Anda di halaman 1dari 8

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SOAL CERITA MATERI FPB & KPK

ANTONIUS MARAMBAK
CINDY CRISTIAN STEFANUS SUYAJID
IVA DESI RULIANI
ZAKIYATUN NISA
Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, Indonesia

Abstrak

Masalah matematika merupakan hal yang sering ditemui dalam belajar mengajar matematika. Pada siswa SD,
matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan oleh guru. Salah satu kompetensi dasar yang wajib
dikuasai oleh siswa adalah KPK & FPB. Masalah yang sering ditemui siswa dalam belajar KPK & FPB adalah dalam
pemecahan soal cerita. Pemecahan masalah matematika pada soal cerita dianggap sulit oleh siswa karena siswa harus
menerjemahkan kalimat verbal kedalam simbol-simbol matematika. Faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal cerita berupa KPK dan FPB adalah belum terbiasanya siswa dengan soal-soal berupa soal cerita
(1), sulitnya siswa memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan yang ada di soal (2), sulitnya siswa membedakan
jenis kategori soal cerita FPB maupun KPK (3), kemudian sulitnya siswa mengidentifikasi nilai-nilai bilangan yang
ditanyakan FPB atau KPK-nya pada soal tersebut (4). Dalam makalah ini, disimpulkan bahwa kesalahan siswa dapat
diminimalisir dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di kelas.

Kata kunci : Pemecahan Masalah Matematika, Soal Cerita, KPK & FPB

Abstract

Mathematical problems are things that are often encountered in mathematics teaching and learning. In elementary
students, mathematics is one of the compulsory subjects taught by the teacher. One of the basic competencies that
must be mastered by students is least common multiple & greatest common divisor. The problem that is often
encountered by students in learning least common multiple & greatest common divisor is in solving story problems.
Solving mathematical problems in word problems is considered difficult by students because students must translate
verbal sentences into mathematical symbols. Factors that cause difficulties for students in working on word questions
in the form of least common multiple & greatest common divisor are students' unfinishedness with questions in the
form of story problems (1), difficulty of students understanding the purpose and objectives of the questions in the
problem (2), the difficulty of students distinguishing the types of question categories the story of least common
multiple & greatest common divisor (3), then the difficulty of students identifying the number values asked by the
least common multiple or greatest common divisor in the question (4). In this paper, it is concluded that students'
errors can be minimized by learning approaches that are appropriate to the character of students in the classroom.

Keyword : Mathematics Problem Solving, Word Problems, GCF and LCM

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu indikator dalam penilaian kualitas suatu bangsa. Setiap
negara akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Hal tersebut
dikarenakan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman globalisasi ini.
Upaya-upaya yang ditempuh oleh pemerintah salah satunya adalah menyusun kurikulum
pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik. Pada siswa SD, matematika adalah
salah satu pelajaran wajib di kelas 4, 5 dan 6 SD. Pelajaran matematika mulai diberikan di jenjang
SD karena matematika tidak hanya sekedar pelajaran menghitung tetapi juga membentuk pola
pikir seseorang.
Di jenjang sekolah dasar, salah satu kompetensi dasar yang wajib dikuasai siswa adalah
tentang faktor persekutuan terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Kompetensi
dasar ini tercantum di dalam Permendikbud no. 24 tahun 2016 Lampiran no 14. Dalam kehidupan
sehari-hari materi FPB ini bermanfaat misalnya dalam hal menentukan banyaknya maksimal
kantong yang dibutuhkan untuk membagi buah-buahan sama banyak untuk tiap kantongnya.
Sedangkan KPK misalnya digunakan untuk menentukan jadwal bersama dari jadwal beberapa
orang yang tidak bersamaan [ CITATION Mur16 \l 1057 ] . Selain itu, jika dapat memahami
materi KPK dan FPB dengan baik maka dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi
matematika yang lain di jenjang berikutnya. Jika pelajaran Matematika sudah dianggap sulit sejak
awal (SD), maka ini akan berdampak negatif pada masa depan siswa (Rahman, 2016), karena
Matematika diberikan kepada siswa sejak SD hingga SMA.
Dalam proses belajar mengajar sehari-hari, cukup mudah bagi siswa untuk memahami
materi penghitungan FPB dan KPK dari beberapa bilangan yang diberikan. Namun jika sudah
menginjak pada aplikasi dari materi FPB dan KPK dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang dirupakan dalam bentuk soal cerita, siswa mulai merasa kesulitan untuk menyelesaikannya.
Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan permasalahan tentang KPK dan FPB
tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu kemampuan penguasaan konsep yang kurang maksimal
dan metode mengajar guru yang belum mampu diserap oleh siswa (Listiyaningsih, 2017). Faktor
lain yang menyebabkan tidak tertariknya siswa dalam belajar matematika yaitu metode
pembelajaran yang masih tradisional (Abdul Rahman, 2016). Penggunaan media pembelajaran
dalam mengajarkan KPK dan FPB pada siswa juga masih kurang, sehingga perlu adanya
pengembangan media pembelajaran [ CITATION Agu16 \l 1057 ].
Dalam makalah ini, akan ditampilkan berbagai penyelesaian masalah siswa SD dalam
memecahkan masalah KPK dan FPB dalam bentuk soal cerita. Dengan demikian, makalah ini
memuat rumusan masalah dan tujuan sebagai berikut:

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Bagaimana penyelesaian masalah dari siswa SD kelas 4 pada materi aplikasi FPB dan KPK
dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari artikel ini adalah:
a. Untuk mengetahui penyelesaian masalah dari siswa SD kelas 4 pada materi aplikasi FPB dan
KPK dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru, dengan mengetahui penyelesaian masalah dari siswa pada materi FPB dan KPK ini
dapat membantu guru dalam memilih model ataupun media pembelajaran yang tepat agar
siswa dapat dengan mudah mengetahui dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang
berkaitan dengan FPB dan KPK.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah dan Pemecahan Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai menengah. Parwati et al (2018) menyebutkan bahwa matematika
dibutuhkan untuk diberikan pada setiap siswa dimulai dari sekolah dasar untuk mengembangkan
logika, analisis, sistematik, kritis, dan kemampuan berpikir kritis, kemampuan untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan dalam bekerja sama. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa matematika yang diajarkan di sekolah dasar salah satunya memberikan siswa
kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah.
Masalah merupakan kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang
ada baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia pendidikan. Dalam pendidikan matematika,
masalah bisa saja berupa kesulitan memahami konsep pada sebuah sub materi. Matematika adalah
alat untuk menggerakan siswa dapat memecahkan masalah, dan membentuk proses berpikir
terhadap menghubungkan lebih jauh kemampuan untuk menyelesaikan masalah non matematika
(Phonapichat, Wongwanich, & Sujiva, 2014). Berdasarkan pernyataan tersebut, menjelaskan
bahwa matematika merupakan alat untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah, dan untuk
membangun proses berpikir yang mengarah pada kemampuan untuk memecahkan masalah non-
matematika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah dalam matematika merupakan suatu
kesulitan yang siswa temukan dalam proses belajar mengajar matematika yang dapat melatih
pemecahan masalah matematika siswa.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai [ CITATION Zul17 \l 1057 ] . Selain
itu Eviyanti et al (2017) menyebutkan bahwa pemecahan masalah adalah kemampuan pada
pengetahuan setiap orang yang dalam solusinya bervariasi tergantung pada apa yang dilihat,
diamati, dalam pikiran dan pikiran mereka sesuai dengan kejadian dalam kehidupan nyata. Dari
kedua pengertian diatas dapat disimpulkan pemecahan masalah merupakan usaha yang dilakukan
setiap orang ketika menghadapi kesulitan dalam mencari jalan keluar yang dalam mencari solusi
tersebut bergantung pada apa yang ada dalam pikiran serta sesuai dengan kejadian yang dialami
dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, pada dasarnya setiap manusia menemui masalah dalam
kehidupan nyata begitupun siswa pasti menemukan masalah dalam proses belajar mengajar
matematika di sekolah. Masalah matematika yang siswa temui didalam proses belajar mengajar
tentunya akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa. Seperti yang
disebutkan Ersoy (2016) Problem solving plays an important role in mathematics education and
most of learning is an occour as a result of problem solving process. bahwa Pemecahan masalah
memainkan peran penting dalam pendidikan matematika dan sebagian besar belajar adalah hal
yang terjadi sebagai hasil dari proses pemecahan masalah

2.2 Soal Cerita Matematika


Kemampuan matematika siswa dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyelesaikan soal
matematika baik yang berbentuk cerita maupun bukan. Soal cerita matematika adalah soal-soal
matematika yang menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-
hari. Jadi soal cerita merupakan soal yang disajikan dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan
kenyataan yang ada di lingkungan siswa.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan soal cerita yaitu: (1)
kemampuan membaca soal; (2) kemampuan menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal; (3) kemampuan membuat model matematika; (4) kemampuan melakukan
perhitungan dan; (5) kemampuan menulis jawaban akhir dengan tepat.
Polya mengembangkan empat langkah dalam penyelesaikan soal cerita, yaitu: (1)
understanding the problem, yaitu memahami soal. Proses pemahaman soal dilakukan dengan
menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, mengelola informasi dalam
soal dan memilah-milah sesuai dengan peran masing-masing unsur dalam soal, serta bila perlu
membuat gambar dan menuliskan notasi yang sesuai dimaksudkan untuk mempermudah
memahami soal dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaian; (2) devising a
plan, yaitu merencanakan penyelesaian. Dalam rencana penyelesaian soal diperlukan suatu model.
Model ini berbentuk hubungan antara data atau informasi yang ada dengan apa yang ditanyakan.
Model ini merupakan interpretasi dari bahasa soal ke bahasa matematika. Proses perencanaan
penyelesaian dilakukan dengan mencari hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang
tidak diketahui; (3) carrying out the plan, yaitu melaksanakan rencana yang tertuang pada
langkah kedua, siswa harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskan secara detail
untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Pada proses ini diperlukan kebenaran langkah
penyelesaian. Dalam menyelesaikan suatu soal cerita, melaksanakan rencana dapat berupa
melakukan komputasi dari model matematika yang telah dibuat pada langkah kedua dan; (4)
looking back, yaitu memeriksa proses dan hasil. Pemeriksaan ini merupakan suatu kegiatan
menarik kesimpulan untuk mengembalikan jawaban kedalam konteks soal (sesuai pertanyaan
soal).

2.3 FPB dan KPK


Ada beberapa cara menentukan FPB dan KPK yang dikembangkan di tingkat Sekolah Dasar
diantaranya menggunakan cara mendaftar faktor dan kelipatannya, dan faktorisasi prima (pohon
faktor). Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa SD kelas IV pada pelajaran
Matematika, sebagaimana yang tercantum dalam lampiran no 14 pada Permendikbud No. 24 tahun
2016, yaitu KD 4.6 yang berbunyi “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan faktor
persekutuan, faktor persekutuan terbesar, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil
dari dua bilangan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari”. Artinya, dari KD tersebut siswa
diwajibkan untuk dapat menyelesaikan semua permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan
KPK dan FPB. Permasalahan sehari-hari ini biasanya ditampilkan dalam bentuk soal cerita
matematika tentang KPK dan FPB.

a. FPB
Faktor persekutuan dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif yang habis membagi kedua
bilangan tersebut. Sedangkan pengertian dari faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua
bilangan adalah bilangan bulat positif terbesar yang habis membagi kedua bilangan tersebut.
FPB dapat ditentukan dengan menggunakan cara mendaftar faktor dari 12 dan 24, maka akan
diperoleh sebagai berikut :
12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12 dan 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Dari faktor di atas, maka akan dicarikan FPB dari 12 dan 24 dengan mencari faktor-faktor
persekutuan yang sama sehingga diperoleh 1, 2, 3, 4, 6, 12. Maka faktor persekutuan terbesar
dari 12 dan 24 adalah nilai terbesar dari faktor persekutuan.
Jadi FPB dari 12 dan 24 adalah 12.
Atau dengan cara menggunakan pohon faktor yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Sebagai contoh, misalkan akan dicari FPB dari 12 dan 24 dengan menggunakan pohon faktor,
diperoleh:

12 24

2 6 2 12

2 3 2 6

2 3

Gambar 1.  Fohon faktor dari 12 dan 24

12 = 22 × 3
24 = 23 × 3
Jadi, FPB dari 12 dan 24 adalah 22 × 3 = 4 × 3 = 12

b. KPK
Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah bilangan bulat positif yang habis dibagi oleh
kedua bilangan tersebut. Sedangkan kelipatan perseketuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
adalah bilangan bulat positif terkecil yang habis dibagi oleh kedua bilangan tersebut. KPK
dapat ditentukan dengan menggunakan cara mendaftar kelipatan dari 12 dan 24, maka akan
diperoleh sebagai berikut :
12 = 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, … dan 24 = 24, 48, 72, 96, 120, …
Dari kelipatan di atas, maka akan dicarikan KPK dari 12 dan 24 dengan mencari kelipatan
persekutuan yang sama, sehingga diperoleh 24, 48, 72, 96, 120, …. Maka kelipatan
persekutuan terkecil dari 12 dan 24 adalah nilai terkecil dari kelipatan persekutuan. Jadi KPK
dari 12 dan 24 adalah 24.
Atau dengan cara menggunakan pohon faktor yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Sebagai contoh, misalkan akan dicari KPK dari 12 dan 24 dengan menggunakan pohon faktor,
diperoleh:

12 24

2 6 2 12

2 3 2 6

2 3
Gambar 2.  Fohon faktor dari 12 dan 24

12 = 22 × 3
24 = 23 × 3
Jadi, KPK dari 12 dan 24 adalah 23 × 3 = 8 × 3 = 24
2.4 Pemecahan Masalah Matematika pada Soal Cerita FPB & KPK
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sampai saat ini masih menjadi
kendala besar dalam belajar mengajar matematika di sekolah. Hal ini terbukti dari masih
banyaknya keluhan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan oleh guru
seperti pada soal cerita materi FPB dan KPK. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Gendis (2016)
yang menyebutkan bahwa penyebab siswa salah menentukan penyelesaian yaitu kesulitan
membedakan soal cerita KPK dan FPB. Sedangkan siswa yang salah menentukan nilai KPK dan
FPB disebabkan siswa tidak mengetahui cara menentukan nilai KPK dan FPB (Gendis Murpratiwi,
2016).
Masalah yang disebutkan dalam penelitian Sutiyono (2016) yaitu sebagian besar siswa
yang tidak bisa menyelesaikan soal cerita pada materi KPK dan FPB, ternyata dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa permasalahan, diantaranya adalah: rendahnya pemahaman siswa
terhadap penjelasan guru, kurang adanya motivasi dari diri siswa untuk mengikuti pelajaran, siswa
malu untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas pada guru, pencapaian prestasi rendah. Selain itu
Gendis (2016) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal cerita berupa FPB dan KPK adalah belum terbiasanya siswa dengan soal-soal
berupa soal cerita (1), sulitnya siswa memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan yang ada di
soal (2), sulitnya siswa membedakan jenis kategori soal cerita FPB maupun KPK (3), kemudian
sulitnya siswa mengidentifikasi nilai-nilai bilangan yang ditanyakan FPB atau KPK-nya pada soal
tersebut (4). Namun, ketika siswa sudah dapat memahami keempat faktor di atas pada sebuah soal
cerita, siswa yang sudah terlatih dengan soal-soal hitungan FPB dan KPK dapat dengan mudah
menyelesaikan soal cerita tersebut.
Berdasarkan masalah-masalah dalam pemecahan masalah matematika pada soal cerita
materi FPB dan KPK diatas, dapat dilakukan beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa pada materi
KPK dan FPB sebagai berikut : (1) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika dan Esti (2016),
strategi ekspositori dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika khususnya pelajaran
FPB dan KPK pada siswa kelas IV SD Negeri Prembulan Galur Kulon Progo. Metode ekspositori
adalah ..... (2) Selain itu juga menurut Sutiyono (2016) menyebutkan bahwa pembelajaran model
tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung FPB dan KPK. Penelitian
oleh Sutiyono (2016) dilakukan di SD Negeri 02 Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten
Pekalongan kelas VI SD Negeri 02 Sengare. Metode tutor sebaya adalah ....
Berdasarkan uraian diatas, pemecahan masalah matematika pada soal cerita materi FPB
dan KPK dapat dilakukan treatment oleh guru dalam pembelajaran yaitu menggunakan strategi
ekspositori dan metode tutor sebaya.

3. PEMBAHASAN
Berdasarkan penjelasan dalam tinjauan pustaka, dalam makalah ini penulis memfokuskan pada
tujuan kompetensi dasar pada lampiran no 14 pada Permendikbud No. 24 tahun 2016, yaitu KD 4.6
yang berbunyi “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan faktor persekutuan, faktor persekutuan
terbesar, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari”. Artinya, dari KD tersebut siswa diwajibkan untuk dapat menyelesaikan semua
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB. Permasalahan sehari-hari ini biasanya
ditampilkan dalam bentuk soal cerita matematika tentang KPK dan FPB.
Masalah-masalah yang ditemukan berdasarkan kajian pustaka dalam penelitian yang dilakukan
oleh Gendis (2016) dan Sutiyono (2016) yang menyebutkan terdapat permasalahan dalam
menyelesaikan soal cerita materi FPB dan KPK salah satunya yaitu : dalam penelitian yang dilakukan
oleh Gendis (2016), disajikan masalah matematika pada soal cerita FPB dan KPK sebanyak 2 soal.
Soal cerita pertama merupakan soal mengenai FPB, sedangkan soal cerita nomor dua mengenai KPK.
Berikut soal yang diberikan kepada siswa :
a. Pak Rudi ingin menghias taman rumahnya dengan banyak lampu yang terdiri dari 3 warna
yaitu hijau, kuning dan merah. Ia menginginkan lampu-lampu yang berwarna hijau menyala
pukul 18.00 sampai 18.30, lampu-lampu yang berwarna kuning menyala pukul 22.15 sampai
23.00, dan lampu-lampu yang berwarna merah menyala pukul 00.00 sampai 01.00. Setiap
lampu tidak ada yang dibuat nyala secara bersamaan walaupun warnanya sama agar dapat
menghemat listrik. Lampu yang sudah menyala dibuat tidak menyala lagi dan lama nyala
lampu dalam bilangan bulat dengan satuan menit. Berapa maksimal banyak lampu yang dapat
digunakan Pak Rudi untuk menghiasi taman rumahnya jika banyaknya lampu hijau, kuning
dan merah harus sama?
b. Beberapa usaha rumahan membuat permen coklat dengan banyak produksi yang berbeda-beda
setiap harinya. Usaha rumahan A memproduksi 175 permen coklat, usaha rumahan B
memproduksi 150 permen coklat dan usaha rumahan C memproduksi 160 permen coklat.
Setiap usaha rumahan membungkus permen coklat tersebut dengan setiap bungkus berisi 5
permen coklat. Kapan setiap usaha rumahan secara komulatif memproduksi bungkus permen
sama banyak?

Bagi siswa, soal-soal tersebut diatas dianggap sebagai soal yang sulit karena dibutuhkan kemampuan
pemecahan masalah dalam memahami soal cerita tersebut. soal tersebut akan dianggap masalah oleh
siswa karena biasanya siswa kesulitan dalam mengartikan apa yang dimaksud dalam soal dan bingung
dalam menentukan antara penyelesaian menggunakan FPB atau KPK.
Beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal cerita berupa FPB
dan KPK adalah belum terbiasanya siswa dengan soal-soal berupa soal cerita (1), sulitnya siswa
memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan yang ada di soal (2), sulitnya siswa membedakan jenis
kategori soal cerita FPB maupun KPK (3), kemudian sulitnya siswa mengidentifikasi nilai-nilai
bilangan yang ditanyakan FPB atau KPK-nya pada soal tersebut (4). Namun, ketika siswa sudah dapat
memahami keempat faktor di atas pada sebuah soal cerita, siswa yang sudah terlatih dengan soal-soal
hitungan FPB dan KPK dapat dengan mudah menyelesaikan soal cerita tersebut.
Setelah siswa mengerjakan soal tersebut, dikelompokkan kesalahan-kesalahan siswa. Berikut
kesalahan-kesalahan siswa yang ditemukan dalam jurnal yang dikaji dalam makalah ini :

Tabel 1. Data Bentuk-Bentuk Kesalahan Siswa


No Pekerjaan Siswa
.
1. Menentukan penyelesaian semua soal menggunakan KPK
2. Menentukan penyelesaian semua soal menggunakan FPB
3. Soal KPK diselesaikan menggunakan FPB dan soal FPB
diselesaikan menggunakan KPK
4. Menentukan nilai KPK dengan prosedur FPB dan
menentukan nilai FPB dengan prosedur KPK
5. Menentukan nilai KPK dan FPB tidak sesuai prosedur

*Sumber : Gendis Nurpratiwi, 2016.

Dalam menganalisa kesalahan siswa, ada lima bentuk kesalahan dalam soal cerita, yaitu
menentukan penyelesaian semua soal menggunakan KPK, menentukan penyelesaian semua soal
menggunakan FPB, menentukan penyelesaian terbalik (soal KPK diselesaikan menggunakan FPB dan
sebaliknya), menentukan nilai KPK dan FPB terbalik (menentukan nilai KPK dengan prosedur FPB
dan sebaliknya), dan menentukan nilai KPK dan FPB tidak sesuai prosedur. Penyebab siswa salah
menentukan penyelesaian yaitu kesulitan membedakan soal cerita KPK dan FPB. Sedangkan siswa
yang salah menentukan nilai KPK dan FPB disebabkan siswa tidak mengetahui cara menentukan nilai
KPK dan FPB (Gendis Murpratiwi, 2016).
Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi siswa pada materi KPK dan FPB diantaranya dengan pendekatan
menggunakan strategi ekspositori. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika dan Esti (2016), strategi
ekspositori dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika khususnya pelajaran FPB dan
KPK pada siswa kelas IV SD Negeri Prembulan Galur Kulon Progo. Metode ini dipilih karena ......
Sedangkan menurut Sutiyono (2016) menyebutkan bahwa pembelajaran model tutor sebaya
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung FPB dan KPK. Penelitian oleh Sutiyono
(2016) dilakukan di SD Negeri 02 Sengare, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan kelas VI SD
Negeri 02 Sengare. Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan aktifitas dan kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada prestasi siswa yang semula rendah menjadi lebih baik.
Ternyata tidak hanya pencapaian target yang berhasil, tapi juga dalam proses pembelajaran terjadi
interaktif antar siswa. Dalam aktifitas tersebut menumbuhkan perasaan tidak takut dimarahi bila salah
dan tidak malu menanyakan hal -hal yang belum jelas, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri pada
siswa. Hal-hal tersebut dikarenakan belajar bersama teman lebih menciptakan suasana yang lebih
santai, ada beberapa siswa yang merasa canggung maupun malu untuk bertanya kepada guru dan lebih
terbuka bersama teman, faktor-faktor seperti ini yang membuat keberhasilan dalam belajar menjadi
terhambat.
Dari solusi-solusi yang disajikan di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan siswa dapat
diminimalisir dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di kelas. Hal ini
dikarenakan minat dan motivasi siswa dalam belajar berbeda beda dan guru secara cermat
memperhatikan karakter siswa sehingga tepat memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai.

