Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN
seorang guru terlihat dari kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari
terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai
1
2
baik oleh kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi guru dalam memfasilitasi
dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian,
Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu
Program supervisi akademik yang harus disusun oleh seorang kepala sekolah
melaksanakan tindak lanjut sebagai umpan balik yang sangat berguna untuk
peningkatan kualitas baik bagi siswa, guru, maupun dirinya yang pada akhirnya
Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai
kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SDN Anyelir 1 Kota
orang guru di SDN Anyelir 1 Kota Depok, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1.1
Kompetensi Guru dalam Mengembangkan Materi Pembelajaran
Rata-rata
No. Aspek
Skala 4 Skala 100
A. Keterurutan 2,14 53,41
B. Keberjenjangan 2,27 56,82
C. Kedalaman 1,77 44,32
D. Keluasan 2,18 54,55
Nilai Rata-rata Keseluruhan 2,09 52,27
Hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kompetensi guru
sedang yaitu indeks rata-rata 2,09 atau 52,27. Hasil refleksi terhadap temuan
kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
antara lain:
4
baik.
profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih
dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi
supervisor akademik dan guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat
mendampingi melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel
serta memiliki tujuan yang jelas untuk membantu guru berkembang menjadi
supervisi kolaboratif.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
C. Pemecahan Masalah
salah satu pendekatan supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara
sekolah sebagai rekan kerja, kedua belah pihak berbagi kepakaran, curah
D. Tujuan Penelitian
untuk mendeskripsikan:
kompetensi guru
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
kinerja guru. Hasil PTS ini pun dijadikan bahan untuk melakukan perbaikan
Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam
Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position
sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually
kinerja bawahannya.
pandang, baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi
dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi.
mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya
8
9
bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada
(Gregorio, 1966, Glickman, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003).
Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan
Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision
is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term
instructional supervision is widely used in the literature of embody all
effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision
synonymously with general supervision.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, tentu memiliki misi yang
dan tujuan tertentu. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada guru dalam melakukan kinerja profesionalnya secara efektif dan
mutu pendidikan, maka supervisi oleh kepala sekolah antara lain kegiatannya
kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back (Razik, 1995: 559). Hal ini
sejalan pula dengan pandangan Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa
supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang
pengelolaan sekolah.
10
profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan
ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi
inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan
pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam
kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar,
sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah,
data, dan melakukan analisis guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang
kepada yang disupervisi cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan
suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara
11
sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok
membantu menerapkan sebuah prosedur yang baru. Fungsi penilaian adalah untuk
mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan
penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti tes, penetapan standar,
penciptaan situasi belajar yang lebih baik, baik dalam hal fisik maupun
lingkungan nonfisik.
yang diterapkan. Nolan (2011) merinci pendekatan supervisi menjadi tiga jenis
yaitu:
memberikan arahan secara langsung dalam merespon stimulus dari orang yang
memberikan arahan secara tidak langsung dalam merespon stimulus dari orang
3. Pendekatan kolaboratif
dan negosiasi
13
berbagi tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian, pada
berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas supervisi oleh kepala sekolah dalam
dalam praktik nyata pemecahan masalah yang berkaitan dengan tugas guru
(Glickman, 1984).
mengatakan bahwa fungsi supervisi adalah untuk mengawasi mutu dengan cara
(Wiles & Lovell, 1975). Dalam praktik supervisi, pendekatan ini disebut juga
melakukan proses inkuiri dan pemecahan masalah. Lerch (1980) dan Werner
14
adanya kolegialitas antara kepala sekolah sebagai supervisor dan guru dalam
memecahkan masalahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Reavis dan Thompson
(1979) yang menyatakan bahwa supervisi harus didasarkan pada kepedulian yang
memiliki latar belakang pengalaman luas dan kompetensi serta motivasinya tinggi
baik dalam bekerjasama maupun bekerja mandiri, maka pendekatan yang sesuai
Terkait kompetensi guru, Sagala (dalam Hubolo, 2011: 18) medefinisikan bahwa
15
harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung
sepanjang hayat.
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru yang kompeten adalah guru
yang memiliki empat kompetensi tersebut. Salah satu kompetensi guru terkait
terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai
harus diawasi dan didampingi oleh kepala sekolah sebagai atasan langsungnya
tujuan pembelajaran. Hal ini senada dengan pernyataan Daresh (1989) yang
demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja
akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses
mengembangkannya.
is here in defined as: behavior officially designed by the organization that directly
affects teacher behavior in such a way to facilitate pupil learning and achieve the
diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa
satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru
Daresh, 1989).
harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya
program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena
Pengem-bangan
Profesionalisme
TIGA TUJUAN
Penum- SUPERVISI Pengawas-
buhan an kualitas
Motivasi
siswanya.
tanggung jawabnya.
antara kepala sekolah sebagai supervisor dengan guru, melainkan juga antara
supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.
seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan
akademik bukan tugas yang bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-
(Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil
harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema
bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu,
dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara
supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). Antara satu sistem dengan sistem
Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan
(Dodd, 1972).
supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerja guru, tetapi
Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi
penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981).
teori ini, adalah kepala sekolah profesional. Seorang kepala sekolah bisa
tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of
commitment).
baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin
23
terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam
profesionalisme guru.
akademik dengan baik adalah kepala sekolah yang telah merumuskan program-
akademik tugas pokok kepala sekolah pada saat melakukan supervisi akademik di
supervisi akademik, menugaskan wakil dan guru senior yang sesuai dengan
dalam pelatihan-pelatihan;
Kependidikan, 2011)
secara periodik setiap semester pada tahun pelajaran tertentu. Dengan demikian,
dalam satu tahun, kepala sekolah harus menyusun program supervisi akademik
guru.
jika kepala sekolah memiliki kemampuan teoretis, kritis dan praktis yang
mumpuni. Hal ini sesuai dengan pendapat Glickman (Dalam Direktorat PMPTK-
konseptual, interpersonal, dan teknikal. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah
adalah:
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran ini, maka kepala sekolah harus
dibuat.
direncanakan bagi siswanya. Dengan demikian, tujuan yang paling pokok dalam
supaya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai. Tujuan lainnya
dari supervisi akademik menurut beberapa ahli adalah untuk: (1) membantu guru
kerja guru.
28
terjadi;
7. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran;
mengembangkan pembelajaran;
akademik;
secara umum kegiatan supervisi akademik terdiri dari lima tahap yang terdiri dari
umpan balik bagi guru, dan terakhir melaksanakan perbaikan proses pembelajaran
metode, teknik) yang tepat. Pelaksanaan supervisi akademik ini harus didukung
dengan instrumen. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu membuat
oleh kepala sekolah bersama-sama dengan guru senior. Strategi yang dilakukan
disiapkan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik terdiri dari
C. Definisi Operasional
terikat dan variabel bebas yang perlu dijelaskan secara operasional, yaitu:
supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara kolegial, bersifat
sebagai rekan kerja, kedua belah pihak berbagi kepakaran, curah pendapat,
profesionalnya.
yaitu guru lain untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam
memberikan masukan.
spesifiknya yaitu:
materi pembelajaran.
kolaboratif bersama guru lainnya pada saat guru sedang melaksanakan kinerja
pembelajaran.
(keberjenjangan)
(kedalaman)
D. Kerangka Berpikir
kinerja guru terhadap 22 orang guru di SDN Anyelir 1 Kota Depok menunjukkan
diampu masih pada kategori sedang yaitu indeks rata-rata 2,09 atau 52,27. Hasil
masih rendahnya kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal
profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih
kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat
secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi kinerjanya dalam
kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah sebagai supervisor akademik dan
guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat mendampingi melalui diskusi
dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan yang jelas
35
supervisi akademik yang tepat. Strategi supervisi kolaboratif yang dijalankan yang
sebagai berikut:
supervisor di sekolah.
36
pergaulan seperti ini penyampaian masalah dari guru tidak dirasakan sebagai
6. Guru yang telah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, lokakarya, dan
lain, dalam berbagai cara, dalam pertemuan yang mereka adakan sendiri.
kesempatan kepada guru lain untuk melihat dan bertanya tentang kegiatan yang
pembelajaran yang layak diketahui oleh sesama teman guru, diminta atau tidak
diminta pada suatu ketika dalam pertemuan informal atau diminta oleh kepala
37
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang
karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen
tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/ tindakan, (3) observasi, dan (4)
sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah
Akan tetapi, pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal
38
39
1. Refleksi Awal
refleksi awal, paling tidak peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu, setelah rumusan
penelitian.
