Materi Sanksi KAP Dan AP
Materi Sanksi KAP Dan AP
1. Menteri Keuangan - dapat mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP,
dan/atau cabang KAP atas pelanggaran ketentuan administratif. (PMK-154)
2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) - dapat mengenakan sanksi administratif berupa pembekuan
pendaftaran atau pembatalan STTD dari OJK ataupun otoritas sebelumnya. (POJK-No. 13)
3. PPPK Kemenkeu - dapat memberikan rekomendasi sanksi melalui pemeriksaan KAP yang
dilakukan PPPK, juga dapat memberikan sanksi administratif.
Sanksi administratif terhadap Akuntan Publik, KAP, dan/ atau Cabang KAP dapat
berupa:
a. Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu; (Dilaksanakan PPPK atas nama Menteri)
c. Pembatasan pemberian Jasa kepada suatu Jenis entitas tertentu; (PPPK atas nama Menteri)
- Menteri Keuangan:
Sanksi administratif yang ada yaitu: rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;
peringatan tertulis; pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu; pembatasan
pemberian jasa tertentu; pembekuan izin; pencabutan izin; atau denda. Denda dapat
dikombinasikan dengan sanksi administratif lain dan masuk ke kas Negara pos Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP).
- OJK:
Sanksi administratif yang dapat diberikan pada pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan
antara lain sebagai berikut: teguran tertulis atau peringatan tertulis; denda; atau pencantuman
orang yang terkena sanksi dalam daftar pihak yang dilarang menjadi pemegang saham pengendali
atau pemilik pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan atau anggota direksi, dewan komisaris, atau
pejabat eksekutif pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan.
OJK dapat memberikan pembekuan pendaftaran untuk jangka waktu satu tahun. Namun,
OJK dengan pertimbangan tertentu dapat langsung memberikan sanksi pembatalan pendaftaran,
tanpa melakukan pembekuan pendaftaran terlebih dahulu atau masa pembekuan belum satu tahun.
Pembekuan pendaftaran atau pembatalan pendaftaran membuat akuntan publik tak bisa berpraktek
di sektor Jasa Keuangan.
Sanksi pidana yang dapat diberikan adalah dalam bentuk pidana penjara atau denda. Proses
pemberian sanksi pidana melibatkan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan pihak-pihak
lainnya.
Sanksi pidana dapat diberikan dalam hal: akuntan publik melakukan manipulasi; membantu
melakukan manipulasi; memalsukan data; sengaja menghilangkan catatan atau kertas kerja; menjadi
pihak terasosiasi dalam kejahatan yang disebutkan sebelumnya; atau memberikan keterangan atau
dokumen palsu untuk memperpanjang izin akuntan publik.
Sanksi yang dapat diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada KAP dan AP:
1. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628124946-92-407304/kemenkeu-
beberkan-tiga-kelalaian-auditor-garuda-indonesia
2. https://www.cnbcindonesia.com/market/20190809123549-17-90910/gara-gara-lapkeu-
deretan-kap-ini-malah-kena-sanksi-ojk
3. https://bisnis.tempo.co/read/1131969/ojk-beri-sanksi-akuntan-dan-kantor-akuntan-publik-
auditor-pt-snp
4.
Contoh Sanksi yang diberikan:
1. Sanksi administratif karena salah dalam melakukan audit atas laporan keuangan tahunan (LKT)
perusahaan publik.
2. Sanksi yang dikenakan kepada KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia:
1. Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu.
2. Peringatan tertulis.
3. Pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu.
4. Pembatasan pemberian jasa tertentu.
5. Pembekuan izin.
6. Pencabutan izin.
7. Pemberian denda.
3.