4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Simpulan dalam makalah ini adalah kesalahan siswa dapat diminimalisir dengan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di kelas. Hal ini dikarenakan minat dan motivasi
siswa dalam belajar berbeda-beda dan guru harus cermat memperhatikan karakter siswa sehingga
tepat memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai.
4.2 Saran
Makalah ini lebih membahas pada pemecahan masalah matematika materi FPB & KPK pada
soal cerita dan hanya sedikit membahas faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya siswa dalam
memahami masalah yang berkaitan dengan soal cerita pada FPB & KPK, sehingga penulis
menyarankan untuk lebih membahas penyebab-penyebab ataupun faktor-faktor yang membuat
siswa merasa kesulitan dalam pemecahan masalah matematika pada soal cerita materi FPB &
KPK.

5. DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R. R., Tiurlina, & Wardana, D. (2016). Media Pemahaman Konsep KPK dan FPB Bagi Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar Berdasarkan Analisis Permainan Congklak. Kalimaya, 4(2).
Ersoy, E. (2016). Problem Solving and it's Teaching in Mathematics. Journal of New Horizons in Education,
6(2).
Eviyanti, C. Y., Surya, E., Syahputra, E., & Simbolon , M. (2017). Improving the Students’ Mathematical
Problem Solving Ability by Applying Problem Based Learning Model in VII Grade at SMPN 1 Banda
Aceh Indonesia. International Journal of Novel Research in Education and Learning, 4(2), 138-144.
Hidayati, I. S., & Harini, E. (2016). Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Tentang Fpb Dan Kpk Melalui
Strategi Pembelajaran Ekspositori. UNION : Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 165-170.
Listiyaningsih, Mardiyono, & Yudantoro, T. R. (2017). Game Edukasi Matematika Kpk Dan Fpb
Memanfaatkan Sensor Accelerometer Berbasis Android. PROSIDING SENTRINOV 2017, 3, hal. 54-
64.
Murpratiwi, G., Nusantara, T., & Sa'dijah, C. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Smp Dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Kpk Dan Fpb. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP
I), (hal. 49-57). Surakarta.
Parwati, N. N., Sudiarta, I. P., Mariawan, I. M., & Widiana, I. W. (2018). Local Wisdom Oriented Problem-
Solving Learning Model To Improve Mathematical Problem Solving Ability. Journal of Technology
and Science Education, 8(4), 310-320.
Phonapichat, P., Wongwanich, S., & Sujiva, S. (2014). An analysis of elementary school students’ difficulties
in mathematical problem solving. Social and Behavioral Science(116), 3169-3174.
Rahman, A., Ahmar, A. S., Arifin, A. M., Upu, H., Mulbar, U., Alimuddin, . . . Ihsan, H. (2018). The
Implementation of APIQ Creative Mathematics Game Method in the Subject Matter of Greatest
Common Factor and Least Common Multiple in Elementary School. Journal of Physics : Conference
Series, (hal. 954). Makassar.
Sutiyono. (2016). Peningkatan Kemampuan Menghitung KPK dan FPB Melalui Penerapan Metode Tutor
Sebaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI), 1(3), 66-73.
Zulfah. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan
Pendekatan Heuristik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Mts Negeri
Naumbai Kecamatan Kampar. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai