Anda di halaman 1dari 10

Laporan Tertulis

Sikap Mental dan Etika Profesi Hukum

K- 4

KELOMPOK D

Disusun oleh : 1. Muhammad Guntur H N (19/441861/HK/22023)

2. Muhammad Rozaan (19/441866/HK/22028)

3. Raden Azrielizenith Fisco J (19/441880/HK/22042)

4. Rizki Hafiz Salam (19/441890/HK/22052)

5. Salvia Emiliana Ardiningrum (19/441891/HK/22053)

6. Wildan Faturahman (19/441906/HK/22068)


KELOMPOK DISKUSI

Untuk pembelajaran pada hari Jumat, 20 September 2019:

Ketua kelompok : Muhammad Guntur H N (19/441861/HK/22023)

Sekretaris : Raden Azrielizenith Fisco (19/441880/HK/22042)

Anggota : 1. Rizki Hafiz Salam (19/441890/HK/22052)


2. Muhammad Rozaan (19/441866/HK/22028)
3. Salvia Emiliana A. (19/441891/HK/22053)

4. Wildan Faturahman (19/441906/HK/22068)

A. KRONOLOGI KASUS

Setahun setelah mendapatkan gelar Sarjana Hukum Rina lulus Ujian Profesi Advokat
lalu menjadi junior associate pada kantor hukum Suparno & Partners. Suatu saat Rina
menjadi salah satu kuasa hukum untuk klien bernama Mawar yang ingin menggugat
Bank Citra tempat Mawar menyimpan dananya. Setahun lalu salah satu pegawai Bank
Citra terbukti menggelapkan dana beberapa nasabah, salah satunya Mawar. Karena
permintaan Mawar untuk pengembalian dananya selalu diacuhkan oleh Bank Citra,
Mawar memilih untuk menggugat Bank Citra. Sebelum gugatan dilayangkan, Rina
bersama tim kuasa hukum yang lain mendatangi Bank Citra sebagai upaya akhir untuk
bernegosiasi. Bank Citra dengan tim legal 14 nya justru menawarkan untuk
memberikan sejumlah uang pada tim kuasa hukum Rina untuk membuat gugatan yang
kabur sehingga akan ditolak oleh hakim. Doni sebagai salah satu associate memaksa
Rina untuk membuat gugatan yang kabur. Rina menolak dan diberhentikan dari
Suparno & Partners. Akhirnya surat gugatan dibuat oleh Doni dan diajukan bahkan
tanpa Mawar melihat terlebih dahulu isi gugatan tersebut.

B. ISTILAH BESERTA PENGERTIAN

1. Advokat

Orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang Undang nomor 18 tahun
2003 tentang advokat.
(sumber : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang
Advokat)
Masukan dari Salvia Emiliana
2. Junior Associate
Junior Associate merupakan jenjang karier seorang advokat pada suatu kantor advokat
Masukan dari Muhammad Guntur
(sumber : Kamus Hukum)
3. Nasabah

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank (customer)


(sumber : Kamus Bank Indonesia)
Masukan dari Salvia Emiliana
4. Menggelapkan

Menggelapkan adalah menguasai secara melawan hukum sesuatu yang seharusnya atau
sebagian merupakan kepunyaan orang lain yang berada padanya.
(sumber : Pasal 372 KUHP)
Masukan dari Wildan Faturahman
5. Gugatan

Gugatan adalah suatu surat yang diajukan oleh penguasa pada ketua pengadilan yang
berwenang, yang memuat tuntutan hak yang didalamnya mengandung suatu sengketa
dan merupakan landasan dasar pemeriksaaan perkara dan suatu pembuktian kebenaran
suatu hak.
(sumber : Pasal 7 KUHAPer)
Masukan dari Muhammad Guntur)
6. Tim Legal

Tim Legal/Legal Officer memilki peran dan fungsi yang cukup penting khususnya
untuk berbagai bentuk badan usaha, karena operasional perusahaan sangat tergantung
pada perizinan dan otoritas legal lainnya. Dokumen-dokumen perizinan, kontrak, surat
dan memo yang bersliweran merupakan penggerak operasional perusahaan di belakang
meja. Tanpa adanya dokumen izin industri, maka roda mesin pabrik bisa dipastikan tak
akan berputar. Tanpa arahan dan nasihat hukum dari Legal Officer, direksi perusahaan
akan berjalan di ruang gelap tanpa penerangan. Segala hal yang berhubungan dengan
jalannya perusahaan hampir selalu berurusan dengan hukum, baik untuk urusan internal
maupun eksternal.
(sumber : http://www.legalakses.com/fungsi-legal-officer-dalam-pekerjaan-
hukum-di-perusahaan)
Masukan dari Rizki Hafiz

