merokok dengan kejadian ISPA di kelurahan (60,61%). Nilai PR sebesar 5,75, yang berarti PR >
Sidotopo, Surabaya dalam kurun satu waktu. 1 sehingga ventilasi merupakan faktor risiko
terjadinya ISPA. Analisis hubungan antara
METODE ventilasi asap dapur dengan kejadian ISPA
menunjukan sebagian besar responden yang ISPA
Penelitian ini dilaksanakan di RW XI tidak memiliki ventilasi asap dapur sebanyak
Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota (54,05%). Nilai PR sebesar 4,05, yang berarti PR >
Surabaya pada bulan Januari 2018. Penelitian ini 1 sehingga ventilasi asap dapur faktor risiko
menggunakan jenis penelitian observasional. Jenis terjadinya ISPA. Hasil analisis hubungan antara
penelitian observasional analitik dengan dinding dengan kejadian ISPA menunjukan bahwa
menggunakan desain penelitian cross sectional. sebagian besar responden yang tidak menderita
Jumlah populasi balita keseluruhan adalah 60 ISPA memiliki dinding yang baik sebanyak
balita, setelah dilakukan penghitungan dengan (55,56%). Nilai PR sebesar 0,64, yang berarti PR <
rumus proporsi binomunal didapatkan hasil 1 sehingga memiliki efek protektif. Analisis
sebanyak 52 balita yang menjadi sampel pada hubungan antara atap dengan kejadian ISPA
penelitian ini. Cara pengambilan sampel pada menunjukan bahwa sebagian besar responden yang
penelitian menggunakan teknik accidental ISPA memiliki atap yang kurang baik sebanyak
sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara (54,29%). Nilai PR sebesar 3,07, yang berarti PR >
terstruktur yang dipandu dengan kuesioner dan 1 sehingga atap rumah faktor risiko terjadinya
observasi yang di pandu dengan lembar checklist ISPA. Analisis perilaku merokok terhadap
indikator rumah sehat. Data tentang balita yang kejadian ISPA menunjukan sebagian besar
menderita ISPA didapat melalui data sekunder responden yang ISPA memiliki keluarga yang
yang ada dipuskesmas berdasarkan diagnosis dari merokok sebanyak (51,22%). Nilai PR sebesar
dokter yang bertugas di Puskesmas Sidotopo. 5,63, yang berarti PR > 1 sehingga perilaku
Wawancara dan observasi dilakukan oleh peneliti merokok didalam rumah merupakan faktor risiko
secara langsung dengan berkunjung kerumah penyebab kejadian ISPA pada balita.
responden. Uji statistik yang digunakan adalah chi-
square dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05) PEMBAHASAN
dan nilai Prevalence Ratio (PR).
Gambaran Karakteristik Responden
HASIL Hasil observasi dan wawancara pada
penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa
Gambaran Karakteristik Responden jenis kelamin balita yang menderita ISPA paling
Hasil wawancara dan observasi pada Tabel 1 banyak berjenis kelamin laki-laki tetapi perbedaan
menunjukan bahwa mayoritas balita dalam jumlahnya tidak terlalu signifikan, hal ini
penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Pada dikarenkan aktivitas anak laki-laki yang lebih aktif
bagian kelompok umur balita pada penelitian ini bermain diluar bersama teman-temannya sehingga
yang paling banyak adalah kelompok umur (13-36 lebih mudah terpapar faktor penyebab ISPA. Umur
bulan). Mayoritas pekerjaan orang tua dari balita yang paling banyak menderita ISPA adalah
