Anda di halaman 1dari 101

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengembangan Sistem Mutu Manajemen
1. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan
untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar yang bersifat internal atau segala upaya untuk
menciptakan kondisi degan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai (Gagne dan Brings dalam Warsita, 2003: 266)
“Metode penelitian dan pengembangan atau dalam
bahasa Inggrisnya Research and Development adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut”. (Sugiyono, 2014:297)

Dalam menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang


bersifat analisis atas kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk
tersebut agar dapat berfungku di masyarakat luas, maka diperlukan
penelitian yang untuk menguju keefektifan produk tersebut. (Sugiyono,
2014:297)
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan adalah suatu proses untuk melakukan perbaikan secara
terus menerus dalam meningkatkan mutu/ kualitas suatu produk barang
maupun jasa, yang bersifat analisis atas kebutuhan dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas.

2. Sistem
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah sistem.
Misalnya, sistem pernapasan, sistem irigasi, sistem penerbangan,
sistem pemasaran, sistem akuntansi, dan lain sebagainya. Tetapi,
terkadang kita belum memahami, apa sebenarnya yang dimaksud
sistem? Mengapa disebut sistem? Ciri-ciri apa saja yang bisa dikenali
dari sebuah sistem? Paparan berikut diharapkan bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu. (Purwiyanto, 2018:12)

“Mulyadi (2010) mendefinisikan, bahwa sistem


merupakan jaringan prosedur yang disusun dengan pola
yang terpadu dalam rangka melaksanakan aktivitas-
aktivitas pokok perusahaan. Sedangkan, prosedur
merupakan rangkaian kegiatan klerikal, yang biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu bagian (organisasi)
yang disusun sedemikian rupa sehingga penanganan
transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang
bisa dilakukan secara terstandar. Sedangkan, Susanti
(2013), menuliskan bahwa yang dimaksud dengan sistem
adalah kumpulan dari subsistem/bagian/komponen, baik
fisik maupun non-fisik yang saling berhubungan dan
bekerja sama antara yang satu dengan yang lain dalam
rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut, Sutabri (2012), menuliskan pengertian
sistem sebagai kelompok elemen yang saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya serta
berfungsi secara bersama-sama dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.” (Purwiyanto, 2018:12)

(Purwiyanto, 2018:13) Dari berbagai pengertian di muka, dapatlah


disimpulakan bawah sistem merupakan satu kesatuan yang utuh, yang
terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait dan bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari kesimpulan ini
bisa dijelaskan ciri-ciri sistem sebagai berikut :

1. Terdapat bagian-bagian.
2. Antarbagian saling terkait dan bekerja sama.
3. Terdapat tujuan yang ingin dicapai.
Dari ciri-ciri sistem diatas bisa diperhatikan, bahwa agar sistem
bisa berjalan secara optimal dan bisa mencapai tujuan, maka semua
elemen/bagian harus ada dan berfungsi. Jika salah satu bagian saja
tidak ada atau tidak berfungsi maka bisa dipastikan bahwa sistem tidak
akan berjalan.Tujuan pun tidak akan tercapai. Kesimpulannya, setiap
ada istilah sistem, bahkan sistem apa saja,pasti di dalamnya terdapat
bagian-bagian, di mana setiap bagian selalu terkait dan bekerja sama,
dalam rangka mencapai tujuan. (Purwiyanto, 2018:13)
Sistem adalah kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen
apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu
sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu
tujuan tertentu”. (Susanto, 2013:22)
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan dan berkumpul bersama-sama untuk melakukan
kegiatan atau melakukan sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
(Hutahaean, 2014:2)
Sistem adalah sekumpulan orang yang saling bekerja sama dengan
ketentuan-ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk
membentuk suatu satu kesatuan yang melaksanakan atas suatu fungsi
untuk mencapai tujuan. (Anggraeni dan Rita, 2017:1)
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
merupakan kumpulan suatu komponen sistem yang saling
berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan suatu
kegiatan pokok perusahaan

3. Mutu
Mutu adalah suatu kondisi dimana kinerja apapun, baik produk
(barang atau jasa) maupun mesin dan manusia yang bisa memberikan
kinerja yang melampaui harapan. (Purwiyanto, 2018:14)
Mutu merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain, seperti
pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dan lain-lain. Dalam
kenyataannya, penyelidikan mutu adalah suatu penyebab umum yang
alamiah untuk mempersatukan fungsi-fungsi usaha. (Prihantoro,
2012:42)
Secara umum mutu atau kualitas adalah jumlah dari sifat-sifat
produk, seperti daya tahan, kenyamanan pemakaian, daya guna dan
lain sebagainya. Mutu atau kualitas selalu diidentikan dan
dihubungkan dengan kegunaan khusus, seperti panjang, lebar, warna,
berat dan karakter produk lainnya (Ahyari dalam Prihantoro, 2012:3).
Mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu
barang/ hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang/ hasil itu dibutuhkan. (Nur dan Suyuti,
2017:167)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah
kesesuaian dari sifat-sifat produk yang dispesifikasikan dengan jelas,
agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan yang telah
ditetapkan.

4. Manajemen
Manajemen adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian serta
pengawasan dengan memanfaatkan baik sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
(Purwiyanto, 2018:15)
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahaan suatu kelompok orang-orang
kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
(G.R. Terry, 2012:1)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu proses mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam mengatur dan
mengarahkan sumber daya yang ada di dalam organisasi atau
perusahaan agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Elemen-Elemen Sistem Mutu Manajen


1. Visi
Pernyataan visi yang baik dapat meningkatkan tanggung jawab,
menginspirasi, dan memotivasi individu-individu yang ada pada suatu
organisasi dalam mewujudkannya. Setidaknya, pernyataan visi dapat
memberi pengertian yang jelas kepada semua individu yang ada di
dalam organisasi tentang “untuk apa sebenarnya organisasi didirikan.”
(Purwiyanto, 2018:19)
Visi merupakan impian cita-cita atau impian yang memiliki rentang
waktu (ketercapaiannya) panjang. Tercapainya visi bisa memakan
waktu 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, atau bahkan lebih. (Purwiyanto,
2018:26)
Visi adalah sebuah gambaran mengenai tujuan dan cita-cita di masa
depan yang harus dimiliki oleh organisasi sebelum arganisasi itu
menyusun rencana untuk mencapai cita-cita tersebut (AB Susanto,
2014:16)
Kata visi dalam KUBI sebagai kemampuan untuk melihat pada inti
persoalan,pandangan yang luas, wawasan seseorang. Manajemen
strategi mengartikan visi sebagai cara pandangan seseorang pimpinan
atau penentu strategi yang melihat persoalan bisnis secara
komprehensif berorientasi tidak saja pada masa sekarang,tetapi juga
selalu berorientasi pada masa yang akan dating dalam usaha untuk
mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. (Sofyan, 2014:33)
Menurut David, Fred.R yang dimaksud visi adalah suatu tindakan
atau reaksi terhadap adanya perubahan lingkungan usaha dalam situasi
apapun dan berusaha mencari sumber-sumber informasi yang dapat
dipercaya sebagai landasan dalam membuat keputusan strategi
perusahaan. (Sofyan, 2015:34).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
visi adalah suatu pandangan yang tidak hanya pada masa sekarang
tetapi untuk masa depan terhadap adanya perubahan lingkungan usaha
dalam situasi apapun yang dapat memotivasi individu-individu yang
ada dalam organisasi.
a. Pentingnya Visi
Ada empat alasan pentingnya visi yang sehubungan dengan
strategi perusahaan, yaitu : (Sofyan, 2015:34)

1) Penentu strategi yang memiliki visi secara jelas, akan melihat


persoalan usaha secara menyeluruh, sehingga dalam
pengambilan keputusam dapat dibuat secara optimal.
2) Penentu strategi yang memiliki visi, senantiasa akan berusaha
dalam meningkatkan informasi yang mendukung keberhasilan
strategi perusahaan.
3) Penentu strategi yang memilki visi cenderung berorientasi tidak
saja pada masa sekarang, tetapi juga pada masa yang akan
datang.
4) Penentu strategi yang memiliki visi, selalu membuat keputusan
yang bersifat antisipatif dan fleksibel.

b. Teknik Perumusan Visi


Teknik yang paling mudah dalam merumuskan visi adalah
menggunakan orinsip yang digunakan oleh David, Fred.R yaitu
memberi jawaban dari pertanyaan “what do we to be become?”
Caranya, dengan mendaftarkan semua jawaban kemudian
mempertimbangkan bergbagai kemungkinan yang paling sesuai
dengan bergbagai aspirasi yang berkembang diantara berbagai
pihak yang terkait dengan perusahaan dang lingkungan usaha yang
didapati saat ini dan diperkirakan situasi di masa mendatang.
(Sofyan, 2014:39)
David, Freed.R menyatakan bahwa cara ini sangat penting
dilakukan, karena jika perusahaan hanya mengejar laba saja, akan
tidak cukup untuk memotivasi semua orang yang ada dalam
perusahaan itu agar berjuang guna mencapai tujuan akhir
perusahaan. (Sofyan, 2015:39)
c. Manfaat Rumusan Pernyataan Visi
Manfaat rumusan pernyataan visi bisa dijelaskan sebagai
berikut. (Purwiyanto, 2018:20)
1) Memberi jaminan bahwa semua individu yang ada di dalam
organisasi memiliki tujuan yang sama.

2) Menjaga konsistensi atas kebijakan organisasi dalam


pencapaian cita-cita.
3) Memotivasi dengan memunculkan standar kerja yang prima
kepada individu yang ada di dalam organisasi.
4) Memotivasi dengan membangkitkan komitmen dan semangat
kerja individu yang ada di dalam organisasi.
5) Memotivasi individu yang ada di dalam organisasi untuk
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara wajar.
6) Memiliki dasar evaluasi atas kinerjakaryawan secara
keseluruhan.

d. Ciri-Ciri Rumusan Pernyataan Visi yang Baik


Rumusan pernyataan visi suatu organisasi sangat penting
untuk diketahui, dipahami, dan dipelajari oleh seluruh individu
organisasi. Oleh karena itu, hendaknya rumusan visi suatu
organisasi merupakan rumusan kata-kata atau kalimat yang ideal
tidak menimbulkan banyak arti dan mencerminkan impian luhur
yang ingin dicapai oleh semua organisasi. (Purwiyanto, 2018:22)
“Wibisono dalam Purwiyanto (2018:22) menulis-
kan bahwa ciri-ciri rumusan pernyataan visi yang
baik sebagai berikut :
1) Menyatakan cita-cita/keinginan organisasi di
masa depan.
2) Singkat, jelas, fokus, dan merupakan
standard of excel-lence.
3) Realistis dalam arti sesuai dengan
kompetensi organisasi.
4) Atraktif dan mampu menginspirasikan
komitmen serta antusiasme.
5) Mudah diingat dan dimengerti seluruh
individu dalam organisasi.
6) Dapat ditelusuri tingkat kepercayaannya”.

Yang perlu diperhatikan oleh semua bagian yang ada di


dalam suatu perusahaan apabila setiap bagian-bagian pada
perusahaan juga merumuskan pernyataan visinya, maka
penyataan visi yang dirumuskan oleh setiap bagian tidak boleh
bertentangan dengan rumusan visi perusahaan secara
keseluruhan. Dengan kata lain, visi tersebut harus selaras dengan
visi perusahaan secara keseluruhan. (Purwiyanto, 2018:24)
2. Misi
Jika visi merupakan impian atau cita-cita besar yang harus
diwujudkan oleh organisasi, maka misi adalah langkah atau tindakan
besar yang harus dilakukan demi tercapainya visi yang telah
dirumuskan. Pernyataan misi juga harus dirumuskan secara jelas agar
individu-individu yang ada dalam organisasi bisa memahami tentang
apa yang harus dilakukan demi tercapainya visi organisasi yang telah
dirumuskan. Perumusan misi secara jelas juga bertujuan agar
komunikasi kepada stakeholder, terutama yang berada di luar
organisasibisa efektif. Dengan demikian, stakeholder bisa memahami
bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi telah selaras
dengan visi yang dirumuskan. (Purwiyanto, 2018:24)
Misi adalah cara untuk menghadirkan impian jadi kenyataan, misi
merupakan justifikasi keadaan kita di masyarakat (AB Susanto,
2014:21)
Misi merupakan landasan utama mengenai mengapa perusahaan itu
dibentuk, karena misi memberikan indikasi kegiatan usaha perusahaan
sebagai nilai dasar untuk kepentingan masyarakat. (Sofyan, 2015:35)
Menurut Prawirosentono dan Primasari (2014:12) dalam bukunya,
yang dimaksud misi adalah bagian dari visi dan sekaligus pencerminan
dari misi yang bersifat mengandung misi sosial dari perusahaan.
Berdasakan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
misi merupakan bagian dari visi mengenai pernyataan yang lebih nyata
demi tercapainya visi dari suatu organisasi.
a. Pentingnya Misi
Menurut David, Fred.R dalam Sofyan (2015:35), bahwa
pentingnya misi bagi penentu strategi sebagai berikut :

1) Untuk menjamin atas satu kesatuan tujuan yang ada di dalam


perusahaan.
2) Untuk memberikan dasar dalam pengalokasian sumberdaya
yang ada di dalam perusahaan.
3) Untuk menetapkan iklim organisasi perusahaan.
4) Untuk mengadakan konfirmasi atas kepentingan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
5) Untuk melengkapi penjelasan atas tujuan ke dalam struktur
serta tugas dan tanggung jawab setiap elemen yang ada di
dalam organisasi.
6) Untuk membuat spesifikasi dan penjelasan dari tujuan ini ke
dalam cara untuk menetapkan biaya, waktu, parameter kinerja
dan pengendalian di dalam organisasi.

b. Manfaat Misi
Berdasarkan paparan di muka secara detail, manfaat misi bisa
dituliskan sebagai berikut.

1) Memungkinkan adanya kesatuan langkah, bahasa, dan tindakan


di antara individu-individu dalam organisasi dalam rangka
mencapai visi yang telah ditetapkan.
2) Menjadi acuan utama bagi kebijakan-kebijakan manajemen
terkait dengan operasional organisasi.
3) Menjadi acuan utama bagi manajemen suatu organisasi dalam
menentukan arah organisasi.
4) Memotivasi manajemen dan individu-individu dalam organisasi
untuk selalu melakukan inovasi dalam pencapaian visi.
5) Mengkondisikan agar tujuan-tujuan individu tidak
mendominasi munculnya perilaku-perilaku individu. Akan
tetapi, perilaku-perilaku individu harus tetap satu kendali, yaitu
pencapaian visi. (Purwiyanto, 2018:24-25)

c. Karakteristik Misi
Karakteristik misi yang baik, sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018:25)

1) Focus. Artinya, rumusan misi yang merupakan tindakan-


tindakan yang harus dan yang benar-benar dilakukan organisasi
dalam pencapaian visi organisasi.
2) Capable. Artinya, perumusan misi dalam tindakan-tindakan
harus sesuai dengan kemampuan dan kompetensi nyata
organisasi.
3) Effectiveness. Maksudnya, rumusan misi merupakan rumusan
yang efektif dalam pencapaian visi organisasi.
4) Operational. Maksudnya, misi yang dirumuskan harus bisa
diterapkan dan memiliki parameter dalam mengukur
keberhasilannya.
5) Flexible. Maksudnya, misi organisasi tidak bersifat kaku yang
tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi masa depan yang
penuh dengan ketidakpastian.Tetapi, selalu ada peluang dalam
menyesuaikan misi dengan perubahan kondisi di masa
mendatang yang tetap pada pencapaian visi organisasi.

d. Teknik Perumusan Misi


Menurut Ireland Cs, dalam Sofyan (2015:40), cara dalam
merumuskan misi untuk penentu strategi adalah penentu strategi
harus memilih dari beberapa artikel tentang pernyataan misi, dan
diberikan kepada semua manajer yang ada di dalam perusahaan
untuk membacanya sebagai latar belakang informasi. Kemudian,
meminta kepada para manajer atas pernyataan misi yang telah
dibuat. Setelah itu, menghimpun pernyataan misi tersebut dan
dijadikan satu dokumen, lalu diberikan kembali kepada semua
manajer yang ada di perusahaan dengan mengadakan rapat khusus
dalam penggantian misi perusahaan yang baru. Teknik ini sangat
baik dilakukan, karena setiap manajer yang ada di perusahaan
terlibat langsung dalam perumusan misi perusahaan.
3. Tujuan
Tujuan bersifat jangka pendek (tujuan tahunan) yang merupakan
break down dari visi yang telah dirumuskan. Pernyataan tujuan
hendaknya dirumuskan dengan bahasa yang jelas sehingga mudah
dipahami oleh setiap individu yang ada di dalam organisasi. Rumusan
tujuan harus jelas juga agar bisa digunakan sebagai pedoman untuk
menetapkan atau merumuskan tindakan-tindakan yang harus
dilaksanakan. Pendek kata, tujuan harus dirumuskan dengan kata-kata
denotative (secara leksikal) dan menghindari kata-kata konotatif.
Karena, kata-kata konotatif bisa mengundang berbagai tafsir dan
pemahaman (multitafsir). (Purwiyanto, 2018: 26)
Manajemen strategi mengartikan tujuan sebagai sasaran akhir
berdasarkan refrensi penentu startegi apabila perusahaan sudah
beroperasi dan dipertimbangkan dalam pencapaian strategi yang sudah
ada sebelumnya melalui aktivitas operasional perusahaan. (Sofyan,
2015:36)
Ada dua unsur penting tujuan adalah (1) hasil akhir yang
diinginkan organisasi atau perusahaan di waktu mendatang, dan (2)
usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang sekarang diarahkan oleh
organisasi atau perusahaan. (Handoko, 2012:109)
Menurut Etzioni dalam Handoko (2012:109) mendefinisikan
tujuan organisasi sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang
diinginkan organisasi untuk merealisasikan keadaan perusahaan di
waktu yang akan datang.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan merupakan suatu pernyataan mengenai keadaan yang diinginkan
organisasi/ perusahaan yang bersifat jangka pendek dari pencapaian
visi yang telah dirumuskan melalui aktivitas operasional organisasi/
perusahaan tersebut.
a. Fungsi Tujuan
Konsep tujuan organisasi dipandang secara luas mempunyai
beberapa fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan
keadaan. Berbagai fungsi tujuan antara lain sebagai berikut :
(Handoko, 2012:110)
1) Pedoman bagi kegiatan. Maksudnya, tujuan dapat digunakan
sebagai pedoman bagi setiap elemen yang ada di dalam
organisasi sehingga muncul kesatuan bahasa, gerak, dan
langkah demi pencapaian tujuan tersebut.
2) Sumber legitimasi. Maksudnya,tujuan yang digunakan dalam
setiap gerak dan langkah dapat dikatakan benar dan kebijakan
yang diambil dalam pencapaian tujuan berada pada jalur yang
benar tanpa menghalalkan segala cara.
3) Standar pelaksanaan. Maksudnya,tujuan yang dinyatakan
secara jelas dan operasioanal yang bisa digunakan sebagai
standar dalam melakukan evaluasi kinerja, baik kinerja
manajemen puncak, menengah, maupun level operasional.
4) Sumber motivasi. Maksudnya, tujuan yang memberikan bonus
kepada individu-individu yang ada di dalam organisasi apabila
bisa mencapai target yang ditetapkan organisasi. Menggunakan
dua pertimbang- an bagi individu, yakni: 1) bisa mencapai
target (tujuan) yang ditetapkan organisasi dengan mampu
menunjukkan darma baktinya kepada organisasi dan 2) bisa
mencapai target (tujuan) berarti datangnya ganjaran (rewards)
berupa bonus atau yang lainnya.
5) Dasar rasional pengorganisasian. Maksudnya, tujuan organisasi
sebagai suatu dasar dalam perancangan struktur organisasi.
Karena tujuan organisasi bisa tercapai apabila struktur bisa
disusun secara efektif dan efisien dalam pengalokasian sumber
daya yang ada di dalam organisasi.
b. Teknik Perumusan Tujuan
Pemahaman atas konsep teori dalam perumusan tujuan juga
penting untuk meningkatkan kemampuan dari penentu strategi
dalam strategi perusahaan. Konsep ini yang diangkat kembali oleh
Glueck, menggunakan dua konsep sebagai berikut : (Sofyan,
2015:42)
1) Konsep Trickle Down atau disebut sebagai konsep tradisional.
Konsep ini menekankan pada proses penetapan tujuan yang
selalu berasal dari penyederhana- an dari tujuan-tujuan manajer
pucak.
2) Konsep Modernising yang dikembangkan oleh Chrisler
Barnard yang menyatakan bahwa tujuan yang ditetapkan
berasal dari bawah/ karyawan yang ada dalam perusahaan.
Konsep ini dikenal sebagai konsep Trickle Up. Konsep lain
yang berkembang lebih lanjut, seperti konsep dari Thompson
dan McEwen yang menjelaskan bagaimana merumuskan
tujuan. Keduanya berpendapat bahwa tujuan itu dapat disusun
atas dasar adanya keseimbangan atas kekuasaan yang dapat
menguntung- kan antara perusahaan dan lingkungannya.
c. Proses Penetapan Tujuan
Proses penetapan tujuan merupakan usaha untuk menciptakan
nilai-nilai tertentu melalui berbagai kegiatan yang akan
dilaksanakan organisasi. Berikut ini, unsur dasar yang mendasari
dalam penetapan tujuan suatu organisasi untuk menciptakan nilai-
nilai tersebut adalah : (Handoko, 2012:113)
1) Bahwa barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan dapat
memberikan berbagai manfaat yang paling sedikit sama dengan
harga dari barang dan jasa tersebut.
2) Bahwa barang dan jasa dapat memuaskan ataskebutuhan
konsumen/pelanggan.
3) Bahwa teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan
dapat menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan
biaya dan kualitas yang bersaing.
4) Bahwa dengan kerja keras dan dukungan dari seluruh sumber
dayanya, organisasi dapat beroperasi dengan lebih baikdari
sekedar menjaga kelangsungan hidup (survive), yaitu
dalampertumbuhan (growth) dan dapat menghasilkan laba
(profitable).
5) Bahwa pelayanan manajemen akan memberikan public image
yang menguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan
modalnya dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu
suksesnya organisasi tersebut
6) Bahwa perusahaan mempunyai konsep diri (self concept) yang
dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan
yang ada dalam organisasi dan pemegang sahamnya.

d. Karakteristik Tujuan yang Baik


Rumusan tujuan organisasi yang baik paling kurang memenuhi
persyaratan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:28)
1) Relevance. Maksudnya, tujuan yang ditetapkan sesuai atau
selaras dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh
organisasi tersebut.
2) Capable. Maksudnya, tujuan yang ditetapkan harus sesuai
dengan kemampuan sumberdaya yang ada dalam organisasi
untuk mencapainya.
3) Operational. Maksudnya, tujuan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan dan tersedia ukuran yang jelas untuk menilai
ketercapaiannya.
4) Clear. Maksudnya, tujuan yang ditetapkan harus jelas sehingga
mudah dipahami bagi setiap individu yang ada di dalam
organisasi.

