Acara IV PERSILANGAN DIHIBRID
Acara IV PERSILANGAN DIHIBRID
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID
Semester :
Ganjil 2015
Oleh :
Sungging Birawata
A1L114097 / Rombongan 14
A. Latar Belakang
dengan variasi sifat genotipe dan fenotipe. Sifat-sifat tersebut diturunkan berdasarkan
Mendel melakukan persilangan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna
bunga dan ukuran tanaman. Pengelompokkan gen secara bebas pada pembentukan
gamet pada persilangan monohibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II.
Tampak ada hubungan antara persilangan monohibrid dan dihibrid pada jumlah sifat
Hukum Mendel II menyatakan bahwa dua pasang atau lebih sifat dari dua
individu menurunkan sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain. Artinya alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling
mempengaruhi. Hal tersebut menjelaskan bahwa gen yang menentukan warna bunga
kromosom yang berlainan akan bersegregasi bebas dan menghasilkan empat macam
penggunaan lalat Drosophila melanogaster antara lain: Mudah didapat, siklus hidup
pendek, mudah membedakan antara lalt jantan dan betina, pemeliharaan mudah dan
melanogaster). Praktikum kali ini digunakan lalat buah karena lalat buah hidup
dengan siklus yang sangat pendek sekitar 10 sampai 15 hari. Hal ini dikarenakan lalat
buah hidup bergantung dengan besarnya suhu lingkungan. Selain itu, lalat buah
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.
II. TINJAUAN PUSTAKA
secara genetik dari suatu individu terhadap keturunannya. Hukum ini diperoleh dari
jumlah genotipe pada hasil peersilangan serta peluang munculnya genotipe dan
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan dua sifat beda pada
dua individu sejenis. Persilangan ini menunjang hukum Perpaduan Bebas Mendel
yang berisi “segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi
memilih B atau b, dan alel a bebas memilih B atau b. Perpaduan bebas ini
mengakibatkan terbentuknya gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan fekuensi yang
dan penggabungan bebas gamet dalam perkawinan berakibat pada kasus alel
sifat beda. Untuk membuktikan hokum Mendel II yang terkenal dengan prinsip
tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu
biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Gen B
Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat ini berpisah secara bebas
dihibrid pada dasarnya hanya perbandingan teoritis. Perbandingan tersebut tidak sama
persis tetapi mendekati angka tersebut. Suatu data dikatakan baik jika hasil percobaan
mendekati nilai teoritis, artinya tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu.
Namun bila nilai observasi jauh dari jumlah yang diharapkan, artinya terdapat faktor
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain adalah botol bening,
cawan petridish, dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan adalah lalat Drosophila
B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan lalat drosophila normal dan lalat Drosophila mutan jenis ebony dan
white.
2. Diamati kenampakan tubuh bagian atas dan bawah setiap jenis jantan maupun
3. Diamati lalu digambar bagian tubuh atas dan bawah lalat jantan dan betina.
posteriornya.
fenotipnya dan dilakukan uji chi square untuk membuktikan hukum Mendel II.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Abdomen
posterior
berbentuk lancip.
Segmen
2. ♀ White Bawah posterior garis
hitam tipis yang
relative sama.
Warna mata
White (mutan
mata putih).
Tubuh
3. ♂ White Atas Berwarna
kelabu.
Sayap terinduksi.
Abdomen
posterior
berbentuk lancip.
Segmen
4. ♂ White Bawah
posterior garis
hitam tipis yang
relative sama.
2 Segmen posterior
bergaris hitam
pekat pada bagian
bawahnya
♂ Ebony Bawah dibandingkan
bagian atasnya
Abdomen
posterior berakhir
tumpul
♂ White Atas
(BBTT) (bbtt)
F1 : BbTt
F2 :
BT bT Bt bt
BT BBTT BbTT BBTt BbTt
bT BbTT bbTT BbTt bbTt
Bt BBTt BbTt BBtt Bbtt
bt BbTt bbTt Bbtt bbtt
Tabel uji X²
E 9 3 3 1
× 256 = 144 × 46 = 48 × 46 = 48 × 14 = 16 256
16 16 16 16
(|𝑂 − 𝐸|)² 36 4 4 4
= 0.25 = 0.08 = 0.08 = 0.25 0.66
𝐸 144 48 48 16
X² hitung = 7.28
X² tabel = 0.66
Kesimpulan : X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan atau pengujian
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe
dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid.
Perbedaan utamanya ialah masing – masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1
genes”. Atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet, dimana gen se-alel secara bebas pergi kemasing – masing kutub
ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan
kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal
bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang
menghasilkan F2. Genotip dihibrid bersifat heterozigot pada dua lokus. Dihibrid
membentuk empat gamet yang berbeda secara genetis dengan frekuensi yang
sebanding akibat pasangan-pasangan kromosom nonhomolog berorientasi secara acak
misalnya suatu inividu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan b akan
memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas sehingga
kemungkinan gamet yang terbentuk adalah AB, Ab, aB, ab. Persilangan kacang kapri
biji bulat warna kuning (BBKK) dengan biji keriput warna hijau (bbkk) membentuk
tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning (BbKk) pada F1. Pembentukan gamet alel-
alel BBKK berpisah menjadi BK dan BK (biji bulat warna kuning). Sedangkan alel-
alel bbkk berpisah menjadi bk dan bk (biji keriput warna hujau). Sedangkan pada
individu heterozigot BbKk dengan fenotip biji bulat berwarna kuning. Pada
perkawinan BbKk dengan BbKk terjadi segregasi alel B dari b dan K dari k, baik
pada betina maupun jantan. Perkawinan dihibrid juga diikuti dengan penggabungan
bebas yang menghasilkan empatmacam gamet yaitu BK, Bk, bK, dan bK. Keturunan
yang dihasilkan memilki genotip B_K_ (bulat kuning), B_kk (bulat hijau), bbK_
(keriput kuning), dan bbkk (keriput kuning) dengan rasio 9:3:3:1 (Aryulina dkk,
2006).
Beberapa contoh perilangan dihibrid, yaitu:
Artinya ada sifat individu hasil persilangan yang tidak sama dengan salah satu
sifat induknya. Tanaman semangka berbiji banyak dan berasa manis (BBMM)
disilangkan dengan semangka berbiji sedikit dan berasa hambar (bbmm). Hasil
(bunga betina) untuk mendapatkan benih lokal unggul yang memilki rasa nak
dan harum, umur pendek, anakan banyak, potensi produksi tinggi dan tinggi
3. Persilangan galur mutan dan varietas Muria, Tengger, dan Meratus yang rentan
Mitani (protein tinggi 42,56%, tahan penyakit karat daun dan hama kutu hijau)
dan varietas Rajabasa (dengan bobot butir yang tinggi dan hasil tinggi serta
5. Jagung yang ada sekarang mewarisi Teosinte dan tripsakum jenis jagung yang
masih liar didaerah Meksiko. Pada persilangan ini terjadi introgresi yaitu
persilangan antara dua spesies yang hasilnya menunjukkan seolah-olah sifat
dengan tanaman ercis berbiji keriput – hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji
maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan maupun betina,
masing – masing dengan kombinasi BK, Bk, bK, dan bk. Perhatikan diagram
persilangan berikut.