responden balita adalah bekerja sebagai buruh. kebanyakan dibawah 5 tahun hal ini dikarenakan
Sebagian besar pendapatan orang tua responden belum terbentuknya sistem imun secara sempurna
masuk dalam kategori rendah (< 1.000.000). pada anak sehingga membuat balita sangat rentan
terhadap paparan penyakit yang ada disekira
Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah lingkungan tempat tinggalnya. Rendahnya
dengan Kejadian ISPA tingkatan pendapatan orang tua sangat besar
Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukan pengaruhnya terhadap status kesehatan balita baik
bahwa sebagian besar responden dengan ISPA dari segi asupan gizi dan kualitas sanitasi dan fisik
memiliki pencahayaan kurang (55,88%). Nilai PR rumahnya yang berimplikasi langsung terhadap
pada hubungan antara pencahayaan dengan kesehatan balita. Hasil penelitian ini sejalan
kejadian ISPA sebesar 3,35 yang berarti nilai PR > dengan penelitian yang dilakukan Iskandar,
1, sehingga pencahayaan merupakan faktor risiko Tanuwijaya, & Yuniarti (2015) di Rumah Sakit
terjadinya ISPA. Analisis hubungan antara Umum Nurhayati Kabupaten Garut juga
ventilasi dengan kejadian ISPA menunjukan menunjukan bahwa sebagian besar balita yang
bahwa sebagian besar responden dengan ISPA menderita ISPA berjenis kelamin laki-laki dan
memiliki ventilasi yang kurang baik sebanyak berumur dibawah usia 5 tahun.
230 of 235 I Gusti Agung Putu Mahendrayasa, et al / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 227-235
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ISPA dan Tidak ISPA berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pekerjaan Orang Tua dan Pendapatan Orang Tua
Penyakit
Total
Kategori ISPA Tidak ISPA
n % n % n %
Jenis kelamin Balita
Laki-laki 12 37,50 20 62.50 32 100,00
Perempuan 10 50,00 10 50,00 20 100,00
Umur Balita
0-12 bulan 1 25,00 3 75,00 4 100,00
13-36 bulan 12 37,50 20 62,50 32 100,00
37-60 bulan 9 56,25 7 43,75 16 100,00
Pekerjaan Orang Tua
Buruh 13 39,39 20 60,61 33 100,00
Swasta 4 44,44 5 55,56 9 100,00
Wiraswasta 5 50,00 5 50,00 10 100,00
Pendapatan Orang Tua
Rendah 12 42,85 16 57,15 28 100,00
Sedang 9 47,37 10 52,63 19 100,00
Tinggi 1 20,00 4 80,00 5 100,00
Total 22 42,31 30 57,69 52 100,00
Tabel 2
Analisis Hubungan Pencahayaan, Ventilasi, Dinding Rumah, Atap, Lubang Asap Dapur dan Perilaku
Merokok Orang Tua Responden terhadap Kejadian ISPA
Penyakit Total p PR
Variabel ISPA Tidak ISPA
n % n % n %
Pencahayaan
Kurang 19 55,88 15 44,12 34 100,00 0,01 3,35
Baik 3 16,67 15 83,33 18 100,00
Ventilasi
Kurang 20 60,61 13 39,39 33 100,00 0,01 5,75
Baik 2 10,53 17 89,47 19 100,00
Ventilasi Asap Dapur
Kurang 20 54,05 17 45,95 37 100,00 0,01 4,05
Baik 2 13,33 13 86,67 15 100,00
Dinding
Kurang 2 28,57 5 71,43 7 100,00 0,68 0,64
Baik 20 44,44 25 55,56 45 100,00
Atap
Kurang 19 54,29 16 45,71 35 100,00 0,02 3,07
Baik 3 17,65 14 82,35 17 100,00
Perilaku
Merokok 21 51,22 20 48,78 41 100,00 0,01 5,63
Tidak Merokok 1 9,09 10 90,91 11 100,00
Total 22 42,31 30 57,69 52 100,00
Penelitian yang dilakukan Anggraini, faktor ini berkaitan dengan pola pikir dan cara
Mudigdo, & Soemanto (2016) di Kediri yang mereka mengambil suatu keputusan yang berkaitan
menyatakan bahwa pendapatan keluarga dan kesehatan keluarga.
tingkat pengetahuan orang tua memiliki pengaruh Penelitian Cakmak, Hebbern, Cakmak, &
yang signifikan terhadap kejadian ISPA. Kedua Vanos (2016) menunjukkan faktor-faktor
232 of 235 I Gusti Agung Putu Mahendrayasa, et al / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 227-235
penyebab terjadinya ISPA dapat dimodifikasi baik media yang baik untuk tumbuh dan berkembang
disebabkan oleh faktor lingkungan, sosial ekonomi bakteri, virus dan parasit yang dapat menimbulkan
dan perilaku, dengan cara adanya kemauan serta masalah kesehatan terutama pernafasan dan
kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah. apabila cahaya yang masuk berlebihan juga
Penelitian Taksande & Yeole (2015) menunjukkan menimbulkan masalah kesehatan pada penglihatan.
selain memodifikasi lingkungan dapat juga Pencahayaan dibedakan menjadi pencahayaan
dilakukan dengan meningkatkan cakupan ASI alami yaitu pencahayaan yang berasal dari sinar
Eksklusif, menunda penyapihan ASI minimal 6-24 matahari yang efektif untuk membunuh bakteri,
bulan, peningkatan status gizi dalm upaya virus, parasit dan jamur yang ada di dalam rumah.
mengoptimalkan pembentukan sistem imun atau Pencahayaan pada perumahan yang padat dapat
kekebalan tubuh balita dari paparan penyakit serta dimodifikasi dengan berbagi cara seperti
mengurangi tingkat kepadatan hunian dalam satu penggunaan genting fiberglass dan mengatur tata
rumah. letak ruangan (Kemenkes RI, 2011).
Hubungan antara Pencahayaan Rumah dengan Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan
Kejadian ISPA Kejadian ISPA
Hasil dari analisis pada penelitian ini Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan
menunujukan bahwa ada hubungan antara bahwa terdapat hubungan antara ventilasi rumah
pencahyaan rumah dengan kejadian ISPA. Hal ini dengan kejadian ISPA. Sebagian besar rumah
disebabkan oleh sebagian besar responden yang responden tidak memiliki ventilasi rumah yang
pernah mengalami ISPA memiliki pencahayaan sesuai dengan persyaratan rumah sehat selain itu
yang kurang baik dan terlalu dekatnya jarak antara ada juga responden yang rumahnya tidak memiliki
rumah yang satu dengan rumah yang lainnya ventilasi. Berdasarkan hasil wawancara, banyak
sehingga tidak ada celah untuk sinar matahari responden yang tidak tahu tentang manfaat adanya
masuk kedalam rumah. Hasil wawancara ke Ketua ventilasi dirumah serta dampaknya terhadap
RW dan Lurah mengatakan bahwa kepemilikan kesehatan. Hasil observasi dilapangan juga
tanah warga, bukan milik mereka pribadi menunjukan masyarakat membangun rumah tidak
melainkan milik PT KAI, sehingga status memperhatikan aspek-aspek syarat rumah sehat.
bangunan mereka ilegal dan sebagian besar tinggal Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dirumah kontrakan yang mana pencahayaan dalam yang dilakukan oleh Suryani, Edison, & Nazar
ruangannya sangat kurang. Hasil penelitian Gapar, (2015) pada balita dengan kejadian ISPA di
Putra, & Pujaastawa (2015) tentang kejadian ISPA wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dengan
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas IV menyatakan terdapat hubungan antara ventilasi
Denpasar Selatan yang menunjukkan bahwa ada rumah dengan dengan kejadian ISPA. Namun hasil
hubungan antara pencahayaan yang kurang dengan ini berbeda dengan hasil penelitian Gapar, Putra, &
kejadian ISPA pada warga. Penelitian yang Pujaastawa (2015) tentang kejadian ISPA yang
dilakukan oleh Suryani, Edison, & Nazar (2015) dilakukan di wilayah kerja Puskesmas IV
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Denpasar Selatan dari sekian banyak faktor
Buaya Kota Padang menyatakan bahwa ada ventilasi tidak merupakan faktor risiko penyebab
hubungan yang signifikan antara kondisi terjadinya kejadian ISPA.