4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi bisa menggambarkan tipe organisasi,
pembagianan departemen dalam organisasi, deskripsi tentang
kedudukan (tugas, tanggung jawab dan wewenang). Melalui struktur
organisasi juga bisa memperjelas garis komando /perintah dan laporan/
tanggung jawab. (Purwiyanto,2018: 31)
Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal dengan pengelolaan organisasi.
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan
pola tetap terhadap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi,
bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda-beda dalam suatu organisasi.(Handoko, 2012:169)
Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe
organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan, dan jenis
wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan
tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi.
(Hasibuan, 2010:128)
Suatu struktur organisasi adalah yang memperlihatkan arus
interaksi dalam organisasi tentang itu siapa yang memutuskan apa,
siapa yang memerintah, siapa yang menjawab, dan siapa yang
melaksanakan suatu pekerjaan tersebut. Digambarlah suatu struktur
peta organisasi untuk membantu menjalankan struktur organisasi.
(Terry dan Rue, 2012:90)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
struktur organisasi merupakan susunan pola terhadap hubungan atas
kedudukan, tugas wewenang, dan tanggung jawab dengan
memperlihatkan arus interaksi di dalam organisasi
a. Fungsi Struktur Organisasi
Secara detail, struktur organisasi memiliki fungsi sebagai berikut.
1) Kejelasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Melalui
struktur organisasi akan memperjelas tugas, tanggung jawab,
dan wewenang setiap individu yang terdapat dalam organisasi.
Karena, setelah penyusunan struktur organisasi akan selalu
diikuti dengan paparan tugas, tanggung jawab, dan wewenang
(Job Description). Dengan adanya kejelasan tugas, tanggung
jawab dan wewenang bisa memberi keuntungan bagi
organisasi. Pertama, pemimpin organisasi mudah di dalam
melakukan pengawasan (pengendalian dan evaluasi), dan
kedua, setiap individu dalam organisasi menjadi tahu batas-
batas area yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Kejelasan kedudukan. Struktur organisasi juga memperjelas
kedudukan seseorang sehingga jelas pula seseorang harus
memberikan komando kepada siapa atau
mempertanggungjawabkan tugas kepada siapa. Hal ini akan
mempermudah dalam melaksanakan koordinasi dalam
melaksanakan setiap tugas dalam rangka untuk mencapai
tujuan.
3) Kejelasan jalur hubungan. Dalam rangka melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya, setiap individu dalam organisasi
memerlukan sebuah kejelasan hubungan. Kejelasan hubungan
akan memudahkan setiap individu dalam melakukan koordinasi
dalam penyelesaian tugas secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan. (Purwiyanto, 2018: 32)

b. Unsur-Unsur Struktur Organisasi


Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari: (Handoko, 2012 :
170)
1) Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas
individual dan kelompok kerja dalam suatu organisasi.
2) Standarisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang
digunakan dalam organisasi untuk menjamin terlaksananya
kegiatan.
3) Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi atas satuan-satuan kerja dalam
organisasi.
4) Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang
menunjukkan lokasi atas kekuasaan dalam pembuatan
keputusan.
5) Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam
satu kelompok kerja atau organisasi
c. Jenis-Jenis Struktur Organisasi
Struktur organisasi bisa dibedakan atas berbagai jenis. Misalnya:
struktur organisasi lini, struktur organisasi fungsional, struktur
organisasi lini dan staf, struktur organisasi kombinasi lini, lini dan
staf, serta fungsional, juga struktur organisasi jenis komite. Setiap
jenis struktur memiliki ciri-ciri tersendiri, juga keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Berbagai jenis struktur organisasi (ciri-
ciri, kelemahan, dan keunggulannya masing-masing) bisa
dijelaskan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018: 33)
1) Organisasi Lini (Lini Organization)
Struktur organisasi lini diperkenalkan oleh Henry Fayol.
Fayol menekankan adanya kejelasan komando dan laporan
(pertanggungjawaban) bagi setiap organ yang ada sehingga
dalam struktur organisasi lini terdapat garis yang jelas yang
menyiratkan kepada siapa suatu organ harus memberi perintah
(komando). Sebaliknya, jelas pula kepada siapa suatu organ
harus mempertanggungjawabkan tugas yang diamanatkan
kepadanya. Struktur organisasi lini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. (Purwiyanto, 2018:33)
a) Hubungan antara pimpinan dengan bawahan bersifat
langsung melalui sat ugaris wewenang.
b) Selain top manajer, manajer di bawahnya hanya sebagai
pelaksana.
c) Jumlah karyawan relatif sedikit dan saling mengenal.
d) Sarana dan prasarana terbatas.
e) Pada perusahaan perseorangan, pemilik perusahaan sebagai
top manajer.
f) Biasanya organisasi yang menggunakan struktur organisasi
lini, yakni organisasi yang relatif kecil dan sederhana.
Meskipun, biasanya hanya dipakai oleh organisasi yang
masih relatif kecil, struktur organisasi lini memiliki kelebihan-
kelebihan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018: 33)
a) Atasan dan bawahan dihubungkan secara tegas oleh sat
ugaris komando.
b) Rasa solidaritas dan spontanitas setiap individu dalam
organisasi biasanya besar.
c) Karena bisa digunakan oleh organisasi yang relatif kecil,
sehingga proses decision making dilakukan secara cepat.
d) Disiplin dan loyalitas setiap individu dalam organisasi
biasanya tinggi.
e) Rasa saling pengertian antar individu dalam organisasi
biasanya tinggi.

Di samping kelebihan-kelebihan yang melekat, pada


sturktur organisasi lini juga memiliki kelemahan-kelemahan
sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018: 34)
a) Potensial memunculkan gaya kepermimpinan otoriter.
b) Tujuan manajer puncak sering kali tidak bisa dibedakan
dengan tujuan organisasi.
c) Kreasi dan inovasi dalam organisasi, biasanya bergantung
pada satu orang yaitu manajer puncak.
d) Pengembangan karier bawahan biasanya kurang
mendapatkan perhatian, karena mereka terbiasa tidak
dilibatkan dalam berbagai aktivitas. Misalnya pada ranah:
perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian.

2) Organisasi Fungsional (Functional Organization)


Struktur organisasi fungsional diperkenalkan oleh Frederich
Winslow Taylor. Jenis struktur organisasi fungsional disusun
berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh setiap individu organisasi. Struktur
organisasi fungsional menekankan adanya kejelasan dalam
pembagian kerja. Pembagian kerja didasarkan pada
“spesialisasi” yang dimiliki oleh individu organisasi. Hal ini
memungkinkan bahwa setiap individu dengan kedudukan
tertentu hanya mengerjakan satu tugas atau pekerjaan sesuai
dengan spesialisasinya. Secara detail ciri-ciri organisasi
fungsional dapat dipaparkan sebagai berikut. (Purwiyanto,
2018: 34)
a) Tugas dan pekerjaan dibagi secara jelas dan tegas.
b) Subordinat (bawahan) menerima perintah dari beberapa
orang atasan.
c) Penempatan pejabat pada posisinya didasarkan pada
spesialisasi yang dimiliki.
d) Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada
tingkat manajer puncak dan manajer menengah.
e) Terdapat dua kelompok wewenang, yaitu lini dan
fungsional.

Dengan ciri-ciri sebagaimana dipaparkan di muka, struktur


organisasi fungsional memiliki keunggulan sebagai berikut.
(Purwiyanto, 2018: 35)
a) Spesialisasi setiap individu dapat dikembangkan sehingga
organisasi bisa mendapatkan manfaat secara optimal.
b) Memungkinkan setiap individu menjadi terampil dan ahli di
bidangnya masing-masing.
c) Memungkinkan terjadinya efisiensi. Individu yang terampil
akan bisa meminimalisasi, bahkan mengeliminasi terjadinya
pemborosan.
d) Memungkinkan ditingkatkannya produktivitas karena setiap
pekerjaan dilakukan berdasarkan spesialisasi yang dimiliki
oleh setiap individu.
e) Memungkinkan bisa menciptakan solidaritas, moral, dan
kedisiplinan yang baik pada individu-individu organisasi
dalam mengerjakan setiap pekerjaan.
f) Manajer puncak memiliki beban tugas yang relatif ringan
karena jajaran manajer menengah merupakan spesialis di
bidangnya masing-masing.

Namun, di balik keunggulan-keunggulan yang dimiliki


struktur organisasi fungsional, struktur organisasi fungsional
juga memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut.
(Purwiyanto, 2018: 35)
a) Pada level operasional bisa jadi sering merasa bimbang
karena mendapat perintah dari beberapa atasan (super
ordinat). Apalagi jika tidak ada kesatuan langkah dan
bahasa dalam pemberian perintah oleh super ordinat.
b) Individu-individu dalam organisasi bisa menjadi jenuh atau
bosan karena setiap hari hanya mengerjakan pekerjaan yang
itu-itu saja.
c) Sulit melakukan alih tugas (tour of duty = tour of area). Hal
ini sebagai akibat dari model spesialisasi yang mendalam.
Kecuali, jika sebelum melakukan alih tugas individu yang
bersangkutan mengikuti pelatihan terlebih dahulu.
d) Memungkinkan para individu hanya mementingkan tugas-
tugas di bidangnya atau spesialisasinya. Akibatnya,
koordinasi secara menyeluruh sulit dilakukan.
e) Memungkinkan terjadinya solidaritas kelompok secara
berlebihan. Hal demikian bisa menciptakan klik (ikatan
antar individu yang sempit). Akibatnya, solidaritas dan
soliditas sebagai anggota organisasi secara keseluruhan
menjadi rendah.

3) Organisasi Lini dan Staf (Lini and Staf Organization)


Struktur organisasi lini dan staf merupakan kombinasi
antara struktur organisasi lini dengan struktur organisasi
fungsional. Pada struktur ini, pelimpahan wewenang dalam
organisasi ini, berlangsung secara vertikal. Artinya, pelimpahan
wewenang dilakukan dari seorang atasan (superordinat) sampai
kepada pemimpin dibawahnya (subordinat). (Purwiyanto, 2018:
36)
Untuk memberi jaminan bahwa organisasi bisa berjalan
secara efektif dan efisien kemudian dimunculkan jabatan staf
yang siap membantu para manajer dalam mengelola organisasi.
Para staf memiliki tugas dan pekerjaan. Misalnya, memberikan
pemikiran dan saran, juga informasi yang diperlukan oleh para
manajer. Atas pemikiran, saran, dan informasi yang diberikan
oleh staf, manajer bisa menjadikannya sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan (decision making).
(Purwiyanto, 2018: 37)
Atas pemaparan di muka, struktur organisasi lini dan staf
bisa dicirikan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018: 37)
a) Adanya garis hubungan secara tidak langsung antara super
ordinat (atasan) dengan sub ordinat (bawahan).
b) Adanya dua kelompok wewenang yaitu wewenang lini dan
wewenang staf.
c) Biasanya digunakan oleh organisasi besar dengan jumlah
individu yang banyak.
d) Memungkinkan terjadinya keterampilan yang beraneka
ragam.
e) Memungkinkan terjadi bahwa super ordinat tidak saling
mengenal dengan sub ordinat.

Dengan karakteristik sebagaimana telah dipaparkan di


muka, struktur organisasi lini dan staf paling kurang memiliki
keunggulan-keunggulan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018:
37)
a) Terdapat pembagian tugas secara jelas dan tegas.
b) Koordinasi di antara organ-organ dapat dilakukan dengan
jelas.
c) Memungkinkan terjadinya pengembangan karir bagi setiap
individu organisasi.
d) Memungkinkan bahwa proses staffing bisa dilakukan sesuai
kaidah the right man on the right place.
e) Struktur organisasi ini lebih fleksibel, karena dapat
diterapkan pada organisasi besar maupun kecil. Baik
organisasi perusahaan maupun organisasi social juga bisa
menggunakan struktur organisasi ini.
f) Pelaksanaan tugas manajer (terutama manajer puncak)
menjadi relatif lebih ringan dan lancer, karena berbagai
masukan, informasi, saran-saran, serta pemikiran dari para
staf.

Di samping kelebihan-kelebihan yang melekat pada struktur


organisasi lini dan staf, pada struktur organisasi ini juga
terdapat kelemahan yang bisa dipaparkan sebagai berikut.
(Purwiyanto, 2018: 38)
a) Pelaksanaan tugas pokok oleh individu-individu organisasi
sering dinomorduakan.
b) Proses pembuatan keputusan (decision making) sering liku-
liku.
c) Sering terjadi persaingan tidak sehat di antara para
pemangku jabatan.

4) Organisasi Lini, Staf, dan Fungsional (Lini, Staf, and


Functional Organization)
Struktur organisasi lini, staf, dan fungsional merupakan
kombinasi dari struktur organisasi lini, lini dan staf, dan
fungsional. Struktur organisasi ini, biasanya diterapkan pada
organisasi yang besar dan kompleks. Pada level manajer
puncak (board of director) diterapkan tipe organisasi lini dan
staf, sedangkan pada level manajer menengah (middle
manager) diterapkan tipe organisasi fungsional. Penggunaan
struktur organisasi ini, dimaksudkan untuk menggabungkan
berbagai keunggulan dan menghindari berbagai kelemahan
yang melekat pada ketiga tipe organisasi sebagaimana telah
dipaparkan di muka. (Purwiyanto, 2018: 37-38)

5) Organisasi Komite (Committees Organization)


Jenis organisasi ini, memungkinkan setiap individu
memiliki wewenang yang sama. Kepemimpinan dilaksanakan
secara kolektif kolegiai. Komiter bersifat manajerial. Tugas dan
wewenang setiap anggota komite bisa dibagikan secara khusus.
Karakteristik organisasi komite dapat dipaparkan sebagai
berikut. (Purwiyanto, 2018: 39)
a) Pembagian tugas dilakukan secara jelas dan tertentu.
b) Setiap individu yang ada dalam komite memiliki wewenang
yang sama besarnya.
c) Tugas manajerial dilaksanakan secara kolektif.
d) Tanggung jawab manajerial dipikul secara kolektif.
e) Pada level operasional dikelompokkan menurut
bidang/komisi dengan tugas tertentu. Pelaksanaan tugas
melalui pembentukan gugus tugas (task force).
f) Keputusan yang diambil merupakan keputusan semua
anggota komite.
Dengan karakteristik sebagaimana dipaparkan di muka,
organisasi komite memiliki keunggulan-keunggulan sebagai
berikut. (Purwiyanto, 2018: 40)
a) Keputusan yang diambil biasanya relatif lebih baik karena
diputuskan secara bersama-sama oleh anggota komite.
b) Potensi munculnya perilaku otoriter/diktator relatif kecil.
c) Setiap anggota komite merasa “diorangkan” sehingga
memungkinkan semakin bangkitnya semangat untuk
berpartisipasi.

Akan tetapi, di samping berbagai keunggulan yang dimiliki


oleh organisasi komite, pada model pengorganisasian ini juga
melekat berbagai kelemahan sebagai berikut. (Purwiyanto,
2018: 40)
a) Pihak yang harus bertanggung jawab atas keputusan yang
diambil menjadi kurang jelas. Hal ini sebagai akibat adanya
keputusan bersama.
b) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membuat
keputusan (decision making).
c) Membutuhkan biaya yang relatif besar untuk membuat
keputusan (decision making).
d) Memungkinkan munculnya kelompok mayoritas yang dapat
memaksakan kehendak melalui voting. Meskipun, belum
tentu suara mayoritas merupakan suara yang terbaik bagi
organisasi.

5. Paparan Tugas dan Tanggung Jawab


Paparan tugas/pekerjaan (job description) adalah daftar
tugas/pekerjaan yang harus dilakukan dan dipertanggung jawabkan
oleh pemangku jabatan. Paparan tugas/pekerjaan merupakan salah satu
bagian dari sistem mutu manajemen yang juga memiliki peranan yang
sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena
itu, pada proses mengorganisasian selalu berlanjut pada ditetapkannya
paparan tugas/pekerjaan kepada setiap organ yang berada pada struktur
organisasi. (Purwiyanto, 2018:40)
Menurut Stone (2005), job description (deskripsi tugas/pekerjaan)
merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan tentang :
a. Mengapa pekerjaan itu harus ada.
b. Apa yang harus dilakukan oleh pelaksana pekerjaan.
c. Bagaimana pelaksana pekerjaan harus melakukannya.
d. Dalam kondisi yang bagaimana pekerjaan itu dilakukan.
e. Dimana pekerjaan harus dilakukan.
f. Kualifikasi yang bagaimana yang harus dipenuhi oleh pemegang
pekerjaan

Deskripsi pekerjaan adalah pernyataan tertulis mengenai gambaran


suatu pekerjaan, kondisinya, dan hubungannya dengan bagian lain
dalam organisasi. (Winarta, 2017:146)
Job Description adalah sebuah daftar yang dipedomani oleh
seseorang untuk melaksanakan tugas atau fungsi, dan tanggung jawab
pada suatu jabatan atau posisi di dalam organisasi/ perusahaan. (Tim
Penulis TSM, 2015:11)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
paparan tugas/ job description merupakan pernyataan tertulis yang
dapat menjadi pedoman dalam memberikan gambaran dan kejelasan
tugas, tanggung jawab serta wewenang dari suatu pekerjaan yang harus
dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh pemilik jabatan tersebut
a. Rambu-Rambu dalam Menyusun Paparan Tugas (Job
Description)
Selama ini belum ada batasan-batasan dalam menyusun paparan
tugas/ job description. Karena dalam menyusun paparan tugas/ job
description bergantung pada preferensi dari manajemen saja.
Dengan tidak adanya format baku yang bisa digunakan untuk
menulis deskripsi tugas/ pekerjaan, terdapat rambu-rambu yang
bisa diikuti dalam menyusun paparan tugas/ job descriptionsebagai
berikut :(Purwiyanto, 2018:41)
1) Tugas/pekerjaan yang ditetapkan organisasi/ perusahaan tidak
terlalu berat bagi pelaksananya. Karena hal iniakan
menimbulkan stress bagi pelaksana tugas/pekerjaan sehingga
kinerjanya menjadi tidak maksimal.
2) Tugas/pekerjaan yang ditetapkan organisasi/ perusahaan tidak
terlalu ringan bagi pelaksananya. Karena hal demikian
cenderung tidak memicu timbulnya motivasi kerja bagi
pelaksana tugas/pekerjaan sehingga kinerjanya juga menjadi
tidak maksimal.
3) Tugas/pekerjaan harus operasional. Maksudnya,
tugas/pekerjaan memang bisa dilaksanakan dan terdapat
parameter yang jelas untuk menilai berhasil atau tidaknya
dalam melaksanakan tugas/pekerjaan.
4) Tugas/pekerjaan yang ditetapkan harus jelas. Hal ini untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman dari pelaksananya.
5) Tugas yang ditetapkan harus mengacu pada kebijakan mutu
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
6) Setiap penetapan tugas/pekerjaan harus disertai dengan paparan
tanggung jawab yang harus dipikul oleh pelaksananya.
7) Setiap penetapan pembebanan tanggung jawab harus disertai
dengan wewenang dalam mengambil keputusan agar dalam
pelaksanaan tugas/pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.

b. Tujuan Paparan Tugas/Pekerjaan (Job Description)


Pada aktivitas penetapan paparan tugas/ pekerjaan, paling
sedikit bertujuan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:42)
1) Untuk memberikan jaminan bahwa penetapan jabatan-jabatan
pada organisasi sudah tepat sesuai dengan kebutuhan, diduduki
oleh orang yang tepat dan bisa bekerja secara tepat pula.
2) Untuk memberikan standar pelaksanaan tugas/pekerjaan yang
harus dicapai oleh pemegang jabatan yang bisa digunakan
sebagai panduan dalam melaku- kan pengawasan (pengendalian
dan evaluasi).

c. Fungsi Paparan Tugas/ Job Description


Adapun fungsi paparan tugas/pekerjaan pada setiap tingkatan
manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut. (Purwiyanto,
2018:42-44)
1) Manajemen puncak (top management). Bagi manajemen
puncak paparan tugas/pekerjaan (job description) berfungsi :
a) Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan (decision
making), yakni keputusan yang produktif dalam rangka
mancapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
b) Sebagai panduan dalam melakukan pengawasan
(pengendalian dan evaluasi) atas kinerja manajemen
manengah (midle management).
2) Manajemen menengah (midle management). Bagi manajemen
menengah paparan tugas/pekerjaan (job description) berfungsi
sebagai :
a) Pedoman dalam rangka melaksanakan tugas/pekerjaan yang
harus dipertaggung- jawabkan kepada manajer puncak.
b) Panduan dalam melakukan pengendalian dan evaluasi
terhadap kinerja manajemen bawah.
c) Petunjuk dalam memberi masukan kepada jajaran
manajemen puncak tentang penarikan karyawan agar
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan
sebagaimana telah dijelaskan pada paparan tugas/pekerjaan.

