Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MENGATASI MASALAH KEMACETAN DI BANDAR LAMPUNG

DENGAN MENGOPERASIKAN BUS TRANS LAMPUNG

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah
Semester II 2018/2019

Oleh

Alexandro Delfiero 118230118

Succesio D. N. Saragih 118190158

M. Alkautsar Nadi 118210191

Yosia Lasido Situmorang 118300097

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2019
ABSTRAK

Kemacetan merupakan masalah yang umum terjadi di setiap kota di


Indonesia.Salah satunya adalah Kota Bandar Lampung.Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui dampak dari kemacetan di Bandar Lampung.Dalam penelitian
ini,penulis menggunakan metode observasi dan teknik komparasi dan
deskripsi.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung,rentang tahun
1997-2014,jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Lampung sebanyak 2.755.953
unit.Kemacetan yang semakin parah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
ruas jalan dengan pertambahan jumlah kendaraan .Kemacetan juga berdampak
negatif dari aspek lingkungan maupun ekonomis

Kata Kunci : Kemacetan,Kendaraan,Kota Bandar Lampung,Ruas jalan

ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
2.1 Kemacetan ..................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Kemacetan ............................................................................ 5
2.1.2 Penyebab Kemacetan .............................................................................. 5
2.1.3 Dampak Negatif Kemacetan ................................................................... 5
2.2 Waktu Perjalanan .......................................................................................... 5
2.3 Reliabilitas Waktu Perjalanan ....................................................................... 6
2.3.1 Pengertian reliabilitas waktu perjalanan ................................................. 6
2.3.2 Pentingnya reliabilitas waktu perjalanan ................................................ 6
2.3.3 Variabilitas reliabilitas waktu perjalanan ............................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 1
ANALISIS DATA .................................................................................................. 1
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 1
3.2 Metode Penelitian .......................................................................................... 1
3.3 Langkah Pengambilan Data ........................................................................... 1
3.4 Area terpadat ................................................................................................. 8
3.5 Peraturan yang telah dibuat ........................................................................... 8
3.6 Penanggulangan oleh Aparat ......................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... Error! Bookmark not defined.
4.1.Kemacetan di kota bandar lampung ............. Error! Bookmark not defined.
4.2 Hubungan Tingkat Kepadatan Penduduk dan Kemacetan Lalu Lintas di Kota
Bandar Lampung
............................................................................ Error! Bookmark not defined.

iii
4.4 Larangan tegas bagi pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan
dan parkir liar yang sering kali menghambat laju kendaraan. . Error! Bookmark
not defined.
BAB V................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
5.2 Saran ............................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah kemacetan merupakan masalah yang sangat umum yang terjadi di
setiap kota di Indonesia, salah satunya adalah Kota Bandar Lampung. Kota Bandar
Lampung merupakan ibu kota dari Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung
menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera ini memiiki andil penting dalam jalur
transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera
dan sebaliknya.Kemacetan bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain. Pertama,
jumlah kendaraan yang terus bertambah dan tidak seimbang dengan luas jalan.
Kedua, kurangnya disiplin pada setiap pengendara sepeda motor maupun mobil.
Ketiga, seringnya orang-orang memarkirkan sepeda motor dan mobil di pinggir
jalan yang sudah jelas terdapat rambu dilarang berhenti atau dilarang parkir.
Keempat, kurang tegasnya aparat berwenang dalam menindak tegas para pelanggar
lalu lintas.(febyaristiaputri,2018)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kota Bandar Lampung
memiliki luas wilayah 169,2km2 yang terbagi atas 20 kecamatan dan 126 Keluaran.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, penduduk Kota Bandar
Lampung adalah 979.287 jiwa. Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan
menyebabkan peningkatan arus lalu lintas. (BPS Prov. Lampung, 2017).
Peningkatan arus lalu lintas menyebabkan masalah kemacetan.
Seiring berjalannya waktu kondisi kemacetan di kota Bandar Lampung semakin
memburuk. Hal ini terjadi karena selalu bertambahnya kendaraan-kendaraan baru
dan tidak diimbangi dengan perluasan area jalan raya. Salah satu titik kemacetan
yang ada di kota Bandar Lampung adalah ruas jalan Teuku Umar tepatnya Mall
Boemi Kedaton.
Biasanya kemacetan di sekitar ruas jalan Mall Boemi Kedaton ini
terjadi karena antrean pengisian bahan bakar jenis premium yang mengular sampai
menghabiskan setengah badan jalan. Selain itu, juga terdapat banyak

1
mobil yang parkir di pinggir jalan, tentunya ini menjadi sebuah masalah yang
menambah masalah kemacetan semakin serius.
Dalam penelitian ini ruas jalan yang akan diteliti adalah ruas Jalan
Teuku Umar – Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung. Ada banyak
kerugian yang akan ditimbulkan oleh kemacetan tersebut. Baik segi waktu,
pemborosan bahan bakar, meningkatnya polusi udara serta keausan kendaraan yang
lebih tinggi (radiator kendaraan tidak berfungsi dengan baik). Oleh karena itu, maka
perlu dilakukan analisa kemacetan lalu lintas pada jalan Jalan Teuku Umar – Jalan
Zainal Abidin Pagar Alam serta solusi pemecahannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun makalah ini dibuat dengan rumusan permasalahan:

1. Bagaimana cara mengatasi Permasalahan Kemacetan Bandar Lampung?

1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui laporan penelitian ini ialah:
1.Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan kemacetan di
Bandar Lampung.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemacetan
2.1.1 Pengertian Kemacetan
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan
yang ditinjau melebihi kapasitas luas jalan yang tersedia. Pada saat terjadinya
kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan
akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).

Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas tertingginya, kemacetan mulai


terjadi. Kemacetan akan terus menerus meningkat apabila kendaraan datang begitu
banyaknya melebihi kapasitas jalan itu sendiri. Kemacetan total terjadi apabila
kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat. (Tamin, 2000).

2.1.2 Penyebab Kemacetan


Menurut penelitian Administration (2005), terdapat 2 penyebab kemacetan,
yaitu:

1. Hambatan Fisik: Kemacetan yang disebabkan oleh jumlah kendaraan yang


melebihi batas atau berada pada tingkat tertinggi. Kapasitas tersebut
ditentukan dari faktor jalan, persimpangan jalan, dan tata letak jalan.
2. Area Pekerjaan (work zone): Kemacetan yang disebabkan oleh adanya
aktivitas kontruksi pada jalan. Aktivitas tersebut akan mengakibatkan
perubahaan keadaan lingkungan jalan. Perubahan tersebut seperti
penurunan pada jumlah atau lebar jalan, pengalihan jalur, dan penutupan
jalan (Administration, 2005).

5
5

2.1.3 Dampak Negatif Kemacetan


Kerugian yang diderita akibat dari masalah kemacetan ini apabila dihitung
dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu perjalanan
menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan
polusi kendaraan yang dihasilkan makin bertambah. Pada kondisi macet kendaraan
merangkak dengan kecepatan yang sangat rendah, pemakaian bbm menjadi sangat
boros, mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus dan buangan kendaraan yang
dihasilkan lebih tinggi kandungan konsentrasinya. Pada kondisi kemacetan
pengendara cenderung menjadi tidak sabar yang menjurus ke tindakan tidak disiplin
yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemacetan lebih lanjut lagi (Santoso,
1997)

Secara ekonomis, masalah kemacetan lalu lintas akan menciptakan biaya


sosial, biaya operasional yang tinggi, hilangnya waktu, polusi udara, tingginya
angka kecelakaan, bising, dan juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi pejalan
kaki (Soesilowati, 2008).

Masalah lalu lintas atau kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat


besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu (tundaan),
pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan rendahnya kenyamanan
berlalulintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara (Tamin,
2000).

