ANTI-INFLAMASI
Disusun Oleh :
Anis Novia Anjarini (18330733)
Ariana Rum (18330726)
Eva Tri Apriani (18330734)
Meiliza Handayani (18330729)
Muhammad Guntur (14330062)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
struktur molekul dan hubungan dengan aktivitasnya. Penyusun juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan ini penulis
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga dapat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Inflamasi merupakan gangguan yang sering terjadi pada manusia serta binatang,
yang ditandai dengan timbulnya kemerahan, panas, pembengkakan, rasa nyeri yang
mengganggu, dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah respons terhadap
cedera jaringan dan infeksi. Respon ini adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi/
merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan (Mycek et al., 2001).
Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran sel
yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan asam arakidonat,
selanjutnya dilepaskan dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu. Jalur
siklooksigenase (COX) dari metabolisme arakidonat menghasilkan prostaglandin yang
berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular
(Katzung dan Trevor, 2002).
Ada suatu kecerendungan alamiah yang menganggap inflamasi sebagai sesuatu yang
tidak di inginkan, karena inflamasi dapat menyebabkan keadaan mengelisahkan, tetapi
inflamasi sebenarnya gejalah yang menguntungkan dan merupakan suatu pertahanan,
yang hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran
jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan
pemulihan.
Sebab-sebab inflamasi banyak sekali dan beraneka ragam, dan penting sekali
untuk diketahui bahwa inflamasi dan infeksi itu tidak bersinonim, dengan demikian,
maka infeksi (adanya mikroorganisme hidup didalam jaringan) hanya merupakan salah
satu penyebab dan inflamasi. Inflamasi dapat terjadi dengan mudah steril sempurna,
seperti waktu sebagian mati karena hilangnya suplai darah. Karena banyaknya keadaan
yang mengakibatkan inflamasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari anti-inflamasi?
2. Bagaimana mekanisme kerja anti-inflamasi?
3. Bagaimana struktur molekul anti-inflamasi?
4. Bagaimana hubungan struktur molekul dan aktivitasnya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari anti-inflamasi.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja anti-inflamasi.
3. Untuk mengetahui struktur molekul anti-inflamasi.
4. Untuk mengetahui hubungan struktur molekul dan aktivitasnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Inflamasi
Istilah inflamasi berasal dari bahasa latin Inflammare, yang berarti “membakar”.
Inflamasi disebut juga dengan peradangan, merupakan respon biologis berupa reaksi
vaskuler dengan manifestasi berupa pengiriman cairan, senyawa terlarut maupun sel-sel
dari sirkulasi darah menuju ke jaringan interstisial pada daerah luka. Peradangan tersebut
merupakan respon tubuh terhadap adanya kerusakan sel atau jaringan yang disebabkan
karena bahan kimia, ultraviolet, panas atau adanya rangsangan agen berbahaya misalnya
virus, bakteri dan antigen. Istilah inflamasi tidak identik dengan infeksi. Inflamasi salah
satunya disebabkan karena infeksi. Infeksi sendiri disebabkan karena mikroorganisme
patogen yang mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan. Inflamasi merupakan suatu
mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi
agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk
perbaikan jaringan. Inflamasi berfungsi untuk menghancurkan, mengurangi, atau
melokalisasi (sekuster) baik agen yang merusak maupun jaringan yang rusak.
Berdasarkan mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi dua, yaitu
antiinflamasi steroid dan non steroid. Namun kedua golongan obat tersebut memiliki
efek samping. Antiinflamasi steroid dapat menyebabkan tukak peptik, penurunan
imunitas terhadap infeksi, osteoporosis, atropi otot dan jaringan lemak, meningkatkan
tekanan intra okular, serta bersifat diabetik, sedangkan antiinflamasi non steroid dapat
menyebabkan tukak lambung hingga pendarahan, gangguan ginjal, dan anemia.
Oleh karena itu, jalur pensinyalan (signaling pathway) NF-kappaB dapat dihambat
pada beberapa tahapan yaitu (Gupta et al., 2010):
a. Tahap upstream;
b. Tahap fosforilasi IkappaB;
c. Tahap degradasi IkappaB;
d. Tahap translokasi NF-kappaB ke nukleus;
e. Tahap terikatnya NF-kappaB ke DNA
Beberapa senyawa bioaktif tanaman telah terbukti dapat rnenghambat jalur
pensinyalan NF-kappaB yang akan dibahas pada bagian berikut ini.