3) Manajemen bawah (lower management). Bagi manajemen


bawah paparan tugas/pekerjaan (job description) berfungsi
sebagai :
a) Pedoman dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang harus
dipertanggungjawabkan kepada manajemen menengah.
b) Sebagai panduan dalam melakukan pengendalian dan
evaluasi terhadap kinerja individu-individu pada level
operasional.
c) Petunjuk dalam memberi masukan kepada jajaran
manajemen menengah tentang penarikan karyawan agar
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan
sebagaimana telah dipaparkan pada paparan
tugas/pekerjaan.

6. Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu merupakan sebuah pernyataan tentang komitmen
yang harus selalu dipertahankan dan diwujudkan oleh setiap organisasi.
Kebijakan mutu merupakan keputusan tentang standar mutu yang
harus direalisasi. Organisasi apa pun, menetapkan kebijakan mutu
dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Pencapaian
tujuan jangka pendek dalam rangka untuk mencapai tujuan jangka
menengah. Pencapaian tujuan menengah sebagai jembatan untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Pencapaian tujuan jangka panjang
sebagai garansi untuk terealisasinya visi dan misi organisasi.
(Purwiyanto, 2018:44)
Kebijakan mutu merupakan pernyataan resmi dari manajemen
puncak berkaitan dengan arah dan tujuan kinerja mutu yang ingin
dicapai. Kebijakan mutu bisa digunakan sebagai acuan dalam
merumuskan sasaran mutu. Dalam konteks yang lebih luas, kebijakan
mutu bisa digunakan acuan bagi setiap individu organisasi dalam
menjalankan kehidupan berorganisasi. (Purwiyanto, 2018:44)
Demikian pentingnya keberadaan kebijakan mutu. Agar kebijakan
mutu bisa terinternalisasi pada setiap individu yang ada dalam
organisasi, manajemen puncak memegang peranan yang sangat sentral.
Manajemen puncak bersama jajaran terkait harus mengambil
keputusan mutu, tertulis, dan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. (Purwiyanto, 2018:44)
a. Tujuan Kebijakan Mutu
Manajemen puncak harus merumuskan dan menyosialisasi- kan
kebijakan mutu kepada setiap individu yang ada dalam organisasi
terkait. Perumusan dan sosialisasi kebijakan mutu mempunyai
tujuan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:45)
1) Terinternalisasinya komitmen tentang mutu pada setiap
individu yang ada dalam organisasi.
2) Setiap individu dalam organisasi sadar dan memiliki komitmen
tentang mutu yang harus dicapai.
3) Terinternalisasinya komitmen tentang mutu dapat
memungkinkan munculnya budaya perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement).
4) Terinternalisasinya komitmen tentang mutu, dalam
memudahkan pencapaian tujuan.

b. Karakteristik Kebijakan Mutu


Berdasarkan penjelasan diatas telah ditegaskan bahwa
keberadaan kebijakan mutu sangat penting bagi pencapaian tujuan
suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam perumusankebijakan mutu
harus benar-benar bermutu. Maksudnya, bermutu mulai dari proses
perumusan maupun hasil akhir yang harus disosialisasikan.
Karakteristik kebijakan mutu yang baik, paling sedikit memenuhi
rambu-rambu berikut : (Purwiyanto, 2018:45)
1) Relevance. Artinya, kebijakan mutu harus relevan dengan visi,
misi, dan tujuan organisasi.
2) Operational. Artinya, bisa dilaksanakan dan ada parameter
yang jelas untuk mengukur tingkat ketercapaian mutu yang
ditetapkan.
3) Continuousimprovement. Artinya, dalam kebijakan mutu telah
memuat komitmen untuk melakukan perbaikan terus-menerus.
4) Clear. Artinya, kebijakan mutu telah dirumuskan secara jelas
sehingga mudah dipahami.
5) Flexible. Maksudnya, kebijakan mutu harus menyediakan
ruang untuk menetapkan dan meninjau kembali sasaran mutu.
6) Documented. Artinya, kebijakan mutu yang telah dirumuskan
harus didokumentasikan.

7. SOP
Prosedur operasional standar (POS) sebagai terjemah dari standard
operating procedur (SOP). Prosedur operasional standar (POS)
merupakan suatu standar pelaksanaan pekerjaan secara tertulis yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaku- kan pekerjaan. Karena
penyusunan POS juga dimaksudkan untuk menetapkan standar dalam
melakukan pekerjaan sesuai dengan kebijakan mutu yang digariskan
organisasi/ perusahaan. Di dalam pengawasan (pengendalian dan
evaluasi) suatu organisasi/ perusahaandalam pelaksanaan pekerjaan
juga berpedoman pada POS. Apabila pelaksanaan pekerjaan yang
sesuai dengan POS berarti pelaksana pekerjaan tersebut telah berhasil
melakukan pekerjaan sesuai dengan standar. (Purwiyanto, 2018:47)

Sebaliknya, jika pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan POS,


maka bisa dikatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut telah gagal
bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam
penyusunan POS selalu menyebutkan secara tegas tentang: pekerjaan
apa yang harus dilakukan dan apa tujuan melakukan pekerjaan (what),
siapa yang harus melakukan pekerjaan (who), mengapa pekerjaan itu
harus dilakukan (why), kapan pekerjaan harus dilakukan (where), di
mana harus melakukan pekerjaan (when), juga bagaimana teknis
melaksanakan pekerjaan tersebut (how). Atau secara sederhana
dapatlah dikatakan bahwa dalam merumuskan POS bisa berpedoman
pada 5 W + 1 H. What, Who, Why, When, Where, How. (Purwiyanto,
2018:48)

SOP (Standard Operating Procedure) atau yang diterjemahkan


menjadi (PSO) Prosedur Standar Operasi adalah sistem yang di susun
untuk memudahkan, merapikan, dan menertibkan pekerjaan kita oleh
Ekotama (2015:41), serta Joko Dwi Santoso dalam Purnamasari
(2015:10) mengemukakan bahwa SOP memiliki tiga uraian yaitu
standard, operating, dan procedure. Ketiga uraian tersebut akan
diuraikan di bawah ini:
a. Standard mengandung pengertian seperti tertera di bawah ini.
1) Ketentuan yang menjadi acuan pokok.
2) Sebagai acuan, di mana setiap anggota harus mematuhi standar
tersebut.
3) Bisa juga sebagai hukum yang harus ditaati dengan
kesepakatan tertentu.
4) Maka dari itu, yang perlu ditekankan adalah sifatnya mengikat.
b. Operating mengandung arti sebagai berikut dibawah ini.
1) Dipahami lebih kepada aktivitas kerja yang aplikatif.
2) Aktivitas tersebut menggambarkan alur kegiatan kerja baik
yang rutin maupun nonrutin.
3) Operasional adalah kegiatan kerja atau aktivitas-aktivitas di
dalamnya yang terkait dengan kaidah-kaidah yang sudah
ditentukan.
4) Dalam penerapannya, aktivitas-aktivitas tersebut harus sesuai
dengan kaidah atau standar yang diberlakukan.
c. Procedure mengandung arti sebagai berikut ini.
1) Langkah atau tahapan yang berhubungan dengan proses dalam
aktivitas kerja.
2) Sebagai prosedur harus dideskripsikan secara jelas dan
terperinci.
3) Prosedur dapat berupa gambar atau rincian tulisan.
Menurut Purnamasari (2015:13) SOP adalah prosedur kerja yang
dibuat secara detail dan terperinci bagi semua karyawan untuk
melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
misi,visi, dan tujuan suatu lembaga, intansi, atau lembaga. Dan
Ekotama (2015:41) mengatakan bahwa standard operating procedure
(SOP) dibuat untuk menyerdehanakan proses kerja supaya hasilnya
optimal tetapi efisien

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa


SOP merupakan suatu standar atau pedoman pekerjaan secara tertulis
dan bisa dibakukan dengan berpedoman pada 5W + 1H. Sebagai
landasan atau pedoman dalam menjalankan tugas, alat ukur kinerja,
dan juga dapat memberikan rasa percaya diri karyawan dalam
melakukan setiap langkah kerja.

a. Tujuan SOP

Dengan adanya POS diharapkan baik pelaksana pekerjaan


maupun pengawas pelaksanaan pekerjaan bisa mendapatkan
manfaat positif dari POS tersebut. Secara detail, tujuan penyusunan
POS bisa dijelaskan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018: 48)

1) Untuk memberi jaminan bahwa semua pekerjaan bisa


dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan
mutu organisasi/ perusahaan.
2) Sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan.
3) Untuk memberi jaminan bahwa alokasi sumber daya yang ada
dalam organisasi/ perusahaan bisa dilakukan secara efisien dan
efektif.
4) Untuk memberi gambaran secara detail tentang tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian-bagian yang
terkait dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Tujuan SOP bisa dijelaskan sebagai berikut : (Kasma, dkk,


2012:13)
1) Agar petugas/ pegawai yang ada di dalam organisasi/
perusahaan menjaga konsistensi dan meningkatkan kinerja.
2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
yang ada di dalam organisasi/ perusahaan.
3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/ pegawai yang terkait.
4) Melindungi unit kerja dan petugas/ pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
5) Untuk menghindari kegagalan/ kesalahan, keraguan, duplikasi,
dan inefisiensi.

Tujuan dari SOP menurut (Indah Puji, 2014:30) sebagai


berikut :
1) Tujuan umum
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien,
efektif, konsisten / uniformdan aman, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar
yang berlaku.
2) Tujuan khusus
a) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau
kondisi tertentu dan kemanan petugas dan lingkungan,
dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
b) Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesame pekerja, dan supervisor.
c) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan
demikian menghindari dan mengurangi konflik), keraguan,
duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
d) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
e) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya
secara efisien dan efektif .
f) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari petugas yang terkait.
g) Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai
pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan atau
dugaan malpraktek dan kesalahan administratif lainnya,
sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.
h) Sebagai dokumen yang digunakan untukpelatihan.
i) Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang
baru.
b. Fungsi SOP

POS disusun memiliki berbagai fungsi, baik fungsi pada ranah:


perencanaan, pelaksanaan, maupun pada ranah pengawasan
(pengendalian dan evaluasi). Secara detail, fungsi POS bisa
dijelaskan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:48)
a) Pada Ranah Perencanaan
Pada ranah perencanaan, POS paling sedikit berfungsi
sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:49)
a) Memberi kejelasan tentang deskripsi (jenis) pekerjaan yang
harus dilakukan oleh setiap individu yang ada dalam
organisasi/ perusahaan.
b) Memberi kejelasan tentang siapa saja yang harus
melaksanakan pekerjaan tersebut.
c) Memberi kejelasan tentang mengapa pekerjaan tersebut
harus dilakukan.
d) Memberi kejelasan tentang kapan suatu pekerjaan tersebut
harus dilakukan.
e) Memberi kejelasan tentang di mana pekerjaan tersebut
harus dilakukan.
f) Memberi kejelasan tentang bagaimana teknis pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
g) Memberi acuan dalam pengalokasian sumber daya yang
secara efektif dan efisien.
b) Pada Ranah Pelaksanaan
Pada ranah pelaksanaan pekerjaan POS paling sedikit
berfungsi sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:49)
a) Mencegah terjadinya pelaksanaan tugas/pekerjaan yang
menyimpang dari garis kebijakan organisasi/ perusahaan.
b) Memberi panduan/pedoman teknis kepada pelaksana
tugas/pekerjaan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
c) Pelaksana tugas/pekerjaan menjadi lebih percaya diri dalam
melaksanakan pekerjaannya.

c) Pada Ranah Pengawasan


Pada ranah pengawasan, POS paling sedikit berfungsi
sebagai berikut : (Purwiyanto, 2018:50)
a) Memudahkan proses pengendalian terhadap pelaksana
pekerjaan dan jenis pekerjaan.
b) Memiliki parameter yang jelas dalam mengevaluasi
keberhasilan pelaksana pekerjaan.

Fungsi SOP adalah sebagai berikut :(Kasma, dkk, 2012:13)


a) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja di
suatu organisasi/ perusahaan.
b) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan di suatu
organisasi/ perusahaan.
c) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan
mudah dilacak dalam pelaksanaan tugasnya.
d) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja di suatu organisasi/ perusahaan.
e) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin di
suatu organisasi/ perusahaan

c. Manfaat SOP

Jika SOP dijalankan dengan benar maka perusahaan akan


mendapat banyak manfaat dari penerapan SOP tersebut, menurut
Indah Puji (2014 : 36) manfaat dari SOP adalah sebagai berikut:
1) Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail
dan terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi aktivitas
proses bisnis perusahaan.
2) Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur
operasional kerja.
3) Memepermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam
program training karyawan.
4) Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua
pihak.
5) Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap
setiap proses operasional dalam perusahaan.
6) Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat
suatu perubahan kebijakan.

Sesuai dengan Permenpan Nomor. PER/21/MPAN/11/2008


dalam Purwiyanto (2018:50), POS diharapkan memiliki manfaat
sebagai berikut :
1) Memberi standar kepada pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut.
2) Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3) Meningkatkan akuntabilitas.
4) Memberi parameter yang jelas tentang kinerja yang harus
dicapai oleh individu yang ada dalam organisasi/ perusahaan.
5) Membantu pengarahan dalam pengembangan bahan-bahan
training yang dapat membantu pegawai baru yang ada dalam
organisasi/ perusahaan.
6) Memberi parameter yang jelas tentang kinerja organisasi/
perusahaan yang dikelola secara efektif dan efisien.
7) Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai yang ada dalam
organisasi/ perusahaan.
8) Menghindari tumpang tindih atas pelaksanaan tugas dan
pemberian pelayanan.
9) Membantu penelusuran terhadap kemungkinan terjadinya
kesalahan-kesalahan prosedural yang dilakukan oleh individudi
suatu organisasi/ perusahaan dalam memberikan pelayanan.
10) Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai
situasi yang dihadapi oleh suatu organisasi/ perusahaan.

Sedangkan Sailendra dalam Purwiyanto (2018:51), menulis-


kan bahwa manfaat POS sebagai berikut :
1) Menjamin adanya konsistensi dalam pelaksanaan
tugas/pekerjaan tersebut.
2) Sebagai alat training dan juga parameter kinerja karyawan baru
yang ada dalam organisasi/ perusahaan.
3) Setiap karyawan bisa memahami peran dan posisi masing-
masing pada internal organisasi/ perusahaan.
4) Meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
melaksanakan setiap tugas/pekerjaan tersebut.
5) Sebagai alat pengendali atas kinerja individu yang ada dalam
organisasi.
6) Mempermudah pelaksanaan evaluasi kinerja karyawan dan
organisasi secara keseluruhan.
7) Memberikan jaminan tentang efektifitas dan efisiensi
organisasi/ perusahaan.
8) Sebagai alat untuk mengomunikasikan pelaksanaan
tugas/pekerjaan yang ada dalam organisasi/ perusahaan.
9) Memberi pedoman dalam melakukan evaluasi terhadap proses
layanan.
10) Setiap individu dalam organisasi/ perusahaan menjadi lebih
mandiri.
11) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan atau
kelalaian karyawan di suatu organisasi/ perusahaan dalam
melaksanakan tugas.
12) Sebagai alat komunikasi antara pelaksana tugas/pekerjaan
dengan pengawas yang ada dalam suatu organisasi/ perusahaan.
13) Para karyawan yang ada dalam organisasi/ perusahaan menjadi
lebih percaya diri dalam bekerja.
14) Mendorong setiap karyawan untuk bisa memberikan layanan
secara saksama.
15) Dapat digunakan sebagai parameter oleh pengawas yang ada
dalam organisasi/ perusahaan.

d. Prinsip-Prinsip SOP

PERMENPAN No.PER/21/M-PAN/11/2008 dalam Purwi-


yanto (2018:52) mendeskripsikan bahwa dalam menyusun POS
harus memenuhi prinsip-prinsip, antara lain : kemudahan dan
kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran,
dimanis, beriorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum, dan
kepastian hukum.
Penjelasan atas prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :
1) Kemudahan dan kejelasan. Maksudnya, POS yang disusun
mudah dipahami oleh penggunanya yang ada dalam organisasi/
perusahaan.
2) Efisiensi dan Efektivitas. Maksudnya, dengan adanya POS bisa
memberi jaminan bahwa tugas/pekerjaan bisa dilaksanakan
oleh individu yang ada dalam organisasi secara efektif dan
efisien.
3) Keselarasan. Maksudnya, POS disusun harus selaras dan
mengacu pada kebijakan mutu, tujuan, serta visi, dan misi
organisasi/ perusahaan.
4) Operasional. Maksudnya, POS disusun sebagai pedoman untuk
melaksanakan tugas/pekerjaan oleh individu yang ada dalam
organisasi/ perusahaan.
5) Dimanis. Maksudnya, POS harus fleksibel bisa menyesuaikan
dengan dinamika perubahan terutama perubahan yang terjadi
pada lingkungan eksternal organisasi/ perusahaan.
6) Berorientasi pada pengguna. Maksudnya, POS disusun untuk
memberikan panduan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan
oleh para pelaksananya yang ada dalam organisasi/ perusahaan.
7) Kepatuhan hukum dan kepastian hukum. Maksudnya, POS
yang disusun tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
8) Terdokumentasi. Maksudnya, seluruh prosedur pelaksanaan
tugas/pekerjaan yang telah distandarkan harus ditulis dan
didokumentasikan dengan baik oleh suatu organisasi/
perusahaan.

e. Keuntungan SOP

Keuntungan dari SOP dapat dijelaskan sebagai berikut :


(Kasma, dkk, 2012:14)
1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi
alat komunikasi, pengawasan dan menjadikan pekerjaan
diselesaikan secara konsisten.
2) Para petugas/ pegawai yang ada di dalam organisasi/
perusahaan akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan
tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat training dan
bisa digunakan untuk mengukur kinerja petugas/ pegawai yang
ada di dalam organisasi/ perusahaan.

PERMENPAN No.PER/21/M-PAN/11/2008 dalam Purwi-


yanto (2018:52) mendeskripsikan bahwa dalam menyusun POS
harus memenuhi prinsip-prinsip, antara lain : kemudahan dan
kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran,
dimanis, beriorientasi pada pengguna, kepatuhan hukum, dan
kepastian hukum.

Penjelasan atas prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :


1) Kemudahan dan kejelasan. Maksudnya, POS yang disusun
mudah dipahami oleh penggunanya yang ada dalam organisasi/
perusahaan.
2) Efisiensi dan Efektivitas. Maksudnya, dengan adanya POS bisa
memberi jaminan bahwa tugas/pekerjaan bisa dilaksanakan
oleh individu yang ada dalam organisasi secara efektif dan
efisien.
3) Keselarasan. Maksudnya, POS disusun harus selaras dan
mengacu pada kebijakan mutu, tujuan, serta visi, dan misi
organisasi/ perusahaan.
4) Operasional. Maksudnya, POS disusun sebagai pedoman untuk
melaksanakan tugas/pekerjaan oleh individu yang ada dalam
organisasi/ perusahaan.
5) Dimanis. Maksudnya, POS harus fleksibel bisa menyesuaikan
dengan dinamika perubahan terutama perubahan yang terjadi
pada lingkungan eksternal organisasi/ perusahaan.
6) Berorientasi pada pengguna. Maksudnya, POS disusun untuk
memberikan panduan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan
oleh para pelaksananya yang ada dalam organisasi/ perusahaan.
7) Kepatuhan hukum dan kepastian hukum. Maksudnya, POS
yang disusun tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
8) Terdokumentasi. Maksudnya, seluruh prosedur pelaksanaan
tugas/pekerjaan yang telah distandarkan harus ditulis dan
didokumentasikan dengan baik oleh suatu organisasi/
perusahaan.

f. Jenis-Jenis SOP

Terdapat berbagai jenis atau variasi model dalam penyusunan


POS. Berbagai jenis/model POS yang dikembangkan tersebut,
tentu harus menyesuaikan dengan karakteristik organisasi/
perusahaan. Berbagai jenis/model POS, misalnya : POS Bentuk
Animasi, POS Bentuk Gambar, POS Bentuk Deskripsi, POS
bentuk Kombinasi Gambar dan Deskripsi, serta POS Bentuk Flow
Chart. Berikut penjelasan berbagai jenis/model POS dimaksud.
(Purwiyanto, 2018:54)

1) POS Bentuk Animasi


Penyusunan POS jenis ini berbentuk gambar bergerak
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, terutama
programasi komputer. Pada POS jenis ini, pengguna tinggal
melihat peragaan yang divisualisasikan melalui gambar
bergerak. (Purwiyanto, 2018:54)
Kelebihan POS Animasi antara lain : (Purwiyanto, 2018:
54-55)
a) Meringankan pelaksanaan tugas/pekerjaan.
b) Memberikan kesan kridibel, intelek, dan modern.
c) Jika belum terjadi kejelasan, pelaksana tugas/pekerjaan bisa
diputar ulang, berkali-kali, sampai mendapatkan kejelasan.
d) Peragaan pelaksanaan pekerjaan secara visual relatif lebih
mudah dipahami daripada usaha memahami melalui teks.
e) Dalam jangka panjang, memungkinkan terjadinya
efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada
dalam organisasi/ perusahaan.
f) Lebih komunikatif jika dibandingkan dengan POS dalam
bentuk lain.

Di samping berbagai kelebihan yang melekat pada


penyusunan POS Animasi, terdapat juga berbagai kelemahan.
Kelemahan-kelemahan itu bisa dideskripsikan sebagai berikut :
(Purwiyanto, 2018:55)
a) Pada awal pengembangannya memerlukan dana yang cukup
besar.
b) Cenderung digunakan untuk organisasi-organisasi besar.
c) Hanya bisa diterapkan pada organisasi-organisasi di mana
individu-individu di dalamnya telah terbiasadalam
penggunaan komputer.
d) Tidak semua pelaksana tugas/pekerjaan merasa lebih
mudah dalam memahami setiap pesan yang disampaikan
melalui animasi.
e) Membutuhkan waktu yang lama dalam proses
pengembangan POS ini karena harus bergabung pada pihak
eksternal yang ahli dalam programasi komputer. Kecuali
jika di dalam internal organisasi terdapat tenaga ahli yang
mampu mengembang- kannya.
2) POS Bentuk Gambar
Dalam POS jenis gambar, setiap tahapan pelaksanaan
tugas/pekerjaan divisualisasikan dalam bentuk gambar.
Perbedaan dengan POS Animasi adalah POS Animasi
menggunakan desain pelaksanaan pekerjaan dengan gambar
bergerak, tetapi POS gambar peragaan pelaksanaan pekerjaan
menggunakan gambar yang tidak bergerak. (Purwiyanto,
2018:55)
Kelebihan-kelebihan POS Gambar bisa diuraikan sebagai
berikut :(Purwiyanto, 2018:56)
a) Lebih komunikatif jika dibandingkan dengan POS Bentuk
Animasi.
b) Pada awal pengembangannya tidak memerlukan dana yang
relatif besar.
c) Banyak orang yang merasa lebih mudah menangkap pesan
melalui gambar dibandingkan melalui deskripsi tulisan
dengan rangkaian kata-kata panjang.
d) Penjelasan atas kata-kata yang panjang dan atau beberapa
kalimat dalam POS bisa diwakili hanya dengan satu
gambar.

Di samping kelebihan-kelebihan yang melekat pada POS


Bentuk Gambar, terdapat juga berbagai kelemahan yang harus
dipertimbangkan oleh para pengembang. Berbagai kelemahan
yang dimaksud secara detail dapat dipaparkan sebagai berikut :
(Purwiyanto, 2018:56)
a) Tidak semua pelaksanaan pekerjaan merasa lebih mudah
memahami panduan kerja melalui gambar.
b) Memerlukan tenaga ahli gambar/lukis untuk menjelaskan
setiap pesan yang akan disampaikan. Tentuini berarti
adanya konsekuensi tambahan biaya yang harus
dikeluarkan oleh suatu organisasi/ perusahaan.
c) Memerlukan waktu yang relatif lama dalam
pengembangannya, karena bergantung pada pihak eksternal
yang memiliki keahlian dalam menggambar. Kecuali jika di
dalam internal organisasi/ perusahaan terdapat ahli gambar.
d) Tidak bisa menyampaikan pesan secara komprehensif
(menyeluruh).

8. Instruksi Kerja (IK)


Instruksi kerja merupakan dokumen yang mengatur secara rinci
dan jelas urutan suatu aktivitas yang hanya melibatkan satu jabatan
sebagai pelaksananya. Di dalam dokumen instruksi kerja, biasanya ada
urutan sebuah aktivitas yang dijabarkan langkah demi langkah secara
detail, dan bersifat sangat spesifik atau bersifat teknis.
(Soemohadiwidjojo, 2014:122)
Perbedaan mendasar antara instruksi kerja dan prosedur adalah
pada lingkup proses/aktivitas yang diatur. Prosedur digunakan untuk
mengatur proses/aktivitas yang melibatkan banyak pihak (lintas
personil atau lintas unit kerja), serta menerangkan apa, kenapa, di
mana, kapan, siapa, dan bagaimana proses/aktivitas tersebut
dilaksanakan. Adapun instruksi kerja berlaku pada lingkup yang
terbatas, seperti pada fungsi atau departemen tertentu, individu
tertentu, peralatan tertentu, atau aktivitas tertentu, baik aktivitas yang
bersifat administratif maupun teknis. (Soemohadiwidjojo, 2014:122)
Instruksi kerja (IK) merupakan sebuah rangkaian perintah
terstandar yang dibuat oleh suatu organisasi/ perusahaan agar
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas/pekerjaan bagi
pelaksana tugas/pekerjaan yang ada dalam organisasi/ perusahaan. IK
juga bisa dipahami sebagai suatu rangkaian instruksi terstandar untuk
melakukan tugas/pekerjaan agar pelaksanaan tugas/pekerjaan selalu
berada pada jalur yang benar sesuai kebijakan mutu organisasi/
perusahaan yang ditetapkan dalam rangka untuk mencapai tujuan.
(Purwiyanto, 2018:58)

“Soemohadiwidjojo dalam Purwiyanto (2018:59),


menuliskan bahwa instruksi kerja merupakan dokumen
yang mengatur secara jelas dan detail tentang langkah-
langkah pelaksanaan tugas /pekerjaan.”

IK disusun untuk pelaksanaan tugas/pekerjaan yang hanya


melibatkan satu jabatan atau satu orang saja sebagai pelaksana.
Instuksi kerja disusun secara lebih detail dan memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit jika dibandingkan POS. Karena tujuan dibuatnya IK
memang hanya untuk memandu satu orang, satu kelompok atau satu
unit kerja dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang ada dalam suatu
organisasi/ perusahaan. (Purwiyanto, 2018:59)
Bagi organisasi, tujuan, fungsi, dan manfaat IK hakikatnya hampir
sama dengan POS. Keduanya sama-sama merupakan alat bagi
organisasi/ perusahaan yang terstandar, baik pada ranah perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengawasan. Perbedaan yang mendasar adalah
IK dikembangkan agar digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
tugas/pekerjaan bagi satu pelaksana tugas/pekerjaan yang ada dalam
suatu organisasi/ perusahaan. Sedangkan, POS dikembangkan agar
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas/pekerjaan bagi pihak-
pihak yang terkait dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan yang ada dalam
suatu organisasi/ perusahaan. (Purwiyanto, 2018:59)
a. Waktu Pembuatan Instruksi Kerja
Instruksi kerja sebaiknya dibuat untuk mengatur aktivitas-
aktivitas sebagai berikut : (Soemohadiwidjojo, 2014:123)
1) Aktivitas yang membutuhkan ketelitian dan keakura- tan dalam
pelaksanaanya.
2) Aktivitas yang membutuhkan konsistensi dalam pengerjaannya.
3) Aktivitas yang membutuhkan jaminan dalam hasilnya.
4) Aktivitas yang memiliki risiko keselamatan kerja dan
lindungan lingkungan.
5) Pengoperasian peralatan yang membutuhkan ketelitian.

Pembuatan atau revisi instruksi kerja sebaiknya dilakukan pada


saat : (Soemohadiwidjojo, 2014:123)
1) Sebelum sebuah proses/aktivitas dilakukan untuk pertama kali,
atau sebelum sebuah alat dioperasikan untuk pertama kali.
2) Setelah dilakukan uji coba terhadap proses/aktivitas atau
peralatan.
3) Terdapat perubahan atau modifikasi peralatan.
4) Terdapat perubahan organisasi, lingkungan, kebijakan
organisasi, atau perubahan peraturan perundangan yang
memperngaruhi cara kerja organisasi.
b. Langkah dan Teknik Penyusunan POS
Mencermati realita di lapangan bahwa sebagian besar
instansi/institusi menggunakan POS Bentuk Deskripsi sehingga
pada paparan berikut sengaja hanya dibahas tentang Teknik
penyusun POS Bentuk Deskripsi. (Purwiyanto, 2018 :59)

“Purwiyanto (2014), dalam buku yang berjudul


Scorpion Model : Model Pelatihan Memantapkan
Niat Mahasiswa dalam Berwirausaha menjelaskan
bahwa teknik menyusun POS sebagai berikut :
Langkah 1
1) Susun struktur organisasi pada institusi/instansi.
2) Paparkan secara jelas setiap tugas/pekerjaan,
tanggung jawab, dan wewenang yang harus
ditanggung oleh masing-masing bagian yang ada
pada struktur organisasi.
3) Susun sebuah POS untuk setiap pekerjaan.
Langkah 2
Membentuk tim penyusun POS. Pilihlah orang-orang
internal organisasi yang berkompeten untuk
membantu dalam menyusun POS. Akan lebih bagus
kalau organisasi juga melibatkan tenaga ahli
(konsultan).
Langkah 3
Proses penyusunan POS. secara umum, POS
memiliki elemen dan sistematika sebagai berikut :
1) Judul POS
2) Definisi judul POS
3) Bagian terkait
4) Prinsip
5) Prosedur
6) Dokumentasi/formulir
7) Pengesahan
8) Edisi

Pada beberapa instansi/ institusi yang menggunakan POS


biasanya memasukkan elemen-elemen, seperti : refrensi dan
indikator keberhasilan di dalam POS. Masing-masing elemen di
muka bisa dijelaskan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2018:60)
1) Judul POS, merupakan judul yang menjelaskan jenis pekerjaan
yang harus dilakukan.
2) Definisi, merupakan definisi dari judul POS yang telah dibuat.
3) Bagian terkait. Menyebutkan atau menuliskan bagian-bagian
yang terkait dalam pekerjaan tersebut.
4) Prinsip. Pada bagian prinsip tuliskan prinsip-prinsip yang harus
dipatuhi dalam melaksanakan suatu pekerjaan tersebut.
5) Prosedur. Pada bagian prosedur, tuliskan secara jelas langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan,
mulai dari awal sampai dengan pekerjaan selesai. Pada setiap
langkah mencantumkan petugas pelaksana pekerjaan yang
bersangkutan. Selanjutnya, tulis langkah demi langkah,
misalnya, langkah : 1,2,3,4,dst.
6) Dokumentasi/formulir. Mencantumkan dokumen atau formulir
yang harus tersedia untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Pengesahan. Pada bagian ini dituliskan hal-hal seperti : pejabat
yang mengesahkan POS, tanggal pengesahan, nomor POS, dan
edisi.
C. Sistem Mutu Manajen Akuntansi
Pada pembahasan berikut, diberikan contoh sistem mutu
manajemen pada substansi akuntansi keuangan, yang biasa disebut
dengan sistem mutu manajemen akuntansi keuangan. Sebagaimana
paparan sebelumnya, bahwa elemen-elemen sistem mutu manajemen
terdiri dari: visi, misi, tujuan, kebijakan mutu, struktur organisasi,
paparan tugas dan tanggung jawab, serta prosedur operasional standar
(POS) dan instruksi kerja. (Purwiyanto, 2018:65).
Demikian juga pada sistem mutu manajemen akuntansi keuangan,
terdiri dari elemen-elemen tersebut. (Purwiyanto, 2018:65-68)
1. Visi Bagian Akuntansi
Bagian akuntansi pada usaha ini telah merumuskan visi
“Menjadi Bagian Perusahaan yang mampu menyajikan informasi
keuangan secara cepat, akurat, dan akuntabel.”
2. Misi Bagian Akuntansi
Atas dasar rumusan pernytaan visi sebagaimana terpapar di
muka, misi bagian akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Melakukan pencatatan pada buku jurnal atas setiap transaksi
yang terjadi.
b. Melakukan pengelompokan pada buku besar atas semua
transaksi yang terjadi.
c. Melakukan peringkasan pada neraca saldo atas setiap transaksi
yang terjadi.
d. Menyajikan informasi keuangan pada laporan keuangan yang
terdiri atas: laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan
laporan neraca.
3. Tujuan Bagian Akuntansi
Berdasar visi dan misi yang telah dirumuskan, bagian akuntansi
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menyajikan laporan keuangan secara cepat, akurat, dan
akuntabel agar bisa digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak eksternal yang berkepentingan:
kreditur/calon kreditur, investor/calon inverstor, pemerintah dan
masyarakat pada umumnya.
b. Menyajikan laporan keuangan secara cepat, akurat, dan
akuntabel agar bisa digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak eksternal yang berkepentingan:
manajemen dan karyawan atau buruh.
4. Kebijakan Mutu Bagian Akuntansi
dalam upaya mencapai tujuan dan visi-misi yang telah
dirumuskan, bagian akuntansi memiliki komitmen atau kebijakan
mutu berikut:
a. Mencatat setiap transaksi keuangan pada bukti transaksi secara
objektif
b. Melakukan penjurnalan pada setiap terjadi transaksi keuangan.
c. Melakukan posting pada buku besar setiap setelah melakukan
penjurnalan.
d. Menggunaka form buku besar bentuk saldo.
e. Melakukan penyususan neraca saldo minimal setiap akhir
bulan.
f. Melakukan penyusunan laporan keuangan minimal tiap tri
wulan.
g. Selalu menyajikan rasio keuangan minimal tri wulan agar
selalu bisa di pantau kemajuan perusahaan.

5. Struktur Organisasi Bagian Akuntansi


Bagian akuntansi berada dibawah bagian keuangan. Struktur
berikut akan memberikan gambaran yang jelas bagian akuntansi.

Bag. Akuntansi

Akuntansi Bendahara

6. Paparan Tugas Bagian Akuntansi


Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bagian akuntansi
memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Mengumpulkan bukti transaksi keuangan.
b. Mengurutkan bukti transaksi keuangan berdasarkan tanggal
terjadi transaksi.
c. Melakukan penjurnalan atas dasar bukti transaksi keuangan
yang diteriima.
d. Melakukan posting ke buku besar setelah melakukan
penjurnalan.
e. Menyusun neraca saldo minimal tiap tri wulan.
f. Menyusun laporan keuangan (laporan laba rugi, laporan
perubahan modal, dan laporan neraca) minimal tiap tri wulan.
g. Melakuka analisis rasio keuangan atas laporan keuangan yang
disusun.
7. Instruksi Kerja (IK) dan Prosedur Operasional Standar (POS)
Bagian Akuntansi
Mengingat tugas/pekerjaan yang berkaitan dengan akuntansi
hanya melibatkan satu unit kerja atau individu sehingga
pedoman/panduan kerja berupa IK. Secara detail IK yang disusun
meliputi:
a. IK Pengumpulan BuktiTtransaksi Keuangan.
b. IK Penjurnalan.
c. IK Posting pada Buku Besar.
d. IK Penyusunan Neraca Saldo.
e. IK Pengerjaan Jurnal Penyesuaian.
f. IK Pengerjaan Neraca Lajur.
g. IK Penyusunan Laporan Laba Rugi.
h. IK Penyusunan Laporan Perubahan Modal.
i. IK Penyusunan Laporan Neraca.
j. IK Analisis Laporan Keuangan.

D. Siklus Akuntansi
1. Definisi Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan mulai dari terjadinya
transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga
siap untuk pencatatan berikutnya. Siklus akuntansi dimulai dari
bagaimana transaksi itu dicatat, bagaimana munculnya akun-akun
pada jurnal dan bagaimana akun itu dinilai serta tersajikan di
laporan keuangan dan kembali pencatatan transaksi berikutnya
seperti tahapan-tahapan sebelumnya. Siklus akuntansi berbeda
dengan proses akuntansi (accounting process). Proses akuntansi
adalah kegiatan pencatatan sampai dengan penyajian laporan
keuangan. (Bahri, 2016: 18)
Dalam penyajian informasi keuangan yang dibutuhkan berbagai
pihak, akuntansi harus melewati suatu proses yang disebut dengan
siklus akuntansi. Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus
dibuat oleh akuntan, sejak awal hingga menghasilkan laporan
keuangan di suatu perusahaan. (Rudianto, 2009:14)

Siklus akuntansi tersebut dimulai dengan meneliti dan memilah


dokumen transaksi seperti nota, kwitansi, faktur, dan lain
sebagainya. Setiap dokumen diteliti dan dipilah menurut jenis
transaksinya. Setelah diketahui jenis dan nominal transaksinya,
akuntan harus mencatatnya di dalam buku harian yang biasa
disebut dengan jurnal. Di dalam buku harian, transaksi tersebut
diringkas pencatatannya sesuai dengan nama akun dari setiap jenis
transaksi. Dari ringkasan transaksi di dalam buku harian tersebut
lalu diposting (dipindahkan sesuai dengan jenis akun) ke buku
besar. Pada akhir periode akuntansi, setiap akun di dalam buku
besar tersebut dihitung saldonya untuk kemudian dijadikan dasar
dalam menyusun neraca saldo. Neraca Saldo adalah kumpulan
dari semua jenis akun yang dimiliki oleh suatu perusahaan beserta
saldo akhirnya. Berdasarkan neraca saldo yang disusun tersebut,
akuntan dapat menyusun laporan keuangan perusahaan untuk
periode yang bersangkutan. (Rudianto, 2009:14-15)

Yang dapat dimaksud dengan siklus akuntansi dari suatu


perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut : (Sadeli, 2011:33)

Gambar 2.2 Siklus Akuntansi

(Sumber : Sadeli, 2011:33)


a. Transaksi

Transaksi adalah semua kegiatan perusahaan yang dapat


diukur dengan nilai uang dan suatu kegiatan perusahaan
yang mengakibatkan berubahnya posisi keuangan
perusahaan. Transaksi yang terjadi di perusahaan
didokumentasikan ke dalam bukti-bukti transaksi. Bukti-
bukti transaksi yang ada kemudian dilakukan pencatatan
atau penjurnalan ke dalam buku jurnal. (Bahri, 2016: 19)

Transaksi (transaction) adalah peristiwa atau suatu


transformasi bisnis yang terjadi atas kesepakatan bersama
oleh perusahaan yang mempengaruhi penambahan atau
pengurangan elemen keuangan di suatu perusahaan. (Sirait,
2014:39)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas mengenai


transaksi, dapat disimpulkan bahwa transaksi adalah
formulir atas suatu peristiwa yang mempengaruhi
penambahan atau pengurangan pada posisi keuangan
perusahaan, sehingga menjadi bukti tertulis dari peristiwa
yang terjadi.

1) Analisis Transaksi

Analisis transaksi merupakan kajian terhadap suatu


transaksi untuk mengetahui dampak dari transaksi
terhadap posisi keuangan perusahaan. (Sirait, 2014:40)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis


transaksi adalah : (Sirait, 2014:41)
a) Pemahaman transaksi.Dari bentuk dan isi atas
transaksi diidentifikasi posisi perusahaan. Apakah
sebagai penerima, pembayar, pembeli atau penjual
dan seterusnya.
b) Dramatisasi transaksi. Setelah memahami transaksi,
transaksi di dramatisir sehingga mudah menemukan
sebab-akibat dari transaksi tersebut.
c) Identifikasi sebab-akibat. Dari dramatisir transaksi
tentukan sebab-akibat dan nilainya yang bertambah
atau berkurang.
d) Penetapan Debet Kredit. Dari hasil identifikasi
sebab-akibat ditetapkan sebagai debet atau kredit di
dalam perusahaan.

2) Macam-macam Bukti Transaksi

Bukti-bukti transaksi pada umumnya beragam dan


biasanya didasarkan pada jenis perusahaan. Bukti-bukti
transaksi untuk perusahaan jasa pada umumnya terdiri
dari : (Bahri, 2016:20)

a) Bukti kas masuk, bukti yang berisi tentang transaksi


yang berhubungan dengan penerimaan kas
perusahaan.
b) Bukti kas keluar, bukti yang berisi tentang transaksi
yang berhubungan dengan pengeluaran kas
perusahaan.
c) Bukti memorial, bukti yang berisi tentang transaksi
harian yang tidak menyangkut transaksi penerimaan
kas dan pengeluaran kas perusahaan, misalnya
pembelian secara kredit dan pendapatan yang belum
diminta. Bukti ini biasanya digunakan juga untuk
membuat jurnal penyesuaian.

b. Rekening (Akun)

Rekening adalah alat dasar untuk menampung


perubahan saldo pada tiap-tiap elemen laporan keuangan
yang mempunyai dua sisi, yaitu debet dan kredit. Tujuan
pemakaian rekening adalah untuk mencatat data yang akan
menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Rekening
akan memberikan informasi tentang operasi perusahaan.
(Bahri, 2016:20)
Akun adalah suatu media untuk mencatat transaksi-
transaksi keuangan atau sumber daya yang dimiliki
perusahaan secara spesifik seperti aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan beban. Tujuan penggunaan akun adalah
untuk mencatat data-data yang muncul karena akibat
transaksi di perusahaan. Dari akun ini dapat diketahui
beberapa informasi penting untuk perusahaan, seperti
jumlah tagihan pada salah satu langganan atau jumlah total
tagihan, jumlah beban tenaga kerja, jumlah pendapatan,
atau beberapa informasi lainnya. (Rudianto, 2009:40)
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa rekening adalah alat pencatatan
transaksi keuangan yang mengalami perubahan saldo
berkaitan dengan aktiva, utang, modal, pendapata, dan
biaya pada laporan keuangan di suatu perusahaan.
1) Penggolongan Rekening (Akun)
Secara umum, seluruh perkiraan akun atau rekening
yang ada padabuku besar di suatu perusahaan dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu :
(Purwiyanto, 2015:32; Rudianto, 2009:42)
a) Rekening Riil adalah rekening yang terdiri dari
rekening aktiva, rekening utang, dan rekening modal
yang pada akhir periode dilaporkan dalam laporan
neraca suatu perusahaan. Oleh karena itulah
Rekening Riil sering juga disebut dengan Rekening
Neraca. (Purwiyanto, 2015:32)
Akun-akun neraca atau disebut juga akun riil,
yaitu semua akun yang terdapat di dalam neraca,
seperti akun aktiva, akun hutang, dan akun modal.
Jadi sepanjang perusahaan tersebut masih beroperasi
maka saldo dari setiap akun tersebut akan terus ada
dari satu periode akuntansi ke periode akuntansi
berikutnya. (Rudianto, 2009:42)
b) Rekening Nominal adalah rekening-rekening yang
terdiri dari rekening pendapatan dan rekening biaya
yang pada akhir periode dilaporkan dalam laporan
laba rugi suatu perusahaan. Oleh karena itulah
Rekening Nominal sering juga disebut dengan
Rekening Laba Rugi. (Purwiyanto, 2015:32)
Akun-akun laba rugi atau disebut juga akun
nominal, yaitu semua akun yang terdapat di dalam
laporan rugi laba, yang mencakup akun pendapatan
dan akun beban. Akun-akun nominal hanya berlaku
selama satu periode akuntansi. Jadi setiap akun
nominal hanya berumur satu periode akuntansi.
(Rudianto, 2009:42)

2) KODE
Kode rekening harus disusun secara konsisten. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberikan
kode yaitu dengan angka, huruf ataupun kombinasi
keduanya. Tidak memandang cara mana yang
digunakan, kode yang diberikan harus dapat memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut : ( Shatu, 2016:110)
a) Memungkinkan adanya perluasan rekening tanpa
harus mengadakan perubahan kode.
b) Harus mudah diingat.
c) Memudahkan bagi pihak yang menggunakan kode
tersebut.

3) Nama dan Nomor Kode Rekening


Setiap rekening yang ada di suatu perusahaan
seharusnya diberi nama yang jelas. Pemberian nama
rekening biasanya berdasarkan pada sifat dan
karakterisktik transaksi yang terjadi di dalam
perusahaan tersebut. Misalnya, untuk menampung
transaksi yang berkaitan dengan keluar-masuknya uang
tunai, diberi nama “Kas”. Untuk menampung transaksi
tentang perubahan tagihan kepada pihak ketiga diberi
nama “Piutang”. Untuk menampung transaksi tentang
pembayaran biaya penerangan kepada Perusahaan
Listrik Negara (PLN) diberi nama “Rekening Listrik”,
dan lain-lain. (Purwiyanto, 2015:32)
Selain diberi nama, rekening yang ada di suatu
perusahaan juga harus diberi nomor kode. Dalam
kenyataannya, dalam pemberian nomor kode rekening
bisa menggunakan angka, huruf (alphabet) atau
kombinasi keduanya. (Purwiyanto, 2015:33)
Salah satu fungsi rekening adalah demi
memudahkan pencatatan dalam laporan keuangan
perusahaan, maka pada setiap rekening perlu diberi
nomor kode. Contoh dalam pemberian nomor kode
rekening misalnya berdasarkan metode kelompok.
Dinamakan metode kelompok karena rekening
diklasifikasikan berdasarkan kelompok, misalnya angka
1 untuk kelompok Aktiva, angka 2 untuk kelompok
Utang, angka 3 untuk kelompok Modal, angka 4 untuk
kelompok Pendapatan dan angka 5 untuk kelompok
Biaya. (Purwiyanto, 2015:34)
Pada dasarnya kode itu dapat berupa angka atau
huruf. Apabila perusahaan menggunakan angka, maka
dapat mempergunakan kode kelompok. Sistem
penggunaan angka ini perusahaan ini disesuaikan
dengan klasifikasi dari perkiraan. Berdasarkan
klasifikiasi perkiraan, perusahaan dapat membuat kode
perkiraan sebagai berikut : (Sadeli, 2011:41)
Angka 1 untuk kelompok Harta
Angka 2 untuk kelompok Utang
Angka 3 untuk kelompok Modal
Angka 4 untuk kelompok Pendapatan
Angka 5 untuk kelompok Biaya

4) Sifat-sifat Rekening
Pengklasifikasian rekening dilakukan dengan
mempertim- bangkan, bahwa setiap transaksi keuangan
yang ada dalam perusahaan selain harus dicatat, juga
dikelompokkan dan digolongkan. Pengelompokkan dan
penggolongan transaksi keuangan didasarkan atas sifat
dari transaksi dan rekening. Maksudnya, transaksi-
transaksi keuangan yang mempunyai sifat sama harus
dilaporkan satu kesatuan (sesuai kelompoknya).
(Purwiyanto, 2015: 41)
a) Sifat Rekening Riil
Sisi kiri rekening-rekening aktiva digunakan
untuk mencatat bertambahnya rekening yang
bersangkutan sedangkan pada sisi kanan digunakan
untuk mencatat pengurangan yang terjadi. Berbeda
dengan aktiva, pada rekening utang dan rekening
modal sisi kiri digunakan untuk mencatat
pengurangan jumlah yang terjadi, sedangkan pada
sisi kanan digunakan untuk mencatat penambahan
yang terjadi. Untuk semua jenis rekening, baik
rekening Aktiva, Utang, maupun Modal pada sisi
kiri disebut dengan sisi debet dan sisi kanan disebut
dengan sisi kredit. Selanjutnya pendebetan dan/atau
pengreditan untuk masing-masing rekening ini
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
(Purwiyanto, 2015:41-42)

Tabel 2.1 Pendebetan/ Pengkreditan untuk setiap rekening

Debet Kredit
Penambahan rekening aktiva Pengurangan rekening aktiva
Penambahan rekening biaya Penambahan rekening utang
Pengurangan rekening utang Penambahan rekening modal
Pengurangan rekening modal Penambahan rekening pendapatan

(Sumber : Purwiyanto, 2015:42)

b) Sifat Rekening Normal


Pendebetan dan pengreditan atas rekening
pendapatan dan rekening biaya didasarkan pada pola
hubungan antara rekening-rekening tersebut dengan
modal. Perbandingan antara pendapatan dengan
biaya menunjukkan terjadinya laba atau rugi
perusahaan. Laba bersih atau rugi bersih perusahaan
dalam suatu periode akuntansi akan berakibat pada
bertambahnya atau berkurangnya rekening modal
perusahaan. Oleh karena itulah penerimaan
pendapatan selalu menambah modal sedangkan
pengeluaran biaya selalu mengurangi modal.
(Purwiyanto, 2015:43)
Pada akhir periode akuntansi, saldo atas
rekening pendapatan dan rekening biaya disajikan
dalam laporan laba-rugi. Saldo rekening-rekening
nominal dalam buku besar dipindahkan ke rekening
ringkasan pendapatan dan biaya yang disebut
dengan Rekening Ikhtisar Laba Rugi. Saldo
rekening ikhtisar laba rugi menggambarkan laba
atau rugi perusahaan pada periode yang
bersangkutan kemudian dipindahkan ke rekening
modal. Sedangkan saldo rekening-rekening aktiva,
utang, dan modal (rekening riil) disajikan dalan
laporan neraca. (Purwiyanto, 2015:43)

5) Saldo Normal Rekening (Akun)


Penambahan dapat dicatat pada salah satu sisi
rekening dan pengurangan dicatat pada sisi lainnya.
Jumlah penambahan suatu rekening dapat diketahui
dengan menjumlahkan sisi penambahan, demikian pula
untuk jumlah pengurangan dapat diketahui dengan
menjumlahkan sisi pengurangan. (Purwiyanto, 2015:44)
Jumlah pada sisi penambahan jika dibandingkan
dengan jumlah pada sisi pengurangan akan
mendapatkan saldo rekening yang bersangkutan. Pada
umumnya (saldo normal) untuk setiap rekening yang
ada pada perusahaan dapat dilihat dibawah ini sebagai
berikut: (Purwiyanto,2015:44)

Tabel 2.2 Saldo Normal Rekening


Jenis Rekening Penambahan Pengurangan Saldo Normal
Aktiva Debet Kredit Debet
Utang Kredit Debet Kredit
Modal Kredit Debet Kredit
Pendapatan Kredit Debet Kredit
Biaya Debet Kredit Debet

(Sumber : Purwiyanto, 2015:44)

Pedoman dalam mencatat transaksi perusahaan


adalah dengan mengikuti aturan dibawah ini :
(Rudianto, 2009:43-44)
a) Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok
akun aktiva, jika akun tersebut bertambah akan
dimasukkan di sisi debet, jika akun tersebut
berkurang akan dimasukkan di sisi kredit.
b) Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok
akun hutang/ kewajiban, jika akun tersebut
bertambah dimasuk- kan di sisi kredit, jika akun
tersebut berkurang dimasukkan di sisi debet.
c) Untuk semua akun yang ternasuk dalam kelompok
akun modal, jika akun tersebut bertambah
dimasukkan di sisi kredit, jika akun tersebut
berkurang dimasukkan di sisi debet.
d) Untuk semua akun pendapatan/ penjualan, jika
akun tesebut bertambah dimasukkan di sisi kredit,
jika akun tersebut berkurang dimasukkan di sisi
debet.
e) Untuk semua akun yang termasuk dalam kelompok
akun beban, jika bertambah akun tersebut
dimasukkan di sisi debet, jika akun tersebut
berkurang dimasukkan di sisi kredit.
f) Untuk akun prive atau dividen, jika akun tersebut
bertambah dimasukkan di sisi debet, jika akun
tersebut berkurang dimasukkan di sisi kredit.

6) Rekening Prive
Pengambilan uang yang dilakukan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan pribadi disebut
pengambilan prive. Pengambilan prive menyebabkan
modal perusahaan berkurang. Oleh karena itu
pengambilan prive dapat dicatat dengan mendebet
modal. Pada umumnya perusahaan menyelenggarakan
suatu rekening khusus yang disebut dengan rekening
Pribadi Pemilik atau Prive yang nantinya akan
mengurangi modal. (Purwiyanto, 2015:44)
Perkiraan penarikan modal merupakan perkiraan
yang bersifat mengurangi modal karena pemilik
perusahaan mengambil uang yang ada di perusahaan
untuk keperluan hidupnya. Dengan demikian, setiap
penarikan tersebut dicatat pada sebelah debet dari
perkiraan yang bersangkutan. Kemudian, secara berkala
perkiraan ini ditutup dengan memindahkan pada
perkiraan modal. Jika terjadi pembayaran dividen
kepada para pemegang saham, perkiraan dividen
didebet dan secara berkala ditutup ke perkiraan laba
yang ditahan. (Sadeli, 2011:40)

c. Jurnal

Jurnal adalah catatan berupa pendebetan dan


pengkreditan atas pengaruh transaksi dan disertai
penjelasan-penjelasan yang diperlukan untuk transaksi
tersebut. Jurnal juga dapat memberikan gambaran secara
menyeluruh dan kronologis atas semua transaksi
perusahaan. Proses mencatat sebuah transaksi pada jurnal
disebut menjurnal. (Bahri, 2016:26)

Jurnal merupakan media pertama dalam proses


akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi
keuangan perusahaan. Pencatatan transaksi dilakukan
secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya)
dengan menunjukkan rekening yang harus di debet dan di
kredit beserta jumlah rupiah nya masing-masing.
(Purwiyanto, 2015:55)

Berdasarkan bukti transaksi dicatat langsung ke buku


harian yang disebut JURNAL (JOURNAL). Penjurnalan
dilakukan dengan menemukan ayat-ayat jurnal (journal
entry) dan mencatatnya dalam buku Jurnal. Jadi jurnal
merupakan catatan pertama kali dalam proses akuntansi.
(Sirait, 2014:76)

Berdasarkan pengertian diatas mengenai jurnal, dapat


disimpulkan bahwa jurnal merupakan catatan pertama kali
dalam proses akuntansi dengan mendebet atau mengkredit
suatu transaksi keuangan perusahaan.

1) Manfaat Pemakaian Jurnal


Manfaat pemakaian jurnal antara lain: (Purwiyanto,
2015:55)
a) Jurnal merupakan wadah atau media pencatatan
yang menggambarkan rekening-rekening dalam
suatu perusahaan yang dipengaruhi oleh suatu
transaksi.
b) Jurnal merupakan wadah pencatatan yang
memberikan gambaran secara kronologis tentang
seluruh transaksi perusahaan berdasarkan urutan
kejadiannya.
c) Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk
keterangan transaksi yang terjadi di suatu
perusahaan.

2) Pembagian Jurnal
Jurnal dibagi menjadi dua jenis, yaitu : (Purwiyanto,
2015:56)
a) Jurnal khusus :
(1) Jurnal penerimaan kas.
(2) Jurnal pengeluaran kas.
(3) Jurnal pembelian.
(4) Jurnal penjualan.
b) Jurnal umum.
3) Fungsi dan Kegunaan Jurnal
Fungsi dan kegunaan masing-masing jurnal dapat
dijelaskan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2015:56)
a) Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal Penerimaan Kas adalah jurnal yang
disediakan khusus untuk mencatat transaksi kas
masuk. Transaksi penerimaan kas yang sering
terjadi antara lain penjualan barang atau jasa secara
tunai dan penerimaan piutang dagang. (Purwiyanto,
2015: 56)
b) Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas adalah jurnal yang
disediakan khusus untuk mencatat transaksi kas
keluar. Transaksi-transaksi pengeluaran kas yang
sering terjadi pada perusahaan antara lain :
pembelian barang dagang, pembayaran gaji
pegawai, pembayaran rekening listrik, air, dan
telepon, pembayaran utang, dan lain-lainnya.
(Purwiyanto, 2015:56)
c) Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian adalah jurnal yang disediakan
khusus untuk mencatat pembelian yang dilakukan
secara kredit. (Purwiyanto, 2015:56)

d) Jurnal Penjualan
Jurnal Penjualan adalah jurnal yang disediakan
khusus untuk mencatat transaksi penjualan barang
dagang atau jasa secara kredit. Pencatatan pada
jurnal penjulan dilakukan berdasarkan faktur
penjualan. (Purwiyanto, 2015:57)
e) Jurnal Umum
Jurnal Umum adalah jurnal yang disediakan
untuk mencatat berbagai transaksi yang tidak bisa
dicatat dalam keempat jurnal khusus (jurnal
penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal
pembelain, jurnal penjualan). (Purwiyanto, 2015:57)
Jurnal umum atau jurnal transaksi adalah
aktivitas meringkas dan mencatat transaksi yang ada
di perusahaan berdasarkan dokumen dasar secara
kronologis beserta penjelasan yang nanti diperlukan
di dalam buku besar. Jurnal berfungsi mencatat dan
meringkas setiap transaksi yang dilakukan
perusahaan. (Rudianto, 2009:64)

4) Format Jurnal
a) Format Jurnal Penerimaan Kas
Tabel 2.3 Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal Penerimaan Kas Hal :

Tg Ke DEBE KREDIT
l t T
Kas Piutan Lain-Lain
g Rekenin Re Jumla
Dagan g f h
g

Sumber : Purwiyanto, 2015:57)

b) Format Jurnal Pengeluaran Kas


Tabel 2.4 Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas Hal :

Tgl Ket DEBET KREDIT


Lain-Lain Kas
Utang Rekening Ref Jumlah
Dagang

(Sumber : Purwiyanto, 2015:57)

c) Format Jurnal Pembelian


Tabel 2.5 Jurnal Pembelian
Jurnal Pembelian Hal :

Tgl Ket Syarat DEBET KREDIT


Pembelian Lain-Lain Utang
Rek Ref Jumlah Dagang

(Sumber : Purwiyanto, 2015:58)


d) Format Jurnal Penjualan

Tabel 2.6 Junal Penjualan

Jurnal Penjualan Hal :

Tgl Ket DEBET KREDIT


Piutang Pot. Lain-Lain Penjualan
Dagang Penjln Rek Ref Jumlah

(Sumber : Purwiyanto, 2015:58)


e) Format Jurnal Umum
Tabel 2.7 Jurnal Umum
Jurnal Umum Hal :

Tanggal Rekening Ref Jumlah


Debet Kredit
(Sumber : Purwiyanto, 2015:58)

Buku Jurnal

Tanggal Keterangan Ref Jumlah


Debet Kredit

(Sumber : Rudianto, 2009:64)

f) Pedoman Jurnal
Penjurnalan, yaitu mencatat transaksi
perusahaan di dalam buku jurnal yang berpedoman
pada transaksi di dalam buku besar atau akun-akun
yang ada di perusahaan. Untuk kelompok akun
aktiva, beban, dan prive/ dividen, jika bertambah
dimasukkan di sisi debet, jika berkurang
dimasukkan di sisi kredit. Untuk kelompok akun
hutang, modal, dan pendapatan, jika bertambah
dimasukkan di sisi kredit dan jika berkurang
dimasukkan di sisi debet. (Rudianto, 2009:64)
g) Prosedur Pencatatan Jurnal
Prosedur pencatatan transaksi keuangan ke
dalam buku jurnal disebut dengan penjurnalan.
Penjurnalan dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :(Purwiyanto, 2015:58-59)
(1) Ketentuan-ketentuan menjurnal pada jurnal
umum.
(a) Setiap halaman jurnal diberi nomor urut
untuk refrensi.
(b) Mencantumkan tahunsekali saja pada baris
paling atas dari kolom “tanggal” di setiap
halaman jurnal, kecuali apabila dalam
halaman tersebut tahunnya berubah.
(c) Mencantumkan bulan sekali pada baris
pertama sesudah tahun dalam kolom
“tanggal” di setiap halaman kecuali dalam
halaman tersebut bulan sudah berganti.
(d) Mencantumkan tanggal sekali saja pada
kolom tanggal untuk setiap hari. Tanggal
yang dicatat adalah tanggal terjadinya
transaksi, bukan tanggal dicatatnya transaksi
dalam jurnal.
(e) Nama rekening atas transaksi yang di debet
dicantumkan pada tepi paling kiri dalam
kolom “Rekening”. Nilai uangnya dicatat
dalam kolom “debet”.
(f) Nama rekening atas transaksi yang harus
dikredit dicatat pada kolom “Rekening”
dengan masuk tujuh ketukan dibandingkan
dengan rekening yang di debet. Nilai
uangnya dicatat dalam kolom “kredit”.
(g) Penjelasan seperlunya dapat dicatat di bawah
rekening yang di kredit dari setiap ayat
jurnal dan berada dalam kurung.
(h) Kolom refrensi digunakan untuk mencatat
nomor kode rekening yang bersangkutan di
buku besar. Kolom ini diisi pada waktu
pemindah-bukuan ayat jurnal ke dalam buku
besar (posting)
(2) Ketentuan -ketentuan menjurnal pada jurnal
khusus
(a) Setiap halaman jurnal diberi nomor urut
untuk refrensi.
(b) Mencantumkan tahun cukup sekali saja pada
baris paling atas dari kolom “tanggal” di
setiap halaman jurnal, kecuali apabila dalam
halaman tersebut tahunnya berubah.
(c) Mencantumkan bulan cukup sekali saja pada
baris pertama sesudah tahun dalam kolom
“tanggal” di setiap halaman kecuali dalam
halaman tersebut bulannya berubah.
(d) Mencantumkan tanggal cukup sekali saja
pada kolom tanggal untuk setiap hari.
Tanggal yang dicatat adalah tanggal
terjadinya transaksi, bukan tanggal
dicatatnya transaksi dalam jurnal.
(e) Rekening yang di debet maupun yang di
kredit dalam setiap jurnal diberi nomor
rekening sekaligus.
Tata Cara menjurnal (journalizing) dapat
dijelaskan sebagai berikut : (Sadeli, 2011:43-44)
(a) Membuat kolom sesuai ketetapan dari
perusahaan.
(b) Mencatat pada kolom tanggal yang terdiri
dari :
 Tahun dicatat pada kolom tanggal paling
atas.
 Catatlah nama bulan pada kolom tanggal
sebelah kiri dan hanya satu kali selama
bulan yang bersangkutan. Apabila sudah
berganti bulan, barulah ditulis nama
bulan baru tersebut.
 Catatlah tanggal pada kolom tanggal
sebelah kanan untuk setiap transaksi.

(c) Mencatat debet dan kredit


 Tulislah nama perkiraan yang harus
didebet pada kolom uraian pada ujung
kiri. Kemudian catat jumlah uangnya
pada kolom debet.
 Tulislah nama perkiraan yang harus
dikredit pada kolom uraian dibawah
perkiraan yang harus didebet, dan tulis
agak masuk ke sebelah kanan. Kemudian
catatlah jumlah uangnya pada kolom
kredit dengan ditulis agak masuk ke
sebelah kanan dan selalu dibawah debet.
(d) Untuk memperjelas, catatlah di bawah
perkiraan yang dikredit tersebut catatan
singkat tentang transaksi tersebut.
(e) Catatlah tiap-tiap perkiraan yang sudah pasti
debet dan kreditnya secara terpisah dari
perkiraan lainnya, dengan cara memberi
jarak satu baris.
(f) Nama-nama perkiraan yang dipakai dalam
buku jurnal harus sama dengan nama
perkiraan dalam buku besar.
(g) Lajur Ref (Refrensi Pembukuan) digunakan
apabila jumlah debet atau kredit dari
perkiraan yang bersangkutan dipindahkan
pada masing-masing perkiraan buku besar
dengan mengisikan nomor perkiraannya.

d. Buku Besar

Buku besar adalah sekumpulan rekening yang


digunakan dalam proses akuntansi suatu perusahaan. Buku
besar dapat berupa suatu buku dengan halaman-halaman
yang difungsikan sebagai rekening atau berupa sekumpulan
kartu. Susunan rekening dalam buku besar biasanya
berdasarkan laporan keuangan yang disusun.Karena buku
besar merupakan kumpulan dari rekening, sehingga format
buku besar juga sama dengan format rekening, bisa
menggunakan bentuk T atau bentuk saldo. (Purwiyanto,
2015:40)

Buku besar adalah kumpulan rekening (perkiraan) yang


saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang
disusun dan dikelompokkan sesuai dengan pos-pos laporan
keuangan perusahaan. Sumber buku besar adalah jurnal
yang telah dibuat. (Bahri, 2016:50)
Buku Besar adalah semua perkiraan yang ada dalam
suatu periode tertentu seperti kas, piutang usaha, persediaan
utang usaha dan modal. Perkiraan-perkiraan ini saling
berdiri sendiri dan berfungsi mengikhtisarkan pengaruh
transaksi terhadap perubahan aktiva, kewajiban, dan modal
suatu perusahaan. (Shatu, 2016:113)

Buku Besar adalah kumpulan dari semua akun/


rekening atas perkiraan yang dimiliki suatu perusahaan
yang saling berhubungan antara satu sama yang lain dan
merupakan suatu kesatuan. (Rudianto, 2009:51)

Berdasarkan dari berbagai pengertian diatas, dapat


disimpulkan bahwa buku besar merupakan kumpulan dari
akun/ rekening yang saling berhubungan dalam suatu
periode tertentu. Buku besar juga bisa sebagai dasar untuk
menyusun laporan keuangan di suatu perusahaan.

1) Tujuan Buku Besar

Adapun tujuan dibuatnya buku besar, sebagai


berikut : (Shatu, 2016:113)

a) Mencatat semua transaksi akuntansi pada suatu


perusahaan secara akurat dan benar.
b) Memposting transaksi-transaksi ke akun yang tepat.
c) Menjaga keseimbangan debet dan kredit pada akun.
d) Mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang
dibutuhkan.
e) Menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya dan tepat waktu untuk setiap periode
akuntansi pada suatu perusahaan.

2) Fungsi Buku Besar

Selain dari tujuan buku besar, terdapat juga fungsi


dari buku besar adalah sebagai berikut : (Shatu,
2016:113)
a) Mengumpulkan data transaksi yang ada dalam suatu
perusahaan.
b) Mengklasifikasikan dan mengkodekan data
transaksi dan akun.
c) Memvalidasi transaksi yang telah terkumpul.
d) Mencatatkan penyesuaian terhadap akun.
e) Mempersiapkan laporan keuangan perusahaan.

3) Posting

Posting adalah proses memindahkan ayat-ayat jurnal


yang telah dibuatdalam buku jurnal ke rekening yang
terdapat dalam buku besar. Posting dilakukan dengan
cara memindahkan jumlah dalam kolom debet jurnal ke
dalam sisi debet rekening dalam buku besar dan
memindahkan jumlah dalam kolom kredit jurnal ke
dalam sisi kredit rekening buku besar. (Purwiyanto,
2015: 60)

Setelah transaksi dicatat dalam jurnal, langkah


selanjutnya adalah memindahkan semua jurnal ke dalam
rekening masing-masing dalam buku besar. Proses
pemindahan dari buku jurnal ke dalam buku besar
dinamakan posting. Sisi debet sebuah rekening pada
jurnal, diposting ke sisi debet pada buku besar rekening
yang bersangkutan. Sebaliknya sisi kredit pada jurnal
akan diposting ke sisi kredit pada buku besar. (Bahri,
2016:50)

Posting merupakan proses memindahkan catatan


dari buku jurnal ke buku besar. Jika di dalam buku
jurnal dicatat suatu akun di sebelah debet dan akun
lainnya di sebelah kredit, maka setiap jumlah rupiah
yang tercantum dalam setiap akun di jurnal tersebut
harus disalin ke akun yang sesuai di buku besar dengan
jumlah yang sama dan sesuai posisinya apakah di
sebelah debet atau kredit. (Rudianto, 2009:78-79)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa posting merupakan proses
pemindahan ayat jurnal yang telah dibuat sebelumnya
ke dalam buku besar yang sesuai dengan akun, apakah
di sebelah debet atau kredit beserta jumlahnya.

4) Bentuk Buku Besar

Buku besar memiliki beberapa bentuk. Bentuk buku


dapat dijabarkan sebagai berikut: (Bahri, 2016: 50)

a) Buku Besar Bentuk T Sederhana

Bentuk T sederhana dan cara pengisian /


pencatatan traksaksinya ke masing-masing adalah
sebagai berikut : (Bahri, 2016:50)

Tabel 2.8 Buku Besar Bentuk T


D (Nama Rekening) K

(Sumber : Bahri, 2016:50)

Keterangan :
(1) Nama Rekening diisi di atas garis bagian tengah,
misalnya kas, piutang usaha, utang usaha,
ekuitas / modal, pendapatan dan beban.
(2) D adalah sisi debet.
(3) K adalah sisi kredit.

b) Buku Besar Bentuk Skontro

Bentuk skontro ini sama dengan bentuk T


sederhana. Pada bentuk ini terdapat tambahan
kolom tanggal, keterangan, refrensi, dan jumlah
pada sisi debet maupun kredit. Sisi kiri adalah debet,
sedangkan sisi kanan adalah kredit. (Bahri, 2016:51)
Tabel 2.9 Buku Besar bentuk Skontro
Nama Rekening
No. Rek

Tgl Ket Ref Jumlah

(Sumber : Bahri. 2016:51)

Keterangan :
(1) Nama rekening diisi dengan nama rekening
yang dibuka pada saat menjurnal.
(2) Nomor rekening diisi dengan nomor
rekening dari nama rekening yang
bersangkutan.
(3) Tanggal, diisi tanggal pengisian buku besar /
posting.
(4) Keterangan, diisi dengan nama debet /
kredit.
(5) Refrensi, diisi dengan nama jurnal yang
merupakan sumbernya.
(6) Jumlah, diisi dengan nilai jumlahnya.

c) Buku Besar Bentuk Saldo

Bentuk saldo akan lebih baik karena dapat


mengetahui secara langsung saldo setiap saat dalam
mencatat tiap-tiap perubahan masing-masing
rekening. Bentuk ini lazim digunakan perusahaan,
karena kelebihannya dibandingkan bentuk T
sederhana dan bentuk skontro. Buku besar bentuk
saldo ada dua, yaitu: (Bahri, 2016:52)

(1) Bentuk saldo tunggal

Bentuk ini dikatakan saldo tidak rangkap


atau saldo tunggal karena kolom saldo hanya
satu kolom. Untuk menentukan apakah bersaldo
debet atau kredit maka dikolom D/K ditulis D
jika tersebut saldo debet dan ditulis K jika
jumlah tersebut bersaldo kredit.(Bahri, 2016:52)

Tabel 2.10 Buku Besar bentuk Saldo Tunggal


Nama Rekening
No. Rek

Tgl Ket Ref D K Saldo


Jumlah

(Sumber : Bahri, 2016:52)

(2) Bentuk saldo rangkap

Bentuk ini memiliki kolom saldo rangkap.


Dikatakan saldo rangkap karena kolom saldo
terdiri dari dua kolom. Apabila saldo tersebut
adalah saldo debet, maka dicatat di kolom saldo
sisi debet, apabila saldo tersebut adalah saldo
kredit, maka dicatat di kolom saldo sisi kredit.
Bentuk ini lebih akurat dan lebih mudah dan
lebih mudah dibaca, karena dapat melihat
dengan segera posisi saldo apakah saldo tersebut
debet atau kredit sehingga hampir semua
perusahaan menggunakan bentuk ini. (Bahri,
2016:52)
Tabel 2.11 Buku Besar bentuk Saldo Rangkap
Nama Rekening
No. Rek

Tgl Ket Ref D K Saldo


D K
( Sumber : Bahri, 2016:53)

Di dalam perusahaan buku besar yang baik


digunakan adalah buku besar bentuk saldo rangkap.
Karena dapat melihat dengan pasti posisi saldo akhir
perusahaan.

5) Langkah – Langkah Posting

Proses pemindahan ayat-ayat jurnal ke dalam


rekening buku besar (posting) bisa dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut. (Purwiyanto, 2015:61-
62)

a) Tanggal dan jumlah yang tercatat dalam jurnal


dicatat kembali dalam rekening yang bersangkutan.
Apabila suatu transaksi dicatat di sisi debet dalam
jurnal, maka posting harus dilakukan ke sisi debet
rekening buku besar. Sebaliknya, apabila transaksi
dalam jurnal dicatat kredit, maka posting harus
dilakukam di sisi kredit rekening. Cara mencatat
tahun, bulan, dan tanggal sama dengan yang
dilakukan dalam jurnal.

b) Apabila posting telah dilakukan, maka nomor


halaman jurnal ditulis dalam kolom Ref rekening
buku besar dan diikuti menuliskan nomor rekening
buku besar yang bersangkutan pada kolom Ref di
dalam jurnal. Prosedur ini mempunyai tujuan
untuk :

(1) Menunjukkan bahwa jurnal atas transaksi


tersebut telah di-posting.

(2) Menunjukkan hubungan antara jurnal dengan


rekening di buku besar.

Setelah menjurnal selesai, tahap berikutnya adalah


memindahkan tiap ayat jurnal tersebut ke dalam buku
besar atau disebut pula posting. Langkah-langkah
prosedur pembukuan ke buku besar (posting) cara
normalnya adalah sebagai berikut : (Sadeli, 2011:46-47)

a) Buatlah formulir dengan dapat memilih bentuk


perkiraan kolom atau bentuk.
b) Tulislah nama dan kode perkiraan pada formulir.
c) Tulislah tanggal, bulan, dan tahun terjadinya
transaksi sesuai dengan jurnal.
d) Tulislah uraian singkat dari transaksi tersebut
sebagai informasi pada kolom uraian.
e) Mencatat nomor halaman buku jurnal di dalam
kolom ref. Kemudian catat juga nomor perkiraan ke
dalam kolom ref di buku jurnal.
f) Mencatat jumlah uang yang ada di dalam buku
jurnal, pada kolom debet atau kredit sesuai dengan
yang ada pada buku jurnal.
g) Menentukan besar saldonya.
h) Setelah diperoleh jumlah saldo dari masing-masing
akun/ rekening dan selesailah posting ini.

6) Langkah-Langkah Posting yang Baik

Untuk mendapatkan hasil pemindahbukuan yang


baik dan benar dapat dilakukan dengan beberapa lagkah
lanjutan sebagai berikut : (Sirait, 2014:82)

a) Pastikan nama rekening, debet atau kredit dan


bagiannya dalam jurnal yang akan dicatat ke
rekening buku besar.
b) Cari nama rekening sama yang sesuai dalam jurnal
pada buku besar, dan memastikan pencatatan di
sebelah debet atau kredit.
c) Catatlah secara tuntas setiap ayat jurnal ke rekening
yang bersangkutan pada buku besar.
d) Catat nomor kode rekening buku besar yang baru
dipindahkan ke kolom ref dalam jurnal, sebagai
pertanda bahwa ayat jurnal telah dipindahkan ke
rekening dengan lengkap.
e. Neraca Saldo

Neraca Saldo adalah daftar yang menunjukkan saldo-


saldo debet dan kredit dari buku besar bagi setiap rekening
(aktiva, utang, modal, pendapatan dan biaya). Jumlah debet
dan kredit dalam neraca saldo harus sama (seimbang).
Selain itu, neraca saldo juga bisa berfungsi sebagai
pengecek kebenaran dan ketelitian pencatatan atas
pemindahan dari buku besar. (Purwiyanto, 2015:63)

Neraca Saldo merupakan suatu buku yang memiliki isi


berupa daftar yang memaparkan kumpulan saldo yang
berasal dari data yang dimiliki oleh setiap rekening dari
pihak-pihak terkait. (Shatu, 2016:128)

Neraca Saldo merupakan neraca percobaan (trial


balance) untuk mencoba keseimbangan antara debet dengan
kredit buku besar. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah
keyakinan atas kebenaran proses akuntansi yang dilakukan
sampai dengan buku besar dan juga untuk proses akuntansi
selanjutnya. Neraca Saldo ini berisikan seluruh rekening
dengan nilai saldonya debet atau kredit pada setiap akhir
bulan. (Sirait, 2014:66)

Buku besar yang dimiliki oleh suatu badan usaha akan


menyertakan pula saldo akhir dari setiap akun yang ada.
Kemudian jika saldo setiap akun tersebut disusun dalam
suatu daftar, itulah yang disebut dengan Neraca Saldo. Jadi
yang dimaksud dengan Neraca Saldo atau Neraca
Percobaan adalah suatu daftar yang berisi dari seluruh
akun yang ada di dalam buku besar beserta saldo akhir dari
suatu periode akuntansi. (Rudianto, 2009:54)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat


disimpulkan bahwa neraca saldo adalah sebuah buku atau
daftar yang merupakan neraca percobaan untuk
menyeimbangkan antara posisi debet dan posisi kredit bagi
setiap rekening yang ada di buku besar.

1) Cara Menyusun Neraca Saldo

Di samping menyakinkan kebenaran atas proses


akuntansi di suatu perusahaan, neraca saldo dapat juga
digunakan sebagai dasar penyusunan informasi
keuangan yang bersifat sementara (laporan keuangan
interim). Cara menyusun neraca saldo adalah sebagai
berikut : (Sirait, 2014:67)

a) Memastikan nilai saldo pada setiap rekening dan


posisi debet atau kredit pada buku besar.

b) Mencatat masing-masing rekening bersamaan


dengan nomor kode rekening dan nilai saldo
rekening sesuai dengan debet atau kredit neraca
saldo. Dan memberikan tanda cek di buku besar
sebagai tanda telah dicatat ke neraca saldo.

c) Jumlahkan seluruh posisi debet atau kredit neraca


saldo dan pastikan jumlahnya harus sama
(seimbang).

Untuk penyusunan neraca percobaan ini terlebih


dahulu menentukan saldo-saldo perkiraan yang ada
dalam buku besar. Cara penentuan saldo-saldo tersebut
tergantung pada bentuk perkiraan yang dipakai. (Sadeli,
2011:52)

Neraca percobaan bukan merupakan akhir dari


proses dari pembuatan bukti transaksi sampai dengan
pengikhtisaran setiap transaksi, tetapi merupakan
langkah awal dalam penyusunan laporan keuangan
sebagai akhir dari siklus akuntansi. (Sadeli, 2011:53)
Neraca saldo di suatu perusahaan biasanya disusun
dengan urutan sebagai berikut. (Purwiyanto, 2015:65)

a) Aktiva Lancar
b) Aktiva Tetap
c) Utang
d) Modal
e) Penghasilan
f) Biaya

2) Format Neraca Saldo

Format neraca saldo di suatu perusahaan terdiri dari


: (Purwiyanto, 2015:63)

a) Nomor kode rekening

b) Nama rekening

c) Jumlah debet dan jumlah kredit

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabelberikut:

Tabel 2.12 Neraca Saldo


Nama Perusahaan
Neraca Saldo
Per tgl – bulan – tahun

Nomor Nama Debet (Rp) Kredit (Rp)


Rekening

(Sumber : Purwiyanto, 2015:65)

3) Kesalahan Pembukuan dalam Neraca Percobaan

Neraca percobaan pada dasarnya bukan laporan


keuangan, tetapi merupakan alat penguji dari kebenaran
mekanisme debet dan kredit dalam melakukan
pencatatan transaksi selama periode pembukuan.
Artinya, bahwa jumlah debet dan kredit pada neraca
percobaan harus sama, ini berarti pencatatan sudah
dianggap benar. Apabila jumlah debet tidak sama
dengan jumlah kreditnya, ini menunjukkan adanya
kesalahan dalam pencatatan. Walaupun demikian,
kesamaan jumlah debet dan kredit pada neraca
percobaan ini belum dapat menghilangkan semua
kesalahan. Ada beberapa kemungkinan kesalahan yang
tidak dapat diungkapkan oleh neraca percobaan. (Sadeli,
2011:53-54)

Kesalahan pembukuan transaksi yang tidak dapat


diungkapkan dalam neraca percobaan, antara lain
sebagai berikut : (Sadeli, 2011:54)

a) Tidak dibukukannya suatu transaksi yang ada atau


suatu transaksi tersebut dibukukan lebih dari satu
kali.

b) Cara pendebetan dan pengkreditan suatu transaksi


ke dalam rekening/ akun dilakukan dengan tidak
sebenarnya.

c) Adanya penipuan jumlah dalam suatu transaksi.

d) Membukukan transaksi yang tidak ada buktinya.

e) Terutama kesalahan yang disengaja, dengan maksud


untuk membohongi atau menutupi kecurangan.

4) Kesalahan Jumlah Debet dan Kredit dalam Neraca


Percobaan

Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan jumlah


debet dan kredit tidak sama dalam neraca percobaan di
antaranya : (Sadeli, 2011:54)

a) Kesalahan dalam memindahkan saldo debet


perkiraan ke sebelah kredit neraca percobaan, atau
sebaliknya.

b) Kesalahan penulisan jumlah angka.


c) Kesalahan dalam pembukuan transaksi dari buku
jurnal ke buku besar, yaitu perkiraan yang
seharusnya di debet tetapi dimasukkan di kredit atau
sebaliknya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa harus benar teliti


dalam mencatat transaksi dan membuat jurnal. Selain
itu, perlu hati-hati juga dalam pembukuan buku besar
dan penyusunan neraca saldo/ neraca percobaan.

f. Jurnal Peyesuaian

Ayat jurnal penyesuaian adalah ayat jurnal yang dibuat


untuk menyesuaikan saldo rekening agar menjadi saldo
yang seharusnya terjadi pada akhir periode akuntansi. Juga,
untuk memisahkan antara penghasilan dan/atau biaya dari
satu periode dengan periode yang lain. (Purwiyanto,
2015:81)

Umumnya beberapa rekening dalam neraca saldo belum


mutakhir, oleh karena itu memerlukan penyesuaian. Setiap
upaya merubah nilai rekening diwajibkan melalui jurnal
yang disebut dengan Ayat Jurnal Penyesuian. (Sirait,
2014:100)

Ayat jurnal penyesuian (AJP) adalah suatu aktivitas


untuk membetulkan akun/ rekening sehingga laporan yang
dibuat berdasarkan akun tesebut dan dapat menunjukkan
pendapatan, aktiva, dan kewajiban yang sesuai. (Rudianto,
2009:85)

Prosedur penyesuaian perkiraan pada dasarnya


merupakan suatu kegiatan untuk membuat saldo-saldo dari
perkiraan akun/ rekening pada neraca percobaan menjadi
sesuai dengan saldo yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan. (Sadeli, 2011:65)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa jurnal penyesuaian adalah pembuatan
kembali atau membetulkan ayat jurnal karena beberapa
transaksi yang terjadi masih tidak sesuai dengan keadaan
yang semestinya

1) Macam-Macam Keadaan Pembuatan Jurnal


Penyesuaian

Ada dua macam keadaan di mana jurnal


penyesuaian perlu dibuat, yaitu : (Purwiyanto, 2015:81)

a) Ketika suatu transaksi telah terjadi tetapi belum


dicatat dalam rekening di suatu perusahaan.

b) Keadaan suatu transaksi dicatat dalam suatu


rekening tetapi saldonya perlu dikoreksi untuk
mencerminkan keadaan yang sebenarnya pada akhir
periode.

Lajur penyesuaian ini digunakan untuk mencatat


jurnal penyesuaian yang dilakukan terhadap perkiraan-
perkiraan akun/ rekening dalam neraca percobaan.
Perkiraan-perkiraan yang perlu disesuaikan dari neraca
percobaan pada dasarnya yaitu sebagai berikut : (Sadeli,
2011:65)

a) Perkiraan Neraca.

b) Perkiraan Rugi/Laba

c) Perkiraan Campuran (perkiraan yang sebagian


saldonya merupakan perkiraan neraca dan sebagian
lagi merupakan perkiraan rugi/laba.

2) Tujuan Proses Penyesuaian

Tujuan proses penyesuaian adalah sebagai berikut :


(Purwiyanto, 2015:82)
a) Agar setiap rekening riil, khususnya rekening-
rekening aktiva dan rekening utang menunjukkan
jumlah yang sebenarnya pada akhir periode di suatu
perusahaan.

b) Agar setiap rekening nominal (rekening pendapatan


dan rekening biaya) menunjukkan pendapatan dan
biaya yang seharusnya diakui dalam suatu periode
di suatu perusahaan

3) Proses Penyesuaian

Jurnal Penyesuaian sederhananya meliputi 2 hal


yaitu menambah atau mengurangi nilai rekening. Bila
terlalu besar (overstated), maka nilai rekening
dikurangi, sebaliknya bila terlalu kecil (understated)
atau belum ada (nonstated), maka nila rekening
ditambah. Kemudian dalam rangka pembuatan jurnal
penyesuaian perhatikan azas debet kredit rekening.
(Sirait, 2014:100)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabelberikut:

Tabel 2.13Jurnal Penyesuaian

Tgl Keterangan Ref Debet Kredit

(Sumber : Purwiyanto, 2015:85)

4) Akun yang Memerlukan Penyesuaian

Akun-akun yang memerlukan penyesuaian


(Purwiyanto, 2015:82) adalah :

a) Piutang pendapatan, yaitu pendapatan yang sudah


menjadi hak perusahaan tetapi belum dicatat
b) Utang biaya, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi
dan menjadi kewajiban perusahaan tetapi belum
dicatat.

c) Pendapatan diterima dimuka, yaitu sejumlah


pendapatan yang secara nyata sudah diterima oleh
perusahaan, tetapi sebenarnya masih merupakan
pendapatan unuk periode yang akan datang.

d) Biaya dibayar dimuka, biaya yang sudah dibayar


tetapi sebenarnya merupakan biaya yang harus
dibebankan pada periode yang akan datang.

e) Kerugian piutang, yaitu taksiran kerugian yang


timbul karena adanya piutang yang tak bisa ditagih.

f) Depresiasi (penyusutan), yaitu penyusutan aktiva


tetap yang harus dibebankan pada periode
akuntansi.

g) Biaya pemakaian perlengkapan, yaitu bagian dari


harga beli perlengkapan yang telah digunakan
selama periode akuntansi.

g. Neraca Lajur

Neraca lajur adalah kertas berkolom yang digunakan


sebagai kertas kerja dalam penyusunan laporan keuangan.
Neraca lajur sangat bermanfaat untuk kebenaran
memeriksan data yang akan disajikan dalam laporan
keuangan. Neraca lajur sering disebut dengan istilah kertas
kerja. Dalam neraca lajur, saldo-saldo yang ada di rekening
buku besar disesuaikan, diseimbangkan, dan diurutkan
sesuai dengan urutan penyusunan rekening-rekening dalam
laporan keuangan. (Purwiyanto, 2015:86)

Banyaknya perubahan-perubahan data ini membuat


kesulitan dalam mendapatkan gambaran yang secara
menyeluruh. Dan untuk mempermudah penyusunan laporan
keuangan dibuatlah suatu kertas kerja sehingga ikhtisar
akibat dari segala perubahan tampak dengan jelas. Kertas
Kerja (Work Sheet) ini terdiri dari banyak lajur/ kolom
sesuai dengan kebutuhan sehingga disebut juga Neraca
Lajur. (Sirait, 2014:120)

Neraca Lajur merupakan ringkasan dari aktivitas


keseluruhan perusahaan dalam satu tahun yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan. Neraca Lajur
merupakan kertas kerja akhir sebelum neraca dan laporan
laba rugi disusun. (Zamzami dan Nusa, 2017:87)

Neraca lajur adalah selembar kertas berkolom-kolom


yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan akuntansi secara
manual untuk membantu dalam menggabungkan pekerjaan
pada akhir periode akuntansi di suatu perusahaan.
(Rudianto, 2009:84)

Neraca lajur (work sheet) adalah alat untuk


mengumpulkan data yang berguna untuk menyusun laporan
keuangan, sehingga neraca lajur ini juga merupakan draf
pendahuluan laporan dan analisis yang perlu disiapkan.
(Sadeli, 2011:64)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat


disimpulkan bahwa neraca lajur merupakan kertas kerja
berkolom yang dapat memberikan gambaran secara
menyeluruh dari satu tahun periode dalam penyusunan
laporan keuangan.

1) Tujuan Penyusunan Neraca Lajur

Tujuan adanya penyusunan neraca lajur dapat


dijelaskan sebagai berikut : (Purwiyanto, 2015:87)

a) Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan


di suatu perusahaan.
b) Untuk menggolongkan dan meringkas informasi
dari neraca saldo dan data penyesuian.

c) Untuk menggolongkan dan meringkas informasi


dari neraca saldo dan data penyesuian.

Neraca lajur memiliki tiga prinsip kegunaan, yaitu


sebagai berikut : (Sadeli, 2011:75)

a) Untuk mempersiapkan laporan keuangan


perusahaan, yang terdiri dari :

(1) Laporan rugi/laba (Income Statement)


(2) Neraca (Balance Sheet)
(3) Perubahan Modal (Capital Statement)

b) Untuk mencatat jurnal penyesuaian jika diperlukan

c) Untuk mencatat jurnal penutup, yang akan


dipersiap- kan sebagai catatan awal pembukuan
untuk periode selanjutnya.

2) Bagian Neraca Lajur

Neraca lajur biasanya terdiri dari : (Sadeli, 2011:64-


75)

a) Neraca percobaan/ neraca saldo (trial balance)

Lajur Neraca Percobaan

Lajur ini sama dengan neraca percobaan/ neraca


saldo yang dapat dipergunakan untuk mengisi lajur
neraca percobaan dalam neraca lajur dengan
memindahkan saja dari neraca percobaan
perusahaan yang bersangkutan.

b) Penyesuaian-penyesuaian (adjustment)

Lajur Penyesuaian

Prosedur penyesuaian perkiraan yang pada


dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk membuat
saldo-saldo perkiraan pada neraca percobaan
menjadi sesuai dengan saldo yang seharusnya terjadi
di dalam penyusunan laporan keuangan.

c) Neraca percobaan yang telah disesuaikan (adjusted


trial balance)

Lajur Neraca Percobaan yang Disesuaikan

Untuk mengisi lajur neraca percobaan yang


disesuai- kan (Adjusted Trial Balance), adalah
dengan meng- hubungkan lajur neraca percobaan
dengan jumlah yang ada pada lajur penyesuaian.
Dari jumlah tersebut dipindahkan pada lajur neraca
percobaan disesuaikan.

d) Daftar rugi/ laba (income statement)

Lajur Rugi/ Laba (Income Statement)

Untuk mengisi lajur rugi/ laba, yang


diperhatikan pada setiap perkiraan yang ada pada
lajur neraca percobaan disesuaikan dengan memilih
perkiraan mana yang harus dipindahkan ke lajur
rugi/laba. Perkiraan-perkiraan yang harus
dipindahkan ke lajur rugi/laba adalah perkiraan-
perkiraan penghasilan dan perkiraan-perkiraan
biaya.

e) Neraca (balance sheet)

Neraca (Balance Sheet)

Untuk mengisi lajur neraca, terlebih dahulu


memasuk- kan perkiraan-perkiraan riil yang tidak
termasuk pada lajur rugi/ laba yaitu perkiraan-
perkiraan harta, utang, dan modal serta perkiraan
yang pengambilan datanya diambil dari lajur neraca
percobaan disesuaikan. Setelah semua perkiraan
dicatat pada lajur neraca sesuai dengan tempat
aslinya (debet ke debet, kredit ke kredit), masukkan
jumlah rugi atau laba pada lajur neraca. Apabila
terjadi laba berarti akan menambah modal, maka
dicatat pada kolom kredit. Sedangkan apabila terjadi
rugi berarti mengurangi modal, maka dicatat pada
kolom debet.

3) Bentuk Neraca Lajur

Bentuk neraca lajur dapat dibuat dengan jumlah


kolom sebagai berikut. (Purwiyanto, 2015:87)

a) Enam kolom, yakni : neraca saldo disesuaikan, laba


rugi, dan neraca.
b) Sepuluh kolom yakni : neraca saldo. Penyesuaian,
neraca saldo disesuaikan, laba rugi dan neraca.
c) Dua belas kolom, yakni : neraca saldo, penyesuaian,
neraca saldo disesuaikan, laba rugi, neraca, dan
laporan perubahan modal.

Neraca Lajur dapat terdiri dari 10 kolom ditambah


satu kolom untuk keterangan atau 12 kolom yang
ditambah satu kolom untuk keterangan. (Rudianto,
2009:84)

Bentuk fisik dari neraca lajur adalah sebagai


berikut : (Sadeli, 2011:64)

Gambar 2.3 Neraca Lajur


(Sumber : Sadeli, 2011:64)

4) Langkah-Langkah Mengisi Kolom Neraca Lajur

Langkah-langkah dalam mengisi masing-masing


kolom neraca lajur sebagai berikut. (Purwiyanto,
2015:88)

a) Kolom “nomor” diisi dengan nomor kode masing-


masing rekening transaksi tersebut.
b) Kolom “rekening” diisi dengan nama masing-
masing rekening aktiva, utang, modal, pendapatan
dan biaya.
c) Kolom “neraca saldo” diisi dengan saldo-saldo
rekening aktiva, hutang, modal, pendapatan, atau
biaya yang diambil dari buku besar.
d) Kolom “penyesuaian” diisi ayat jurnal penyesuaian
atas aktiva, utang, modal, pendapatan, atau biaya.
e) Kolom “neraca saldo disesuaikan” diisi dengan
saldo-saldo rekening nominal dan rekening riil.
f) Kolom “laba rugi” diisi dengan rekening nominal
dari kolom neraca saldo disesuaikan.
g) Kolom “neraca” diisi dengan saldo-saldo rekening
riil yang terdapat pada kolom “neraca saldo
disesuaikan”.

Kolom keterangan berisi nama akun-akun/ rekening


yang ada di dalam buku besar suatu perusahaan. Kolom
pertama dan kedua berisi tentang saldo akhir dari setiap
akun/ rekening yang ada di dalam buku besar. Kolom
ketiga dan keempat berfungsi dalam menyesuaikan
berbagai jenis akun/ rekening yang belum tepat karena
ada beberapa hal yang belum dicatat di dalam buku
harian (buku jurnal) dan buku besar. Kolom kelima dan
keenam berisi dari kumpulan saldo dari semua akun/
rekening yang ada di buku besar yang telah disesuaikan.
Kolom ketujuh dan kedelapan, berisi dari saldo akun/
rekening penjualan dan semua akun/ rekening beban
yang ada, di mana selisihnya dapat dikata-kan sebagai
laba usaha. Kolom kesembilan dan kesepuluh berisi dari
saldo awal dari modal atau laba ditahan dan laba usaha
periode tersebut serta saldo akun prive atau dividen.
Penjumlahan antara saldo modal awal ada laba usaha
dikurangi dengan prive atau dividen dicatat sebagai
modal atau laba ditahan pada akhir periode di
perusahaan tersebut. Dan kolom kesebelas dan
duabelas, berisi saldo dari semua akun neraca pada
akhir periode tersebut. Jika neraca lajur di perusahaan
menggunakan 10 kolom ditambah dengan 1 kolom
untuk keterangan, maka kolom kesembilan dan
kesepuluh (bagian perubahan modal dan laba ditahan)
ditiadakan. (Rudianto, 2009:84-85)

5) Proses Penyusunan Neraca Lajur

Proses penyusunan Neraca Lajur sebagai berikut :


(Purwiyanto, 2015:88)

a) Memasukkan saldo-saldo rekening buku besar ke


dalam kolom “Neraca Saldo” pada Neraca Lajur.
b) Memasukkan ayat-ayat jurnal penyesuaian yang
telah dibuat ke dalam kolom “Penyesuaian”.
c) Mengisi kolom “Neraca Saldo Disesuaikan”
berdasarkan dari kolom “Neraca Saldo” setelah
ditambah atau dikurangi dengan angka-angka rupiah
pada kolom “penyesuaian”.
d) Memindahkan jumlah-jumlah pada kolom-kolom
“Neraca Saldo Disesuaikan” ke dalam kolom-kolom
Laba Rugi atau kolom-kolom Neraca.
e) Menjumlahkan kolom Laba Rugi dan kolom
Neraca.
f) Jika setelah dijumlahkan antara kolom debet dan
kredit Rugi Laba lebih banyak sebelah debet, maka
dapat disimpulkan perusahaan menderita kerugian
sebesar selisih antara debet dan kredit itu dan
sebaliknya.
g) Jika perusahaan menderita kerugian, maka
masukkan jumlah kerugian yang diderita pada
kolom kredit Laba Rugi dengan keterangan “Rugi”
dituliskan pada kolom “Rekening” neraca lajur dan
sebaliknya.
h) Jumlahkan kembali kolom debet dan kredit Rugi
Laba, niscaya akan didapatkan jumlah angka yang
sama.
i) Masukkan laba yang didapat perusahaan pada
kolom neraca sebelah kredit atau jika perusahaan
menderita kerugian, maka masukkan jumlah
kerugian itu pada kolom neraca sebelah debet.
j) Selanjutnya jumlahkan kolom-kolom debet dan
kredit Neraca. Niscaya akan mendapatkan jumlah
angka yang sama.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan


biasanya terdiri dari : Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Modal, Laporan Neraca, serta Laporan Arus Kas. Masing-masing
laporan bisa digunakan sebagai informasi untuk mengevaluasi
kinerja keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
(Purwiyanto, 2015:16)

Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan


untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu.
Dalam praktinya kita mengenal beberapa macam laporan
keuangan, seperti : Neraca, Laporan laba rugi, Laporan Perubahan
Modal, Laporan catatan atas laporan keuangan, Laporan arus kas.
(Kasmir, 2009:68)
Laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan
informasi kuantitatif di suatu perusahaan, mengenai posisi
keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai
selama periode waktu tertentu. (Sadeli, 2011:18).
Posisi keuangan berguna untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana susunan kekayaan yang dimiliki dari suatu perusahaan
dan sumber-sumber kekayaan itu didapat. Perubahan posisi
keuangan menunjukkan kemajuan perusahaan tersebut dengan
memberikan gambaran tentang apakah perusahaan tersebut
memperoleh laba dalam melaksanakan kegiatannya, dan apakah
perusahaan mengalami perkembangan dengan menunjukkan
manajemen telah berhasil dalam mengelola perusahaan tersebut.
(Sadeli, 2011:18).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang harus disusun
oleh suatu perusahaan. Selain itu, untuk menunjukkan kondisi/
posisi keuangan dan perubahan-perubahan, serta hasil yang dicapai
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.
a. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau
kegiatan akuntansi di suatu kesatuan usaha. Laporan itu
diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:
manajer perusahaan, pemilik perusahaan, bank, kreditor,
investor, pemerintah, dan lembaga-lembaga lainnya. (Sadeli,
2011:18)
Mengingat masing-masing pihak yang berhubungan dengan
perusahaan tersebut mempunyai kepentingan berbeda-beda
maka laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi dalam kebutuhan semua pihak.
Laporan keuangan yang demikian disebut dengan laporan
keuangan untuk tujuan umum. (Sadeli, 2011:18)

Tujuan umum laporan keuangan, antara lain sebagai


berikut: (Sadeli, 2011:19)
1) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya tentang
kekayaan dan kewajiban di suatu perusahaan.
2) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya tentang
perubahan kekayaan bersih di suatu perusahaan sebagai
hasil pencapaian dari kegiatan usaha.
3) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya tentang
perbahan kekayaan bersih di suatu perusahaan yang bukan
berasal dari pencapaian dari kegiatan usaha.
4) Menyajikan informasi yang dapat membantu dalam para
pemakai dengan menaksir kemampuan perusahaan
memperoleh laba.
5) Menyajikan informasi lain yang sesuai/ relevan dengan
keperluan para pemakainya.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap organisasi/


usaha dengan memiliki suatu tujuan tertentu. Walaupun satu
badan usaha memiliki bidang usaha dan karakteristik yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi secara
umum laporan keuangan disusun dengan tujuan sebagai berikut
: (Rudianto, 2009:18-19)
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat
dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi, dan
kewajiban serta modal di suatu perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya
mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi di
suatu perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha dalam
rangka untuk memperoleh laba.
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat
membantu para pemakai laporan keuangan dalam
mengestimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba
di masa mendatang.
4) Untuk memberikan informasi yang penting lainnya
mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban di suatu perusahaan.
5) Untuk mengukapkan informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pengguna laporan.

b. Kualitas Laporan Keuangan


Walaupun setiap perusahaan memiliki bidang usaha dan
karak- teristik yang berbeda satu sama yang lain sehingga
rincian untuk laporan dalam satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dapat berbeda, tetapi setiap laporan
keuangan yang dihasilkan oleh setiap institusi harus memenuhi
beberapa standar kualitas berikut ini agar bermanfaat :
(Rudianto, 2009:19-20)
1) Relevan
Setiap jenis laporan keuangan yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan harus sesuai dengan maksud
penggunaannya sehingga dapat bermanfaat.
2) Dapat dimengerti
Laporan keuangan di suatu perusahaan harus disusun
dengan istilah dan bahasa yang sesederhana mungkin
sehingga dapat dimengerti oleh pihak yang
membutuhkannya.
3) Daya uji
Informasi keuangan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan harus dapat diuji kebenarannya.
4) Netral
Informasi keuangan di suatu perusahaan harus ditujukan
kepada tujuan umum pengguna, bukan ditunjukan kepada
pihak tertentu saja.

5) Tepat Waktu
Laporan keuangan di suatu perusahaan harus dapat
disajikan secepat mungkin agar dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan di perusahaan.
6) Daya banding
Laporan keuangan di suatu perusahaan harus dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan itu
sendiri pada periode-periode sebelumnya.
7) Lengkap
Informasi laporan keuangan di suatu perusahaan harus
menyajikan semua fakta keuangan agar tidak menyusahkan
pembacanya.

c. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan disajikan dalam dua bentuk, yaitu:
(Sadeli, 2011:19)
1) Posisi keuangan pada suatu saat, yaitu dikenal dengan
istilah neraca (balance sheet)
2) Perubahan posisi keuangan untuk suatu periode waktu
tertentu, yaitu terdiri dari:
a) Laporan rugi/laba (income statement)
b) Laporan Perbahan Modal (capital statement) atau untuk
perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas dikenal
dengan laporan laba ditahan (retained earning).
Kepala (heading) seluruh daftar keuangan yang merupakan
dari kesatuan laporan keuangan di suatu perusahaan, seperti
harus menyebutkan nama perusahaan, judul daftar, dan tanggal/
periode. (Sadeli, 2011:19)
Nama perusahaan adalah nama perusahaan yang
dicantumkan dalam daftar keuangan yang bersangkutan. Judul
daftar menunjukkan nama daftar keuangan yang bersangkutan
dan dapat membedakan dari daftar keuangan lainnya. Tanggal
merupakan suatu saat keadaan yang dilaporkan tersebut terjadi,
sedangkan periode menunjukkan kurun waktu yang tercantum
dalam laporan keuangan. (Sadeli, 2011:19)
1) Laporan Neraca
Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan
(ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu
neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan
modal dari suatu perusahaan. (Kasmir, 2009:69)
Laporan neraca adalah salah satu unsur laporan
keuangan yang menyajikan data tentang posisi aktiva
(harta), kewajiban/utang, dan modal suatu unit usaha pada
waktu tertentu. Melalui laporan neraca belum dapat
mengindikasikan apakah perusahaan memperoleh
keuntungan atau menderita kerugian karena neraca
merupakan ringkasan posisi keuangan (harta, utang, dan
modal) perusahaan pada waktu tertentu. (Purwiyanto,
2015:20)
Neraca (Balance Sheet) adalah laporan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
saat tertentu. Informasi dalam neraca ini dapat meliputi
aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu tanggal
tertentu. Dimana aset seimbang dengan kewajiban dan
ekuitas. Sebelah kiri biasanya aset, sedangkan sebelah
kanan kewajiban dan ekuitas. (Sirait, 2014:26)
Neraca (Balance Sheet) adalah suatu daftar yang
menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, serta informasi dari mana sumber daya tersebut
diperoleh perusahaan. (Rudianto, 2009:16)
Neraca adalah suatu daftar keuangan yang dapat
memuat ikhtisar tentang harta, utang, dan modal di suatu
unti usaha atau perusahaan pada saat tertentu, biasanya
pada penutupan hari terakhir dari suatu bulan atau suatu
tahun. (Sadeli, 2011:19)
Neraca merupakan laporan keuangan utama yang dapat
memberikan informasi tentang posisi keuangan pada suatu
saat, dengan menyajikan dua bagian pokok yaitu aktiva
(assets) dan pasiva (liabilities and capital). (Sadeli,
2011:20)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa laporan neraca merupakan laporan yang
menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan
modal perusahaan (ekuitas) pada waktu tertentu. Dimana
sebelah kiri adalah posisi aktiva (assets), sedangkan sebelah
kanan adalah posisi pasiva (liabilities and capital).
a) Klasifikasi Pos Neraca
Secara umum neraca dibagi ke dalam 2 sisi, yaitu
sisi aktiva dan pasiva. Sisi aktiva yang merupakan
daftar kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada
suatu saat tertentu. Sedangkan sisi pasiva yang
merupakan sumber dari mana harta kekayaan yang
dimiliki perusahaan tersebut diperoleh. Sumber
kekayaan tersebut terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu
hutang dan modal. Oleh sebab itu, jumlah yang ada di
posisi aktiva harus sama atau seimbang dengan posisi
pasiva. (Rudianto, 2009:16)
(1) Aktiva
Aktiva adalah harta kekayaan atas suatu
perusahaan pada suatu periode waktu tertentu.
Kekayaan tersebut dapat berupa uang (kas), tagihan
(piutang), persediaan barang dagangan, peralatan
kantor, kendaraan, bangunan, tanah, dan lain
sebagainya. Pada kebanyakan perusahaan jasa dan
dagang, aktiva biasa di bagi dalam 2 kelompok yaitu
: aktiva lancar, aktiva tetap (aktiva jangka panjang).
Sedangkan posisi pasiva dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu utang lancar, utang jangka panjang,
dan modal. (Purwiyanto, 2015:20; Rudianto, 2009:
17; Sadeli, 2011:20)
Aktiva lancar (current assets) adalah uang tunai
dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu normal
dapat menjadi uang tunai. Selain itu, yang mudah
diubah menjadi kas atau setara kas yang nantinya
akan digunakan perusahaan dalam satu tahun atau
kurang. (Purwiyanto, 2015:20; Sadeli, 2011:20)
Aktiva lancar terdiri dari : (Purwiyanto,
2015:20; Sadeli, 2011:20)
(a) Kas (cash), adalah harta kekayaan perusahaan
yang meliputi uang tunai, kas di bank/simpanan
di bank, dan cek.
(b) Surat berharga (marketable securities),
merupakan harta kekayaan perusahaan yang
berupa saham perusahaan lain yang sewaktu-
waktu bisa dijual.
(c) Piutang wesel, adalah harta kekayaan
perusahaan dalam wujud piutang yang disertai
janji tertulis dari pihak lain.
(d) Piutang dagang (account receivable), adalah
harta kekayaan perusahaan yang timbul dari
aktivitas penjualan barang dagang secara kredit.
(e) Pendapatan yang masih harus diterima (accrued
receivable).
(f) Persediaan barang dagang (merchandise
inventory), adalah harta kekayaan perusahaan
yang berupa barang untuk diperjualbelikan.
(g) Supplies, merupakan harta kekayaan perusahaan
yang berupa perlengkapan yang sifatnya bisa
membantu kelancaran operasional perusahaan
dan habis pakai dalam kurun kurang dari satu
periode akuntansi (1 tahun).
(h) Biaya yang dibayar dimuka (prepaid expense).
(i) Aktiva lancar lain-lain.

Sedangkan aktiva tetap (aktiva jangka panjang)


terdiri dari aktiva tetap berwujud, aktiva tetap tidak
berwujud, investasi pada surat berharga yang lebih
dari 1 tahun, dan aktiva lain-lain. Contoh dari aktiva
tetap (aktiva jangka panjang) antara lain :
(Purwiyanto, 2015:21; Sadeli, 2011:20-21)
Aktiva tetap berwujud (tangable fixed assets)
adalah suatu kekayaan yang dimiliki perusahaan
yang fisiknya konkret dan dapat digunakan dalam
operasional perusahaan secara permanen (lebih dari
satu periode akuntansi/ tahun), Aktiva tetap
berwujud, terdiri dari : (Purwiyanto, 2015:21;
Sadeli, 2011:20-21)
(a) Tanah (land), adalah harta kekayaan perusahaan
yang berupa tanah yang dipakai untuk
mendirikan gedung / bangunan tempat kegiatan /
operasi peru- sahaan
(b) Bangunan (building), adalah harta kekayaan
perusa- haan yang berupa bangunan untuk
kegiatan /operasi perusahaan.
(c) Kendaraan (delivery equipment), adalah harta
kekayaan perusahaan sebagai sarana angkutan
perusahaan.
(d) Peralatan, adalah kekayaan perusahaan yang
berupa barang yang digunakan untuk kegiatan
perusahaan dan tidak untuk dijual kembali.
(e) Aktiva tetap lain-lain.

Aktiva tetap tidak berwujud, terdiri dari :


(Purwiyanto, 2015:21-22)
(a) Merk Dagang, merupakan hak yang diberikan
oleh pemerintah untuk menggunakan cap, nama
atau lembaga usaha yang ada.
(b) Hak Paten, adalah hak perusahaan yang
diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan,
badan atau perorangan untuk memiliki hak atas
penemuan-penemuan baru.
(c) Goodwill, reputasi yang baik dan nama dagang
yang dikenal baik.
(d) Aktiva lain-lain, adalah harta kekayaan
perushaaan yang tidak bisa dikelompokkan ke
dalam aktiva lancar dan aktiva jangka panjang.

(2) Utang (kewajiban)


Utang adalah kewajiban finansial suatu
perusahaan yang harus diselesaikan atau dibayar
kepada pihak lain/ pihak ketiga dengan sejumlah
uang, barang atau jasa di masa yang akan datang
akibat dari transaksi di masa lalu. Utang di neraca
dapat menunjukkan bahwa sebagian dari harta
kekayaan yang dimiliki perusahaan berasal dari
pinjaman kepada pihak lain di masa lalu. Utang
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: utang
lancar dan utang jangka panjang. (Purwiyanto,
2015:22; Rudianto, 2009:17)
Utang lancar (current liabilities) adalah suatu
kewajiban di keuangan perusahaan yang harus
dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun. Utang
lancar ini terdiri dari : (Purwiyanto, 2015:22; Sadeli,
2011:21)
(a) Utang dagang (account payable), yaitu utang
dagang /kewajiban yang timbul karena
perusahaan melakukan pembelian barang
dagang secara kredit.
(b) Utang biaya, adalah biaya-biaya yang
sebenarnya telah terjadi dan merupakan beban
pada periode akuntansi yang bersangkutan, akan
tetapi perusahaan belum melakukan
pembayaran.
(c) Utang jangka panjang yang telah jatuh tempo.
 Utang lain-lain
Utang jangka panjang (long term liabilities)
adalah kewajiban keuangan di perusahaan pada
pihak ketiga yang harus diselesai- kan dalam jangka
waktu pembayarannya lebih dari 1 tahun. Yang
termasuk utang jangka panjang antara lain:
(Purwiyanto, 2015:22; Sadeli, 2011:21)
(a) Wesel bayar jangka panjang.
(b) Utang hipotek (mortgage payable).
(c) Utang obligasi (bond payable).
(d) Utang jangka panjang lainnya.
(e) Utang sewa, adalah kewajiban karena
perusahaan melakukan transaksi sewa dengan
pihak ketiga tetapi perusahaan belum
membayarnya.

(3) Modal
Modal (equity) dapat diartikan sebagai
uang/barang yang digunakan untuk memulai sebuah
usaha. Modal adalah harta kekayaan yang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan kedalam
perusahaan yang dimilikinya. Selain itu, modal
merupakan hak milik atas perusahaan atau sisa hak
setelah mengurangi aktiva dengan kewajiban. Di
dalam perusahaan perseorangan yang termasuk
modal hanyalah modal pribadi. Sedangkan dalam
perseroan terbatas yang termasuk dalam modal ,
antara lain: (Purwiyanto, 2015:22; Rudianto,
2009:17; Sadeli, 2011:21)
(a) Modal saham.
(b) Laba yang ditahan.
(c) Cadangan.

Berikut ini diberikan contoh bentuk modal dari


beberapa jenis badan usaha : (Purwiyanto, 2015:22)
Gambar 2.4 Bentuk Modal

(Sumber : Purwiyanto, 2015:23)

b) Bentuk Neraca
Bentuk susunan neraca yang konvensional dan
lazim yang digunakan dalam suatu perusahaan :
(Purwiyanto, 2015:23-24; Rudianto, 2009:17; Sadeli,
2011:21-22)
(1) Bentuk horizontal/ Scontro/ Bentuk T
Bentuk horizontal atau Scontro dapat disebut
juga dengan bentuk T, karena bentuknya sama
dengan huruf T yang mempunyai 2 sisi, yaitu sisi
disebelah kiri susunan aktiva atau harta perusahaan
yang biasa disebut dengan debet dan di sebelah
kanan pasiva (utang dan modal) yang biasa disebut
dengan kredit.
(2) Bentuk vertikal/ laporan/ Stafell
Bentuk vertikal biasa disebut juga dengan
bentuk laporan yang menunjukkan urutannya dari
atas ke bawah. Maksud- nya, menyusun aktiva dan
pasiva dalam urutan dari atas kebawah. Jadi posisi
aktiva diatas kemudian dibawahnya diikuti dengan
utang dan modal.

Berikut ini diberikan contoh gambar dari laporan


neraca, sebagai berikut:
(1) Bentuk Horizontal/ Scontro/ Bentuk T
Gambar 2.5 Laporan Neraca Bentuk
Horizontal/Scontro/ Bentuk T

(Sumber : Rudianto, 2009:16)


(2) Bentuk Vertikal/ Stafell/ Laporan
(3) Gambar 2.6 Laporan Neraca bentuk
Vertikal/Stafell/Laporan

(Sumber : Purwiyanto, 2015:24)

c) Penyusunan Laporan Neraca


Penyusunan dalam laporan neraca suatu perusahaan
adalah : datanya disusun, diambil dari kolom Neraca,
sedangkan modal diambil dari laporan perubahan
ekuitas atau hasil pengurangan harta denga utang.
(Sirait, 2014:125)
2) Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah salah satu laporan yang
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
selama periode tertentu, biasanya selama satu kuartal, satu
semester atau satu tahun. Laporan laba rugi
menggambarkan profitabilitas operasi perusahaan yang
tercermin pada pendapatan dan biaya (laba yang dihasilkan)
perusahaan. (Purwiyanto, 2015:16)
Laporan laba rugi, menunjukkan kondisi suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan
laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau
periode tertentu yang berguna untuk mengetahui atas
jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang
talah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan
dalam keadaan laba atau rugi. (Kasmir, 2009:69)
Laporan Rugi Laba adalah suatu laporan yang
memberikan informasi kinerja perusahaan menjalankan
operasinya dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini pada
hakekatnya melaporkan pendapatan dan beban serta
laba/rugi perusahaan selama periode tertentu. (Sirait,
2014:20)
Laporan Laba/ Rugi (Income Statement) adalah suatu
laporan di perusahaan yang dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun. (Rudianto,
2009:15)
Laporan Rugi/ Laba adalah suatu daftar di suatu
perusahaan yang dapat memuat ikhtisar tentang
penghasilan, biaya, serta hasil neto dari suatu perusahaan
pada suatu periode waktu tertentu. (Sadeli, 2011:24)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa laporan laba rugi merupakan suatu
laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan dengan
menunjukkan ikhtisar tentang penghasilan, biaya, serta hasil
neto dan mengukur kinerja keuangan perusahaan selama
periode tertentu.
a) Unsur-unsur di dalam Laporan Laba/ Rugi
Laporan Laba/ Rugi merupakan laporan keuangan di
suatu perusahaan yang utama di samping neraca, dapat
memberikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan dari kegiatan operasi perusahaan selama satu
periode waktu tertentu. Secara umum laporan laba rugi
terdiri dari dua unsur yaitu, unsur pendapatan atau
penghasilan dan unsur beban atau biaya. (Rudianto,
2009: 15-16; Sadeli, 2011:24)

(1) Pendapatan/ Penghasilan


Pendapatan atau penghasilan adalah penerimaan
pendapa- tan/ dana akibat dari penyerahan barang
atau jasa atas penjualan produk perusahaan dalam
rangka menjalankan kegiatan usaha untuk mencapai
tujuan perusahaan.
(2) Biaya/ Beban
Biaya/ beban adalah pengeluaran atau
pengorbanan ekono- mis yang dilakukan oleh suatu
perusahaan akibat digunakan- nya sumber dana
dalam rangka memperoleh barang dan jasa yang
dapat digunakan di dalam usaha normal perusahaan.

Selisih penghasilan yang diterima oleh perusahaan


dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut, merupakan pendapatan
bersih perusahaan, atau dapat dikenal dengan istilah
rugi/ laba perusahaan. Dapat dikatakan laba, apabila
penghasilan melebihi atau lebih besar dari biaya-biaya
yang ada di perusahaan, sedangkan dalam keadaan
sebaliknya dapat disebut dengan rugi. (Sadeli, 2011:24)

b) Bentuk Laporan Rugi/ Laba


Bentuk laporan rugi/ laba yang sering digunakan di
perusahaan ada dua macam, yaitu bentuk langkah
tunggal (single step) dan bentuk langkah majemuk
(multiple step). (Sadeli, 2011:24)
(1) Bentuk Tunggal (Single Step)
Laporan rugi/ laba bentuk tunggal adalah
laporan rugi/ laba yang dapat menggabungkan
penghasilan-penghasilan menjadi satu kelompok
dan menggabungkan biaya-biaya pada kelompok
lain. Sehingga untuk menghitung rugi/ laba bersih
perusahaan hanya memerlukan satu langkah tunggal
yaitu total penghasilan dikurangi dengan total biaya.
(Sadeli, 2011:24)
Dalam laporan rugi/ laba perusahaan dengan
bentuk ini, hanya dikenal dengan satu jenis laba
yaitu laba bersih sesudah pajak. Dengan demikian,
isi dalam laporan rugi/ laba perusahaan hanya terdiri
dari dua bagian yaitu sebagai berikut: (Sadeli,
2011:24-25)
(a) Penghasilan-penghasilan:
 Penjualan atas barang/ jasa tertentu.
 Penghasilan lain-lain.
(b) Biaya-biaya:
 Harga pokok penjualan atas barang/ jasa.
 Biaya usaha
 Biaya di luar usaha.

Berikut ini disajikan contoh gambar laporan


rugi/ laba bentuk tunggal (single step)
Gambar 2.7 Laporan Rugi/ Laba Bentuk Tunggal
(Sumber : Sadeli, 2011:25)

(2) Bentuk Majemuk (Multiple Step)


Laporan rugi/ laba bentuk majemuk adalah
laporan rugi/ laba perusahaan yang dapat disusun
dengan mengelompokkan penghasilan dan biaya
dalam beberapa bagian yang sesuai dengan prinsip-
prinsip penyusunan laporan rugi/ laba. Bentuk ini
banyak digunakan oleh orang atau badan usaha,
karena dapat memberikan informasi yang lengkap
untuk kepentingan dalam analisis laporan keuangan.
(Sadeli, 2011:25)
Berikut ini disajikan contoh gambar laporan
rugi/ laba bentuk majemuk (multiple step)
Gambar 2.8 Laporan Rugi/ Laba Bentuk Majemuk

(Sumber : Sadeli, 2011:26)


Di dalam laporan rugi/ laba bentuk majemuk
terdapat empat bagian pokok, yaitu : (Sadeli, 2011:27)
(a) Bagian pertama
Bagian pertama dapat menunjukkan penghasilan
yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan, yaitu
dapat berupa penjualan barang/ jasa, diikuti dengan
harga pokok penjualan atas barang/ jasa, sehingga
dapat diperoleh laba kotor perusahaan tersebut.
(b) Bagian kedua
Bagian kedua dapat menunjukkan biaya-biaya usaha
yang terdiri dari :
 Biaya penjualan.
 Biaya umum dan administrasi.
Apabila bagian pertama dikurangi dengan bagian
kedua akan menghasilkan laba usaha.
(c) Bagian ketiga
Bagian ketiga dapat menunjukkan penghasilan lain-
lain dan biaya lain-lain yang bukan berasal dari
kegiatan usaha pokok, namun yang sering terjadi
dalam kegiatan perusahaan.
(d) Bagian keempat
Bagian keempat dapat menunjukkan laba atau rugi
insidentil, sehingga sesudah bagian ini diperhitung-
kan maka akan diperoleh laba bersih sebelum kena
pajak.
c) Penyusunan Laporan Laba Rugi
Penyusunan laporan laba rugi dalam laporan
keuanganmeliputi :datanya disusun dari kolom Nama
Rekening yang nilainya ada pada kolom Ikhtisar Laba
Rugi. Debet berarti beban atau kerugian, sebaliknya
kredit merupakan pedapatan atau keuntungan dari suatu
perusahaan. (Sirait, 2014:124)

3) Laporan Perubahan Modal


Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners
Equity Exchange) menggambarkan perubahan ekuitas dari
awal hingga akhir periode. Pada perusahaan perseorangan
elemen yang merubah ekuitas seperti investasi, tambahan,
laba bersih, dan pengambilan pribadi yang dilakukan oleh
pemilik perusahaan. (Sirait, 2014:31)
Laporan perubahan modal, merupakan laporan yang
menggam- barkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan
saat ini. Laporan ini juga menunjukkan perubahan modal
serta sebab-sebab berubahnya modal. (Kasmir, 2009:70)
Laporan perubahan modal merupakan perbandingan
antara investasi perusahaan yang semula pada awal periode
dengan modal yang dilaporkan dalam daftar neraca pada
akhir periode, dan menyatakan suatu perubahan modal.
(Sadeli, 2011:27)
Laporan perubahan modal (Statement of Owners Equity)
adalah suatu laporan yang menunjukkan perubahan modal
pemilik perusahaan atau laba yang tidak dibagikan dalam
suatu periode akuntansi akibat dari transaksi usaha selama
periode waktu tertentu. (Rudianto, 2009:16)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa laporan perubahan modal merupakan suatu daftar
atau laporan yang menjelasakan/ menggambarkan
perubahan modal yang dimiliki perusahaan mulai dari awal
hingga akhir periode.
a) Unsur-unsur di dalam Laporan Perubahan Modal
Secara umum, pada sebuah perusahaan
perseorangan laporan perubahan modal terdiri dari
unsur modal, laba usaha, dan prive. Modal awal
perusahaan jika ditambah dengan laba usaha pada
periode tersebut, dikurangi dengan prive yang dilakukan
pemilik perusahaan, nantinya akan menghasilkan modal
pada akhir periode. (Rudianto, 2009:16)
(1) Modal adalah harta kekayaan yang ditanamkan oleh
pemilik perusahaan ke dalam perusahaan yang
dimilikinya.
(2) Laba Usaha adalah selisih antara pendapatan yang
diperoleh perusahaan pada suatu periode waktu
tertentu dengan beban usaha yang dikeluarkannya
pada periode waktu tersebut.
(3) Prive adalah pengambilan uang perusahaan yang
dilakukan oleh pemilik usaha untuk kepentingan
pribadi.

Berikut ini akan disajikan contoh gambar Laporan


perubahan modal :
Gambar 2.9 Laporan Perubahan Modal

(Sumber : Rudianto, 2009:16)

b) Penyusunan dalam Laporan Perubahan Modal


Penyusunan dalam laporan perubahan modal dalam
laporan keuangan, meliputi : datanya disusun, diambil
dari modal awal pada kolom neraca, laba bersih dari
laporan laba rugi, atau neraca sisa laba rugi dan prive
dalam Neraca. (Sirait, 2014:125)

Anda mungkin juga menyukai