Pedodonsia & Konservasi
Pedodonsia & Konservasi
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
(Forbes, 2002)
b) Tes Perkusi
Tes perkusi dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
status jaringan peridonsium. Tes ini menggunakan instrument
kedokteran gigi seperti kaca mulut yang ujung nya di
ketukkan perlahan pada gigi. Apabila tes perkusi positif maka
terdapat kelainan pada jaringan peridonsium.
c) Tes druk
Tes druk dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
periapikal gigi. Caranya pasien diminta mengigit objek yang
keras contohnya gulungan kapas. Apabila hasil tes ini positif
maka terdapat kelainan pada periapikal gigi.
d) Tes khusus
Tes khusus ini dilakukan untuk membantu menentukan
rencana perawatan yang tepat untuk pasien. Contoh nya tes
vitalitas (Patel dan Justin, 2016).
2.1.3 Manajemen Kedokteran Gigi Anak
a. Tell – show – do
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien
dengan prosedur baru, sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi
menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
(memperhitungkan usia pasien menggunakan bahasa yang mudah
dipahami). Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakan
handpiece yang lambat pada jari) kemudian lakukan tindakan yang
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tell-show-do dapat
mengurangi kecemasan pada pasien anak yang baru pertama ke
dokter gigi (Gupta, 2014).
b. Behavior shaping
Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan teknik
nonfarmakologi. Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku
yang didasarkan pada prinsipprinsip pembelajaran sosial. Prosedur
ini secara bertahap akan mengembangkan perilaku dan memperkuat
perilaku sosial. Behavior shaping terjadi saat perawat gigi atau
dokter gigi mengajarkan anak bagaimana cara berperilaku. Anak-
anak diajarkan melalui prosedur ini secara bertahap. Berikut ini
adalah outline untuk behavior shaping model:
1. Pada tahap pertama, jelaskan sejak awal tujuan atau tugas
anak
2. Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan. Seorang
anak akan mengerti alasan dan dapat bekerja sama.
3. Jelaskan prosedur dengan sederhana. Seorang anak sulit
memahami prosedur dengan satu penjelasan, sehingga harus
dijelaskan secara perlahan dan bertahap.
4. Perhatikan tingkat pemahaman anak. Gunakan ungkapan
yang lebih halus dan sederhana.
5. Gunakan perkiraan dalam keberhasilan. Sejak tahun 1959,
teknik TellShow-Do merupakan acuan dalam panduan
berperilaku.
6. Memperkuat/membentuk perilaku yang tepat. Sespesifik
mungkin, karena memperkuat perilaku dengan spesifik lebih
efektif daripada pendekatan umum. Saran ini didukung oleh
penelitian klinis Weinstein dan rekanrekannya, yang meneliti
respon dokter gigi terhadap perilaku anak-anak dan
menemukan bahwa penguatan perilaku secara langsung dan
spesifik paling konsisten diikuti oleh penurunan perilaku
terkait rasa takut pada anak-anak. 17 7. Mengabaikan
perilaku yang tidak pantas. Perilaku buruk yang diabaikan
cenderung akan hilang sendiri ketika dilakukan pembentukan
perilaku (Dean dkk., 2011)
c. Disentisasi
Disentisasi adalah jenis manajemen perilaku yang
diperkenalkan oleh Joseph Wolpe (1969) berdasarkan pemahaman
bahwa relaksasi dan kecemasan tidak dapat ada pada individu di saat
yang bersamaan. Dalam prakteknya, untuk manajemen kecemasan
dental, stimulus penghasil rasa takut dibangun, dimulai dengan
stimulus dengan ancaman terendah. Namun, sebelum ini dilakukan,
pasien diajarkan untuk rileks. Jika keadaan relaksasi sudah tercapai,
stimulus yang menimbulkan rasa takut mulai diperkenalkan diawali
dengan stimulus yang tidak menimbulkan kecemasan kemudian
dapat dilanjutkan dengan stimulus yang mulai menimbulkan rasa
takut (Duggal dkk., 2013). Desentisasi membantu seseorang untuk
menangani ketakutan atau phobia yang spesifik melalui kontak yang
berulang. Stimulus penghasil rasa takut diciptakan dan diterapkan
pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yang paling sedikit
menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani
ketakutan yang spesifik, contohnya anastesi gigi pada anak (Gupta
dkk., 2014).
d. Sedasi
Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-
obatan sedatif dapat diberikan melalui inhalasi, atau melalui oral,
rektal, submukosa, intramuskular, atau intravena. Penggunaan obat
kombinasi dan pilihan rute pemberian tertentu bertujuan untuk
memaksimalkan efek, meningkatkan keamanan, serta
memaksimalkan penerimaan pada pasien. Inhalasi campuran nitrous
oxide sering disertai dengan pemberian agen sedasi lain dengan rute
pemberian berbeda (Dean dkk., 2011).
Atas Ke-2 (t) Ke-3 Ke-6 (t) Ke-5 (t) Ke-5 (t) Ke-1 (t) Ke-7 (t) Ke-8 (t)
(Scheid&Gabriella, 2013)
BAB III
PETA KONSEP
Management
Pemeriksaan Anak
Pemeriksaan Pemeriksaan
Subyektif Obyektif
Anamnesiss
Intraoral Ekstraoral
Pembengka Nyeri
Identitas pasien kan tekan
Keluhan utama Asimetri Konsistensi
Riwayat medis Warna Substansi
Riwayat dental
Riwayat sosial
Penegakan
Diagnosis
Rencana Perawatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kegiatan praktik seorang dokter tidak hanya menjumpai pasien remaja
dan dewasa saja namun juga akan menjumpai pasien anak. Oleh sebab itu, dokter
dewasa.
didapatkan langsung dari pasien( auto anamnesis) ataupun bisa melalui orangtua
pasien anak (allo anamnesis). Anamnesa tidak hanya berisikab tanya jawab
seputar keluhan akan tetapi juga berupa pertanyaan seputar riwayat medis,riwayat
pemeriksaan objektif dokter gigi akan memeriksa bagian intra oral dan ekstra oral
dari pasien anak. Pemeriksaan intra oral meliputi : tes druk, tes perkusi, tes
vitalitas sedangkan pemeriksaan ekstra oral dilakukan dengan cara inspeksi dan
palpasi pada bagian luar mulut dengan bertujuan melihat adanya pembengkakan,
simettis pada wajah dan apakan ada perubahan warna pada wajah yang mengalami
pembengkakan. Selain itu adanya tes palpasi digunakan untuk melihat adanya
dokter gigi akan mudah untuk mendapatkan dignosa dari keluhan pasien anak
tersebut yang nantinya akan didapatkan rencana perawatan pada pasien anak
dengan tepat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Managemen pemeriksaan anak yang tepat yaitu managemen yang
dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan objektif. Dimana pemeriksaan
subjektif akan menerapkan metode anamnesis seputaran keluhan yang
dialami pasien anak. Anamnesa tidak hanya berisikan tanya jawab seputar
keluhan akan tetapi juga berupa pertanyaan seputar riwayat medis,riwayat
dental dan juga riwayat sosial pasien anak tersebut. Lalu ada pula
pemeriksaan objektif dokter gigi akan memeriksa bagian intra oral dan ekstra
oral dari pasien anak. Pemeriksaan intra oral meliputi : tes druk, tes perkusi,
tes vitalitas sedangkan pemeriksaan ekstra oral dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi pada bagian luar mulut dengan bertujuan melihat adanya
pembengkakan, simettis pada wajah dan apakan ada perubahan warna pada
wajah yang mengalami pembengkakan. Selain itu adanya tes palpasi
digunakan untuk melihat adanya nyeri pada pembengkakan diarea kelenjar
limfe. penerapkan managemen pemeriksaan anak yang tepat makaseorang
dokter gigi akan mudah untuk mendapatkan dignosa.
5.2 Saran
Managemen pemeriksaan anak yang tepat sangat berpengaruh terhadap
jalanya pemeriksaan pada saat perawatan guna mempermudah dokter dalam
mendapatkan diagnosa yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
C . Scheid Rickne dan Gabriella Weiss. 2013. Woelfel anatomi gigi. Ed. 8.
Jakarta : EGC.
Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed.,
Mosby inc., London, hal. 52, 260-261.
Duggal, M., Cameron, A., Toumba, J., 2013, Paediatric Dentistry at a Glance, 1st
ed., Blackwell Pub., Oxford, hal.21.
Forbes WC, Shepherd RDH. Examination of the lymph nodes of the head and
neck: part I. The Journal of Practical Hygiene. 2002 Nov: 15-9.
Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam
Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
Gupta, A., dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child, Stomatologija,
Baltic Dental and Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1.
Oehadian, Amaylia. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. Continuing
Medical Education . CDK-209/ vol. 40 no. 10.
Tarigan . R . 2013 .karies gigi edisi 2 .Jakarta :EGC
Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC,
Jakarta.