Anda di halaman 1dari 23

Laporan

Praktikum Kimia Dasar


IKATAN KIMIA

NURMUSLIMAH
H061191063

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

LAPORAN PRAKTIKUM
IKATAN KIMIA
Disusun dan diajukan oleh :
NURMUSLIMAH
H061191063
Laporan ini diperiksa dan disetujui oleh:
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari materi dan

perubahannya. Zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia yaitu unsur dan

senyawa. Untuk mengetahui ciri dari suatu unsur dan senyawa dapat diketahui dari

sifat-sifat kimia dan fisisnya. Sifat kimia adalah sifat yang dapat ditunjukkan melalui

perubahan kimia, sedangkan sifat fisis merupakan sifat yang dapat diamati tanpa

mengubah susunan zatnya (Murtiningrum, dkk, 2013).

Ilmu kimia memiliki banyak bidang kajian yang mempelajari tentang fakta,

konsep, hukum, serta teori yang banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran kimia memiliki bidang kajian yang disusun secara berurutan dan

saling terhubung antar kompetensi yang dipelajari. Hal tesebut mengharuskan untuk

memahami konsep-konsep dalam kimia secara utuh agar tidak mengalami kesulitan

dalam mempelajari ilmu kimia. Dimana salah satu bidang kajian ilmu kimia adalah

ikatan kimia (Safitri, dkk, 2018).

Kimia sebagai disiplin ilmu didominasi oleh penggunaan model. Dimana model

ilmiah sering digunakan oleh para ahli kimia untuk memahami mengenai materi

ikatan kimia (Gudyanga dan Madambi, 2014).

Materi ikatan kimia menjelaskan tentang bagaimana atom-atom membentuk

ikatan, baik dengan atom yang sama maupun dengan atom yang berbeda. Ikatan

kimia terjadi karena sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih stabil

karena memiliki tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-atom

penyusunnya dalam keadaan terpisah (Safitri, dkk, 2018).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Menentukan senyawa yang mempunyi ikatan elektrovalen dan kovalen

dengan mereksikan senyawa tersebut dengan senyawa dan indikator.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan kovalen dan elektrovalen.

2. Membedakan reaksi pembentuk kompleks dan bukan kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah memebedakan senyawa ion dan kovalen

dengan cara dilarutkan AgNo3 setiap sampel dan dibuktikan dengan terbentuk atau

tidak terbentuknya endapan. Membedakans enyawa kompleks dan bukan kompleks

dengan cara ditetesi larutan KCNS pada setiap sampel. Serta mendeteksi kekuatan

ikatan sampel berdasarkan tingkat keasaman dengancara ditetesi indicator metik

jingga.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat Percobaan

3.1.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan AgNO3, NaCl,

CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCL4, C2H5OH, K3FE(CN)6, K4FE(CN)6, HCl, Metil

Jingga, BaCl2, CuSO4, NH4OH, Alkohol, dan FeCl3.

3.1.2 Alat Percobaan

alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, pipet tetes,

pipet skala, sarung tangan lateks, sikat tabung, masker, dan rak tabung.

3.2. Posedur Percobaan

3.2.1 Senyawa Ion dan Kovalen

Disiapkan tiga buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi tersebut diisi

dengan 1 ml AgNO3. Tabung yang pertama ditetesi dengan NaCl, tabung kedua

dengan CCl4, an tabung ketiga dengan CHCl3. Masing-masing 3-5 tetes. Perhatikan

dan catat perubahan yang terjadi. Masukkan hasil pengamatan ke dalam table.

3.2.2 Asam atau Basa

Disiapkan tiga buah tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan HCl, tabung

kedua diisi dengan CH3COOH, lalu tabung ketiga diisi dengan C2H5OH. Masing-

masing sebanyak 2,5 ml. selanjutnya, setiap tabung reaksi ditetesi dengan metil

jingga sebanyak 1 tetes. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.

3.2.3 Senyawa Kovalen dan Kompleks

Disiapkan dua buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4. Masing-
masing ditetesi dengan amonia atau NH4OH sampai tidak terjadi endapan. Tabung

reaksi yang pertama tambahkan dengan larutan BaCl2, dan tabung reaksi kedua

tambahkan dengan larutan K4Fe(CN)6. Masing-masing 2-3 tetes. Perhatikan dan

catat perubahan yang terjadi.

Siapkan dua buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO4. Tabung

pertama ditambah dengan larutan BaCl2 dan tabung kedua ditambah dengan larutan

K4Fe(CN)6. Masing-masing tambahkan sebanyak 2-3 tetes. Amati dan catat

perubahan yang terjadi.

3.2.4 Senyawa Kovalen dan Kompleks

Disiapkan dua buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama diisi dengan FeCl3

dan tabung yang kedua diisi dengan K3Fe(CN)6. Masing-masing 1 ml. ke dalam

tabung pertama dan kedua, tambahkan 2-3 tetes KCNS. Amati dan catat perubahan

yang terjadi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Nitrat

Larutan Ditambah AgNO3 Keterangan

NaCl Terbentuk endapan putih Bereaksi. Senyawa ionik

C2H5OH Tidak terjadi endapan Bukan senyawa ionik

CHCl3 Tidak terjadi endapan Bukan senyawa ionik

Tabel 2. Reaksi dengan indikator Metil Jingga

Larutan Ditambah Metil Jingga Keterangan

HCl Berubah warna menjadi merah Asam kuat

CH3COOH Berubah warna menjadi orange Asam lemah

C2H5OH Berubah warna menjadi kuning Asam lemah

Tabel 3. Pengendapan garam hidroksida

Ditambah pereaksi
Larutan keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6

Berubah warba
CuSO4 + NaOH Keruh, terjadi Membentuk
menjadi warna
sedikit endapan senyawa kompleks
cokelat
Terjadi

CuSO4 + NH4OH Keruh, terjadi perubahan warna Membentuk

banyak endapan menjadi cokelat senyawa kompleks

muda

BaCl2 – ikatan ion


Keruh, terjadi Terjadi
CuSO4 K4Fe(CN)6 –
endapan perubahan warna
senyawa kompleks

Tabel 4. Pengendapan dengan KCNS

Larutan Ditambah KCNS Keterangan

FeCl3 Merah kecokelatan Senyawa kompleks

K3Fe(CN)6 Tidak terjadi perubahan Bukan senyawa kompleks

4.1.2 Reaksi – reaksi

1. Reaksi Pengendapan Garam Nitrat

AgNO3 + HCl AgCl + HNO3

AgNO3 + C2H5OH

AgNO3 + CCl4

2. Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + NH4OH sedikit (NH4)2SO4 + Cu(OH)2

CuSO4 + NH4OH banyak (NH4)2SO4 + Cu(OH)2

(NH4)2SO4 + Cu(OH)2 + BaCl2 BaSO4 + 2NH4Cl

(NH4)2SO4 + Cu(OH)2 + K4Fe(CN)6 K4FeSO4 + 2NH4(CN)6


3. Pengendapan Garam Hidroksida

FeCl + 3KCNS Fe(CNS)3 + KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengendapan dengan AgNo3

Dalam percobaan ini larutan yang digunakan adalah NaCl, C2H5OH, dan

CHCl3,yang masing-masing menambahkan AgNO3 dalam tiap tabung reaksi.

Penambahan tiga macam larutan itu ke dalam AgNO3 untuk mengetahui larutan

mana yang akan membentuk ikatan ion dan ikatan ikatan kovalen dengan AgNO3.

Hasil yang didapatkan saat penambahan NaCl ke dalam AgNO3 terbentuknya

endapan putih. Hal ini menandakan bahwa reaksi antara NaCl dan AgNO3

merupakan ikatan ion. Ssedangkan penambahan C2H5OH dan CHCl3 ke dalam

AgNO3 menghasilkan hasil yang sama. Yaitu tidak terjadinya endapan. Ini

menandakan bahwa ikatan antara C2H5OH dan CHCl3 dengan AgNO3 bukan

merupakan ikatan ion dasn merupakan ikatan kovalen.

4.2.2 Reaksi dengan Indikator Metil Jingga

percobaan ini menggunakan tiga buah tabung reaksi, dimana tabung reaksi

pertama diisi dengn HCl, tabung reaksi kedua dengan CH3COOH, dan tabung reaksi

ketiga dengan C2H5OH. Ketiga tabung reaksi ini masing-masing ditetesi metil jingga

1 tetes. Fungsi dari metil jingga untuk mengetahui apakah ketiga larutan tersebut

merupakan asam kuat, asam lemah, basa kuat, atau basa lemah.

Pada tabung reaksi pertama yang berisi HCl, terjadi perubahan warna yang

awalnya bening menjadi merah. Ini menandakan bahwa HCl merupakan asam kuat

dilihat dari perubahan warnanya. Pada tabung kedua yang berisi CH3COOH dan
tabung ketiga yang berisi C2H5OH pun mengalami perubahan warna. Masing-masing

berturut-turut mengalami perubahan warna dari bening menjadi jingga dan kuning.

