Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI KONSTITUSI SECARA SOSIAL


POLITIK, DAN YURIDIS DALAM KEHIDUPAN
BERNEGARA DI INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Ayub Torry Satriyo Kusumo

Disusun oleh :

Evita Cahyani P (E3118058)


Hikaru Wika R. (E3118075)
Ratnatyastuti Kusuma W. (E3118124)
Yulfrida Indriyani Inaya (E3118152)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2018
Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya
perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis
dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi
menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian
memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat
untuk mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya
serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik
dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat
apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah
menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis
dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna.
A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berarti hukum dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hukum
dasar yang tertulis biasanya disebut sebagai Undang-Undang Dasar, sedang hukum dasar
yang tidak tertulis disebut Konvensi, yaitu kebiasaan ketatanegaraan atau aturan-aturan yang
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.

Istilah konstitusi dari berbagai Negara yaitu :

a. Dalam bahasa Inggris disebut “constitution” yang memiliki makna lebih luas dari
pada undang-undang dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-
peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

b. Dalam bahasa Belanda disebut “Gronwet”, grond berarti dasar/tanah dan wet berarti
undang-undang.

c. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan,
menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.

d. Dalam bahasa prancis yaitu “constituer”yang berarti membentuk, artinya untuk


pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara.

e. Dalam bahasa Jerman “verfassung/Grundgesetz” (grund berarti dasar dan gesetz


berarti undang-undang) yang secara harfiah sering di terjemahkan dalam bahasa
indonesia undang undang dasar.

f. Dalam terminilogi hukum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesama anggota masyarakat dalam sebuah Negara

Pengertian konstitusi menurut para ahli, yaitu :

a. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara


yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu Negara

b. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Pengertian Kontitusi
dibagi menjadi tiga :

1. Kontitusi yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat


sebagai suatu kenyataan. Disebut pengertian secara sosiologis.

2. Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat


merupakan pengertian secara yuridis.

3. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang


tinggi dan berlaku dalam suatu Negara.disebut pengertian secara politis.
B. Konstitusi dalam Pengertian Sosial-Politik

Dalam pengertian ini, konstiusi tumbuh dalam pengertian sosial-politik. Ide-ide


konstitusional dikembangkan karena memang mencerimkan keadaan sosial politik dalam
masyarakat yang bersangkutan pada saat itu. Konstitusi dalam tahap ini dapat digambarkan
sebagai kesepakatan-kesepakatan politik yang belum dituangkan dalam bentuk tertentu,
melainkan tercermin dalam perilaku nyata dalam kehidupan kolekif warga masyarakat.
Pada pengertian yang pertama ini, konstitusi belum merupakan pengertian hukum, ia baru
mencerminkan keadaan sosial politik suatu bangsa itu sendiri. Disini pengertian hukum
adalah sekunder, yang primer adalah bangunan-bangunan masyarakat atau political
decission Bangunan-bangunan ini adalah keputusan masyarakat sendiri.

C. Konstitusi dalam Pengertian Yuridis

Dalam pengertian ini, konstitusi sudah diberi hukum tertentu, sehingga perumusan
normatifnya menuntut pemberlakuan yang dapat dipaksakan. Pada pengertian yang kedua ini,
keputusan-keputusan masyarakat tadi dijadikan suatu perumusan yang normatif. Yang
kemudian harus berlaku (gehoren). Pengertian politik diartikan sebagai eine seine yaitu suatu
kenyataan yang harus berlaku dan diberikan suatu sanksi kalau hal tersebut dilanggar.
Konstitusi sebagai pengertian hukum (rechtsfervassung) tidak selalu tertulis. Di sini
dapat dilihat apa yang disebut dengan abstraksi (konstruksi), yaitu suatu cara dalam ilmu
pengetahuan hukum untuk menarik unsur-unsur hukum dari kenyataan sosial yang kemudian
dijadikan perumusan-perumusan hukum. Dalam bentuk yang kedua ini kemudian
mengandung pengertian-pengertian hukum (Rechtsfervassung). Rechtsfervasung ini tidak
selalu tertulis misalnya Hukum Adat.
Rechtsfervassung ada juga yang tertulis, hal ini timbul sebagai pengaruh dari
aliran kodifikasi yaitu yang menghendaki sebagian hukum ditulis dengan maksud untuk :
1. Mencapai kesatuan hukum(rechtseineheid).
2. Kesederhanaan hukum(rechtvereenvoudiging).
3. Kepastian hukum (rechtszekerheid).
D. Implementasi Konstitusi dalam Pengertian Sosial-Politik

Sebagai contoh bentuk implementasi konstitusi dalam pengertian sosial-politik adalah


sebagai berikut :

1. Penetapan kepala suku di Papua


Dalam penetapan sesorang sebagai kepala suku didalam suatu suku tidak ada
aturan yang mengatur secara tertulis. Hal tersebut hanya tercermin dalam
kesepakatan-kesepakatan politik dalam masyarakat pada kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penetapan sebagai kepala suku di Papua, hanya berdasar pada tiga
cara yaitu pewarisan, pemilihan, dan penetapan secara langsung.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada Undang-undang ataupun peraturan yang
mengatur tentang pemilihan kepala suku secara tertulis. Semua kegiata-kegiatan
tersebut hanya berdasar pada kesepakatan masyarakat dan kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Implementasi Konstitusi dalam Pengertian Yuridis

Sebagai contoh bentuk implementasi konstitusi dalam pengertian yuridis adalah


sebagai berikut :

1. Hukum Adat
hukum adat adalah norma yang terbentuk atau tercipta dalam suatu masyarakat
yang berhubungan dengan prilaku manusia yang apabila dilanggarnya akan
mendapatkan sanksi. hukum adat tidak begitu saja terbentuk baik tertulis maupun
tidak tertulis, melainkan melalui suatu filter dalam masyarakat yang
memberlakukannya setelah mendapatkankan persetujuan dari angota masyarakat
itu.

Anda mungkin juga menyukai