2.2 Waktu Perjalanan


Waktu perjalanan merupakan waktu yang diperlukan untuk sampai ke tujuan
yang dituju. Waktu perjalanan ini umumnya berbeda tergantung dari keadaan jalan
seperti adanya kemacetan, kecelakaan lalu lintas, kereta melintas dan sebagainya.
Waktu perjalanan akan konstan apabila waktu perjalanan yang ditempuh setiap hari
sama dengan sebelumnya.
6

2.3 Reliabilitas Waktu Perjalanan


2.3.1 Pengertian reliabilitas waktu perjalanan
Reliabilitas waktu perjalanan adalah banyaknya variasi waktu perjalanan dari
beberapa kali pengukuran. Semakin kecil variasi yang ada, maka semakin konsisten
waktu perjalanan atau semakin baik reliabilitas waktu perjalanannya. Sedangkan
semakin besar variasi waktu perjalanan maka konsistensi waktu perjalanan semakin
sulit diprediksi. Reliabilitas waktu perjalanan digunakan untuk menunjukkan
seberapa konsisten waktu perjalanan yang dilalui, sehingga reliabilitas waktu
perjalanan sangat berguna bagi pengguna jalan dalam merencanakan perjalanannya.

2.3.2 Pentingnya reliabilitas waktu perjalanan


Kemacetan tidak akan sama setiap harinya, bisa sangat parah sampai
kemacetan total, ataupun padat merayap. Oleh sebab itu, para pengguna jalan harus
mensiasatinya dengan berangkat 1-2 jam untuk menghindari keterlambatan. Ini
penting mengingat keadaan jalan yang bisa berubah-ubah setiap harinya.
Contohnya, seorang siswa yang ingin berangkat ke sekolah, jika dia datang
terlambat, maka dia akan dihukum oleh gurunya. Dan seorang pekerja yang datang
terlambat akan dikenakan peringatan, jika keterlambatan ini terus menurus terjadi,
bukan tidak mungkin si pekerja akan dipecat dari pekerjaan nya.

2.3.3 Variabilitas reliabilitas waktu perjalanan


Waktu tempuh kita dari rumah menuju kampus, kantor ataupun sekolah
menunjukkan ketidakpastian, sehingga mereka tidak tahu persis kapan mereka akan
sampai di tujuan. Hal ini terjadi karena perbedaan keadaan jalan setiap harinya.
BAB III
ANALISIS DATA

3.1 Waktu & Tempat


Penelitian tentang upaya mengatai masalah kemacetan di Bandar Lampung dengan
mengoperasikan bus trans lampung dilaksanakan pada Kamis,26 April 2019 s.d
Selasa 30 April 2019 di Terminal Rajabasa

3.2 Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang kita pakai adalah observasi ,teknik
komparasi,dan deskripsi.

Metode observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan


secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik
observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik hendaknya
dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi terhadap obyek.

Penelitian Komparasi adalah penelitian yang dimaksudkan untuk


mengetahui dan atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih. Penelitian
komparasi juga adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda
dan menemukan hubungan sebab-akibatnya.

deskripsi adalah suatu tulisan yang isinya menggambarkan atau


menjelaskan tentang suatu objek atau keadaan tertentu secara ringkas dan tepat.

3.3 Teknik Pengambilan Data


-Kita mengunjungi tempat/titik dimana biasanya macet itu terjadi dan
mencari perbandingan tempat terparah terjadinya macet,yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi kemacetan,mengetahui waktu yang sering terjadi kemacetan
dan hal yang utama adalah untuk melihat mengapa terjadi kemacetan di daerah
tersebut.

-Meninjau bagaimana masyarakat yang mulai berkurang dalam


menggunakan transportasi umum seperti bus trans lampung yang menyebabkan
naiknya volume kendaraan di daerah Bandar Lampung

7
8

3.4 Area terpadat


Berdasarkan pengamatan kami, didapatkan data titik-titik kemacetan sebagai
berikut:
1. Mall Boemi Kedaton arah Jalan Sultan Agung dan sebaliknya.
2. Area pembangunan Underpass Unila.
3. Pasar Bambu Kuning
4. Pertigaan Lampu Lalu Lintas ke arah Kantor Pos dan ke arah Rumah
Sakit Abdoel Moeloek.
5. Sekolah Menengah Atas Perintis.
6. Mall Simpur Center.
7. Pasar Bawah Ramayana arah Rel Kereta Api ke arah Chandra Tanjung
Karang.
8. Pasar Tugu arah Flyover Antasari
3.5 Peraturan yang telah dibuat
Sudah banyak peraturan yang direncanakan oleh pemerintah untuk
menanggulangi kemacetan di Bandar Lampung, tetapi karena keterbatasan dana,
hanya beberapa peraturan saja yang bisa terlaksana. Tapi bukan berarti perencanaan
yang dilakukan pada tahun 2011 tidak dijalankan untuk periode tahun selanjutnya,
melainkan masih berjalannya strategi-strategi tersebut agar kemacetan di Kota
Bandar Lampung dapat diminimalisir dan tidak bertambah parah. Pemerintah sudah
menerapkan beberapa peraturan seperti menerapkan BRT ( Bus Rapid Trans) yang
dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung dan bekerjasama dengan
pihak swasta yaitu PO yang tergabung dalam kosorium dan CV.Devis Jaya dalam
penyediaan halte dalam rangka mengatasi kemacetan di Kota Bandar Lampung.
Lalu melakukan survey lalu lintas yang tujuannya melihat kondisi sekarang untuk
dijadikan sebagai tolak ukur di masa yang akan datang. Lalu, Rencana lain yang
dilakukan pada tahun 2011 yaitu Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
bekerjasama dengan SATPOL-PP menghilangkan hambatan samping seperti PKL,
parkir yang menggunakan badan jalan, dan lain-lain.
9

3.6 Penanggulangan oleh Aparat


Aparat sudah melakukan banyak sekali cara untuk mengurai kemacetan di
Bandar Lampung seperti menertibkan pedagang liar yang berjualan di trotoar,
menertibkan kendaraan-kendaraan yang parkir sembarangan di badan jalan yang
menyebabkan kemacetan, dan lain lain.
11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kemacetan di Kota Bandar Lampung

Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya lalu lintas yang


disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan
banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi
publik dengan baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan
dengan kepadatan penduduk.

Masalah kemacetan menjadi bagian dari beragam permasalahan kota yang saling
berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Bandar
Lampung merupakan salah satu permasalahan penting yang harus diatasi oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung, terutama terjadinya kepadatan pada jalan-jalan
utama pada kawasan-kawasan pusat kota

Dapat diketahui bahwa data peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bandar


Lampung yang ada pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Kendaran di Kota Bandar Lampung pada Tahun 2005-2009

Tahun Mobil Pribadi Motor


2005 40.560 121.682
2006 50.380 150.930
2007 62.583 190.822
2008 74.300 250.065
2009 96.573 327.180
(Sumber: BPS Kota Bandar Lampung dala Angka dan Dinas Perhubungan,
2010).

Dari tabel di atas dapat diketah bahwa jumlah kendaraan mengala peningkatan yang
bagitu cepat, padah peningkatan kendaraan tidak diimban dengan peningkatan
infrastruktur ja seperti pelebaran ruas dan perbaikan ja yang rusak. Masalah
kemacetan tidak han berimplikasi dengan hal teknis saj melainkan perilaku
masyarakat yang leb memilih kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum
sebagai sara transportasi.
12

B. Hubungan Tingkat Kepadatan Penduduk dan Kemacetan Lalu Lintas di


Kota Bandar Lampung

Tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi kemacetan lalu lintas di


kota Bandar Lampung karena bertambahnya penduduk maka penggunaan
kendaraan semakin banyak karena mereka memiliki keinginan untuk memperoleh
kenyamanan, prestise, dan kurang representatifnya transportasi massal mungkin
mendorong orang-orang yang mampu secara ekonomi untuk membeli dan
menggunakan kendaraan pribadi, khususnya roda empat. Bayangkan jika ternyata
ratarata kendaraan roda empat di kota initernyata hanya mengangkut 1-2 orang pada
setiap kali perjalanannya, tidak dapat dihindari lagi pertambahan volume kendaraan
dan meningkatnya beban jalan.