2. Penyusunan Perencanaan
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan
3. Pelaksanaan Ttindakan
pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTS hendaknya
selalu didasarkan pada pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang
4. Observasi (pengamatan)
mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
5. Refleksi
hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu
dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau
hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTS yaitu untuk
memahami proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakikatnya, model Kemmis dan
41
1. Lokasi Penelitian
guru di sekolah ini adalah dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki
rekan sejawatnya.
2. Subyek Penelitian
3. Jadwal Penelitian
guru telah dikoordinasikan dan disepakati bersama 22 guru yaitu pada bulan
pada ketiga tahapan supervisi kolaboratif yang terdiri dari tahap pra-supervisi
tersebut, faktor lain yang diteliti adalah kompetensi profesional guru dalam
temuan lain yang tidak terdapat pada lembar observasi terkait dengan aktivitas
kolaboratif.
3. Pedoman wawancara
materi pembelajaran.
kompetensi profesional guru. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau
yang terdiri dari empat aspek yaitu keterurutan, keberjenjangan, kedalaman, dan
∑𝑛
Prosentase (%) = X 100%
𝑵
Dimana:
% = Tingkat persentase
Tabel 3.1
Skor Kriteria
76 – 90 Baik
61 – 75 Cukup
51 - 60 Kurang
≤ 50 Sangat Kurang
data yang didapat, sehingga data itu tidak hanya bersifat deskriptif. Dalam
sesuai dengan item pernyataan pada lembar observasi. Pengolahan data kualitatif
ini dilakukan dengan cara menyimpulkan deskripsi data kualitatif dari setiap item
pernyataan. Jika peneliti sebagai observer menuliskan temuan yang positif terkait
proses supervisi kolaboratif, maka aktivitas kepala sekolah dan guru dalam
kolaboratif tidak sesuai dengan harapan peneliti. Selain itu, peneliti sebagai
pada lembar catatan lapangan untuk kemudian dianalisis. Teknik analisis data
kualitatif yang digunakan adalah model Miles and Huberman yang terdiri dari
kolaboratif.
46
b. Data Display (penyajian data) yaitu kegiatan menyajikan data dilakukan dalam
bentuk teks yang bersifat naratif, uraian singkat, bagan, hubungan antar
sampai dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai
pijakan.
F. Prosedur Penelitian
Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi tindakan yang telah diterapkan yaitu penerapan pendekatan supervisi
dilakukan ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing terdiri dari satu kali
telah dilaksanakan:
47
1. Siklus 1
a. Perencanaan
lapangan.
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi
Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis
2. Siklus 2
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
ajar.
sekolah.
c. Observasi
Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis
2.
curah pendapat dan diskusi di sekolah difasilitasi oleh kepala sekolah tentang
bahan ajar.
51
52
kepala sekolah.
memberikan deskripsi pada kolom yang telah disediakan pada lembar observasi
proses supervisi kolaboratif. Untuk lebih jelasnya, Tabel 4.1. berikut adalah
pendapatnya
supervisi kolaboratif
Hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal
sebagai berikut:
dengan baik dibuktikan dengan hanya satu orang guru berkode G05 yang aktif
membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi dilakukan (tahap Pra-
yang menyatakan bahwa tugas supervisi oleh kepala sekolah dalam supervisi
untuk diskusi dan curah pendapat sangat kurang dan tidak terfokus. Hal ini
menyebabkan curah pendapat dan diskusi tidak dapat berjalan dengan baik,
efektif. Adapun guru yang berkode G05 aktif mencurahkan pendapatnya tetapi
dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala
2. Terdapat dua orang guru dengan kode G03 dan G07 yang tidak menyiapkan
mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar tidak terlepas dari hasil
unjuk kerja guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar
merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dari prosesnya.
dan bahan ajar dilakukan terhadap hasil analisis materi pembelajaran yang
supervisi kolaboratif.
membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah
kolaboratif.
sebagai berikut:
materi pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan membawanya pada saat
57
curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.
bersama guru pada saat guru lain sedang melaksanakan kinerja profesionalnya
kepala sekolah.
memberikan deskripsi pada kolom yang telah disediakan pada lembar observasi
proses supervisi kolaboratif. Untuk lebih jelasnya, Tabel 4.2. berikut adalah
mencurahkan pendapatnya
Kolaboratif
1. Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik dan seluruh guru aktif
dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan
59
curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.
hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada
kemitraan, terbuka dan fleksibel. Selain itu, Pada akhir tahap pra-supervisi
kolaboratif dikarenakan kepala sekolah telah koordinatif dengan guru dan telah
membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah
pendapatnya
Seluruh guru terlibat dalam proses Seluruh guru terlibat dalam proses
Pasca-
refleksi pelaksanaan supervisi refleksi
Supervisi
kolaboratif dengan menyampaikan
Kolaboratif
temuan dan pemecahannya
melaksanakan kinerja
62
menyiapkan kelengkapan
pembelajaran.
63
dan bahan ajar. Berikut merupakan rata-rata kompetensi profesional guru di SDN
60.00
SKOR
40.00
20.00
0.00
K01
Nilai Siklus I 70.45
Pada Grafik 4.1. di atas terlihat skor rata-rata kompetensi profesional guru
dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 70,45 dengan
ajar. Kompetensi profesional guru ini diamati dan diukur menggunakan lembar
dan bahan ajar. Berikut merupakan rata-rata kompetensi profesional guru di SDN
80.00
SKOR
60.00
40.00
20.00
0.00
K01
Nilai Siklus II 88.64
sebesar 88,64 dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru
65
dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar pada siklus 2 setelah
pembelajaran dan bahan ajar sebesar 70,45 dengan kriteria cukup baik. Hal ini
bahan ajar.
siklus 1 sampai dengan siklus 2. Tabel 4.5 dan Grafik 4.7 berikut merupakan
Tabel 4.5.
Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
100
80
60
40
20
0
(0-50) Sangat (51-60) ((61-75) (76-90) Baik (91-100)
Kurang Kurang Cukup Sangat Baik
Siklus I Siklus II
profesional guru mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1 dan dari siklus
dilaksanakan secara efektif selamat proses supervisi baik pada tahap pra-,
A. Simpulan
efektif karena kepala sekolah tidak melakukan koordinasi dengan semua guru
curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.
guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan serta
dengan tertib dan efektif. Pada tahap supervisi kolaboratif siklus 1, proses
67
68
koordinatif dengan semua guru dan tidak berhasil memotivasi guru untuk
guru pada pra-siklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1
kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik.
kolaboratif.
B. Rekomendasi
dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2008, Metode dan
Teknik Supervisi, Jakarta.
Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc.
70
71
Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead
& Company.
McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty:
Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles
E. Merrill Pub. Co.
Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and Evaluation. Wiley: United State of
America.
Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Jakarta.
Sergiovanni, T.J. dan R.J. Starrat. 1979. Supervision: Human Perspective. New
York: McGraw-Hill Book Company.
72
BIODATA PENELITI
I. KETERANGAN PERORANGAN
73
DINAS PENDIDIKAN KOTA DEPOK
UNIT PELAKSANA TEKNIS PENDIDIKAN TK/SD
KECAMATAN PANCORANMAS
Jalan Stasiun Depok Lama No 4 Telp. 0217520933
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan
Tk/SD Kecamatan Pancoranmas Kota Depok. :
Nama : SUKARJO, SE.
NIP : 1965050719880310017
Pangkat/Gol : Penata Tk. I/IIId
Jabatan : Ka. UPTP TK/SD Kecamatan Pancoranmas
Nama tersebut di atas adalah benar telah melaksanakan penelitian tindak sekolah
dengan Judul “Penerapan Pendekatan Supervisi Kolaboratif untuk Meningkatkan Kompetensi
Profesional Guru di SDN Anyelir 1 Kota Depok”, yang dilaksanan mulai bulan September 2015 –
Desember 2015.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk diketahui dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
SUKARJO, SE.
NIP. 1965050719880310017
74
75