Anda di halaman 1dari 1

membahasnya

• Pendidikan matematika lemah di Indonesia karena tidak mengajarkan atau memberikan


latar belakang matematika dengan filosofi. Begitu banyak siswa dan bahkan siswa yang
pandai bekerja pada masalah, tapi kemudian tidak bisa memberikan makna untuk pertanyaan-
pertanyan ini. Umumnya, matematika hanya ditafsirkan sebagai masalah perhitungan yang
siap untuk dipecahkan atau mencari jawaban

Karena tidak menyampaikan filosofi matematika, di masa depan Indonesia akan tetap
menjadi bangsa yang hanya merupakan pengguna pengetahuan, bukan penemu pengetahuan.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena memang pola pendidikan kita mulai dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, tidak diposisikan sebagai orang yang siap menjadi penemu
pengetahuan. Siswa dan siswa lebih diposisikan sebagai pengguna pengetahuan. Fakta ini
sangat mengkhawatirkan dibandingkan dengan kita berlabel hanya sebagai bangsa pengguna
teknologi

Sering ditemui siswa atau siswa tidak dapat memberikan penjelasan atau interpretasi dari
masalah dalam matematika. Sebagai contoh, bagaimana siswa SMA dan siswa akan dengan
mudah dan pasti benar, ketika diminta untuk bekerja pada masalah determinan matriks. Tapi,
ketika ditanya lebih lanjut apa arti dan pemahaman tentang determinan yang telah dia
lakukan, hampir pasti, tidak ada yang mengerti. Ini adalah masalah mendasar dalam
pendidikan matematika. Siswa atau siswa tidak terbiasa untuk menafsirkan masalah.
Meskipun kita tahu, matematika adalah interpretasi manusia dari fenomena alam.

Kelemahan itu, memang kita tidak perlu kemudian membuat perubahan pada kurikulum
matematika yang ada, tetapi hanya berharap bahwa akan ada perubahan dalam paradigma dan
perspektif baru tentang bagaimana elemen filosofis dapat diberikan kepada siswa dan siswa.
Kursus ini ditujukan untuk guru dan dosen sehingga apa yang diberikan kepada siswa harus
dilengkapi dengan berbagai penjelasan dan latar belakang untuk formula yang ia percaya,
sebagai pengetahuan filosofis

Anda mungkin juga menyukai