Anda di halaman 1dari 3

Kasus Penipuan, MA Rampas Aset Koperasi Cipaganti untuk Nasabah

Jakarta - Mahkamah Agung (MA) memperbaiki putusan pengadilan di bawahnya terkait kasus
penipuan bermodus usaha koperasi Cipaganti. Kasus ini membuat ratusan orang tertipu dengan
jumlah mencapai ratusan miliar rupiah.

Cipaganti merupakan koperasi yang didirikan pada 15 Februari 2002. Ternyata belakangan
kepengurusan koperasi ini bermasalah. Puluhan anggota koperasi merasa dirugikan dengan
sistem yang dibangun sehingga anggota koperasi mengadukan kasus ini ke polisi.

Tidak berapa lama, penyidik mendudukkan empat orang untuk mempertanggungjawabkan


perbuatannya. Mereka adalah:

1. Pendiri Cipaganti Group, Andianto Setiabudi (54).

2. Wakil Ketua Koperasi Cipaganti, Julia Sri Redjeki (63).

3. Bendahara Koperasi Cipaganti, Yulinda Tjendrawati Setiawan (46).

4. Karyawan Koperasi Cipaganti, Cece Kadarisman (59).

Keempatnya didakwa dengan UU Perbankan dan Pasal Penipuan dan Penggelapan sesuai KUHP.
Jaksa menuntut keempatnya masing-masing untuk dihukum 20 tahun penjara dan denda
masing-masing Rp 200 miliar atau total Rp 800 miliar.

Atas tuntutan ini, pada 15 Juli 2015 Pengadilan Negeri (PN) Bandung menjatuhkan hukuman
masing-masing:

1. Andianto Setiabudi dihukum 18 tahun penjara dan denda Rp 150 miliar.

2. Julia Sri Redjeki dihukum 8 tahun penjara dan denda Rp 15 miliar.

3. Yulinda Tjendrawati Setiawan dihukum 6 tahun penjara dan denda Rp 15 miliar..


4. Cece Kadarisman dihukum 10 tahun penjara dan denda Rp 15 miliar.

Baca: Nasabah Cipaganti Kejar dan Jambak Andianto Cs

Pada 21 Oktober 2015, Pengadilan Tinggi (PT) Bandung memperberat hukuman para terdakwa
menjadi:

1. Andianto Setiabudi dihukum 18 tahun penjara dan denda Rp 150 miliar.

2. Julia Sri Redjeki dihukum 15 tahun penjara dan denda Rp 100 miliar.

3. Yulinda Tjendrawati Setiawan dihukum 15 tahun penjara dan denda Rp 100 miliar.

4. Cece Kadarisman dihukum 10 tahun penjara dan denda Rp 75 miliar.

Baca: Bos Cipaganti Mau Bertanggung Jawab dan Serahkan Semua Aset Perusahaan

Mengetahui vonis ini, Andianto dkk mengajukan kasasi. Tapi apa kata MA?

"Menolak kasasi terdakwa. Menolak kasasi jaksa penuntut umum (JPU) dengan perbaikan,"
demikian lansir panitera MA dalam websitenya yang dikutip detikcom, Selasa (12/4/2016).

Perkara nomor 173 K/PID.SUS/2016 itu diketok oleh majelis hakim yang terdiri dari hakim agung
Artidjo Alkostar, hakim agung Prof Dr Surya Jaya dan hakim agung Sri Murwahyuni. Duduk
sebagai panitera pengganti dalam putusan yang diketok pada 29 Maret 2016 itu adalah Retno
Murni Susanti.

Perbaikan yang dimaksud yaitu aset yang dijadikan alat bukti dirampas dan diberikan untuk
nasabah. Aset tersebut adalah aset yang disodorkan jaksa untuk dijadikan alat bukti, yaitu:
1. Lima bus Mercedes-Benz.

2. Enam minibus merek Isuzu.

3. Empat alat berat merek Komatsu.

Saat ini, Polda Jawa Barat telah menetapkan status baru terhadap Andianto yaitu tersangka
kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU) di kasus tersebut. Andianto telah keberatan dengan
penetapan tersangka baru tersebut dan mengajukan praperadilan ke PN Bandung. Tapi hakim
tunggal Kartim menolak praperadilan itu pada 31 Desember 2015. Kartim beralasan bukti surat
penyidikan berkaitan TPPU oleh penyidik Polda Jabar dan seluruh penyitaan aset sudah sah atau
benar.

Anda mungkin juga menyukai