C. TAFSIRAN KASUS

Setahun setelah mendapatkan gelar Sarjana Hukum Rina lulus Ujian Profesi Advokat
lalu menjadi junior associate pada kantor hukum Suparno & Partners. Suatu saat Rina
menjadi salah satu kuasa hukum untuk klien bernama Mawar yang ingin menggugat
Bank Citra tempat Mawar menyimpan dananya. Setahun lalu salah satu pegawai Bank
Citra terbukti menggelapkan dana beberapa nasabah, salah satunya Mawar. Karena
permintaan Mawar untuk pengembalian dananya selalu diacuhkan oleh Bank Citra,
Mawar memilih untuk menggugat Bank Citra. Sebelum gugatan dilayangkan, Rina
bersama tim kuasa hukum yang lain mendatangi Bank Citra sebagai upaya akhir untuk
bernegosiasi. Bank Citra dengan tim legal 14 nya justru menawarkan untuk
memberikan sejumlah uang pada tim kuasa hukum Rina untuk membuat gugatan yang
kabur sehingga akan ditolak oleh hakim. Doni sebagai salah satu associate memaksa
Rina untuk membuat gugatan yang kabur. Rina menolak dan diberhentikan dari
Suparno & Partners. Akhirnya surat gugatan dibuat oleh Doni dan diajukan bahkan
tanpa Mawar melihat terlebih dahulu isi gugatan tersebut.

D. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang kami kami rumuskan adalah :


1. Apakah Doni sebagai Junior Associate atau pengacara boleh memasukkan
surat gugatan tanpa sepengetahuan Mawar sebagai penggugat ?
(Masukan dari Salvia Emiliana)
2. Apa upaya hukum yang bisa dilakukan Mawar ?
(Masukan dari Muhammad Guntur)
3. Apakah tindakan Rina mendatangi Bank Citra sebagai upaya untuk bernegosiasi
benar secara hukum?
(Masukan dari Muhammad Guntur)
4. Apakah Rina bisa mengadukan perbuatan teman sejawatnya yang mengaburkan
gugatan dengan sengaja setelah Rina mengundurkan diri?
(Masukan dari Raden A.Fisco)

E. TUJUAN PEMBELAJARAN

 Mengetahui etika Profesi Advokat dalam hubungannya kepada klien


 Mengetahui etika Profesi Advokat dalam hubungannya dengan teman sejawat
 Mengetahui prosedur dalam melaporkan teman sejawat sesame advokat yang
melanggar etika profesi

F. HIPOTESIS RUMUSAN MASALAH (1)

 Salvia Emiliana berpendapat bahwa Doni sebagai Junior Associate atau pengacara
tidak boleh memasukkan surat gugatan tanpa sepengetahuan Mawar sebagai
penggugat karena diatur dalam Kode Etik Advokat 23 Mei 2002 Pasal 7 ayat 9 :

“Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan


mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.”
Dalam hal ini Doni dalam melayani Mawar sebagai kliennya tidak memenuhi kode
etik profesi advokat karena sudah memasukkan surat gugatan ke pengadilan tanpa
ada kesepakatan terlebih dahulu antara dua pihak dan tanpa sepengetahuan Mawar
sebagai penggugat. Mawar juga telah ditelantarkan kepentingannya sebagai klien
dimana sebelumnya yang menangani perkaranya bukan Doni tetapi advokat lain.
Dalam mengurusi perkaranya Doni melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan karena telah menunjukkan sikap tidak hormat kepada hukum.
Doni dapat dikenai tindakan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat Pasal 6 :

Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :

1. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;


2. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
3. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan
pernyataan yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum,
peraturan perundang-undangan, atau pengadilan;
4. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau
harkat dan martabat profesinya;
5. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan
atau perbuatan tercela;
6. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.

G. HIPOTESIS RUMUSAN MASALAH (2)

 Muhammad Guntur berpendapat bahwa langkah yang dapat dilakukan oleh Mawar
dalam menyelesaikan perkara ini secara perdata adalah:
1. Arbitrase
Melaui sebuah perjanjian, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannnya dengan
pihak ketiga yang bersifat netral. Dalam hal ini, arbiter diberi kewenangan penuh
oleh para pihak yang berperkara sehingga ia dapat mengambil keputusan yang lazim
dan bersifat final.
2. Negosiasi
Merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan saat
adanya kepentingan yang berbeda antara dua pihak yang berperkara dengan cara
berdiskusi tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Mediasi
Teknik yang menggunakan pihak ketiga. Dalam penyelesaiannya, dilakukan oleh
pihak yang benar benar dipercaya kemampuannya untuk mempertemukan pihak
pihak yang bersengketa. Dan hasil mediasi tidak ada pihak yang menang dan yang
kalah. Masing masing pihak sama sama menang, karena keputusan akhir
berdasarkan kesepkatan kedua belah pihak.
4. Konsilisasi
Merupakan lanjutan dari mediasi yang minitikberatkan penyusunan dan perumusan
penyelesaian sengketa di lakukan oleh konsiliator. Jika disetujui, maka keputusan
konsiliator ang sebelumnya berupa resolution menjadi keputusan final yang
mengikat.
5. Litigasi
Merupakan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Semua pihak yang
bersengketa saling berhadapan satu sama lain demi mempertahankan hak nya. Hasil
akhir dari suatu penyelesaian sengketa dengan cara ini adalah salah satu pihak ada yang
menang dan yang kalah.
Jika mengacu pada skenario dapat di simpulkan bahwa Mawar sebagai pihak yang
bersengketa telah mengusahakan untuk penyelesaian sengketa lewat cara Mediasi.
Nemun, karena ketidakcapaian kesepakatan, akhirnya Mawar membawa sengketa
tersebut melalui jalur Litigasi/Pengadilan.

H. HIPOTESIS RUMUSAN MASALAH (3)

 Wildan Faturahman berpendapat Istilah Negoisasi tercantum di dalam Bab I


Ketentuan Umum UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaiaan Sengketa, Pasal 1 butir 10, disebutkan bahwa:

"Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa


atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli."

Pengertian negosiasi dapat berbeda-beda tergantung dari sudut pandang siapa yang
terlibat dalam suatu negosiasi. Dalam hal ini, ada dua pihak yang berkepentingan dalam
bernegosiasi, Negosiasi dapat didefinisikan sebagai : “pembicaran dengan orang lain
dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan untuk mengatur
atau mengemukakan.” Istilah-istilah lain kerap digunakan pada proses ini seperti :
pertawaran, tawar-menawar, perundingan, perantaraan atau barter

Menurut Hartman menegaskan bahwa negosiasi merupakan suatu proses


komunikasi antara dua pihak yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut
pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan
kedua belah pihak mengenai masalah yang sama.

Menurut UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa pasal 6 ayat 1 yaitu:

"Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak
melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik
dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri."

Sehingga berdasarkan peraturan tersebut maka Rina boleh melakukan negosiasi


dengan pihak bank asalkan dilaksanakan dengan itikad baik dan persetujuan antara
kedua belah pihak.
 Riski Hafiz menyetujui pendapat Wildan Faturahman dan berargumen bahwasanya
tindakan Rina mendatangi bank citra termasuk salah satu penyelesaian hukum Non
litigasi, Non litigasi ini pada umumnya dilakukan pada kasus perdata saja karena lebih
bersifat privat, Non litigasi mempunyai beberapa bentuk untuk menyelesaikan
sengketa yaitu:
1.Negosiasi
2.Mediasi
3.Arbitrase
Karena tindakan Rina menegosiasikan tergolong kedalam tindakan non litigasi, maka
Rina tentu saja diperbolehkan melakukan hal tersebut. Menurut sumber web
https://jdih.kepriprov.go.id/artikel/informasikegiatan/51-non-litigasi

Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa dimana antara dua orang atau lebih/para
pihak yang mempunyai hal atau bersengketa saling melakukan kompromi atau tawar
menawar terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk
mencapai kesepakatan. Pihak yang melakukan negosiasi disebut negosiator, sebagai
seorang yang dianggap bisa melakukan negosiasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan negosiasi, diantaranya:
Memahami tujuan yang ingin di capai Menguasai materi negosiasiMengetahui tujuan
negosiasi Menguasai keterampilan teknis negosiasi, didalamnya menyangkut
keterampilan komunikasi.

Maka Negosiasi merupakan langkah yang tepat dilakukan oleh Rina, bahkan
dianjurkan tidak ada yang melarang.

 Muhammad Rozan menjelaskan lebih rinci mengenai Alternatif Penyelesaian


Sengketa:

Menurut Pasal 1 angka 10 UU Arbitrase dan APS, Alternatif Penyelesaian Sengketa


adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Arbitrase sendiri adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa (Pasal 1 angka 1 UU Arbitrase dan APS).

