Anda di halaman 1dari 34

KARATERISTIK NYERI KEPALA PRIMER (MIGREN DAN NYERI KEPALA

TIPE TEGANG) PADA MAHASISWA PREKLINIK DI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2018

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Diusulkan oleh :

Helga Kurniawati Tandungan C011171397


Andreza C011171501
Syaifah Yulita Rezkya Sudirman C011171502

Dosen Pembimbing :

Dr. dr. Rina Masadah, Sp. PA, M. Phil.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENGESAHAN PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Karateristik Nyeri Kepala Primer (Nyeri Kepala


Tipe Migren dan Tegang) pada Mahasiswa
Preklinik Fakultas Kedokteran Angkatan 2018.
2. Bidang Kegiatan : Proposal Penelitian
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Andreza
b. NIM : C011171501
c. Jurusan : Pendidikan Dokter
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Hasanuddin
e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jl. Sahabat III, No 48B
f. Email : andrezafauzialghifary@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan /Penulis : 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. dr. Rina Masadah, Sp.PA. M.Phil.
b. NIDN : 0027046604
c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jl. Monginsidi

Sumber Biaya Kegiatan Total


a. Kemristekdikti : Rp.-
b. Sumber lain (sebutkan....) : Rp.-
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : November 2018 – Februari 2018

Makassar, 27 November 2018

Dr. dr. Rina Masadah, Sp.PA. M.Phil.


KARATERISTIK NYERI KEPALA PRIMER (MIGREN DAN NYERI KEPALA
TIPE TEGANG) PADA MAHASISWA PREKLINIK DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN ANGKATAN 2018

ABSTRAK

Nyeri kepala bisa menjadi salah satu symptom untuk penyakit yang berbahaya dimana
memerlukan perawatan seumur hidup, akan tetapi kebanyakan kasus yang di dapat adalah
nyeri kepala primer seperti migren dan nyeri kepala tipe tegang (NKTT). Migren dan NKTT
merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh mhasiswa terutaanya
mahasiswa kedokteran yang sering kali dicetuskan oleh faktor psikis, fisik dan makanan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik nyeri kepala primer (migren dan
NKTT) pada mahasiswa preklinik di fakultas kedokteran Univesitas Hasanuddin tahun 2018.
Jenis penelitian yang akan igunakan adalah deskriptif dengan metode cross sectionaldan
menggunakan data primer melalui data yang dikumpul dari kuestioner. Sampel adalah semua
populasi terjangkau dan subyek terpilih. Subyek terpilih adalah mereka yan meemnuhi
kriteria inklusi sehingga diangga mewakili teman-temannya.

Kata kunci: Karateristik penderita migren dan NKTT.


DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................ i
PENGESAHAN PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN .................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nyeri Kepala .............................................................................. 4
2.2 Epidemiologi ................................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala .............................................................................. 5
2.4 Klasifikasi Nyeri Kepal Primer ................................................................... 5
2.5 Patofisiologi ................................................................................................... 6
2.6 Faktor Risiko ................................................................................................. 7
2.7 Gambaran Klinis .......................................................................................... 9
2.8 Kriteria Diagnostik ....................................................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 14
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 14
3.3 Populasi dan Sampul .................................................................................... 14
3.4 Menejemen Penelitian .................................................................................. 15
3.5 Kriteria Sampel ............................................................................................. 16
3.6 Kerangka Teori ............................................................................................. 16
3.7 Kerangka Konsep ......................................................................................... 17
3.8 Definisi Operasional ..................................................................................... 18
3.9 Instrumen Penelitian .................................................................................... 20
3.10 Alur Penelitian ............................................................................................ 20
BAB IV: BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya ............................................................................................ 21
4.2 Jadwal Kegiatan............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23
LAMPIRAN....................................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan prevelensi hampir 90%, nyeri kepala merupakan salah satu alasan yang paling
sering untuk seseorang individu datang ke dokter maupun neurologis. Nyeri kepala bisa
menjadi salah satu simptom untuk penyakit yang berbahaya dimana memerlukan
perawatan seumur hidup, akan tetapi kebanyak kasus yang di dapat adalah nyeri kepala
primer seperti migren dan nyeri kepala tipe tegang (NKTT) (Jensen & Stovner, 2008).
Nyeri kepala nerada pada ranking sepuluh teratas dalam kejadian disabling disorder
untuk jenis kelamin laki-laki maupun wanita. NKTT termasuk dalam lima common
disorder bagi wanita, dan rangking pertama disabling disorder menurut WHO (Jensen &
Stovner, 2008). Walaupun NKTT merupakan nyeri kepala yang paling sering ditemukan,
tetapi masih kurang mendapat perhatian dari pihak kesehatan, peneliti, maupun industri
farmakologis sebaliknya pada migren. Hal ini juga disebabkan rata-rata pasien dengan
NKTT tidak datang konsul ke dokter bahkan mereka memilih untuk konsumsi over-the-
counter (Fumal & Schoenen, 2008).
Berdasarkan penelitian Kim. et. al, (2012) di korea, didapatkan kasus migren tiga kali
lebih sering pada wanita (9,2%) berbanding laki-laki (2%). Prevalensi ini paling tingg
pada wanita umur 40-49 tahun manakala umur 19-29 tahun bagi laki-laki. Manakala pada
penelitian oleh Stovner et al, (2007) mengatakan bahwa prevalensi migren paling tinggi
pada peringkat umur dewasa.
Migren dan NKTT merupakan masalah kesehatan uang paling sering dialami oleh
mahasiswa terutamanya mahasiswa kedokteran. Hal ini terjadi atas beberapa faktor
misalnya lama tidur yang mencukupi ekoran terlalu banyak tugasan yang selalu
diselesaikan ditambah lagi dengan ujian-ujian semester. Selain itu, faktor berjauhan
dengan keluarga juga bisa menyebabkan mahasiswa sering sakit kepala terutama pada
mahasiswa yang berasal dari luar negara. Dapat dilihat apabila mereka terpaksa
mengururskan diri sendiri segi bermacam hal sehingga terpaksa memilih untuk membeli
makanan dari luar serta makanan cepat saji seperti indomie, KFC, bakso, kopi dan lain-
lain sebagai makanan rutin harian. Kebanyakan jenis makanan ini mengandung MSG
yang mana merupakan faktor pencetus kepala migren dan NKTT.
Kesemua masalah di atas dapat mempengaruhi prestasi akademik, kepribadian,
ingatan dan hubungan interpersonal mahasiswa diaman mereka tidak bisa hadir ke kuliah

1
dan menjalani aktivitas seharian apabila mendapat serangan migren. Namun begitu, hal ini
juga bergantung pada etiologi, frekuensi dan intensitas nyeri yang dialami.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun rumusan masalah yang ingin
diangkat adalah karakterisrtik nyeri kepala primer (migren dan nyeri kepala tipe tegang)
pada mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2018.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang
nyeri kepala primer (migren dan nyeri kepala tipe tegang) pada mahasiswa preklinik
di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi nyeri
kepala primer berdasarkan jenis nyeri kepala (tipe tegang, migren aura, migren tanpa
aura), jenis kelamin, umur, golongan darah, nyeri, dan gejala penyerta.

1.4 Manfaat Penelitian


Diharapkan hasil penelitian ini dapat:
1.4.1 Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan yang tepat dan benar kepada
penderita dengan keluhan nyeri kepala.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan keluarga dan masyarakat terutama orang yang tiggal serumah dengan
kita tentang gambaran karateristik nyeri kepala dan beberapa factor resiko yang
bisa harus dihindari.
c. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan tentang gambaran nyeri kepala primer dan
mengetahui faktor pencetus terjadinya nyeri kepala primer sehingga mahasiswa
dapat melakukan upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari nyeri kepala yang
berlanjutan.

2
1.4.2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman yang berguna bagi peneliti
dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait nyeri kepala.
b. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
mengenai karateristik nyeri kepala berdasarkan factor-faktor pencetusnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nyeri Kepala


Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa yang tidak enak di seluruh daerah kepala
termasuk kulit kepala, wajah (termasuk daerah orbitotemporal), dan interior dari kepala
(Silberstein, 2011).
Yang dikatakan sebagai nyeri kepala primer adalah suatu nyeri di daerah kepala tanpa
disertai adanya penyebab struktural organik (Sjahrir, 2004). Berdasarka Klasifikasi
Internasional Nyeri Kepala Edisi ke-3 dari Internasional headache Societty (IHS) yang
terbaru tahun 2013, nyeri kepala primer terbagi kepada empat subtipe yaitu Migraine;
Tension-type Headache; Trigeminal automatic cahalalgias (termasuk tipe kluster) dan
othe primary headache disorders.
Berdasarkan Konsensus Nasional IV PERDOSSI, migren adalah nyeri kepala yang
paroksismal, biasanya unilateral, berdenyut, bersifat familial, serangan berakhir dalam
waktu4-72 jam disertai gejala mual/muntah atau fotofobia/fonofobia dimana dapat
didahului oleh aura.
Manakala nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan nyeri kepala yang timbul
karena kontraksi otot-otot kepala dan tengkuk secara terus menerus (Nuartha, 2005).
Menurut Internasional Headache Society (IHS) 2004, nyeri kepala tipe tegang adalah
nyeri kepala yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa hari dimana nyeri
yang dirasakan, bilateral, menekan atau mengikat dengan intensitas nyeri ringan sampai
sedang. Juga tidak dirasakan mual/muntah serta nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik
turun.

2.2 Epidemiologi
Prevalensi nyeri kepala secara global di kalangan orang dewasa menunjukan
persentase migren >10%, nyeri kepala tipe tegang 40%, dan chronic daily headache
(CDH) 3%. Walaupun NKTT secara umumnya kurang membahayakan berbanding
migren, tetapi disebabkan prevalensinya yang tinggi menyebabkan nyeri kepala tipe
tegang dilihat lebih berbahay berbanding migren.
Berdasarkan penelitian lain, didapati prevalensi penderita NKTT adalah sebanyak
79% dengan 3% daripada penderita tersebutt mengalami NKTT kronik. Secara umumnya,
nyeri kepala banyak ditemukan pada usia muda dengan kasus migren dan NKTT paling

4
sering pada remaja sedangkan CDH lebih sering ditemukan pada usia dewasa (Stovner, et
al, 2007).

2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala


Berdasarkan klasifikasi interasional nyeri kepala edisi ke-2 dari internasional
headache society (IHS) yang terbaru tahun 2013, nyeri kepala terbagi atas dua yaitu nyeri
kepala primer dan sekunder. Berikut merupakan subtipe dari masng-masing nyeri kepala.
2.3.1 Nyeri kepala primer
a. Migren
b. Nyeri kepala tipe tegang (NKTT)
c. Nyeri kepala klaster dan selfalalgia trigeminal-otonomik yang lainnya.
d. Nyeri kepala primer yang lainnya
2.3.2 Nyeri kepala sekunder
a. Nyeri kepala yang bersangkutan dengan trauma kepala atau leher
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikalis
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan suatu substansi atau proses withdrawal nya
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan nonvaskular
g. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan cranium, leher, mata, telinga,
hidung, sinus, gigi, mulut, atau strukturfasial atau kranial lainnya.

2.4 Klasifikasi Nyeri Kepala Primer


Berikut merupakan klasifikasi nyeri kepala primer berdasarkan klasifikasi
internasional nyeri kepala edisi ke-2 dan kode ICD-10NA2004:
2.4.1 Migren
a. Migren tanpa aura
b. Migren dengan aura
c. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi precursor migren
d. Migren retinal
e. Komplikasi migren
f. Probable migren
2.4.2 Nyeri kepala tipe tegang (NKTI)
a. Nyeri kepala tipe tegang episodic yang infrequent

5
b. Nyeri kepala tipe tegang episodic yang frequent
c. Nyeri kepala tipe tegang kronik
d. Probable nyeri kepala tipe tegang
2.4.3 Nyeri kepala klaster dan selfalagia Trigeminal-otonomik yang lainnya
a. Nyeri kepala klaster
b. Hemikrania paroksismal
c. Short-lasting unilateral neurogiform headache with conjunctival injection and
tearing
d. Probable sefalalgia trigeminal-otonomik
2.4.4 Nyeri kepala primer lainnya
a. Primary cough headache
b. Primary excertional headache
c. Primary headache associated with sexual activity
d. Primary thunderclap headache
e. External-pressure headache
f. Primary stabbing headache
g. Hypnic headache
h. New daily persistent headache (NDPH)

2.5 Patofisiologi
2.5.1 Migren
Secara umumnya, migren adalah proses sentral yang melibatkan kortikal melalui
cortical spreading depression (CSD) atau proses di batang otak (suharjanti, 2013). Pada
beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat paling awal
serangan migren di ketemukan adanya penurunan cerebral blood flow (CBF) yang di
mulai pada daerah oksipital dan meluas secara perlahan ke depan sebagai seperti suatu
gelombang dan dapat menyerang korteks dengan kecepatan 2-3 mm per menit. Hal ini
berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses hiperemia.
Pembulu darah vasodilatasi, aliran darah berkurang, kemudian terjadi reaktif
hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi saraf
menghasilkan gejala scintillating aura , kemudian aktifitas set saraf menurun
menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut suatu cortical spreading
depression (CSD). CSD menyebabkan hiperemia yang berlama didalam duramater, edema
neurogenik didalam meningens dan aktivasi neuronal didalam TNC (trigeminal nucleus

6
candalis) ipsilateral. Timblnya CSD dan aura migren tersebut mempunyai kontribusi pada
aktivasi trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya nyeri kepala. Pada serangan
migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada system trigeminovaskuler, dimana
terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peningkatan Ca sebagai
penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti misalnya 5-HT, bradykinine,
prostaglandin dan juga mengaktivasi enzim NOS. Proses tersebutlah sebagai penyebab
adanya penyebaran nyeri, allodynia dan hiperglasia padapenderita migren (Lauritzen et al.
2011)
2.5.2 Nyeri Kepala Tipe Tegang (NKTT)
Gejala yang menonjol pada penderita NKTT adalah nyeri tekan yang bertambah pada
palpasi jaringan miofasial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang
menjalar ke kepala mengakibtkatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri bertambah pada
daerah otot maupun tendon tempat insersinya (Widjaja).
Mekanisme miofasial perifer berperan penting pada NKTT episodic, sedangkan pada
NKTT kronis terjadi sensitisasi central nociceptive pathways dan inadequate endogenous
antinociceptive circuitry. Jadi mekanisme sentral berperan utama pada NKTT kronis.
Sensitisasi jalur nyeri (pain pathways) di sistem saraf pusat karena perpanjangan
rangsang nosiseptif (prolonged nociceptive stimuli) dari jaringan-jaringan miofasial
perikranial tampaknya bertanggung jawab untuk konversi NKTT episodik menjadi NKTT
kronis (Anurogo, 2014).

2.6 Faktor Resiko


2.6.1 Jenis kelamin
Migren dan NKTT lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dan rasio
perempuan ke laki-laki sangat bervariasi menurt umur. Prevalensi meningkat lebih cepat
pada anak perempuan selama masa remaja, diperkirakan karna onset menarche membuat
puncak insiden terlihat pada anak perempuan ketika usia ini.
Beberapa perempuan yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan
meningkat saat mensturasi bahkan ada diantaranya merasakan migren saat mensturasi.
Istilah menstrual migraine sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada
perempuan saat dua hari sebelum mensturasi dan sehari setelahnya. Hal ini terjadi
disebabkan penurunan kadar estrogen.

7
2.6.2 Kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga
tengah malam, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan migren dan NKTT.
Lamanya kebutuhan tidur adalah sangat bervariasi antara setiap orang dang sulit untuk
menilai berapa lama tidur yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi optimal.
Perubahan pola tidur seperti kurang tidur, bekerja berlebihan, dan sering tidur larut
malam hingga kelelahan dapat memicu migren. Tetapi sebaliknya, tidur lebih lama dari
biasanya atau berbaring sejenak ditempat tidur, juga erkadang bias menimbulkan sakit
kepala pada sebagian orang (Liulfa, Nahariani, & Ali Affandi). Pada suatu penelitian
mebuktikan bahwa kurang tidur dari 6 jam dapat menyebabkan defisit kognitif (Lance JW,
1993). Gangguan tidur yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri kepala umumnya terjadi
pada obstructive sleep opnea (Liulfa, Nahariani, & Ali Affandi).
2.6.3 Stress/depresi
Depresi menyebabkan pelepasan serotonin dari platlet, selama serangan migren terjadi
penurunan turnover serotonin sehingga terjadi vasodilitasi pembuluh darah kranial yang
menyebabkan peningkatan aliran darah otak dan menimbulkan pulsasi pada setiap
denyutan jantung sehingga terjadi nyeri kepala berdenyut.
2.6.4 Makanan
Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan
pada wajah, berkeringat dan bedebar-debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Fenomena ini disebut Chinese Restaurant Syndrome. Aspartame atau pemanis buatan
pada minuman diet dan makana ringan dapat menjadi pencetus migren jika dimakan
dalam jangka waktu yang lama dan jumlah yang besar (Arora & Kaur, 2008).
Kafein dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga namun
apabila diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebbkan gangguan tidur, cepat marah,
cemas dan sakit kepala. Kafein banyak terkandung dalam produk makanan seperti
minuman ringan, kopi, the dan coklat. Kafien maka efek yang terjadi adalah vasodilatasi
pada pembuluh darah kranial. Hal ini akan meningkatkan aliran darah ke otak seterusnya
menyebabkan nyeri kepala (Arora & Kaur, 2008).
2.6.5 Cuaca persekitaran
Suatu penilitian melaporkan bahwa 46% yang mendapat migren, dipicu selama bulan-
bulan terpanas (Februari – Mei) dan 38% yang tersisa mengalami serangan migren pada
musim kering. Didapatkan juga bahwa cuaca panas memiliki presentase yang
tertinggi memicu kepada serangan migren (Timothy SY, et al., 2011).

8
Berdasarkan penelitian sebelumnya, cuaca yang terlalu sejuk dan cuaca yang terlalu
panas bias menyebabkan terjadinya nyeri kepala. Akan tetapi peratus kasus migren lebih
banyak ditemukan pada keadaan cuaca yang terlampau panas. Peparan terhadap suhu yang
rendah secara terus menerus bisa menyebabkan frostbite yang akan mengakibatkan
migren dan nyeri kepala. Dengan adanya positive ions, carbonmonoxide, ozone,
sulphodioxide, dan nitrogen dioxide di udara aka mengubah arteri serebral untuk
menimbulkan serangan migren (Timothy SY , et al., 2011).

2.7 Gambaran Klinis


Nyeri kepala tipe tegang dirasakan di kedua sisi kepala sebagai nyeri tumpul yang
menetap atau konstan, dengan intensitas bervariasi dan juga melibatkan nyeri pada leher.
Terkadang nyeri kepala ini dideskripsikan seperti ikatan kuat di sekitar kepala. Terdapat
kualitas nyeri yang khas untuk nyeri kepala tipe tegang ini, yaitu menekan, mengikat dan
tidak berdenyut. Kebiasaannya, nyeri kepala tipe tegang berlangsung selama 30 menit
hingga 1 minggu penuh minimal 10 kali, dan kurang dari 180 kali dalam setahun. Pada
nyeri kepala ini, tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi.
Penderita juga akan mengalami fotofobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat
terpapar cahaya) dan fonofobia (rasa kurang nyaman dengan rangsanagan suara) (Akhbar
2010 & Anurogo 2014).
Manifestasi klinis untuk migren dibagi atas emat fase; yaitu fase prodromal, aura,
nyeri kepala dan resolusi. Gejala migren bervariasi ada yang disertai fase prodromal da
nada yang tidak. Ditemukan 80% penderita migren mengalami fase prodromal yang
muncul dalam 1 – 24 jam dengan gambaran klinis berupa iritabilitas, eksibilitas, hiperaktif
atau depresi. Antara lain gejala awal adalah hipoaktif, keinginan makan, menguap
berulang-ulang, kaku leher dan lain-lain. Semua gejala prodromal ini menunjukkan
adanya keterlibatan sistem saraf sentral dalam serangan migren.
Fase aura didapatkan pada 15% - 20% penderita migren yang tipikalnya berlangsung
salama 5 – 60 menit. 90% dari fase aura ini merupakan aura visual dan selebihnya adalah
gangguan sensoris maupun gangguan bicara. Pada migren, munculnya nyeri kepala adalah
beberapa menit setelah aura hilang. Saat ini kepala terasa seperti ditekan, tertikam,
kemudian berdenyut yang lazimnya di sekitar dahi dan pelipis, sekitar mata, kemudian
berkembang dan menyebar pada satu sisi kepala yang sama. Terdapat beberapa gejala
penyerta yang penting saat serangan migren, yaitu anoreksia, mual dan atau muntah.
Selain itu, penderita juga akan mengalami gangguan persepsi visual berlebihan berupa

9
fotofobia, fonofobia dan tidak suka akan bau-bauan. Malah mereka lebih memilih ruangan
yang gelap dan tenang (Anurogo 2012 & Suharjanti 2013).

2.8 Kriteria Diagnostik


Kriteria diagnostic migrean dan NKTT diambil berdasarkan kriteria dari The
Internasional Headache Society (HIS).

Kriteria migren tanpa aura

Nyeri kepala berulang dengan menifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri
kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat, bertambah berat dengan aktivitas
fisik yang rutin diikuti nausea, dan atau fotofobia maupun fonofobia.
Kriteria Diagnostik :
1. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
2. Sekurang-kurangnya nyeri kepala berlangsung 4 hingga 72 jam (belum diobati atau
sudah diobati akan tetapi belum berhasil).
3. Nyeri kepala mempunyai setidaknya 2 dari karakteristik berikut :
a. Lokasinya satu sisi (unilateral)
b.Lokasinya berdenyut (pulsating)
c. Intensitas nyeri sedang atau berat.
d.Keadaan diperberat oleh aktivitas fisik atau di luar kebiasaan aktivitas fisik/rutin
(misalnya berjalan atau naik tangga)
4. Selama nyeri kepala disertai satu hal berikut ini :
a. Mual dan/atau muntah
b.Fotofobia dan fonofobia
5. Tidak berhubungan dengan gangguan/penyakit lain.

10
Kriteria migren dengan aura

Suatu serangan nyeri kepala berulang yang didahului gejala neurologi fokal yang
reversible secara bertahap selama 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
Gambaran nyeri kepala yang menyerupai migren tanpa aura biasanya timbul sesudah
gejala aura.
Kriteria Diagnostik
1. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B
2. Adanya aura yang terdiri atas paling sedikit satu dari dibawah ini akan tetapi tidak
dijumpai kelemahan motoric
a. Gangguan visual yang reversible dengan gejala positif (cahaya yang berkedip-kedip,
bintik-bintik atau garis-garis) dan/atau gejala negative (hilangnya penglihatan)
b.Gangguan sensoris yang reversible dengan gejala positif (seperti tertusuk jarum) dan
atau gejala negative (rasa kebas)
c. Gangguan berbicara disfasia yang reversible
3. Paling sedikit dua dari dibawah ini
a. Gejala visual hononim dan/atau gejala sensoris unilateral
b.Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual >5 menit bisa dengan /atau
disertai aura yang lainnya >5 menit
c. Setiap gejala berlangsung selama >5 menit dan <60 menit
4. Tidak berkaitan dengan penyakit yang lainnya.