F1 : BbKk
F2 :
BK bK Bk bk
BK BBKK BbKK BBKk BbKk
bK BbKK bbKK BbKk bbKk
Bk BBKk BbKk BBkk Bbkk
bk BbKk bbKk Bbkk bbkk
tnaamn berbiji bulat – kuning ( 9/16 ), berbiji bulat – hijau ( 3/16 ), berbiji keriput –
kuning ( 3/16 ), dan berbiji keriput – hijau ( 1/16 ). Jadi, pada persilangan dihibrid
d. Rasio perbandingan fenotip antara biji bulat – kuning : biji bulat – hijau :biji
mutan pada lalat buah. Ciri-ciri lalat buah normal adalah badan kelabu, warna mata
merah, dan sayap lurus. Beberapa jenis mutan lalat buah antara lain:
1. Dumpy
Sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak
seperti terpotong. Bulu pada dada tampak tidak sama rata. Sayap pada sudut 90o dari
2. Sepia
Mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan gen pada kromosom
3. Clot
Mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring dengan
4. Ebony
Lalat ini berwarna gelap, hamper hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi pada gen
yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut berfungsi
untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Namun
5. Curly
Sayap – sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh
mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini
terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah
dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua - duanya (orang tuanya) adalah
mutan, maka lalat ini tidak akan survive (Borroret al, 1998)
6. White
Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang
terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan
7. Eyemissing
Mata berupa titik, mengalami mutasi pada kromosom ketiga di dalam tubuhnya,
sehingga yang harusnya di intruksi sel di dalam larva untuk menjadi mata menjadi
Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah
delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7 (Russell, 1994:
113).
9. Miniature
Sayap berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu
untuk terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam “gen vestigial” mereka pada
10. Taxi
Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang maupun
hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0 (Russell, 1994: 113).
11. Black
Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen black pada
Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu
cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning
diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan
pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini (Russell, 1994:
113).
mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin
beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik
instruksikan sel yang secara normal untuk membentukan tena menjadi kaki sebagai
persilangan dihibrid. Lalat yang digunakan merupakan jenis lalat white yang
memiliki ciri-ciri pada lalat jantan mata berwarna putih, panjang sayap melebihi
badan, warna badan kelabu, segmen abdomen tidak merata dan abdomen posterior
tumpul. Lalat buah betina yang normal memiliki ciri-ciri warna mata putih, warna
badan kelabu, panjang sayap melebihi badan, segmen abdomen rata, ukuran badan
lebih besar dari jantan, dan abdomen posterior lancip. Persilangan yang dilakukan
menghasilkan keturunan pada F2 = 150 M_T_: Badan kecil tubuh kelabu, 46 B_tt :
Badan kecil tubuh hitam, 46 mmTt : Badan besar tubuh kelabu 14 mmtt : Badan
besar tubuh hitam. Hasil tersebut kemudian dengan rasio 9:3:3:1 menggunakan uji
X². X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan , artinya hasil pengujian
sesuai dengan hukum Mendel II.Sudjana (1986), signifikan atau tidaknya suatu
keturunan dikarenakan perkawinan yang dilakukan secara acak sehingga hasil yang
warna mata putih, tubuh besar dan berwarna putih segmen posterior terdapat garis
hitam tipis yang relatif sama pada dorsal dari tengah hingga ujung. Abdomen
posterior berbentuk lancip. Lalt buah mutan tipe white jantan menghasilkan warna
mata puti, tubuh lebih kecil dari betinanya dan berwarna putih segmen posterior
terdapat garis hitam di bagian ujungnya dan jauh lebih pekat dan besar dari atasnya.
Abdomen posterior berbentuk tumpul. Tipe lalat mutan white mengahasilkan segmen
tipis abdomen posterior lancip, dari penjelasan tersebut sesuai dengan literature yang
A. Kesimpulan
persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat beda yang
saling bebas. Persilangan dihibrid merupakan dasar hukum Mendel II. Praktikum kali
Hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Mendel II setelah diuji menggunakan uji
X².
B. Saran
diantaranya :
1. Praktikan diharap dapat lebih baik lagi dalam menggambar lalt buahnya.
2. Praktikan diharap dapat mencari lalat buah sehingga bisa membawa banyak lalat
buah.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Erlangga,
Jakarta.
Elrod, Susan & Stansfield, William, 2007, Scaum’s Outlines of Theory and Problems
of Genetics, Jakarta: Elangga.
Ferdinand, Fiktor P. & Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada.
Jakarta