pencahayaan rumah dengan kejadian ISPA tetapi Peraturan Menteri Kesehatan Republik
berdasarkan nilai coefficient on contingency (Cc) Indonesia No. 077/MENKES/PER/V/2011 tentang
terdapat hubungan yang lemah antara kejadian Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
ISPA dengan pencahayaan alami rumah. Penelitian yang mensyaratkan adanya ventilasi disetiap
yang dilakukan Caesar, Nurjazuli, & rumah. Ventilasi berfungsi untuk menjaga sirkulasi
Wahyuningsih (2015) menunjukan hasil yang udara dari dalam keluar dan dari luar kedalam
berbeda, bahwa tidak ada hubungan antara rumah tetap terjaga sehingga keseimbangan
pencahayaan dengan kejadian pneumonia pada oksigen (O2) yang diperlukan penghuninya dapat
balita di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep terpenuhi dengan baik. Ventilasi dikategorikan
Banyumanik Semarang. baik apabila memenuhi syarat yaitu luas ventilasi ≥
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki 10% dari luas lantai dan terbuka dan dikategorikan
pencahayaan yang baik, pencahayaan yang tidak tidak memenuhi syarat apabila <10% dari luas
berlebihan ataupun kurang. Pencahayaan yang lantai tetapi kondisi ini dapat diatasi dengan
kurang mengakibatkan ketidak nyamanan pada memasang kipas angin baik pada dinding ataupun
penghuninya untuk tinggal dan juga merupakan plafon rumah agar sirkulasi udara dapat berjalan
233 of 235 I Gusti Agung Putu Mahendrayasa, et al / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 227-235
baik dan juga sering-sering membuka pintu pada sehingga gas buang hasil proses memasak dapat
saat pagi hari serta hindari penggunaan bahan- dialirkan keluar ruangan (Kemenkes RI, 2011).
bahan furniture yang cepat menyerap kelembaban
seperti kayu dan kulit (Kemenkes RI, 2011). Hubungan antara Dinding Rumah dengan
Kejadian ISPA
Hubungan antara Ventilasi Asap Dapur dengan Hasil analisis antara dinding rumah dengan
Kejadian ISPA kejadian ISPA menyatakan bahwa tidak ada
Hasil analisis dari penelitian ini menyatakan, hubungan yang signifikan antara dinding dengan
hubungan antara ventilasi asap dapur dengan kejadian ISPA. Hal ini dipengaruhi oleh
kejadian ISPA memiliki hubungan yang kebanyakan rumah responden sudah memiliki
signifikan. Hal ini diakibatkan sebagian besar dinding permanen dan dicat yang sesuai dengan
responden tidak memiliki ventilasi asap dapur dan kategori rumah sehat. Hasil ini sejalan dengan
jarak antara kamar tidur dan dapur saling penelitian yang dilakukan oleh Fatichaturrachma,
berdekatan. Banyaknya responden yang tidak Suhartono & Dharminto (2016) pada balita di
memiliki ventilasi asap dapur dalam hal ini lebih wilayah kerja Puskesmas Pakayon Jaya Kota
dikarenakan faktor sosial ekonomi karena sebagian Bekasi yang menyatakan bahwa tidak ada
besar mereka tinggal di rumah kontrakan dan hubungan antara konstruksi dinding dengan
status kepemilikan lahan yang statusnya illegal dan kejadian pneumonia hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan responden terhadap keseluruhan responden baik kasus dan kontrol,
manfaat ventilasi asap dapur di rumah mereka. sudah memiliki dinding yang diplester dan dicat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil penelitian yang dilakukan Anwar &
penelitian Admasie, Kumie, & Worku (2018) Dharmayanti (2013) menunjukan hasil yang
yang juga menyatakan bahwa ventilasi asap dapur berbeda, bahwa terdapat hubungan antara jenis
memiliki makna secara epidemiologi terhadap dinding dengan kasus kejadian pneumonia pada
kejadian ISPA pada balita di Ethiopia selatan hal balita di Indonesia.
