Anda di halaman 1dari 3

Biografi al-Alūsī1

1. Nama dan Nasabnya

Imam al-Alūsī atau al-Ālūsī adalah nama yang dinisbahkan kepada seorang

ulama besar, kenamaan, dan sangat masyhur dikalangan ulama dan kaum muslimin.

Nama beliau adalah Syihāb al-Dīn al-Sayyid Maḥmūd Afandī al-Ālūsī al-Bagdādī, ia juga

diberi gelar (laqab) dengan Abū al-Ṡanā. Lahir pada 1217 H. disalah satu kampung,

dekat sungai Furāt antara Syām dan Bagdād.

al-Alūsī ra. adalah pemuka (syekh) ulama Irak, beliau salah satu keajaiban tuhan

yang pernah ada, sangat jarang ulama semisalnya, menguasai banyak sekali ilmu

sehingga menjadi pakar diberbagai bidang keilmuan; ilmu agama (manqūl) dan logika

(ma’qūl), telaten dibidang ilmu akidah (al-uṣūl) dan syariah (al-furū’), dibidang hadis

(muḥdiṡ) dan tafsir yang tak tertandingi.

Sanad dan silsilah keilmuannya bersumber dari ulama besar, semisal: syekh

Khālid al-Naqsyabandī, dan bahkan dari orang tuanya sendiri, al-Suwaidī. Perhatiannya

terhada ilmu sangat tinggi, suka begadang demi mencapai sebuah tujuan. Beliau mulai
sibuk belajar sekaligus menulis buku sejak umur 13 tahun, mengajar dibanyak

perguruan, ketika tertarik dan mengikuti fatwa mazhab Abu Hanifah (al-Ḥanafiyah)

mulilah ia belajar dan mengajarkan banyak ilmu di kampung kelahirannya, perguruan

Syekh Abd Allah al-ĀqūLī di Raṣāfah.

Banyak pelajar dari berbagai latarbelakang dan negara mendatangi dan

menerima ilmu darinya, kehebatan dan keteladanan beliau bahkan membantu

mahasiswa terkait dandang dan pangan, bahkan menampung mereka dirumahnya.

1Sihaāb al-Dīn Al-Alūsi, Tafsīr Rūḥ al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qur’ān al-Aẓīm wa al-Sab’ al-Maṡānī,

tahqiq: Huḥāmmad Ahmad al-Amad dan Umar ‘Abd al-Salām al-Silāmī, Jilid I (Cet I: Beirut; Dār Iḥyā al-

Turāṡ al-Arabī, 1999 M/1420 H), h. 7-8


Kepiawaiannya dalam berbagai disiplin ilmu membuat dirinya semakin tak tertandingi,

ilmu-ilmu yang diajarkannya menjadi disiplin ilmu tersendiri (al-ilmu al-mufrad) yang

diburu di Irak. Kekuatan analisis, menulis, mendikte (imla’ khat) menulis banyak opini

dan menjawab perkara-perkara kekinian, mengantarkannya menjadi ilmuan tak ada

duanya.

Beliau wafat pada hari jumat, 25 zulqa’dah, 1270 H. dikuburkan bersama

keluarga besarnya di pekuburan Syekh al-Karkhī di Kurkh.

a. Karya al-Alūsī2

Selain tafsir RŪḤ al-MA’ĀNĪ ada beberapa karyanya yang disempurnakan oleh

putranya sendiri, al-Sayyid Nu’mān al-Alūsī adalah diantaranya:

1. Al-Ajwibah al-‘Irāqiyah An al-Asilah al-Alāhūriyah;

2. Al-Ajwibah al-‘Irāqiyah Alā al-Asilah al-Īrāniyah;

3. Daurat al-Gawāṣ fī Auhām al-Khawāṣ;

4. Al-Nafaḥāt al-Qudsiyah fī al-Mabāḥiṡ al-Imāmiyah;

5. Al-Fawāid al-Saniyah fī ‘Ilm Ādāb al-Baḥṡ

b. Mengenal tafsir al-Alusi dan metode penulisannya.

Penulis tafsir ini menyebutkan dalam muqaddimahnya bahwa sejak kecil selalu

berharap dan berekspektasi akan mengungkspkan rahasi-rahasi dibalik kutab suci

yang kokoh, menyelami kitab suci yang indah, dia mrngurangi tidurnya demi cita cita,

setiap hembusan napasnya menjadi ilmu berbeda dengan anak seusinya yang

menghabiskan banyak waktu untuk bermain. Sebelum usia 20 tahun, Watak dan

2Sihaāb al-Dīn Al-Alūsi, Tafsīr Rūḥ al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qur’ān al-Aẓīm wa al-Sab’ al-Maṡānī,

tahqiq: Huḥāmmad Ahmad al-Amad dan Umar ‘Abd al-Salām al-Silāmī, Jidil I, h. 9
karakter nya yang kuat ini sudah terang wehingga membuatnya dipercaya

menyelesaikan banyak persoalan kekinian baik dalam kitab tafsir ataupun yang

lainnya. Disebutkan pula bahwa ia mengambil banyak manfaat dari ulama semasanya,

menggais ilmu dan hikmah dari mereka sehingga pembaurannya menjadi penerang

baginya.

Suatu ketka ia bermimpi, tepatnya beberap kali malam jumat di bulan rajab

tahun 1252 H. Bahwa Allah membuka dan melipat bagi pintu langit dan bumi, lalu ia

mengangkat kedua tangan dan yang lainnya rapat kebumi-air berdoa. Tatkala terjaga

dari tidurnya dalam keadaan terkagum atas mimpinya, ia memeriksa dirinya berupaya

menebak isi mimpinya, akhirnya dia mendapat petunjuk dari Allah bahwa isi mimpinya

itu adalah isyarat baginya untuk mengungkap dan menyingkap hikmah2 Allah melalui

kitab suci-Nya.

Setelah itu, mulailah ia menulis tafsirnya pada malam 16 rajab 1252 H. Saat itu,

umurnya baru 34 tahun. Tepatnya masa pemerintahan Sultan Mahmud Khan Bin

Sultan Abdul Hamid Khan. Ia menyelesaikan penulisan tafsirnya pada malam selasa, 4

rabiul akhir 1267 H. Setelah itu, dia berpikir untuk nama karyanya, tiba2 terbesik dalam

hatinya dan terdengar suara untuk mengajukan kepada menteri Ali Rida Basya. Lalu

memberinya nama "Ruh al-Ma'ani fi Tafsir al-quran al-azum wa al-sab' al-Masani".

Inilah kisah tafsir al-Alusi

Anda mungkin juga menyukai