Selain itu, faktor yang menjadi penyebab timbulnya kemacetan di Kota


Bandar Lampung; Pertama, Daya tampung ruas jalan yang overload atau beban
yang terlalu berat dengan jumlah kendaraan yang lewat. Beberapa jalan di Kota
Bandar Lampung sebenarnya tidak mampu lagi menampung aktivitas kendaraan
pada jam jam puncak. Kondisi jalan tersebut kini kontras sekali dengan kondisi 1-
2 tahun sebelumnya. Pada ruas jalan protokol misalnya mulai pukul 07.00-18.00
semakin macet. Jika dilihat dalam konteks kota secara keseluruhan, ada beberapa
ruas jalan di Bandar Lampung yang rutin mengalami kemacetan ketika jam -jam
sibuk, seperti Jalan Kartini, Jalan Raden Intan, dan Jalan Ahmad Yani dan beberapa
ruas jalan lainnya di Kota Bandar Lampung meskipun intensitas kemacetannya
tidak sama pada pusat kota yang ada di Ibu Kota Jakarta. Kedua, beberapa trafic
light rambu lalu lintas yang kurang berfungsi turut menjadi penyebab
meningkatnya angka kemacetan di Kota Bandar Lampung. Ketiga, angkutan kota
dan perilaku pengguna jalan, perilaku sopir angkutan kota yang berhenti
sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, serta perilaku
pengguna jalan bahkan mungkin kita sendiri menjadi faktor penyumbang
bertambahnya angka kemacetan. Keempat, tata guna lahan atau pengembangan
sarana publik seperti pusat perbelanjaan yang masih berkonsentrasi di pusat kota
berimplikasi pada terpusatnya pergerakan kendaraan dan orientasi masyarakat
untuk selalu menuju pusat kota untuk berbelanja atau untuk menikmati sarana
publik yang memiliki kesan metropolis. Kelima, pedagang Kaki Lima (PKL).
Aktivitas PKL khususnya yang ada di sekitar Jalan Kartini dan Raden Intan dan
jalan-jalan lain di pusat kota yang menggunakan badan jalan ikut menyumbang
kemacetan. Kemacetan tersebut disebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang
menuju ke pasar tradisional paling populer di Kota Bandar Lampung tersebut secara
bersamaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Ketidakseimbangan antara ruas jalan dengan pertambahan jumlah


kendaraan menyebabkan kemacetan semakin parah.
2. Kemacetan menyebabkan kerugian baik dari segi ekonomis hingga psikis.
3. Pengoperasian transportasi umum dapat mengatasi kemacetan.

5.2 Saran
1. Ketidakseimbangan antara ruas jalan dengan pertambahan jumlah
kendaraan menyebabkan kemacetan semakin parah
2. Pemerintah harus membenahi peraturan yang ada.
3. Masyarakat hendaknya mematuhi peraturan yang berlaku.
4. Para pedagang kaki lima disarankan tidak berjualan di bahu jalan.
5. Bus TransLampung harus diaktifkan secara massal terutama di sekitar
kampus ITERA.

12
Daftar Pustaka
Administration, F. H. 2005. Traffic Congestion and Reliability : Trends and
Advanced Strategies for Congestion Mitigation. Washington DC, USA.

MKJI. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia Bina Marga. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Marga.

Santoso. 1997. Manajemen Lalu-lintas Perkotaan. Bandung: Badan Penerbit ITB.

Soesilowati. 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Terhadap


Kemacetan lalu Lintas Di Wilayah Pinggiran Dan Kebijakan yang
Ditempuhnya. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Tamin, Ofyar. Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB


Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai