suara tambahan y]ang dihasilkan udara melalui saluran nafas yang
berisi sekret
Bunyi weezing : suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir
ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran respiratorik distal.
Celah sinaptik : Celah berisi cairan. Letaknya diantara membran presinaps dan
membrane postsinaps. Merupakan media yang menghantarkan neurotransmitter ke
membrane postsinaps.
Congestinasal : penyumbatan saluran hidung yang dikarenakan selaput hidung yang
melapisi hidung bengkak di karenakan pembuluh darah yang bengkak.
CRT 4 detik : tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor
dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (ferfusi).
Dendrit : serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang serta merupakan perluasan
dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan ke
badan sel
Mata cekung : Tanda yang menunjukkan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit
berlebih
Pernapasan cuping hidung : Bernapas dari jaringan lunak yang membatasi kembang
kempis
Post prandial : jenis kadar glukosa darah yang biasanya meningkat dengan
puncaknya 1 jam setelah makan
Sakit perut : Rasa sakit yang muncul di antara bagian dada dan panggul.
Saraf maksilaris : Saraf sensorik. Berfungsi: input dari dagu, bibir atas, gigi atas,
mukosa rongga hidung, palatum, faring.
saraf optalmik : Saraf sensorik. Berfungsi input dari kornea, rongga hidung bagian
atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air mata.
Saraf simpatik adalah Sistem saraf tak sadar yang menyebabkan gerakan tidak
disadari atau gerak refleks.
Saraf spinal : saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda
melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui eferen
Sel ependima : Merupakan neuro epitel. Terdapat dalam ventrikel otak. Berfungsi
sebagai penghasil cairan serebrospinal dan perlindungan nutrisi sel.
Sel ependimal : sel glia yang berperan dalam produksi cairan cerebrospinal.
Sel glial : sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat
Sel satelit : Sebagai sel penyokong pada sel saraf tepi.berfungsi untuk regulasi nutrisi
dan produk buangan antara neuron body dan cairan ektraseluler
Sel schwann : Terdapat disepanjang akson. Berfungsi sebagai penghasil myelin pada
sel saraf tepi, maka membantu meningkatkan konduksi impuls saraf.Sianosis :
kondisi yang menyebabkan kulit dan selaput lendir berubah warna menjadi kebiruan
karena terlalu sedikit oksigen dalam aliran darah
Sistem saraf otonom : Sistem yang mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari.
Trigliserida : ester yang diturunkn dari gliserol dan tiga asam lemak yang terdapat
dalam darah yang memungkinkan untuk pemindahan dua arah dari lemak pada
adiposa dan gula darah dari hati dan merupakan komponen utama dari minyak pada
kulit manusia
Almatsier. S. (2010). Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Al-Qura’nul Karim
Amin, Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.
Anderson KE, Joseph SW, Nasution R, Sunoto, Butler T, Van Peenen PFD, Irving
GS, Saroso JS, Watten RH. Febrile illness resulting hospital admission: A
Bacteriological and Serological study in Jakarta, Indonesia. Am J Trop Med Hyg
(2009);25(1): 116-20.
Armini, Ni dkk. 2017. ASUHAN KEBIDANAN Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: ANDI.
Eliza, Nuryani, D., & Rosmiyati. (2017). Determinan Persalinan Prematur di RSUD
Dr. Abdul Moeloek. 2017, Volume VIII No.2.
Faryastawan, I Putu Agus dkk.(2017). Sistem Pencernaan pada An.C.K dengan Diare
Akut di RSUD Sam Ratulangi Tondano. Program Studi Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado: Jurnal.
Firdaus, Muhammad. (2017). Diabetes dan Rumput Laut Cokelat. Malang:UB Press
Fischer Walker, et. al. (2017). ‘Global burden of childhood pneumonia and
diarrhea’.Lancet;381(9875):1405–16.
Fitriani, Dita. (2018). Peran Estrogen Dan Leptin Dalam Homeostasis Energi. Vol 5,
2.
Guyton, Arthur C., & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Hanifah, Erma. (2011). Cara Hidup Sehat. Jakarta Timur:PT. Sarana Bangun
Pustaka.
https://www.academia.edu/8908038/Lapar_dan_Haus
https://www.slideshare.net/mobile/Indriatidewi/bagaimana-kita-merasa-lapar-dan-
kenyang
Ide, Pangkalan. (2009). Seri Diet Korektif Diet South Beach. Jakarta;Kelompok
Gramedia.
Khosim, M. Sholeh, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
Lopezosa, P., Ruz, A., Torres, J., Maestre, M., Borrego, M., & Soto, P. (2019).
Sosiodemographic Faktors Associated with Preterm Birth and Low Birth Weight: A
Cross-Sectional Study. 2019.
Maharani, Sabrina, (2012), 485 Warga Jepara Terkena Demam Tifoid, Diakses pada
Tanggal 23 Februari (2015), http://rlisafmjepara.com/2015/02.html.
Matsushima, M., Shimizutani, S., & Yamada, H. (2018). Life Course Consequences
of Low Birth Weight: Evidence from Japan. 2018.
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Padila, Amin, M., & Rizki. (2018). PENGALAMAN IBU DALAM MERAWAT
BAYI PRETERM YANG PERNAH DIRAWAT DI RUANG NEONATUS
INTENSIVE CARE UNIT (NICU) KOTA BENGKULU. 2018, Volume 1 No.2.
Punjabi NH. Laboratory diagnosis of typhoid fever: A challenge for the (1990)s.
Presented at XIII Int. Congress forTropical Medicine and Malaria, Jomtien Thailand,
Nov. 29- Dec. (2016)
Sauer, R., Costa, M., Barreto, F., & Teixeira, M. (2019). Congenital Zika Syndrome:
Prevalence of Low Birth Weight and associated Faktors. Bahia, 2015-2017. 2019.
Sembiring, Julina. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra
Sekolah.Yogyakarta: Deepublish Publisher
Simanjuntak CH, et. al. (2017). Oral immunization against typhoid fever in Indonesia
with Ty21a vaccine. Lancet; 338: 1055-9.
Siti Nur Indah, Ety Apriliana, 2017, jurnal Hubungan antara preeklamsia dalam
kehamilan dengan kejadian Asfeksia pada bayi baru lahir. Universitas lampung
Simadibrata M, Smaltzer.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Snell,Richard.2015.Anatomi Klinis.Jakarta:EGC
Susilowati, E., Wilar, R., & Salendu, P. (2016). Faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian berat badan lahir rendah pada neonatus yang dirawat di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou periode Januari 2015-Juli 2016. 2016, Volume 4 No.2.
Wahyu, Genis Ginanjar. (2009). Obesitas pada Anak. Yogyakarta:B First (PT.
Bentang Pustaka)
Widagdo, (2011), Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak, Jakarta: CV
Sagung Seto