Kriteria Nyeri Tipe Tegang Episodik yang Frequent

Nyeri kepala berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bilateral
atau meningkat, tidak berdenyut. Intensitas ringan atau sedang, tidak bertambah berat
dengan aktivitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah, tetapi mungkin terdapat
fotofobia/fonofobia.
Kriteria Diagnostik :
1. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 haribulan selama paling tidak 3
bulan (12-180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D.
2. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari.
3. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik berikut :
a. Lokasinya bilateral

11
b.Menekan/mengikat (tidak berdenyut)
c. Intensitas ringan atau sedang
d.Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga.
4. Tidak didapatkan :
a. Mual atau muntah (bias anoreksia)
b.Fotofobia dan fonofobia secara bersamaan
5. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Migren
Pada pengobatan migren terdapat dua pendekatan yaitu secara farmakologik dan
nonfarmakologik. Tetapi non farmakologik adalah dengan menghindari faktor
pencetus nyeri seperti perubahan pola tidur, makanan, stress, cahaya terang,
perubahan cuaca, sera berada di tempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat
udara.
Manakala pendekatan farmakologik dilakukan dengan dua cara mengkonsumsi
obat, yaitu cara abortif (bila nyeri kepala timbul) dan cara profilaksis. Terapi abortif
dapat diaplikaiskan paa serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang
berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik, OTCs (Over The
Counters), NSAIDs (oral). Apabila tidak respon terhadap analgetik atau NSAIDs
dapat dipakai obat spesifik seperti Triptans, Dihidroergotamin (DHE) dan obat
golongan ergotamin.
Tujuan terapi profilaksis migren adalah untuk 1) mengurangi frekuensi berat dan
lama serangan 2) meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan akut 3)
meningkatkan fungsi aktifitas sehari-hari serta mengurangi disabilitas mencegah
penggunaan analgesic berlebihan dan transformasi menjadi chronic daily headache
5) mengurangi biaya pengobatan. Obat-obat profilaksis migren yang memiliki
efikasi dan tolerabilitas meliputi betabloker, calcium channel blocker, antiepilepsi,
NSAIDs dan antidepresan. Akan tetapi penggunaan obat-obat ini lebih berdasarkan
kepada data empiris dari pada bukti konsep patofisiologi.
2.9.2 Nyeri Kepala Tipe Tegang (NKTT)
Tujuan penatalaksanaan NKTT adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri
kepala dan menyempurnakan respons terhadap terapi abortif. Tetapi NKTT meliputi
modifikasi gaya hidup untuk mengurangi kekambuhan nyeri kepala, modalitas terapi

12
non farmakologis, dan terapi farmakologis akut maupun profilaksis. Pendekatan
terapi non farmakologis untuk NKTT termasuk 1) control diet 2) terapi fisik 3)
hindari pemakaian harian obat analgetik sedative dan ergotamine 4) Terapi behavior.
Manakala untuk terapi farmakologis dan NKTT pada serangan akut dimana tidak
boleh lebih dari 2 minggu dapat diberikan 1) analgetik, 2) kafein (analgetik ajuvan)
65 mg, 3) kombinasi obat : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

Ibuprofen 400mg + kafein 200mg

Ibuprofen 400mg = ketoprofen 50mg

Ibuprofen 400mg = ketoprofen 50mg


= naproxen 275mg

Aspirin/ parasetamol 500-1000mg + kafein

Aspirin 500-1000mg = parasetamol 500-1000mg

13
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross
sectional dan menggunakan data primer melalui data yang dikumpul dari kuestioner.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik nyeri kepala primer (nyeri
kepala tipe migren dan tegang) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2018.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2018.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada November 2018 – Februari
2019.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi preklinik Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2018 yang mempunyai riwayat
menderita migren dan NKTT.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua populasi terjangkau
dan subyek terpilih. Subyek terpilih adalah mereka yang memenuhi kriteria inklusi
sehingga danggap mewakili populasi terjangkau dan tidak termasuk dalam kriteria
eksklusi.
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin
(Syaifa, 2002). Proses pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak
(nonprobability sampling) dengan teknik kuota sampling, yaitu cara pengambilan
sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah
ditentukan. Ciri-ciri yang di maksud disini adalah mahasiswa/mahasiswi preklinik

14
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang mempunyai riwayat menderita
migren dan NKTT pada saat peneliti melakukan pengumpulan data.

N
A
1 + N (d2)

Keterangan :
n = jumlah sampel
N =jumlah populasi (178 orang mahasiswa)
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.1)
Maka besar sampel dalam penelitian ini minimum sebanyak 64 subyek.

3.4 Manajemen Penelitian


3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini peniliti akan mengumpulkan data primer yang diperoleh
langsung dari responden. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengisisan
kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang merangkum pertanysaan tentang nyeri
kepala primer serta factor pencetusnya dan beberap data demografik mahasiswa.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Kuesioner Bagian A – berisi formulir persetujuan setelah penjelasan
2. Kuesioner Bagian B – berisi identitas responden
3. Kuesioner Bagian C – berisi kriteria penentuan diagnosis Nyeri Kepala Primer
3.4.2 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah penginputan data primer yang dibutuhkan ke
dalam table observasi engan menggunakan program Microsoft Excel dan Microsoft
Word.
3.4.3 Teknik Penyajian Data
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk table atau grafik yng disertai
narasi untuk memperlihatkan karateristik nyeri kepala primer (migren dan neri
kepala tipe tegang) pada mahasiswa di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

15
3.5 Kriteria Sampel
3.5.1 Kriteria inklusi
a) Mahasiswa preklinik di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
b) Mahasiswa yang memenuhi kriteria diagnostik migren dan nyeri kepala tipe
tegang
3.5.2 Kriteria eksklusi
a) Mahasiswa yang ada riwayat cedar/trauma kepala.
b) Mahasiswa dengan kelainan vascular kranial atau servikal.
c) Mahasiswa yang nyeri kepalayang berkaitan dengan infeksi.
d) Mahasiswa dengan nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan cranium,
servikal, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur fasial/kranial
lainnya.

3.6 Kerangka Teori

FAKTOR
PENCETUS

Kurang
tidur

Despresi/ GEJALA KLINIS


stress

Cuaca
Kriteria
Makanan diagnostik

Menstruasi

NYERI
KEPALA

Migren NKTT Dan lain-lain

Aura

Non-Aura

16
3.7 Kerangka Konsep

Mahasiswa

 Jenis Kelamin
 Umur
 Golongan darah
 IMT
 Derajat nyeri
 Gejala Penyerta

 Ada riwayat cedera kepala


 Kelainan vascular kranial/servikal
 Nyeri kepala berkaitan infeksi
 Nyeri kepala berkaitan kelainan
cranium, leher, mata, telinga, hidung,
sinus, gigi, mulut dan faisal

Nyeri Kepala
Primer

Nyeri Kepala Migren


Tipe Tegang

Tanpa Aura Aura

KETERANGAN :

VARIABLE DEPENDEN

VARIABLE INDEPENDEN

KRITERIA EKSLUSI

17
3.8 Definisi Operasional
3.8.1 Migren
a. Pengertian
Migren adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4 –
72 jang dengan karateristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas nyeri
sedang atau berat, bertambah dengan aktivitas fisik dan disertai dengan nausea
atau fotofobia/fonofobia.
b.Kriteria Objektif
Kriteria objektif : berdasarkan kriteria diagnostik dari International
Classification of Headache Society.
a) Sekurang-kurangnya 5 serangan
b) Nyeri kepala berlangsung 4 – 72 jam
c) Setidaknya mempunyai dua karakteristik berikut : lokasi unilateral, kualitas
berdenyut, derajat nyeri ringan atau sedang, dan diperberat dengan aktivitas
fisik/rutin.
d) Disertai dengan gejala penyerta seperti mual/muntah dan
fotophobia/fonophobia
e) Tidak berhubungan dengan gangguan/ penyakit lainnya.
3.8.2 Aura
Aura adalah gejala yang mendahului serangan migrain yaitu kelainan visual
sepert melihat bercak cahaya , garis-garis berwarna , penglihatan kabur, halusinasi
sosial serta gangguan sesorik yang secara umunya timbul beberapa menit dan paling
lama sekitar 10 menit.
3.8.3 Nyeri Kepala Tipe Tegang
a. Pengertian
Nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri kepala yang berlangsung beberapa menit
sampai beberapa hari yang bersifat bilateral, menekan/mengikat, tidak berdenyut,
intensitas nyeri/sedang tidak bertambah berat dengan aktifitas fisik/rutin, tidak
mual/muntah, tetapi berkemungkinan terhadap fotofobia/fonofobia.
b.Kriteria objektif
Kriteria objektif : berdasarkan kriteria diagnostik dari international classification
of headache society.
a) Paling tidak terdapat sepuluh episode serangan dengan ratarata <1 hari/bulan
(<12hari/tahun)

18
b) Berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari.
c) Memiliki paling tidak dua karakteristik berikut: lokasi bilateral,
menekan/,meningkat, derajat nyeri ringan/sedang dan tidka bertambah dengan
aktifitas ringan/sedang, dengan tidak bertambah dengan aktifitas fisik rutin.
d) Tidak didapatkan mual/muntah tapi bisa ada fotofobia/fonofobia.
e) Tidak berhubungan dengan gangguan atau penyakit lainnya
3.8.4 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adlah identitas seksual yang dapat dikategorikan kepada dua
kelompok yaitu laki-laki dan perempuan.
3.8.5 Umur
a. Pengertian
Umur adalah rentang usia pada saat subjek dilahirkan sampai saat pengisian
kuisioner penelitian ini.
b.Kriteria objektif
Kriteria objektif : berdasarkan World Health Organisation untuk penelitian ini
umur dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a) 17 - 25 tahun (remaja akhir)
b) 26 - 35 tahun (dewasa muda)
3.8.6 Golongan darah
a. Pengertian
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok
berdasarkan ada tidaknya antigen warisan pada permukaan membrane sel.
b.Kriteria objektif
Kriteria objektif : berdasarkan hasil penelitian dari ilmuwan berkebangsaan
Austria, bernama Karl Landsteiner dan Alfred Von Decastello yaitu golongan
darah dapat dibagi 4 kelompok diantaranya golongan darah AB,A,B,dan O.
3.8.7 Indeks massa tubuh
a. Pengertian
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah massa tubuh yang dihitung dengan rumus
IMT = Berat badan (kg) / Tinggi badan (m2) interpretasi adalah sebagai berikut:
b.Kriteria Objektif
Berdasarkan kriteria Asia Pasifik interpretasi IMT adalah sebagai berikut :
a) Underweight : < 18,5 kg/m2
b) Normal : 18,5 – 22,9 kg/m2

19
c) Overweight : > 23 – 24,9 kg/m2
d) Obesitas I : 25 – 29,9 kg/m2
e) Obesitas II : 30 kg/m2
3.8.8 Derajat nyeri
Derajat nyeri adalah tingkatan nyeri pada saat serangan migren atau NKTT yang
diukur menggunakan Numerical Rate Scale (NRS). Interpretasinya adalah sebagai
berikut:
a) Nyeri ringan :0–3
b) Nyeri sedang :4–6
c) Nyeri berat : 7 – 10
3.8.9 Gejala penyerta
Gejala penyerta adalah gejala yang dirasakan penderita pada saat serangan migren
baik dengan aura atau tanpa aura dan serangan NKTT. Gejala penyerta yang di
maksudkan adalah mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia dan dinilai seperti berikut.
a) 1 gejala penyerta
b) > 3 gejala penyerta
c) Tidak ada gejala penyerta

3.9 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diisii
langsung oleh responden sesuai dengan pertanyaan dan pilihan jawaban yang ada pada lembar
kuesioner.

3.10 Alur Penelitian

Mengedarkan kuesioner pada mahasiswa preklinik


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tahun

Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

Mencatat data dari kuisioner

Mengumpul, menganalisis, dan penyajian data

Hasil penelitian

20
BAB 4
JADWAL KEGIATAN DAN BIAYA
4.1 Jadwal Kegiatan
November Januari Februari
N A M A K E G I A T A N
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahapan Persiapan
Pembuatan dan pengajuan permohonan
bimbingan
Diskusi dengan dosen pembimbing
Pembuatan dan pengesahan proposal penelitian
Pengajuan proposal penelitian
Pembuatan kelengkapan perizinan
2 Tahap Pelaksanaan
Pengambilan data (medical record)
Diskusi dengan dosen pembimbing
Analisis data
3 Tahap Pelaporan
Penyusunan rancangan (draft) laporan
penelitian
Diskusi dengan dosen pembimbing
Pencetakan, pengesahan dan pengandaan
laporan hasil penelitian
Penyetoran laporan hasil penelitian
Presentasi dan publikasi laporan hasil penelitian

21
4.2 Anggaran Penelitian
Jumlah Jumlah
Jenis pengeluaran Harga
(satuan) Biaya
Pembuatan proposal dan penelusuran pusaka
a. Fotokopi proposal 5 Rp 7.000,- Rp 35.000,-
b. Kelengkapan berkas lainnya 1 Rp 50.000,- Rp 50.000,-
Pengurusan Izin Penelitian
a. Foto kelengkapan izin 5 Rp 250,00,- Rp 2.500,-
b. Biaya pengurusan etik penelitian 1 Rp 75.000,- Rp 75.000,-
Pelaksanaan kegiatan
a. Alat Tulis 1 Rp 2.000,- Rp 160.000,-
b. Medical Record 80 Rp 178.000,- Rp 178.000,-
c. Jilid skipsi 1 bulan Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Pengolahan data dan pembuatan laporan
a. Fotokopi hasil penelitian 3 Rp 7.000,- Rp 21.000,-
b. Fotokopi skripsi 3 Rp 21.000,- Rp 63.000,-
c. Jilid skripsi 3 Rp 20.000,- Rp 60.000,-
Lain-lain
Biaya tidak terduga Rp 400.000,-
Total Rp. 1.014.000,-

22
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M (2010). Nyeri Kepala.

Anurogo, D (2012). Penatalaksanaan Migren, vol 39, 731 – 734.

Anurogo, D (2014). Tension Type Headache, Vol. 41.

Arora, H., & Kaur, R (2008). Delhi Psychiatry . The role of diet in migraine headaches, vol
11, 69 – 72.

Bigal, M. E., & lipton, R. (2012). Obesity, migraine, and choronic migraine : Possible
mechanisms of interaction.

Chawla, . (n.d.). Medscape. Retrieved Octeber 19, 2016, from http://emedicine.medscape.com

Delia, K. S. (2015). Hubungan Obesitas dengan Migrain di Poliklinik Saraf RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Fumal, A., & Schoenen, J. (2008). Lancet Neural. Tension-type headache:current research
and clinical management, vol 7 : 70–83.

Iqbal, K. M., Rambe, A., & Sjahrir, H. (2005). Perbandingan Nilai Visual Analog Scale
dengan Skala Verbal Derajat Nyeri Kepala Primer di RSUP H. Adan Malik Medan.

Jensen, R., & Stovner, L. J. (2008). Lancet Nuerol. Epidemiologi and comorbidity of
headache, vol 7, 354-361.

Kelman, L. (2006). Migraine changes with age: IMPACT on migraine classification.

Kim, B.-K., Chu, M. K., Lee, T. G., Kim, J.- M., Chung, C.-S., & Leee, K.-S. (2012).
Prevalance and Impact of Migraine and Tension-type Headache in Korea.

Lance, J. (1993). Mechanisme and management of Headache. Butterworth London: 5th


Edition.

Liulfa, F., Nahariani, P., & Ali Affandi, M. (n.d). Hubungan perubahan pola tidur dengan
kejadian migren pada mahasiswa tingka IV semester VIII Prodi S1 Keperawatan di Stikes
Pemkab Jombang.

Luartizen, M., Darier, J. P., Fabricius, M., Hartings, J. A., Graf, R., & Strong, A. J (2011).
Cerebral Blood Flow & Metabolisme. Clinical revelence of cortical spreading depression in
nuerological disorders : migraine, malignant stroke, subarachnoid and intracranial
hemorrhage, and traumatic brain injury, 17-35.

Nishi, K., Gupta, N., & Sharma, S. (2012). Study on the Incidence of Hypertenssion and
Migraine in ABO Blood Group ISCA Journal of Biological Science, 12-16.

Nuartha, A. B. (2005). Nyeri kepala dan wajah. In Harsono, Kapita Selekta Neurologi (p.273).
Indonesia: Gadjah Mada University Press.

23
Rahmawati, D. (2000). Beberapa Faktor Risiko pada Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik dan
Kronik di Poliklinik Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Rasmussen, B. K., Jensen, R., Schroll, M., & Olsen, J. (1991). Epidemiology of headache in a
general population – A prevalence study. Journal of Clinical Epidemiology, 1147-1157

Sacco, S., Ricci, S., Degan, D., & Carolei, A. (2012). Migraine in women: the role of
hormones and their impact on vascular diseases.

Salusu, S., Basir, H., Goysal, Y., Akbar, M., Kaelan, C., & Bahar, B. (n.d.). MIGRAINE
DISABILITY ASSESMENT (MIDAS)> HEADACHE IMPACT TEST-6 (HIT-6) DAN
HEADACHE DISABILITY INVENTORY (HDI): MENILAI DISABILITAS PADA
PENDERITA MIGREN TANPA AURA.

Silberstein, S. D. (2011). Headache. In R. S. Porter, The Merck Mannual (p. 1715). Merck
Sharp & Dohme Corp.

Silva, G. C. (2014). Aura-like features and photophobia in sightless migraine patients.

Sjahrir, H. (2004). Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan prospek pengobatannya.
Indonesia: USU digital library.

Sjahrir, H., Machfoed, M. H., Suharjanti, I., Basir, H., & Adnyana, M. O. (2013). Konsensus
Nasional IV PERDOSSI : Diagostik dan penatalaksanaan nyeri keala. Indonesia: Airlangga
University Press.

Solbach, P. (1992). Menstrual Migraine Headache. In J. Alice, & L. L. Linda, Menstrual


Health In Women’s Lives (pp. 147 – 148)

Stovner, L., Hagen, K., Jensen, R., Katsarva, Z., Lipton, R., Scher, A., et al. (2007).
Cephalalgia. The global burden of headache : a documentation of headache prevalence and
disability worldwide, 192-210.

Suharjanti, I. (2003). Strategi pengobatan akut migren.

Timothy SY, Kwanashie HO, Nyandaiti YW, Watila M, Mava Y, Sadiq GU, et al. (2011).
Impact of weather conditions on migraine headache in north-easten nergeria.

Widjaja, J. H (n.d.) Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer.

24
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :
NIM :
Umur :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang


penelitian ini dengan judul “Karateristik Nyeri Kepala Primer (Migren dan Nyeri Kepala
Tipe Tegang) pada Mahasiswa Preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Tahun 2018”.

Dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuisioner
untuk disertakan dalam data penelitian.

Makassar, Desember 2018

( )

25
Lampiran 2
LEMBAR KUISIONER
Data Sosiodemografi
Identitas Responden
Nama : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Umur : Agama :
Alamat : Tanggal Lahir :
Angkatan : Tinggi Badan :
Golongan darah : A / B / AB / O Berat Badan :
Nomor Telepon : Status : Menikah / Belum

Data diagnosis
Pertanyaan yang termasuk dalam kuisioner ini, berdasarkan kriteria diagnosis NyeriKepala
Primer dari International Headache Society Classification (ICHD-II).
Berikan tanda ( X ) pada pilihan jawaban anda.
Jenis nyeri kepala primer :
2. Apakah anda sering merasakan sakit kepala?
 Ya
 Tidak
3. Berapakah frekuensi serangan sakit kepala yang nda alami dalam 1 bulan?
 2 kali serangan
 5 kali serangan
 10 episode serangan dengan rat-rata < 1 hari/bulan ( < 12 hari/tahun)
 10 episode serangan dalam 1 – 15 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (< 12 –
180hari/tahun)
 Sakit kepala rata-rata > 15 hari/bulan selama > 3 bulan ( > 180 hari/tahun)
4. Dimanakah lokasi sakit kepala yang paling sering anda rasakan ?
 Dahi
 Belakang kepala
 Daerah sekitar mata
 Puncak kepala
 Pelipis
 Leher/tenggorokan

26
5. Apakah sakit kepala yang anda alami dirasakan pada satu sisi atau kedua sisi ?
 Satu sisi (unilateral)
 Dua sisi (bilateral)
6. Berapa lama sakit kepala yang anda rasakan paa setiap serangan ?
 Selama 4 – 72 jam
 30 menit sampai 7 hari
7. Bagaimanakah sifat sakit kepala yang anda rasakan ?
 Berdenyut-denyut
 Menekan
 mengikat
8. Dari skala 0-10, berapakah skala yang anda rasa paling tepat untuk mendeskripsikan
derajat nyeri kepala anda? Beri tanda (X) pada salah satu kotak dibawah ini :

9. Apakah sakit kepala anda diperberat oleh atau menyebabkan terganggunya aktivitas fisik
rutin/harian (misalnya berjalan atau naik tangga)
 Ya
 Tidak
10. Apakah saki kepala yang anda alami di sertai mual atau muntah ?
 Ya
 Tidak
11. Apakah sakit kepala anda disertai rasa sialu/rasa sensitive terhaap cahaya? (fotofobia)
 Ya
 Tidak
12. Apakan anda menjadi sensitive terhaap suara saat mengalami sakit kepala ?(fonofobia)
 Ya
 Tidak

27
13. Apakah sebelum muncul sakit kepala, anda melihat cahaya yang berkedip-kedip,
bintik-bintik atau garis-garis, dan hilangnya penglihatan ?
 Ya
 Tidak
14. Apakah anda pernah memiliki masalah medis yang terkait dengan kepala misalnya
trauma/cedera kepala, stroke, kanker?
 Ya
 Tidak

Data Faktor Resiko


15. Yang sering menimbulkan sakit kepala :
Penyebab sakit kepala Ya Tidak
Emosi / stress
Kelelahan fisik
Kurang tidur (< 6 jam)
Perubahan lingkungan (cahaya, suhu, baud an debu)
Premenstruasi / menstruasi
Keadaan lapar
Penggunaan gadjet yang lama
16. Apakah yangs sering menyebabkan anda stress sehingga anda bisa sakit kepala ?
 Tugas perkuliahan yang banyak
 Masalah keuangan
 Masalah beradaptasi dengan situasi pembelajran yang baru
 Tinggal berjauhan dengan keluarga
17. Berdasarkan pengalaman anda, adakah makanan dibawah ini yang sering
menyebabkan sakit kepala yang anda alami?
 Coklat
 Makanan siap saji
 Makanan yang mengandung MSG/ penyedap rasa makanan (bakso, mie instan,
makanan ringan, batagor, jajanan, ll)
 Keju
 Daging sapi
 Minuman mengandung kafein (kopi, nescafe)

28
 Ya
 Tidak
18. Keadaan manakah yang paling sering menimbulkan sakit kepala anda?
 Panas
 Dingin
19. Apakah anda sering mengonsumsi obat anti nyeri pada saat anda mengalami sakit
kepala?
 Ya
 Tidak
20. Apakah ada di antara anggota keluarga anda yang menderita keluhan yang sama
dengan anda?
 Ya
 Tidak

29

Anda mungkin juga menyukai