3. Penghambatan pada tahap upstream NF-kappaB
Tahap upstream NF-kappaB dapat dihambat antara lain oleh :
a. conophylline. yaitu alkaloid vinca yang umumnya terkandung di dalam daun
tanaman tropis (Gupta et al., 2010; Koide et al., 2014);
b. calagualine, yaitu saponin yang terkandung di dalam tunas tanaman genus
Polypodium (Manna et al., 2003; Gupta et al., 2010);
c. Evodiamine, yaitu alkaloid yang terkandung di dalam buah Evodia rutaecarpa
(Takada et al., 2005; Gupta et al., 2010; Guo et al., 2019).
4. Penghambatan pada tahap fosforilasi IkappaB
Tahap fosforilasi IkappaB dapat dihambat antara lain oleh :
a. 6-gingerol, yaitu senyawa fenolat yang terkandung di dalarn tanaman famili
Zingiberaceae (Kim et al., 2005; Gupta et al., 2010);
b. Apigenin, yailu senyawa flavon yang banyak terkandung di dalam seledri, parsley,
bunga chamomile (Gupta et al., 2010; Kang et al., 2011; Shukla et al., 2015);
c. Diosgenin, yaitu steroid saponin yang terkandung di dalam tanaman Trigonella
foenum graecum (Shishodia and Aggarwal, 2006: Gupta et al., 2010).
5. Pcnghambatan pada tahap degradasi IkappaB
Tahap degradasi IkappaB dapat dihambat antara lain oleh :
a. Capsaicin, yaitu senyawa alkilamida yang terkandung di dalam tanaman genus
Capsicum (Sancho et al., 2002; Gupta et al., 2010);
b. Amentoflavon, yaitu flavonoid yang terkandung di dalam tanaman Selaginella
tamariscina (Gupta et al., 2010; Pan et al., 2017; Yen et al., 2018);
c. Aucubin, yaitu senyawa glikosida iridoid yang terkandung di dalam tanaman genus
Plantago (Park and Chang, 2004; Gupta et al., 2010).
6. Penghambatan pada tahap translokasi NF-kappaB ke nukleus
Tahap translokasi NF-kappaB ke nukleus dapat dihambat antara lain oleh:
a. Ekstrak daun Agastache rugosa (Oh et al., 2005; Gupta et al., 2010);
b. Eksrak Antrodia camphorata (Gupta et al., 2010; Park et al., 2013).
7. Penghambatan pada tahap terikatnya NF-kappaB ke DNA
Tahap terikatnya NF-kappaB ke DNA dapat dihambat antara lain oleh :
a. Luteotin, yaitu senyawa flavonoid (Kim et a!., 2003; Gupta et al., 2010);
b. Helenalin, yaitu senyawa seskuiterpen lakton yang terkandung di dalam tanaman
Arnica montana (Gupta et al., 2010; Widen et al., 2017);
c. Asam betulinat, yaitu triterpen pentasiklik yang terkandung di dalam kulit kayu
tanaman Zizyphus mauritiana serta tanaman tropika lainnya, rnisalnya
Tryphyllum peltaum, Ancistrocladus heyneaus, Zizyphus joazeiro, Diospyoros
leucomelas, Tetracera boliviana dan Syzygium formosanum (Vlietinck et al.,
1998; Rabi et al., 2008; Gupta et al., 2010) .
8. Studi in silico interaksi kuersetin dan rutin terhadap NOS
Inhibitor NOS dapat berintcrdksi dengan enzim NOS melalui beberapa kantung
ikatan yang berlainan, yaitu (Alderton, 2001): Kantung ikatan substrat L-arginin.
c.
3. Turunan Asam N-Arilantranilat
Asam antranilat adalah analog nitrogen dari asam salisilat. Turunan asam N-
arilantranilat terutama digunakan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, dan
sebagai analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang ringan dan moderat. Turunan mi
menimbulkan efek sampmg iritasi saluran cerna, mual, diare, nyerl abdominal,
anemia, agranulositosis dan trombosit openia. Modifikasi struktur turunan asam N-
arilantranilat dapat dilihat pada Tabel 10.8.
Hubungan struktur-aktivitas :
a. Turunan asam N-antranilat mempunyai aktivitas yang lebih tinggi bila pada
cincin benzen yang terikat atom N mempunyai substituen pada posisi 2, 3 dan 6.
b. Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa mempunyai aktivitas yang lebih besar apabila gugus-gugus pada N-aril
berada di luar koplanaritas asam antranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai
dengan tempat reseptor hipotetik antiradang. Contoh: adanya substituen orto-
metil pada asam mefenamat dan orto-klor pada asam meklofenamat akan
meningkatkan aktivitas analgesik.
c. Penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus-gugus isosterik seperti
O, S, dan CH2 dapat menurunkan aktivitas, karena atom N adalah farmakofor.
d. Pembentukan ester pada gugus farmakofor karboksilat, seperti pada glafenin,
membuat senyawa menjadi pra-obat.
Contoh turunan asam N-antranilat :
a. Asam mefenamat (Ponstan, Benostan, Mefinal), adalah turunan asam antranilat
yang merupakan prototipe NSAID. Bekerja sebagai analgesik dengan
menghambat enzim COX-I dan COX-2 secara reversibel menghasilkan
penurunan sintesis prekusor prostaglandin. Senyawa mempunyai aktivitas
analgesik dan antipiretik 2-3 kali aspirin dan aktivitas antiradang seperlima kali
fenilbutazon. Asam mefenamat banyak digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri setelah operasi gigi. Asam mefenamat menimbulkan toksisitas hematopoitik
dan efek samping iritasi Iambung. Batas keamanan menurun bila diberikan dalam
dosis yang besar dan jangka waktu yang lama sehingga untuk pengobatan tidak
boleh lebih dari I minggu. Absorpsi Obat dalam saluran cerna cepat dan hampir
sempurna, 90% Obat terikat oleh protein plasma. Lama kerja Obat 6 jam. Kadar
Obat tertinggi dalam plasma dicapai 24 jam setelah pemberian oral, dengan waktu
paro plasma ±3-4 jam. Diekskresikan terutama melalui urin (52%) dan feses
(±20%), waktu paro eliminasi 2-4 jam.
4. Turunan Asam Arilasetat
Hubungan struktur-aktivitas turunan asam arilasetat :
Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
a. Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam
hidroksamat, sulfonamida dan tetrasol, yang terpisah oleh satu atom C dari inti
aromatik datar. Pemisahan dengan lebih dari satu atom C, misal pada turunan
asam propionat atau butirat, akan menurunkan aktivitas.
b. Adanya gugus a-metil pada rantai samping asetat akan meningkatkan aktivitas
antiradang. Contoh: ibufenak, tidak mempunyai gugus a-metil dan bersifat
hepatotoksik, turunan a-metil (ibuprofen) mempunyai aktivitas antiradang lebih
tinggi dibanding ibufenak. Makin panjangjumlah atom C aktivitas makin
menurun.
c. Adanya a-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-
kadang isomer satu lebih aktif dibanding yang lain. Konfigurasi yang aktif pada
umumnya adalah bentuk isomer S-(+). Contoh: S-(+) ibuprofen lebih aktif
dibanding isomer S-(-), kecuali pada fenoprofen isomer S-(+) dan S-(-)
mempunyai aktivitas yang sama.
d. Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C Inti aromatik pada posisi
meta atau para dari gugus asetat.
e. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in
vivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alkohol
dan aldehida, secara in vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Contoh turunan arilasetat:
a. Diklofenak Na (Voltaren, Neurofenac) dan diklofenak K (Cataflam),
mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan
terutamauntuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan
rematik dan kelainan degeneratifpada sistem otot rangka. Diklofenak diabsorpsi
secara cepat dan sempurna dalam Iambung, ketersediaan hayatinya 55%, kadar
plasma tertinggi dicapai 1 jam setelah pemberian oral. Pengikatan protein plasma
99%, diekskresikan terutama melalui urin (60%), dengan waktu paro eliminasi 3-
6 jam. Dosis: 25-50 mg 3 dd.
b. Ibuprofen (Brufen, Dolofen-F, Ibol, Ifen, Motrin), mempunyai aktivitas
antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk
mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondisi rematik dan
artritis. Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat dalam saluran cerna, kadar serum
tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma
1,8-2 jam. Awal kerja obat sebagai analgesik 30-60 menit, dan sebagai anti
radang ≤ 7 hari. Adanya makanan menurunkan kecepatan absorpsi. Pengikatan
protein plasma 90—99%, diekskresikan terutama melalui urin. Dosis: 400 mg 3-4
dd.
c. Ketoprofen (Profenid), mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik-
antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan
pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka.
Ketoprofen diabsorpsi secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna,
ketersediaanhayatinya 90%, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5—2 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi + 2—3 jam. Adanya
makanan menurunkan kecepatan absorpsi. Pengikatan protein plasma 99%,
diekskresikan terutama melalui urin, waktu paro eliminasinya I ,5—4 jam. Dosis:
50—100 mg 2 dd.
d. Flurbiprofen (Ansaid), aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen.
Senyawa diabsorpsi dengan cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi
terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma 3-6 jam.
Awal kerja Obat 1-2 jam. Adanya makanan menurunkan kecepatan absorpsi.
Pengikatan protein plasma 99%, diekskresikan terutama melalui urin. Dosis: 50
mg 2 dd.
e. Loksoprofen (Loxonin), adalah penghambat tidak selektif enzim
siklooksigenase. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan sintesis prostaglandin
dari asam arakidonat. Senyawa adalah pra-obat, setelah pemberian oral secara
cepat dimetabolisme menjadi bentuk aktifnya. Dosis: 60 mg 3 dd.
f. Fenbufen (Cybufen), 3-(4-befenilil-karbonil) asam propionat, mempunyai
aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama
untuk pengobatan rematik artritis, artritis tulang, artritis pirai dan mengurangi
rasa nyeri pada otot rangka. Fenbufen diabsorpsi secara cepat dalam saluran
cerna, kadar plasma tertinggi dicapai ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan
waktu paro antara 6-15 jam. Dosis: 300 mg 3 dd.
Kadang-kadang pada cincin fenil bergabung cincin fenil lain, seperti pada turunan
naftalenasetat, contoh: naproksen dan nabumeton.
6. Turunan Oksikam
Turunan ini pada umumnya bersifat asam, mempunyai efek antiradang,
analgesik dan antipiretik, efektif untuk pengobatan simptomatik rematik artritis,
osteoartritis dan antipirai. Mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesis
prostaglandin, menurunkan panas dengan bekerja pada pusat regulasi panas di
hipotalamus, menghambat tromboksan A2, dan menurunkan sensitivitas reseptor
nyeri. Efek anti radang dihasilkan melalui stabilisasi lisosom, menurunkan produksi
kinin dan leukotrien, mengubah faktor kemotaktik dan menghambat aktivasi neutrofil.
Contoh turunan oksisam :
a. Piroksikam (Arpyrox, Feldene, Indene, Lanareuma, Rosie, Rexicam, Scandene),
mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang yang kurang lebih
sama dengan indometasin, dengan masa kerja yang cukup lama. Kadang-kadang
digunakan untuk pengobatan penyakit pirai akut. Piroksikam menimbulkan efek
samping iritasi saluran cerna cukup besar. Piroksikam diabsorpsi dengan baik
dalam saluran cerna, ±99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma
tertinggi dicapai dalam 3-5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro
plasma 30-60 jam. Pengikatan protein 99%, diekskresikan terutama melalui urin,
waktu paro eliminasinya 50 jam. Dosis: 20 mg/hari.
7. Turunan Lain-lain
Seperti turunan yang terdahulu, turunan ini juga menimbulkan efek samping
iritasi saluran cerna, serta menyebabkan ketidaknormalan hematologis dan kadang-
kadang bersifat hepatotoksik atau nefrotoksik.
Contoh turunan lain-lain :
a. Benzidamin HCl (Tantum), mempunyai efek analgesik dan antiradang untuk
pemakaian sistemik dan setempat, digunakan sebagai antiradang pada urologi,
pembedahan dan ortopedi. Dalam bentuk obat kumur, benzidamin digunakan
untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan, serta untuk
antiradang setelah operasi gigi. Dosis oral: 50 mg 3 dd, larutan: 7,5 mg/5 ml,
salep atau krim: 5%.
b. Tinoridin (Nonflamin), adalah anti radang dan analgesik dengan mekanisme
kerja menstabilkan biomembran terutama pada lisosom yang berhubungan
dengan kerusakan sel atau jaringan pada saat peradangan melalui pelepasan
enzim hidrolitik. Digunakan sebagai antiradang sesudah pembedahan, perdarahan
pada urologi, dan analgesik untuk meringankan rasa nyeri pada punggung, nyeri
sesudah ekstraksi gigi dan nyeri pada penyakit rematik kronik. Dosis: 50-100 mg
3 dd.
c. Asam niflumat (Niflucid), adalah turunan asam nikotinat, digunakan untuk
mengurangi keradangan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tulang sendi dan
otot, serta efektif sebagai antirematik. Dosis: 250 mg 3 dd.
d. Nimesulid (Nimed, Aulin 100), bekerja dengan menghambat enzim prostaglandin
sintetase dan agregasi platelet, serta menurunkan radikal bebas. Digunakan untuk
mengurangi keradangan, pembengkakan dan rasa sakit, serta efektif sebagai
antirematik. Senyawa diabsorpsi dengan baik dalam saluran cerna, Obat terikat
Oleh protein plasma 99%. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1-3 jam setelah
pemberian oral dan diekskresikan terutama melalui urin (80%) dan feses (20%),
waktu paro eliminasinya 2-5 jam. Dosis: 100 mg 2 dd.