Anda di halaman 1dari 14

Mengenal jenis dan macam Bridal Fashion atau Gaun

Pengantin
POSTED BY GITA SALON POSTED ON 01.19

Bridal fashion sangat lazim digunakan dalam budaya pesta pernikahan di Eropa dan
Amerika.
Di Indonesia sendiri penggunaan bridal fashion masih pada kalangan tertentu saja.
Hal ini disebabkan karena budaya adat kesukuan dalam pesta perkawinan di
Indonesia sangat tinggi.
Para desainer dan butik-butik bridal di Indonesia saat ini sudah memiliki konsep yang
kuat tentang fashion wedding. Mereka terus mengikuti trend dan sangat kreatif dalam
memadukan budaya barat dan kebaya tradisional.

Sebaiknya mari kita kenali dahulu mengenai istilah, jenis dan macamnya, sebelum
anda memilih untuk menggunakan Bridal Fashion dipesta pernikahan.

Wedding gown
Adalah jenis gaun panjang untuk wanita yang digunakan untuk menikah. Modelnya
beragam baik bentuk maupun warna. Berbeda dengan aplikasi pada gaun pengantin
dimana berdominan pada rok panjang, warna putih dan make up yang memberi kesan
muda cantik dan mewah. Para desainer sering berimprovisasi pada jenis gaun malam,
dimana seringkali pesta pernikahan diadakan pada malam hari.

Rok Dome
Adalah gaun pengantin dengan rok berbentuk kubah, hampir mirip dengan bentuk bell
shape atau lonceng.

Viel
Adalah Cadar atau kerudung. Ada bermacam macam yaitu blusher(pendek), bentuk
birdcage(sarang burung), berlapis, panjang sampai ketangan, jari, kaki. Gaun bridal
viel pendek sering digunakan pada resepsi, sedangkan yang panjang biasanya
digunakan untuk photo prewedding.

Pettycoat
Adalah Rok dalam. Ada yang bersusun 2 taupun bersusun 3.

Slayer
Jubah, Ada yang bersusun 2 taupun bersusun 3

Crown
Mahkota. Perhatikanlah terutama pada keindahan accesoriesnya. Pada perpaduan
budaya indonesia, crown dapat dialihkan menjadi sanggul modern.Aksesoris mahkota
gaun pengantin dari merek ternama adalah Heliopolis, Rachel Ge-Paris, Firenze-
Milan, Rita Mode-Italy.
Ukuran yang terpenting pada gaun pengantin adalah : dada, pinggang, pinggul, rok
Bahan Gaun pengantin bermacam macam yaitu : tile, satin, sifon, brukat.
Bahan paduan : beludru, payet, bordir, manik-manik, kristal.

Demi kepuasan anda pilihlah gaun yang memiliki ukuran yang paling tepat, nyaman,
untuk tubuh anda. Pilihlah gaun pengantin dengan gaya, karakter serta aksesories
yang sesuai dengan selera agar anda menjadi diri sendiri. Untuk pengantin pria
cukup dengan jas dan dasi hitam.

Anda dapat mengunjungi desainer, butik atau mencoba gaun yang dimiliki oleh perias
pengantin.

Silahkan search gambar gaun pengantin bridal serta accesoriesnya di google search
image maupun picasa.
Gaun Pengantin Modern

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian gaun pengantin adalah:

1. Gaun : Baju wanita (model Eropa) yang dipakai pada waktu tertentu
(pesta dsb)
2. Pengantin : Orang yang sedang melangsungkan perkawinannya.

Sedangkan menurut wikipedia.com, pengertian gaun pengantin adalah pakaian


yang dikenakan oleh pengantin wanita pada upacara pernikahan. Warna, gaya dan
berbagai kepentingan untuk proses upacaranya sangat penting, tergantung agama,
dan kebudayaan kedua mempelai.