Perubahan warna menjadi jingga dan kuning seteah ditetesi metil jingga,

menandakan bahwa kedua larutan tersebut merupakan asam lemah.

4.2.3 Pengendapan dengan Garam Hidroksida

Pada percobaan ini ada enam tabung reaksi yang digunakan, yang masing-

masing berisi larutan CuSO4 sebanyak 1 ml. pada dua tabung reaksi pertama

ditambahkan dengan sedikit NH4OH, sepasangnya lagi ditambahkan NH4OH

berlebih, dan sepasang terakhir tidak ditambahkan apapun. Adanya penambahan

NH4OH maupun tidak, untuk mengetahui larutan manakah yang menunjukkan

senyawa kompleks dan bukan senyawa kompleks.

Pada sepasang tabung pertama yang masing-masing ditambahkan BeCl2 dan

K4Fe(CN)6 didapatkan masing-masing larutan berubah warna menjadi biru muda dan

biru. Pada larutan yang berubah warna menjadi biru muda terdapat endapan

berwarna putih, dan pada larutan yang berubah warna menjadi biru terdapat endapan

berarna cokelat. Kedua tabung reaksi ini membentuk ikatan ion dan merupakan

senyawa kompleks. Pada sepasang tabung reaksi yang kedua yang ditambahkan

dengan NH4OH berlebih, didapati perubahan tabung reaksi yang masing-masing

berwarna biru muda dan biru. Pada tabung reaksi yang mengalami perubahan warna

menjadi biru muda ditemukan banyak endapan putih, dan begitu pula dengan tabung

yang berisi larutan berwarna biru. Ini menandakan bahwa kedua tabung memiliki

senyawa kompleks yang banyak. Pada sepasang tabung reaksi terakhir yang hanya

berisi CuSO4 tanpa penambahan NH4OH, setelah ditetesi BaCL2 dan K4Fe(CN)6

mengalami perubahan warna menjadi biru muda. Namun tidak terdapat sama sekali

endapan, ini menandakan bahwa ini bukan senyawa kompleks.


4.2.4 Pengendapan dengan KCNS

Pada percobaan ini digunakan dua tabung reaksi yang masing-masing

ditambahkan FeCl3 dan K3Fe(CN)6. Kedua tabung yang berisi larutan ini lalu

ditambahkan KCNS. Penambahan KCNS pada kedua tabung ini untuk menegtahui

senyawa kompleks dan bukan kompleks dari kedua larutan tersebut.

Pada tabung pertama yang berisi larutan BaCl3, setelah ditambahkan dengan

KCNS mengalami reaksi dan berubah warna menjadi merah bata. Sedangkan pada

tabung yang berisi larutan K3Fe(CN)6 setelah ditambahkan KCNS tidak mengalami

reaksi dan perubahan warna. Ini menandakan bahwa larutan pada tabung pertama

merupakan ikatan ion, dan larutan pada tabung kedua merupakan ikatan kovalen.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. ikatan kovalen merupakan ikatan yang tidak bereaksi dengan logam. Dengan

kata lain, hanya akan menghasikan dua fase sepeti yang tejadi pada larutan CCl4 dan

larutan CHCl3. Sedangkan, ikatan elektrovalen merupakan ikatan yang dapat

bereaksi dengan logam seperti pada larutan NaCl, HCl, CH3COOH, dan C2H5OH.

2. Senyawa kompleks merupkan senyawa yang akan terurai menjadi kation dan

anion kompleks seperti pada larutan CuSO4 + NH4OH yng data bereaksi. Ini artinya

bahwa senyawa tersebut merupakan senyawa kompleks. Sedangkan, senyawa bukan

komples adalah senyawa yang akan terurai menjadi ion-ion pembenuk senyawa

tersebut. Seperti pada FeCl3 + KCNS yang tidak dapat bereaksi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Praktikum

Disarankan agar praktikan sebelumnya sudah mengetahui apa yang harus

dilakukan dalam praktikum, dan apa-apa saja yang dibutuhkan agar saat memulai

praktikum, praktikum berjalan dengan lancer tanpa kendala yang berarti.

5.2.2 Saran untuk Laboratorium

Diharapkan laboatorium memiliki udara yang sejuk agar praktikkan tidak

merasa gerah saat melakukan percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Chang,R., 2005, Kimia Dasar, Jakarta: Erlangga.

Gudyanga E., Madambi T., 2014, Pedagogics of Chemical Bonding in Chemistry ;

Perspectives and Potential For Progress: The Case of Zimbabwe Secondary

Education, International Journal of Secondary Education, 2(1): 11-19.

Murtiningrum T., Ashadi, Mulyani S., 2013, Pembelajaran Kimia Dengan Problem

Solving Menggunakan Media E-Learning dan Komik Ditinjau Dari

Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kreativitas Siswa, Jurnal Inkuiri ,2(3):

288-301.

Nurlaili T., Kurniasari L., Ratnani R.D., 2017, Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur

Ayam Sebagai Adsorber Zat Warna Methyl Orange Dalam Larutan, Inovasi

Teknik Kimia, 2(2):11-14.

Safitri A.F., Widarti H.R., Sukarianingsih D., 2018, Identifikasi Pemahaman Konsep

Ikatan Kimia, Jurnal Pembelajaran Kimia, 2(1): 41-50.

Saito T., 1996, 2015, Kimia Anorganik, Tokyo: Iwanami Shoten.

Shelawaty A.R., Hadiarti D., Fadhilah R., 2016, Pengembangan Media Flash Materi

Ikatan Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pontianak, Ar-Razi Jurnal

Ilmiah, 4(2): 11-22.

Sukardjo, 1985, Ikatan Kimia, Jakarta: Bina Aksara.

Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Tokyo: Iwanami Shoten.

Temel S., Özcan Ö., The Analysis of Prospective Chemistry Teacher’s Cognitive

Structure: The Subect of Covalent and Ionic Bonding, Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, 12(8): 1953-1969.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan kimia

Ikatan kimia adalah suatu struktur yang dibentuk melalui koneksi elektron yang

terbentuk dari dua elemen dan menghubungkan ke elemen masing-masing lainnya

yang membuat atom tetap bersama. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ikatan

kimia adalah sebuah kekuatan utnuk menjaga dua atom tetap bersama. Adanya

sebuah ikatan yang dibentuk oleh atom-atom dikarenakan mereka ingin mrngubah

struktur menjadi seperti dengan gas mulia, dengan kata lain pula bahwa atom ingin

melengkapi jumlah elektron dalam orbit terluar mereka ke atas delapan untuk

mendapatkan oktet. Dan dengan demikian mereka menjadi stabil seperti dengan gas

mulia (Temel dan Özcan, 2016).

Ikatan kimia berakitan dengan konsep-konsep seperti pengisisan electron pada

kulit-kulit atom, penentuan electron valensi, konfigurasi electron, kestabilan

electron, maupun penggambaran lambing Lewis. Salah satu konsep kimi yang

banyak bersifat abstrak adalh materi atau konsep ikatan kimia. Mengatakan bahwa

tanpa memahami pengetahuan dasar seperti ikatan kimia, maka materi seperti laju

reaksi, asam dan basa, elektrokimia, kesetimbangan kimia, dan kimia larutan

menjadi sukar dipahami (Shelawaty, dkk, 2016).

Kenyataan bahwa gas-gas mulia sangat stabil, merupakan awal dari pemikiran

tentang terbentuknya ikatan-ikatan kimia. Atom-atom dapat membentuk susunan

electron seperti gas mulia, dengan jalan membentuk ikatan kimia. Dengan

membentuk ikatan kimia ini atom-atom dalam senyawa akan lebih stabil dari pada

atom-atom bebasnya. Dengan demikian, dengan semakin majunya teori atom, teori
tentang ikatan kimia juga ikut mengalami perubahan. Hal ini terutama terdapat pada

ikatan kovalen. Awalnya dianggap bahwa jenis ikatan kimia benar-benar berbeda.

Namun saat ini, ternyata ditemukan bahwa suatu ikatan kimia tidak ada yang benar-

benar murni. Artinya, tidak ada ikatan yang 100 persen kovalen atau 100 persen

elektrovalen (Sukardjo, 1985).

2.1.1 Ikatan Ionik

Kimiawan Jerman Albercht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas

mulia disebabkan konfigurasinya yang penuh. Lalu, ia berusaha memperluas

interpretasinya ke atom lain. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom tersebut akan

menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia

terdekatnya. Sementara bila atom mendapatkan elektron, maka atom tersebut akan

menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom gas mulia

terekatnya. Jadi, ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan ikatan kimia

adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion dimana ikatan yang dibentuk ini

dinamakan ikatan ionik (Takeuchi, 2006).

Kulit K dan L atom antrium terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu

elektron di kulit terluar (M), jadi natrium dengan mudah kehilangan satu elektron

terluar hingga menjadi ion Na+ yang memiliki konfigurasi elektron yang sama

dengan atom neon Ne (1S22S22P6). Konfigurasai elektron atom khlor

(1S22S22P63S23P5). Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron untuk

melenghkapi kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi elektronnya

menjadi (1S22S22P63S23P6) yang identik dengan konfigurasi elektron Argon (Ar)

(Takeuchi, 2016).

Jelas tidak ada pertentangan dalam teori Kossel dan fakta sepanjang senyawa

ion yang dijelaskan. Namun, teori ini belum lengkap, seperti dalam kasus dualisme
elektrokimia, dalam hal ini teori gagal menjelaskan fakta eksperimen seperti

pembentukan senyawa hidrogen atau tidak diamatinya kation C4+ atau anion C4-

(Takeuchi, 2016).

Ikatan ionik, ikatan yang terdiri dari atom-atom yang mudah membentuk ion

negatif dan ion positif. Misalnya atom Cl mudah membentuk ion Clˉ, sedang atom

Na mudah membentuk ion Na+. Bila kedua atom ini berikatan maka akan tejadilah

ikatan ion atau ikatan elektrovalen. Senyawa-senyawa ion berupa elektrolit, biasanya

berupa zat padat dengan titik lebur dan titik didih tinggi, tetapi tidak larut dalam

pelarut-pelarut organik tetapi larut dalam air (Sukardjo, 1985).

2.1.2 Ikatan Kovalen

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gillbert Newton Lewis (1875-

1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang

tidak terjelaskan oleh teori-teori Kossel dengan memperluasnya untuk molekul non

polar. Titik krusial teori mereka adalah adanya penggunaan bersama elektron oleh

dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar yang diisi penuh elektron.

Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau dinamakan ikatan

kovalen, merupakan konsep baru saat itu (Takeuchi, 2016).

Ikatan yang menggunakan pasangan elektron untuk mengikat antara A dan B

disebut ikatan kovalen, dan ditulis sebagai A-B atau A:B. karena ada dua pasang

elektron yang terlibat dalam ikatan ganda dan tiga pasangan di ikatan rangkap tiga.

ikatan kovalen sangat sederhana, namun merupakan konsep yang sangat bermanfaat.

Konsep ini diusulkan oleh G.N. Lewiss di awal abad 20 dan representasinya disebut

struktur Lewis. Pasangan elektron yang digunakan bersama disebut pasangan

elektron bebas, dan disimbolkan dengan pasangan titik (Saito, 2008).

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama dua
elektron oleh dua atom. Senyawa kovalen adalah senyawa yang hanya mengandung

ikatan kovalen. Secara sederhana, pasangan elektron yang digunakan bersama sering

dinyatakan satu garis. Jadi, ikatan kovalen dalam molekul hidrogen dapat ditulis H ̶

H. pada ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan elektron ikatan yang

digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua atom yang berikatan. Gaya tarikan

elektron ke inti inilah yang mengikat kedua atom hidrogen dalam molekul H2 dan

itulah yang berperan dalam pembentukan ikatan kovalen dalam molekul lainnya

(Chang, 2005).

Ikatan kovalen dalam atom-atom berelektron banyak hanya melibatkan

elektron valensi. Seperti contohnya fluorine, F2. Konfigurasi elektronnya 1s2 2s2 2p5.

Elektron pada orbital 1s tidak terlibat dalam pembentukan ikatan karena tingkat

energinya rendah dan lebih banyak berada di dekat inti (Chang, 2005).

Struktur yang digunakan untuk menggambarkan senyawa kovalen disebut

struktur Lewis. Struktur Lewis adalah penggambaran ikatan kovalen yang

menggunakan lambang titik Lewis di mana pasangan elektron ikatan dinyatakan

dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom, dan

pasangan elektron bebas dinyatakan dengan titik-titik pada masing-masing atom.

Hanya elektron valensi yang ditunjukkan pada striktur Lewis (Chang, 2005).

2.2 Metil Jingga dalam Ikatan Kimia

Metil jingga adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan

biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil jingga merupakan

indikator pH karena mengubah warna yang jelas dan sangat sering digunakan dalam

titrasi. Metil jingga dibuat dari asam sulfanilat dan N, N-dymethilaniline. Metil

jingga merupakan pewarna yang digunakan untuk memberikan warna pada zat,

terutama kain. Metil jingga ini berbahaya untuk kesehatan karena bersifat

karsinogenik. Karsinogenik artinya dapat menyebabkan kanker (Nurlaili, dkk, 2017).

Anda mungkin juga menyukai