ini didukung rendahnya tingkat pendapatan orang
tua serta kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Hubungan antara Atap Rumah dengan
Hasil peneltian yang dilakukan oleh Fahimah Kejadian ISPA
(2014) di Puskesmas Cimahi Selatan dan Leuwi Hasil analisis hubungan antara atap rumah
Gajah Kota Cimahi juga menunjukan hasil bahwa dengan kejadian ISPA menyatakan bahwa ada
ada hubungan antara lubang asap dapur dengan hubungan yang signifikan antara atap rumah
kejadian gangguan pernafasan pada balita, maka dengan kejadian ISPA. Hal ini dipengaruhi oleh
keberadaan lubang asap dapur merupakan faktor sebagian besar responden atap rumahnya
risiko ISPA pada balita. menggunakan asbes. Hasil wawancara menyatakan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik bahwa sebagian besar responden menggunakan
Indonesia No. 077/MENKES/PER/V/2011 tentang asbes karena harganya yang murah dan mudah
Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah dibongkar pasang, jika nantinya mereka digusur
yang menyatakan bahwa harus adanya ventilasi atau pindah rumah. Hasil penelitian ini sejalan
asap dapur disetiap rumah karena saat memasak dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
akan terjadi proses pembakaran. Saat kayu Sartika, Setiani, & Wahyuningsih (2013) mengenai
dibakar, zat arang yang terkandung dalam kayu faktor lingkungan rumah dan praktik hidup orang
bereaksi pada oksigen dan berubah menjadi tua yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
karbondioksida apabila terjadi pembakaran pada balita di Kabupaten Kubu Raya menyatakan
sempurna tetapi pada umumnya pembakaran yang ada hubungan yang signifikan antara jenis atap
tidak sempurna menghasilkan asap. Bahan bakar rumah dengan kejadian pneumonia. Penelitian
minyak tanah dan kayu bakar setelah mengalami yang dilakukan oleh Sari, Marlinae, & Noor
pembakaran akan menghasilkan CO dan CO2, (2016) di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah
kedua macam polutan ini sangat berbahaya bagi Laut menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa
kesehatan manusia dan dapat mengakibatkan tidak ada hubungan antara atap rumah dengan
keracunan apabila dihirup dalam jumlah yang kejadian gangguan pernafasan pada balita.
banyak karena mengganggu fungsi kerja jantung
dan paru-paru. Keadaan ini dapat dimodifikasi Hubungan Perilaku Merokok Anggota
dengan memasang exhaustfan pada dinding dapur Keluarga dengan Kejadian ISPA
dan memasak ditempat yang jauh dari kamar tidur Hasil analisis hubungan antara perilaku
atau ditempat yang sirkulasi udaranya baik merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA
234 of 235 I Gusti Agung Putu Mahendrayasa, et al / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 227-235
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah
antara perilaku merokok keluarga dengan kejadian memberikan izin beserta dukungan untuk
ISPA pada balita. Hal ini disebabkan oleh sebagian terselengaranya penelitian ini.
besar anggota keluarga dari responden terutama
ayah mereka merupakan perokok aktif dan mereka REFERENSI
merokok didalam rumah atau ruangan, secara tidak
langsung anggota keluarga mereka menjadi Adesanya, O. A., & Chiao, C. (2017).
perokok pasif. Perokok pasif memiliki risiko lebih Environmental risks associated with
besar daripada perokok aktif. Balita khususnya symptoms of acute respiratory infection
sangatlah rentan terhadap paparan asap rokok among preschool children in North-Western
karena masih lemahhya sistem pertahanan tubuh and South-Southern Nigeria Communities.
mereka. International Journal of Environment
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Research and Public Health, 14(11), 1–10.
yang dilakukan oleh Tazinya et al (2018) di salah https://doi.org/10.3390/ijerph14111396
rumah sakit di Kamerun yang membandingkan Admasie, A., Kumie, A., & Worku, A. (2018).
antara keluarga yang merokok dengan tidak Children under five from houses of unclean
merokok dengan kesimpulan keluarganya yang fuel sources and poorly ventilated houses
merokok sangat berisiko terjadi ISPA daripada have higher odds of suffering from acute
yang tidak merokok. Penelitian Choube, Kumar, respiratory infection in Wolaita-Sodo,
Mahmood & Srivastava (2014) menyatakan Southern Ethiopia: A Case-Control Study.
bahawa anggota keluarga yang merokok didalam Journal of Environmental and Public Health,
ruangan sangat mempengaruhi terjadi kejadian 2018, 1–9.
ISPA pada balita. Begitu juga dengan penelitian https://doi.org/10.1155/2018/9320603
yang dilakukan Ahyanti & Duarsa (2013) pada Ahyanti, M., & Duarsa, A. (2013). Hubungan
mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian merokok dengan kejadian ISPA pada
Kesehatan Tanjungkarang yang menderita ISPA mahasiswa Politeknik Kesehatan
menunjukan bahwa ada hubungan antara merokok Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.
dengan kejadian ISPA. Peran petugas puskesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 47–53.
bersama stakeholder lainnya sangatlah diperlukan Akinyemi, J. O., & Morakinyo, O. M. (2018).
untuk lebih giat lagi untuk mengkampanyekan Household environment and symptoms of
bahaya rokok bagi kesehatan dan dampaknya bagi childhood acute respiratory tract infections in
orang yang ada disekitar perokok serta Nigeria, 2003-2013: a decade of progress and
menggalakan kampanye Kawasan Tanpa Rokok stagnation. BMC Infectious Diseases, 18(1),
(KTR). 1–12. https://doi.org/10.1186/s12879-018-
3207-5
SIMPULAN Anggraini, T., Mudigdo, A., & Soemanto, R. B.
(2016). Association between the
Faktor kondisi fisik rumah yang berhubungan socioeconomic factors , healthy home , and
secara signifikan dengan kejadian ISPA adalah healthy behavior among parents of children
faktor pencahayaan, ventilasi, lubang asap dapur, underfive with acute respiratory infection in
atap rumah dan perilaku merokok anggota Kediri, Indonesia. Journal of Epidemiology
keluarga. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor and Public Health, 1(1), 66–74.
risiko penyebab terjadinya ISPA pada balita. https://doi.org/jepublichealth.2016.01.01.08
Faktor risiko penyebab terjadinya ISPA dapat Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2013). Pneumonia
dicegah dengan upaya kerjasama lintas sektor pada anak balita di Indonesia. Jurnal
untuk lebih menggiatkan penyuluhan-penyuluhan Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8), 359-
kesehatan serta upaya modifikasi lingkungan yang 365.
ramah untuk kesehatan. http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v8i8.405
Caesar, D. L., Nurjazuli, N., & Wahyuningsih, N.
UCAPAN TERIMAKASIH E. (2015). Hubungan jumlah bakteri patogen
dalam rumah dengan kejadian pneumonia
Terimakasih kepada seluruh warga, ketua RW pada balita di wilayah kerja Puskesmas
XI dan lurah kelurahan Sidotopo beserta Ngesrep Banyumanik Semarang tahun 2014.
Puskesmas Sidotopo yang telah ikut serta Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
membantu kegiatan penelitian ini dan kepada 14(1), 21–26.
235 of 235 I Gusti Agung Putu Mahendrayasa, et al / Jurnal Berkala Epidemiologi, 6 (3) 2018, 227-235