Pada tradisi modern, warna gaun pengantin barat adalah putih. Putih dalam hal
ini termasuk juga yang bernuansa putih seperti, putih gading, ivory, putih kulit telur.
Kepopuleran warna putih ini dimulai pada tahun 1840 pada pernikahan Ratu Victoria
dan Prince Albert of Saxe-Coburg-Gotha. Ratu Victoia (1819-1901) memiliki nama
panjang Alexandria Victoria,menjadi Ratu Kerajaan Inggris Raya dari tahun 1837-
1901 dan juga menjadi kaisar wanita India dari tahun 1876-1901. Sang ratu memilih
menggunakan gaun putih pada acara tersebut untuk melambangkan kesucian
cintanya, walaupun sebenarnya warna gaun pernikahan kerajaan pada saat itu adalah
perak. Pernikahan tersebut disebarluaskan besar-besaran, maka para wanita pun
menjadi terinspirasi untuk melakukan hal yang sama pada pernikahannya. Dan tradisi
tersebut berlanjut hingga kini. Walaupun sebelumnya para wanita menikah dengan
gaun pengantin berbagai warna kecuali hitam. Tetapi warna putih telah menjadi simbol
kesucian hati dan kepolosan. Dari pernikahannya tersebut mereka dikarunia 4 putra
dan 5 putri.
Foto pernikahan Ratu Victoria - Albert of Saxe-Coburg

(sumber: wikipedia.com)

Pada kebudayaan timur, misalnya Cina gaun pengantin biasanya berwarna merah yang
melambangkan keberuntungan, tetapi saat ini para pengantin wanita lebih memilih gaun
pengantin modern berwarna putih untuk pernikahannya.

Juga di India bagian utara, warna gaun pernikahan tradisional mereka adalah merah.
Orang India Selatan menggunakan warna putih atau krem pada sari yang mereka gunakan
sebagai gaun pengantin.

Kelsey McIntyre dalam tulisannya berjudul “The History of White Wedding Dress “
juga mengemukakan pendapat yang sama jika tradisi gaun pengantin putih ini dimulai
oleh Ratu Victoria pada pernikahannya, dan memberikan pengaruh yang sangat
besar. Pada buku “Godey’s Lady’s Book”, 1849, terdapat kalimat ini: “Custom has
decided, from the earliest ages, that white is the most fitting hue, whatever may be the
material. It is an emblem of the purity and innocence of girlhood, and the unsullied
heart she now yields to the chosen one.”

Juga terdapat puisi kuno tentang bagaimana warna memberikan pengaruh


terhadap masa depan: “Married in white, you will have chosen all right. Married in grey,
you will go far away. Married in black, you will wish yourself back. Married in red, you’ll
wish yourself dead. Married in blue, you will always be true. Married in pearl, you’ll live
in a whirl. Married in green, ashamed to be seen, Married in yellow, ashamed of the
fellow. Married in brown, you’ll live out of town. Married in pink, your spirits will sink.”
Revolusi Industri juga membawa dampak perubahan. Mulai tahun 1890 dan
kemunculan department store, hampir semua wanita dapat mewujudkan impiannya
untuk menikah dengan mengenakan gaun pengantin yang baru. Gaun pengantin putih
menjadi populer, dan pada tahun 1890, Ladies Home Journal menulis: “That from
times immemorial the bride’s gown has been white”. Walaupun pernyataan ini kurang
tepat, namun ini menunjukan betapa sangat diterimanya jika gaun pengantin
berwarna putih.

Pada saat pesta pernikahan, gaun pegantin biasanya dilengkapi oleh beberapa
aksesoris, yaitu:

a. Veil / kerudung.
Bangsa Yunani dan Romawi Kuno percaya bahwa veil dapat menjaga
pengantin perempuan dari kekuatan jahat. Pada budaya timur, pemakaian
veil berkaitan dengan mitos bahwa pengantin pria tidak boleh melihat wajah
pengantinnya sebelum upacara pernikahan, untuk menghindari hal-hal
yang buruk. Di zaman Victoria, veil menjadi bagian penting dari sebuah
gaun pengantin. Pernikahan Ratu Victoria memang menjadi acuan dalam
tradisi pernikahan di abad 19. Ia memadukan veil dengan bunga orange
blossom yang kemudian menjadi tren.
Pada masa kini, bahan yang biasanya digunakan sebagai bahan veil adalah
kain tule. Veil berbahan kain tule ini pertama kali digunakan oleh Nellie
Curtis, anak perempuan dari George Washington, presiden Amerika Serikat
yang pertama. Berawal saat Nellie sedang duduk dibalik tirai tule saat
ayahnya berjalan memasuki kamarnya.
b. Tiara
Sejak zaman Mesir dan Yunani kuno, tiara yang awalnya menyimbolkan
kedaulatan dan kekuasaan, hanya dipakai oleh raja-raja dan pemuka
agama yang dianggap tinggi dan terhormat. Seiring berjalannya waktu,
penggunaan tiara menjadi semakin popular. Pemakaiannya berkembang
mulai dari zaman Napoleon, sampai setelah restorasi monarki di Prancis.
Wedding tiara adalah adaptasi dari tradisi kuno. Sebelumnya, baju
pengantin tradisionaltidal memakai tiara. Tiara pertama kali dipakai sebagai
aksesori yang melengkapi gaun pengantin oleh para pengrajin perhiasan di
Inggris pada abad ke-19. Ini merupakan simbol kekayaan seseorang pada
masa itu.
Sementara itu menurut artikel Regalia Tiara pada majalah Bazaar Harper’s
Wedding Idea, karangan Dien Tirto Buwono, secara tradisional, yang
dimaksud tiara adalah mahkota tinggi berbentuk silinder dan meruncing.
Seringkali terbuat dari kain ataupun kulit berornamen. Baru pada abad ke
19 tiara tampil dalam bentuk seperti yang kita ketahui sekarang. Terbuat
dari logam dan dihiasi dengan berbagai batuan.mulai dikenakan oleh para
wanita dalam bentuk separuh lingkaran sebagai perhiasan dan bukan
hanya untuk simbol status.saat ini beberapa monarki mempertahankan
penggunaan mahkota dan tiara sebagai simbolisasi kekuasaan. Konon
Ratu Elizabeth II disebut sebagai pemilik koleksi tiara seta mahkota terbesar
dan paling berharga di dunia.
Salah satunya Crown Jewels of England yang bertahtakan berlian
legendaries Koh i Noor. Berasal dari India dan sempat bergelar berlian
terbesar di dunia, namanya yang dalam bahasa Urdu berarti “Mountain of
Light”. Ketika India masuk menjadi jajahan Inggris, berlian ini
dipersembahkan kepada Ratu Victoria. Untuk meningkatkan kualitas kilau
dan pantulan cahaya, oleh Pangeran Albert, suami Ratu Victoria, berlian
tersebut dipotong dari awalnya 186,06 karat (37,21 gram) menjadi 105,602
karat (21,61 gram). Setelah itu berlian Koh I Noor menjadi centerpiece
mahkota bersama dengan lebih dari dua ribu berlian lainnya.
Untuk kalangan keluarga bangsawan, dewasa ini tiara lazim dikenakan
pada upacara-upacara kenegaraan. Untuk saat ini kesempatan bagi kaum
wanita dari masyarakat biasa untuk mengenakan tiara tidak terlalu banyak.
Paling tidak, pemenang ratu sejagat atau Miss Universe juga menganakan
tiara pada saat hari kemenangannya saja. Sementara itu, bagi wanita biasa,
momen ‘ratu’ sehari adalah pada hari pernikahannya. Karakteristiknya yang
anggun dan feminin sesuai untuk mencerminkan regalia dan keindahan hari
bahagia tersebut. Bergaya tradisional maupun modern, sifatnya mudah
untuk beradaptasi sesuai gaya yang diinginkan.
c. Sarung tangan
Di zaman Victoria, pemakaian sarung tangan yang dipadankan dengan
gaun pengantin menyiratkan seorang perempuan yang mempunyai tata
karma. Sejak abad pertengahan, sarung tangan memang memiliki arti yang
berhubungan dengan cinta dan kesetiaan. Ada tradisi yang mengharuskan
calon pengantin pria menghadiahkan sarung tangan sebagai hadiah
pertunangan, dan pengantin perempuan memakainya di hari pernikahan
mereka. Walaupun sempat menghilang, pemakaian sarung tangan bagi
pengantin perempuan kembali hidup pada tahun 1930-an.
d. Cincin kawin
Ide awal cincin kawin muncul saat sejak masa manusia masih tinggal di
gua. Mereka melingkarkan jalinan rumput, kulit, tulang, bahkan gading pada
pergelangan tangan dan kaki sang istri. Mereka percaya ini dapat mengikat
roh sang istri agar tidak meninggalkan tubuhnya. Bangsa Mesir mulai
menggunakan cincin yang dilingkarkan di jari,dan disempurnakan oleh
Bangsa Yahudi yang menggunakan emas polos sebagai cincin kawin.
Cincin bermata berlian pertama kali digunakan oleh Archduke Maximillian
dari Austri sebagai tanda ikatan pertunangan dengan Mary of Burgundy,
pada tahun 1477. dan menjadi sangat popular di kalangan pasangan
pengantin.
Pertukaran cincin antara pasangan pengantin adalah symbol ikatan yang
abadi. Bentuknya yang bulat sempurna menyimbolkan cinta tak berujung,
tak berawal dan tak berakhir. Warna emas menyimbolkan cinta abadi,
kesucian dan kekuatan ikatan sebuah pernikahan.masyarakat Irlandia
bahkan percaya, bila tidak menggunakan cincn emas,pernikahan akan
berakhir dengan kesialan. Sedangkan berlian dipercaya merupakan simbol
dari kekuatan, kepercayaan dan kasih sayang.
e. Sepatu pengantin
Di masa lampau sepatu pengantin perempuan merupakan simbol dari
kepemilikan dan kekuasaan. Bangsa Mesir percaya bahwa sandal
pengantin perempuan yang diberikan oleh sang ayah kepada pegantin pria
adalah simbol dari persetujuan dari pemindahan kekuasaan atas pengantin
perempuan. Pada zaman Victoria, sepatu pengantin perempuan dipercaya
menjadi simbol kekayaan.
f. Buket bunga
Semula pengantin perempuan hanya membawa sejumput tanaman obat,
karena dipercaya wanginya dapat menangkal pengaruh kekuatan jahat,
kesialan dan penyakit. Bawang putih adalah tanaman yang paling sering
digunakan. Pada zaman Yunani dan Romawi, tradisi ini digantikan dengan
mengenakan rangkaian bunga di rambut sebagai simbol kehidupan baru
dan kesuburan.

Sejarah & Perkembangan Gaya Gaun Pengantin

A.Sejarah Gaun Pengantin


Pada abad pertengahan, warna baju dan jenis bahannya digunakan sebagai penanda
status sosial seseorang (Aini, 2009). Hanya kaum kerajaan dan bangsawan saja yang
bisa menggunakan bahan sutera, satin, beludru, renda, dan menggunakan warna-
warna “grandeur”, seperti emas, ungu dan biru. Hal ini karena pada masa itu, teknik
penganyaman benang, teknik ekstraksi zat pewarna kain dan proses pewarnaan kain
dilakukan secara manual dan karena bahan-bahan yang digunakan pun tergolong
sulit diperoleh sehingga kain-kain indah tersebut tidak dapat diproduksi secara
massal. Tak pelak pada masa itu, hanya gadis-gadis bangsawan yang akan
merayakan pesta pernikahan mereka yang bisa mengenakan baju dan perhiasan
berwarna “grandeur” tadi. Adapun gadis-gadis dari kasta sosial yang lebih rendah
hanya bisa berusaha meniru bentuk baju dan penampilan para bangsawan yang
menjadi trendsetter era itu. Jarang sekali mereka bisa menggunakan baju pernikahan
dengan warna “grandeur” tersebut karena mahal.
Putih tetap tidak menjadi warna pilihan untuk gaun pengantin sampai tahun 1840, di
mana Ratu Victoria mengenakan gaun pengantin putih saat menikah dengan
Pangeran Albert of Saxe-Coburg (Yulis, 2010). Statusnya sebagai keluarga kerajaan
sekaligus simbol gadis bangsawan ternama, membuat gaun pengantin putih mewah
berhiaskan penuh renda Honiton Lace yang dikenakan oleh Ratu Victoria itu menjadi
trendsetter berikutnya. Booming-nya gaun pengantin ala Ratu Victoria yang memiliki
ciri khas gaun yang membentuk ballgown, warnanya putih kadang broken white, dan
menonjolkan pinggang serta pinggul sang pengantin wanita itu menyebabkan naiknya
permintaan terhadap bahan-bahan gaun putih mewah. Hal ini berdampak pada para
pembuat bahan dan renda gaun pengantin kewalahan memproduksinya, karena di
masa itu renda putih juga masih dibuat secara manual. Belum lagi gaun putih
termasuk sulit dirawat karena kotoran yang menempel akan tampak jelas di situ.
Akhirnya beberapa pengantin dari kelas sosial yang lebih rendah kembali
mengenakan gaun pengantin dengan warna selain putih, kecuali warna hitam (warna
berduka) dan warna merah menyala (warna yang kala itu, identik dengan the brothel
house).
Sejak era Victorian itulah maka tradisi mengenakan gaun pengantin berwarna putih
yang menyimbolkan kesucian itu menjadi gaya yang selalu ditiru oleh para wanita.
Meski kemudian tidak hanya warna putih plain saja yang dipilih, tetapi juga bisa
dengan nuansa gradasi putih seperti creme, champagne, broken-white, off white and
ivory. Sampai sekarang pun yang disebut-sebut sebagai era globalisasi, putih tetap
lestari di kalangan para wanita sebagai pilihan utama warna baju pengantin. Putih
seolah menjadi warna privilege dan memiliki cap “For Bride-Only” yang menyertainya
untuk menjadi warna baju pengantin para pengantin wanita yang ingin tampil beda
dan anggun di hari pernikahannya. Bahkan tidak hanya gaun pengantin modern ala
Barat saja yang memakai putih sebagai “warna resmi”; di beberapa negara, baju
pernikahan bernuansa adat seperti kebaya, baju kurung, kimono dan cheongsam pun
turut mengadopsi warna putih. Sebuah pantun Inggris kuno berikut ini mencoba
menggambarkan “nasib” yang dibawa oleh warna baju pengantin:
“Married in white, you will have chosen all right. Married in grey, you will go far away.
Married in black, you will wish yourself back. Married in red, you’ll wish yourself
dead. Married in blue, you will always be true. Married in pearl, you’ll live in a whirl.
Married in green, ashamed to be seen. Married in yellow, ashamed of the fellow.
Married in brown, you’ll live out of town. Married in pink, your spirits will sink.”

B. Perkembangan Gaya Gaun Pengantin


Dari sejarahnya, perkembangan gaya gaun pengantin ini kemudian tidak hanya
meliputi perubahan orientasi dalam hal gaya berpakaian, tapi juga norma dan adat-
adat yang nantinya akan membentuk sebuah budaya yang berujung pada peradaban.
Terutama pertentangan antara budaya Timur dan Barat merupakan faktor yang
menarik untuk dijadikan bahasa mengenai hegemoni dalam fenomena ini. Fenomena
ini menjadi komoditas di era modern seperti sekarang, ditambah peran media yang
ikut menyebarkan virus kapitalis, menyuburkan hal ini. Banyak media yang
mengkhususkan diri membahas perkembangan fashion juga gaya hidup. Kemunculan
media seperti ini membuat masyarakat menganggap wajar akan adanya kesadaran
mereka dalam cara berpakaian. Kewajaran yang terbentuk, baik di alam bawah sadar
maupun secara sadar, merupakan bukti kekuatan hegemoni yang dibangun oleh
produsen-produsen merek pakaian ternama dunia.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya mengenai gaya, Nicos Hadjinicolaou
menggambarkan gaya atau ’ideologi visual’ sebagai ’bentuk khusus dari ideologi
menyeluruh suatu kelas’ (Walker, 2010: 169). Jika seseorang dapat memahami
alasan untuk perubahan stalistik sepanjang waktu, dia juga memperoleh kunci untuk
hukum evolusi kebudayaan. Pernyataan Hadjinicolaou ini nyatanya mengenai
sasaran yang tepat saat ditempatkan pada perkembangan gaun pengantin sebagai
salah satu artefak fashion. Melalui paparan sejarahnya hingga perkembangannya di
era globalisasi seperti saat ini, trend gaun pengantin saat ini tetap banyak
menampilkan romantisme negeri dongeng yang kaya akan detail. Meski di Indonesia
sendiri, beberapa individu tetap memilih mengenakan pakaian adat tradisional
masing-masing daerah untuk dikenakan saat acara resepsi pernikahan mereka,
namun tidak sedikit pula yang menambahkan gaun pengantin putih ala Viktorian
sebagai salah satu kostum yang dikenakan ketika resepsi pernikahan mereka.
Nilai internasionalisme seolah menjadi bagian yang melekat pada desain yang ringan
melayang serta sentuhan kain yang transparan melengkapi koleksi desain yang kini
banyak dikeluarkan para desainer untuk gaun pengantin ala Viktorian. Warna-warna
klasik seperti ivory dan champagne masih menjadi favorit, sedangkan siluet gaun
mengarah kepada cutting yang lebih berani. Bahkan bagi mereka yang kurang berani
memakai baju terbuka karena kesan seksi pun dapat memodifikasikannya dalam
siluet tertutup yang jauh dari kesan mengumbar. Modifikasi terbaru yang kini menjadi
trend adalah menggabungkan gaya gaun pengantin ala Viktorian dengan penggunaan
jilbab atau gaya Timur Tengah (Arab/Turki) atau yang kini banyak disebut sebagai
gaun pengantin muslimah. Walau terjadi perubahan namun kesan classy dan anggun
masih tetap melekat pada setiap desainnya. Begitu pula bagi yang ingin memangkas
gaun menjadi lebih pendek atau tidak menggelembung, semua bisa dikreasikan
sesuai keinginan sang calon pengantin wanita.
Dari semua ini dipahami bahwa, kalaupun gaya gaun pengantin putih ala Barat
tersebut menghegemoni ke seluruh wanita di dunia, namun mereka tetap bisa secara
cerdas memilih bahkan tak ragu untuk memodifikasi gaya gaun tersebut sehingga
sesuai dengan hati dan pikiran mereka. Modifikasi ini artinya, dari gaya utama gaun
pengantin Viktorian itu, masih bisa ditambah atau dikurangi baik dari segi model,
ukuran, bentuk, ornamen, maupun aneka kreasi desain lain. Hal ini karena tentunya
dunia mode atau fashion akan selalu mengalami perubahan, namun tak pelak ada
sebuah sistem yang akan terus mempengaruhi kelas masyarakat yang lain untuk
menerima nilai-nilai moral, politis dan kultural. Konsep ini mengasumsikan sebuah
konsen sederhana oleh mayoritas populasi untuk arah tertentu yang diusulkan oleh
mereka dengan kekuatan. Produsen-produsen pakaian terkemuka dunia ini memang
tidak begitu saja menghegemoni masyarakat. Mereka membentuk sebuah sistem
yang disebut konglomerasi. Mereka bekerjasama dengan media, untuk menyebarkan
pola pikir tersebut. Media merupakan alat yang paling tepat untuk menyebarkan
pemikiran produsen pakaian dalam menghegemoni masyarakat. Dewasa ini semakin
menjamur media yang mengkhususkan diri membahas mengenai perkembangan
fashion, dan mereka sebagian besar memiliki tingkat penetrasi yang tinggi ke
berbagai belahan dunia.***
Ciri Desain Gaun Pengantin
12sep12

Gaun pengantin pada umumnya sama dengan long-dress atau gaun panjang.
Pemindahan lipit-kup sama dengan lipit-kup pada busana bagian badan atas seperti
blus atau gaun terusan. Keistimewaan gaun pengantin adalah bahanya yang mewah,
berwarna putih bersih atau warna pastel, merah jambu, kuning muda atau warna
muda lainnya, tetapi umumnya putih.

ciri desain gaun pengantin

Gaun pengantin selalu dilapisi, ada kalanya bahan tekstil pelapisnya lebih mahal
daripada bahan tekstil bagian luar untuk mendapat bentuk silhouette yang diinginkan.
Bila hendak membuat gaun pengantin, pada saat mengambil ukuran badan sebaiknya
mengenakan bh yang akan dipakai pada hari pernikahan, agar ukuran yang didapat
tepat dan sesuai dengan busana dalamnya.

Dibawah ini adalah ciri-ciri desain umum yang terdapat pada gaun pengantin:

1. Garis pinggang asli diturunkan 4 a 6 cm sehingga bentuk badan menjadi long-torso.


Seorang yang memakai pakaian berbentuk long-torso akan kelihatan lebih ramping.
2. Pemindahan lipit-kup umumnya pada garis hias princses, yang memberi kesan
melangsingkan dan menonjolkan sex-appeal atau daya tarik seorang wanita. Garis
bentuk leher disesuaikan dengan bentuk wajah.
3. Garis potongan empire, atau garis hias di bawah payudara sebagai tempat sembunyi
pemimdahan lipit-kup asli sering juga dipakai, sebab ini juga menambah daya tarik
seorang Wanita.
4. Silhouette atau garis besar potongan luar busana yang sering dipilih adalah siluet
huruf A atau huruf S, melebar di bawah dengan potongan pinggang atau penuh di
bagian atas badan dan bawah badan dengan adanya potongan pinggang.
5. Penambahan hiasan berupa:
1. Hiasan tekstil monumental, yaitu hiasan yang menonjolkan permukaan bahan yang
rata dengan menggunakan payet, remboci, manik-manik, atau tambahan motif kaitan
renda atau rajutan.
2. Hiasan yang dihasilkan dari teknik jahir-menjahit berupa strook lajut berliku-liku –
opnaaisel-, lipit-lipit kecil yang dijahit mati, bouillonneren, kerut-kerut pada kiri dan
kanan satu lajur dan lain-lain.
3. Hiasan aplikasi, lekatan atau tempelan dari bahan lain misalnya renda atau pita.
6. Diadeem atau mahkota, dengan kudung –sluier– dari bahan tula nylon tipis sehingga
wajah pengantin masih keliahatan jelas. Bentuk sluier dapat berupa lingkaran, oval
atau lonjong, atau segi empat.
7. Bentuk leher baju umumnya decolite, agak terbuka, bahkan ada bentuk shoulder-off,
atau bahu terbuka.
8. Ciri khas lainnya dari busana pengantin adalah sleep, yaitu ekor tambahan di badan
belakang, sleep ini dapat berupa tambahan perpanjangan bawah rok di belakang, dan
bila berjalan kain ini diseret-seret. Ekor dapat dibuat sebagai pias tambahan yang
panjang, dipasang pada pinggang belakang, atau yang panjang sekali daru bahu
belakang, menjuntai jatuhnya pada lantai.

Busana pengantin yang umumnya putih dan terbuat dari bahan yang agak mewah
dari polyester atau bahan lain yang sesuai dengan desain. Leher tinggi, bulat dengan
desain kerah tegak. Lengan panjang dengan kerut pada bagian kepala, pada ujung
lengan sempit. Terdapat potongan garis hias princess, tempat menyembunyikan lipit-
kup asli. Pinggang diturunkan di bagian tengah badan, dibuat setali dengan
hiasan peplum -tambahan di bawan pinggang dan berakhir di sisi dengan
bentuk volant, strook yang diklol atau bentuk lingkar penuh-.
long sleeve wedding dress

Umumya gaun pengantin mempunyai garis potongan princess dari lubah lengan turun
ke pinggang, badan bagian tengah depan diberi hiasan teknik menjahit
yaitu bouillonneren, dikerut pada kedua tepi, dan di garis princess. Hiasan ini diulang
pada bagian lengan yang umumnya pendek.

Bentuk leher decolete, leher besar serupa leher perahu dengan meruncing ditengah
muka. Rok dengan bentuk pias dengan hiasan untuk memperjelas garis, dan untuk
memberi daya tarik diberi strook. Volant dengan bentuk lingkar penuh dengan
konstruksi menurut rok longkar penuh, dengan panduan umum 1/6 garis pias dari
pinggang sampai ke bawah. Pada tengah belakang diberi hiasan ekor –sleep– atau
tambahan pias yang melangsai.

Bahan tekstil yang cocok adalah bahan yang dapat dikerut, misal berupa crepe, tetapi
tidak usah tipis. Mahkota atau diadeem boleh dibuat dari corsage, bunga kain atau
yang lain sesuai dengan selera masing-masing. Tula untuk sluier dipilih yang tipis dari
bahan nylon supaya tidak mudah kusut. Demikian-lah beberapa ciri umum yang
terdapat pada sebuah gaun pengantin. Ciri Desain Gaun Pengantin

Anda mungkin juga menyukai