Makalah Uji Toksisitas Subkronik
Makalah Uji Toksisitas Subkronik
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
Penulis,
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Toksisitas adalah kemampuan suatu zat kimia dalam menimbulkan kerusakan pada
organisme baik saat digunakan atau saat berada dalam lingkungan. Secara umum toksisitas
dibedakan menjadi toksisitas akut, toksisitas subkronik dan toksisitas kronik. Uji toksisitas
subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada
hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga bulan (Priyanto, 2009). Uji toksisitas bertujuan
untuk mengetahui efek toksik dan menentukan batas keamanan suatu senyawa yang terdapat
Uji toksisitas subkronik adalah salah satu uji praklinik untuk mengidentifikasi ciri fisik
maupun organ yang diberikan senyawa uji secara berulang dalam waktu tertentu yaitu selama
28 atau 90 hari (Casarett dan Doull's, 2008). Prinsip uji toksisitas subkronik yaitu, sediaan uji
dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji. Tujuan
uji toksisitas subkronik adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian, alur, syarat dan uji-uji yang berkaitan uji toksisitas subkronik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengertian, alur, syarat dan uji-uji yang
2. Untuk mengetahui alur proses dan syarat hewan uji toksisitas subkronik.
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian, alur proses, syarat hewan uji dan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji toksisitas jangka pendek juga dikenal dengan penelitian subakut atau subkronik
yang dilaksanakan dengan memberikan bahan uji berulang-ulang, biasanya setiap hari atau
lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih dari 10% dari masa hidup hewan.
Meskipun demikian, beberapa peneliti menggunakan jangka waktu yang lebih pendek,
Uji toksisitas subkronik ini disarankan untuk memilih tiga dosis yaitu satu dosis yang
cukup tinggi, dosis rendah yang diharapkan tidak akan memberikan efek toksis sama sekali
dan dosis menengah. Kadang kala ditambahkan satu dosis atau lebih untuk memastikan tujuan
diatas agar dapat dicapai dan kelompok pembanding harus diikut sertakan. Tujuan utama dari
uji toksisitas subkronik yaitu untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang diberikan tanpa
memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh senyawa kimia terhadap tubuh
dalam pemberian berulang. Uji ini ditunjukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik
senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksis itu berkaitan dengan
Uji toksisitas subkronik menyangkut evaluasi seluruh hewan yang bertujuan untuk
mengetahui efek patologi kasar dan efek histologi. Uji ini dapat menghasilkan informasi
toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ sasaran, efek pada organ tersebut dan hubungan
dosis efek dan dosis respons. Informasi tersebut dapat memberikan petunjuk jenis penelitian
5
Pengamatan dan pemerikasaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis meliputi :
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang diukur
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan akhir uji coba.
5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba.
Menurut Wienarno et al. (2015), alur proses uji subkronik terbagi atas beberapa langkah
hewan uji yang digunakan untuk uji toksisitas oral berdasarkan pengelompokan
3. Penentuan variabel yang akan diuji misalnya kimia darah, kelainan histopatologi dan
lainnya
5. Hewan uji dipuasakan selama 16 jam, lalu dipaparkan bahan uji selama 45 hari dan 90
hari
6
Secara garis besar gambaran alur uji toksisitas subkronik dapat dilihat sebagai berikut
7
2.4 Uji Yang Terkait Dengan Uji Subkronik
Menurut APHA (1995) dalam Husni dan Esmiralda (2010), Uji hayati yang
diklasifikasikan menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan terbagi menjadi
Static Test, adalah metode uji dimana selama uji berlangsung tidak dilakukan
2. sumber daya yang diperlukan minim (ruang, tenaga, dan peralatan) selain itu
Akan tetapi, ada beberapa kelemahan yang menyebabkan kerugian metode ini, yaitu:
1. Jika kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
(BOD) tinggi akan menyebabkan penurunan Dissolved Oxygen (DO) dengan cepat,
2. Umumnya kurang sensitif dari pada tes statis yang diperbaharui atau tes aliran air
Renewal Test, adalah suatu metode uji dimana organismenya didedahkan ke dalam
larutan uji dalam komposisi yang sama secara periodik berulang selama uji berlangsung
(dengan interval waktu pengulangan setiap 24 jam). Hal ini dilakukan dengan
uji. Dengan pengantian larutan, maka organisme uji akan terekspos oleh larutan
segar/baru dengan konsentrasi yang sama setiap 24 jam sekali ataupun 6 interval waktu
8
Ada beberapa keuntungan metode ini, yaitu:
labu percobaan;
3. Organisme uji yang kehilangan energi dengan cepat akan mengkonsumsi pada saat
2. Umumnya kurang sensitif dibandingkan dengan tes aliran air kontinu akibat
Flow Through Test, adalah suatu metode uji yang larutan ujinya diganti (mengalir)
secara kontinyu selama masa pengujian berlangsung. Dalam uji toksisitas dengan aliran
1. Sampel dipompakan ke dalam reaktor uji secara kontinu dari sistem pengenceran;
2. Sampel yang diambil secara grab atau komposit dikumpulkan secara periodik
Beberapa kelebihan penelitian pada air mengalir dibandingkan dari pada air statis,
antara lain:
1. Memberikan evaluasi toksisitas akut yang lebih mewakili sumber toksikan terutama
9
3. Dapat digunakan pada faktor beban (biomasa) yang lebih tinggi;
1. Memerlukan jumlah sampel yang besar begitu pula dengan air pengencer yang
diperlukan;
2. Peralatan uji lebih kompleks dan mahal serta memerlukan pemeliharaan dan
pengawasan;
4. Sesuai dengan jumlah tenaga yang diperlukan maka sulit untuk dapat dilakukan
secara multipel.
Uji toksisitas kualitatif misalnya dilihat dari segi organ yang terkena racun, misalnya hati,
ginjal, sistem saraf dll. Uji toksisitas kualitatif dapat juga dilihat dari gejala yang timbul
mekanisme racun terhadap organ mulai pada tingkat selluler, ke tingkat jaringan, dan sampai
pada tingkat organ, serta menimbulkan gejala – gejala fibrosis, granuloma, karsinogenik,
teratogenik dll. Dan banyak lagi zat kimia dalam betuk logam dan non logam yang juga dapat
Uji toksisitas secara kuantitatif dapat ditinjau dari lamanya waktu, yang dapat
diklasifikasikan menjadi toksisitas akut, sub-akut, khronis. Toksisitas akut adalah efek total
yang didapat pada dosis tunggal/multipel dalam 24 jam pemaparan. Toksisitas akut sifatnya
mendadak, waktu singkat, biasanya reversibel. Toksisitas khronis sifatnya permanen, lama,
konstan, kontinu, irreversibel. Uji toksisitas atas dasar dosis dan waktu berarti spesifik
10
toksisitas akut/ khronis. Dosis adalah jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh, besar, kecilnya
menentukan efek. Sedangkan efek dosis ini merupakan fungsi dari usia, jenis kelamin, berat
badan, portal of entry, frekuensi, interval waktu, kecepatan eksresi, kombinasi dengan zat lain.
Terdapat beberapa istilah mengenai dosis yaitu yang umum digunakan adalah Lethal Dosis
(LD) : yaitu dosis yang mematikan X % hewan uji dengan satuan berat/berat badan. Dikenal
LD10, LD50, LD100, Min LD dan Dosis Therapheutik yaitu dosis yang tepat untuk
pengobatan. atau dapat juga dilihat dari konsentrasi LC10, LC5O, LC100. Di dalam PP 18
tahun 1999 dikatakan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila
diuji dengan metoda toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang batas yang telah
ditetapkan yaitu 15 g/kg berat badan. Sedangkan dalam PP No 85 tahun 1999 dikatakan bahwa
bila nilai LD50 secara oral lebih besar dari 50 mg/kg berat badan, maka terhadap limbah yang
mengandung salah satu zat pencemar pada lampiran III PP tersebut harus dilakukan evaluasi
dilakukan dengan menggunakan hewan uji seperti mencit, tikus, kelinci, monyet, anjing dan
lain-lain. Pemilihan hewan uji tergantung pada jenis toksikannya dan ketersediaan dana.
Setelah diperoleh hasil uji toksisitas, untuk dapat diketahui efeknya terhadap manusia, maka
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang zat-zat kimia yang dapat
menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh dan lingkungan. Toksisitas adalah potensi
merusak dari suatu zat kimia. Terdapat beberapa jenis uji toksisitas yaitu uji toksisitas akut,
uji toksisitas jangka pendek (sub kronis), dan uji toksisitas jangka panjang (kronis). Selain
itu terdapat uji toksisitas berdasarkan larutannya yaitu static test, renewal test, flow
throught test. Untuk melakukan uji toksisitas harus menggunakan suatu organisme yang
Syarat suatu organisme yang dapat digunakan untuk melakukan uji toksisitas yaitu:
12
DAFTAR PUSTAKA
Casarett, L.J., dan Doull, J. (2008). Toxicology the Basic Science of Poisons. Editor:
Curtis D. Klaassen. Edisi Ketujuh. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 28-32.
Husni, Hayatul dan Esmiralda, M.T. 2010. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri
Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio Lin) (Studi Kasus: Limbah Cair Industri Tahu
Fadli, M. Y. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sambung Nyawa (Gynuru
procembens (lour.) merr) Terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Pada Tikus Galur
Mengkudu (Morinda citrifolia linn.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale rosc.) Pada
Tikus Wistar. Karya Ilmiah Yang Tidak Dipublikasikan. Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran.
OECD. 2001. Acute Oral Toxicity. OECD Guidelines for the Testing of Chemicals. TG
Widyastuti, S. 2008. Uji toksistas ekstrak daun iprih (Ficus glabella Blume) terhadap
Artemia salina Leach. dan profil kromatografi lapis tipis. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Wienarno, M., W., L., Widowati., D., Sundari., 2015. Studi Keamanan Ramuan Jamu untuk
Hiperurisemia dan Hipertensi. Buletin Penelitian Kesehatan. 43(3) : 137-146.
13