Prosedur pemulangan pasien adalah pemulangan pasien rawat inap dari ruang rawat
inap. Prosedur ini ditujukan kepada pasien yang sudah tidak memerlukan perawatan di
rumah sakit. Prosedur pemulangan pasien terbagi atas :
a. Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri
Prosedur permintaan pasien untuk pulang perawatan yang disebabkan oleh penolakan
pasien atas tindakan medik yang direncanakan atau perawatan yang diberikan oleh
rumah sakit meskipun sudah mendapatkan penjelasan yang cukup.
Tujuan :
Pemulangan pasien diluar jam kerja adalah Pasien rawat inap yang pulang atau terpaksa
dipulangkan baik karena alasan medis telah Meninggal dunia, ataupun bisa dinyatakan
pulang yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter tetapi diluar jam kerja normal
seperti :
1. Diatas (sebelum) jam kerja normal
Tujuan :
Sebagai acuan dari pedoman dalam melakukan administrasi pasien rawat inap, baik
pasien berhak maupun Pasien Jaminan yang keluar diluar jam kerja Normal Sebagai
acuan dari pedoman dalam melakukan administrasi pasien rawat inap.
c. Cuti Perawatan
Suatu bagian dari rekam medis yang merangkum sebab pasien masuk rumah sakit,
temuan significant, prosedur yang dijalankan, pengobatan yang diberikan, kondisi pasien
saat pulang dan instruksi-instruksi khusus lainnya yang diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien.
Tujuan :
1. Pasien dengan kondisi pulih atau memungkinkan untuk pulang sesuai dengan
pemeriksaan penunjang dan saran dokter.
2. Pasien dengan pulang atas permintaan sendiri yang telah menandatangani surat
pernyataan untuk lepas rawat sebelum waktunya.
3. Pasien dan keluarga mampu menggambarkan pembatasan aktivitas di rumah,
mampu menggambarkan penatalaksanaan luka dan nyeri di rumah.
4. Mampu menyebutkan tanda dan gejala yang harus segera dilaporkan pada tenaga
kesehatan.
5. Pasien mampu menggambarkan perawatan lanjutan yang diperlukan
2. Pelaksana panduan ini adalah DPJP, staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf
pendukung yang bekerja di rumah sakit.
1. DPJP menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan setelah pasien masuk rawat.
a. Kriteria bagi pasien yang siap untuk dipulangkan.
b. Salinan resume medis pasien pulang disimpan dalam catatan medis pasien.
d. Salinan resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi yang bertanggung
jawab atas perawatan lanjutan atau proses tindak-lanjut pada pasien.
e. Kapan resume medis pasien pulang harus dilengkapi dan disimpan.
2) Alergi obat.
Pasien dinyatakan oleh pulang apabila keadaan pasien sudah memenuhi kriteria
pasien pulang sesuai SPM Prosedur pemulangan pasien :
1. Dokter menginformasikan kepada pasien bahwa pasien boleh pulang
2. Dokter menginstruksikan kepada perawat bahwa pasien boleh pulang dan melengkapi:
a. Resume pulang medis
3. Perawat membuat resume pulang keperawatan dan melengkapi formulir yang telah
dibuat oleh dokter yang merawat.
4. Perawat melakukan pengecekan ulang mengenai tindakan-tindakan pelayanan yang
telah dilakukan.
5. Untuk pasien dinas : tidak perlu mengurus administrasi bisa langsung pulang.
Administrasi dilaporkan ke bagian administrasi langsung oleh petugas ruang rawat inap.
6. Untuk pasien askes :
4. Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang kondisi pasien serta risiko yang
terjadi apabila pasien diajak pulang sebelum diijinkan oleh dokter yang merawat.
5. Penjelasan dilakukan oleh DPJP / Dokter Jaga dengan didampingi oleh perawat
yang bertugas pada saat itu di ruangan.
6. Pasien / keluarga yang berwenang mengisi surat penolakan tindakan yang isinya
penolakan terhadap perawatan di rumah sakit dan dengan jelas menuliskan
alasan penolakan pada tempat yang tersedia.
7. DPJP / Dokter Jaga memberikan penjelasan bahwa pasien tetap bisa kembali
untuk melanjutkan perawatan ataupun kontrol ke Rumah sakit Metta Medika
Sibolga.
8. Mempersiapkan administrasi pasien yang dilakukan oleh petugas administrasi
rumah sakit.
9. DPJP membuat resume pulang dan menyerahkannya kepada keluarga pasien.
10. Perawat melepaskan semua peralatan medis yang masih dipakai pasien setelah
pasien (keluarga) menyerahkan bukti pembayaran administrasi
11. Perawat menggunting gelang pasien dan menyimpannya di status pasien
12. Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk berobat ke dokter langganan atau
dokter keluarga.
B. Prosedur Rujuk Pasien
a. Merujuk dan Menerima Rujukan Pasien
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu
dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapipemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan,pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa prosedur :
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien,
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 Lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yangbersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan
Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasienyang telah diterima
untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tandaterima pasien
sesuai aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan
medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuanrawat inap atau
pulang paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan /perawatan yang akan
dilakukan kepada petugas / keluarga pasienyang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas /RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebihmampu dengan membuat
surat rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama
pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
Prosedur Administratif:
1. Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat
balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada
Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang
bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan
untuk memastikan informasi balik tersebutditerima petugas kesehatan yang dituju,
dianjurkan berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti
telepon,handphone, faksimili dan sebagainya
Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebutdi buku register
pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang
bersangkutan dan memberi tandatanggal/jam telah ditindak lanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah
diterima.
Tatacara penanganan pasien kabur (Pasien dianggap meninggalkan rumah sakit tanpa
seizing dihitung 3 jam sejak waktu pergantian petugas).
Kegiatan pelayanan bagi pasien meninggal dan tata cara informasi yang
harus dilakukan pada keluarga dan petugas kamar pemulasaran
Tatalaksana :
1. Apabila ada pasien meninggal di ruang rawat petugas mencatat dalam buku
kematian, setelah 2 jam di pindah ke kamar jenasah selanjutnya keluarga dapat
memebawa pulang dan apabila jenasah di bawa pulang sebelum 2 jam tidak melalui
kamar jenazah maka keluarga harus menandatangani surat pernyataan.
2. Pasien tanpa mengganggu / keluarga yang meninggal di ruangan, petugas segera
mencari identitas pengirim / penanggung jawab dan kemudian segera melaporkan ke
kantor perawatan / informasi / pelayanan (petugas kamar jenazah)
3. Kepala ruang / petugas ruang dengan di bantu oleh pihak tersebut di atas
segeramencari penanggung jawab / pengirim untuk menginformasikan bahwa
pasien telah meninggal.
4. Penanggung jawab menentukan pilihan apakah jenasah akan dimakamkan sendiri
atau oleh pihak rumah sakit dan apabila keluarga menghendaki diurus pihak rumah
sakit maka penanggung jawab mengajukan permohonan secara tertulis.
:
1. Memberikan informasi secepatnya kepada keluarga dan pihak yang terkait / petugas
kamar pemulasaran.
2. Mempercepat dalam proses penanganan pelayanan pasien meninggal.