Frans Winarta dalam bukunya (hal. 7-8) menguraikan pengertian masing-masing


lembaga penyelesaian sengketa di atas sebagai berikut:

a. Konsultasi: suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu
(klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan
memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan
kliennya.

b. Negosiasi: suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses
pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang
lebih harmonis dan kreatif.

c. Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh


kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

d. Konsiliasi: penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepakatan para


pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima.

e. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai
dengan bidang keahliannya
H. HIPOTESIS RUMUSAN MASALAH (4)

 Wildan Faturahman berpendapat bahwa dalam Kode Etik Advokat Bab 4 pasal 5
poin c menyatakan bahwa:

"Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap


bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan
Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui
media massa atau cara lain.

Kode Etik Advokat Bab 3 pasal 4 poin b menyatakan bahwa:

"Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan


klien mengenai perkara yang sedang diurusnya."

Menurut wawancara yang dilakukan Kompas kepada Roy seorang pengurus PERADI
pada 27 November 2017, ia berpendapat bahwa Kode Etik Advokat Indonesia
merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam menjalankan profesi. Tak hanya
menjamin dan melindungi advokat, kode etik itu juga membebankan setiap advokat
untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, baik kepada klien,
pengadilan, negara atau masyarakat.

"Oleh karenanya, setiap advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk, taat
dan patuh pada Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan nilai-nilai
keadilan publik. Dengan demikian, setiap advokat tidak boleh melakukan tindakan dan
perbuatan yang bertentangan dengan moralitas dan mencederai rasa keadilan publik,"
lanjut Roy.

"Jika terdapat advokat yang ketika menjalankan tugas profesi tidak sejalan dengan hal-
hal di atas, maka siapapun dapat melakukan pengaduan kepada Dewan Kehormatan
Peradi. Mereka memiliki kewenangan memeriksa dan mengadili pelanggar kode etik
profesi advokat,"

Sehingga dari paparan yang diuraikan diatas Rina bisa mengadukan teman
sejawatnya kepada Dewan Pengawas PERADI karena ia telah melanggar Kode
Etik Advokat dengan menyesatkan kliennya melalui cara mengajukan gugatan kabur
yang pastinya akan merugikan si klien.

 Salvia Emiliana mengelaborasikan pendapat Wildan Faturahman bahwa Rina bisa


mengadukan perbuatan teman sejawatnya yang melakukan gugatan kabur dengan
sengaja meskipun Rina telah mengundurkan diri dari advokat. Hal ini dapat diketahui
pada peraturan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia(DPN
Peradi) yaitu mendorong publik untuk ikut berpartisipasi mengawasi dugaan
pelanggaran etika yang dilakukan advokat/pengacara/lawyer/kuasa hukum. Partisipasi
publik dinilai sangat penting bagi peningkatan profesionalitas para advokat tanpa harus
melihat jabatan seseorang untuk melaporkan pelanggaran etika oleh advokat.
Hal ini didasarkan pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Advokat :
“Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini.”

Jadi dalam pertimbangan UU tersebut ditegaskan bahwa untuk menjamin kekuasaan


kehakiman yang independen, maka diperlukan profesi advokat yang bebas, mandiri,
dan bertanggung jawab. Demi terselenggaranya peradilan yang jujur serta memiliki
kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, keadilan,
dan Hak Asasi Manusia.
 Muhammad Rozan mengemukakan pendapatnya untuk rumusan masalah ke 4,
menurut Kode Etik Advokat BAB IV Pasal 5 poin c “Keberatan-keberatan terhadap
tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus
diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media massa atau cara lain.” Oleh karena itu Rina dapat melaporkan
hal tersebut dikarenakan teman sejawatnya telah melanggar Kode Etik Advokat.
 Raden A. Fisco berpendapat dalam rumusan masalah ke-4 bahwasanya menurut Kode
Etik Advokat BAB VI tentang Cara Bertindak Menangani Perkara Pasal 7,
bahwa:

"Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat


menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan
apabila ia menyampaikan surat, termasuk surat yang bersifat "ad
informandum" maka hendaknya seketika itu tembusan dari surat tersebut wajib
diserahkan atau dikirimkan pula kepada Advokat pihak lawan."

J. KESIMPULAN

K. SARAN

L. MASUKAN DOSEN

 Tokoh Rina dalam skenario belum tertera di rumusan masalah

Masukan Kata Sulit dan Rumusan Masalah :


1. Apa pengertian Gugatan Kabur ?
2. Jika gugatan yang diajukan oleh Mawar kabur, apa yang bisa dilakukan oleh mawar
selanjutnya?

M. HASIL STUDI MANDIRI


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai