Pedoman Rekam Medis Oke
Pedoman Rekam Medis Oke
Tahun 2010
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan diRumah Sakit tersebut.
Isi rekam medis merupakan dokumen resmi yang mencatat seluruh proses pelayanan medis
dirumah sakit , dan sangat bermanfaat antara lain bagi aspek administrasi, medis, hokum,
keuangan, penelitian, pendidikan,dokumentasi,perencanaan, serta pemfaatan sumberdaya.
Rekam Medis wajib diisi bukan hanya oleh tenaga medis, paramedis,tetapi juga oleh residen
serta mahasiswa dibawah pengawasan dokter .Agar dapat tercipta keseragaman dan
persamaaan pengertian rekam medis di rumah sakit yang sesuai dengan Permenkes
749a/Men.Kes/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis , maka perlu adanya suatu Pedomanan
Pengelolaaan Rekam Medis di Rumah Sakit.
Rekam Medis harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanaan medis di rumah sakit
yang terjadi dimasa lalu.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Falsafah, Visi dan Misi Rekam Medis Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI
C. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Rekam Medis
BAB II Proses Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI
A. Sistem Rekam Medis
1. Sistem Penamaan
2. Sistem Penomoran
3. Sistem Kartu Indeks Utama Pasien / KIUP
B. Prosedur Rekam Medis
1. Pendaftaran Pasien
a. Rawat Jalan(Penerimaan Pasien)
b. Rawat Inap
c. Ruang Gawat Darurat
2. Perekaman Kegiatan Pelayanan Rekam Medis
a. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis
b. Ketentuan Pengisian Rekam Medis
c. Formulir dan cara Pengisian Rekam Medis
C. Proses Pengolahan Rekam Medis
D. Pelaporan dan Statistik
E. Surat Keterangan Medis
F. Sistim Penyimpanan Rekam Medis
G. Tata Cara Pengambilan dan Pengembalian Rekam Medis
H. Penyusutan dan Pemusnahan Rekam Medis
BAB III Aspek Hukum Rekam Medis
A. Pertanggungjawaban Terhadap Rekam Medis
B. Kepemilikan Rekam Medis
C. Kerahasiaan Rekam Medis
D. Persetujuan Tindakan/ Informed Consent
E. Pemberian Informasi Rekam Medis
F. Rekam Medis Di Pengadilan
G. Adopsi
BAB IV Struktur Organisasi Rekam Medis
A. Organisasi Unit Rekam Medis
B. Fungsi Unit Rekam Medis
C. Tugas Pokok Unit Rekam Medis
D. Kegiatan Unit Rekam Medis
E. Panitia Rekam Medis
BAB V Pengembangan Staf dan Pendidikan
BAB VI Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam masa globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali tuntutan masyarakat dalam
hal kualitas pelayanan dibidang kesehatan. Masyarakat sudah semakin terbuka
wawasannya sehingga kita sebagai pemberi pelayanan harus bisa memberikan trnsparansi
dan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa kita tentang segala hal . Dan dengan
semakin banyaknya tuntutan-tuntutan hukum atas tindkan medis maka sangatlah perlu kita
mempunyai rekam medis yang baik, akurat dan lengkap.
Rekam Medis merupakan sumber informasi yang lengkap mengenai segala pelayanan
dan tindakan medis yang dilakukan kepada pasien yang merupakan salah satu faktor
penting dalam mendukung terciptanya tertib administrasi rumah sakit secara keseluruhan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka saat ini pengelolaan rekam medis sudah harus
mendapatkan perhatian dan dilaksanakan secara serius dan profesional. Untuk
mendapatkan hasil rekam medis yang baik maka harus dipenuhinya beberapa faktor
diantaranya sumber daya manusia yang profesional, System yang baik, fasilitas yang
memadai, struktur organisai yang jelas dan fasilitas yang memadai. Sarana pelayanan
kesehatan memenuhi fasilitas dalam penyelenggaraan rekam medis. Sebagaimana menurut
Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 BAB III pasal 7 yaitu “Sarana pelayanan
kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
rekam medis”.
Untuk Mewujudkan semua itu maka dengan segala kerendahan hati Panitia Rekam
Medis Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI mencoba menyusun Buku Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medis ( BPPRM) Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI tahun
2008 dengan harapan dapat membantu dan menjadi acuan Penyelenggaraan Rekam Medis
untuk semua pihak yang terkait.
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat di rumah sakit merupakan prosedur
pertama dalam memberikan pelayanan. Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan
penerimaan pasien dengan baik menciptakan citra yang baik dari pasien baru masuk
pertama berobat, menjamin kelancaran dan kelengkapan catatan serta menghemat waktu
dan tenaga. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien perlu diperhatikan:
1. Petugas yang kompeten
2. Cara penerimaan yang ramah, tegas dan jelas
3. Kecepatan dan ketepatan
Penerimaan pasien di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu penerimaan pasien rawat jalan, penerimaan pasien gawat darurat, dan
penerimaan pasien rawat inap.
1. Pendaftaran Pasien(di cek di SOP)
1) Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
a. Pasien Baru
Petugas pendaftaran dan informasi akan mewawancarai dan meminta kartu
identitas pasien (jika bawa), kemudian petugas pendaftaran menyerahkan formulir
identitas untuk diisi oleh pasien atau keluarga pasien, selanjutnya petugas
pendaftaran mencatat identitas pasien di buku register pendaftaran, membuatkan
rekam medis, melakukan entry data ke komputer, mengisi register poliklinik dan
mengisi Kartu Index Berobat (KIB) untuk diserahkan kepada pasien atau keluarga
pasien sebagai kartu pengenal serta berpesan agar dibawa setiap kali kunjungan,
baik kunjungan rawat jalan atau rawat inap.
b. Pasien Lama dengan KIB
Pasien lama yang membawa kartu indek berobat menunjukkan kartunya ke
petugas pendaftaran untuk dicarikan data pasien yang dimaksud dan
mengambilkan berkas rekam medis pasien untuk diantarkan ke poli yang dituju.
c. Pasien lama tanpa membawa KIB
Jika pasien lama tidak membawa kartu indek berobat maka petugas pendaftaran
menanyakan identitas pasien. Kemudian petugas pendaftaran mencari nama serta
alamat pasien di komputer untuk mengetahui nomor rekam medis pasien. Setelah
ditemukan, petugas pendaftaran mengambilkan berkas rekam medis pasien untuk
diantarkan ke poli yang dituju.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan
dari setiap pasien :
a. Pasien boleh langsung pulang
b. Pasien diberi slip perjanjian/surat kontrol oleh dokter poli untuk datang kembali
pada hari dan tanggal yang telah ditetapka. Pasien yang diminta datang kembali,
tetap mendaftar di tempat pendaftaran dan informasi sesuai hari dan tanggal yang
tertera pada surat kontrol.
c. Pasien perlu dirawat di ruang perawatan
Alur Rekam Medis Rawat Jalan
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke Unit Pendaftaran dan Informasi.
b. Apabila pasien baru maka pasien/keluarga mengisi formulir pendaftaran pasien
baru yang telah disediakan sesuai dengan kartu tanda pengenal
(KTP,SIM,Paspor).Petugas pendaftaran kemudian mengisi identitas pasien baru
pada buku register pasien dan mengentry ke komputer.
c. Petugas pendaftaran dan informasi kemudian membuatkan rekam medis
pasien,KIB dan nota pendaftaran pasien. KIB pasien selanjutnya diserahkan
kepada pasien dan nota pendaftaran dimasukkan ke dalam map biru (untuk pasien
poli)
d. Apabila pasien lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya) maka petugas
Pendaftaran dan Informasi menanyakan apakah KIB pasien dibawa. Jika dibawa
maka petugas pendaftaran kemudian menanyakan kepada keluarga pasien atau
pasien mengenai poliklinik mana yang akan dituju.
e. Apabila pasien lama tanpa membawa KIB, maka petugas pendaftaran dan
informasi menanyakan nama pasien dan alamat pasien untuk kemudian dicari
nomor rekam medisnya melalui SIM RS.
f. Petugas pendaftaran dan informasi kemudian mencatat nomor rekam medis dan
nama pasien dibuku register sesuai poliklinik yang dituju.
g. Petugas pendaftaran kemudian mengambil berkas rekam medis pasien di ruang
rekam medis.
h. Selanjutnya berkas Rekam Medis pasien dikirim ke poliklinik yang dituju.
i. Petugas poliklinik kemudian mencatat pada buku register poliklinik pasien rawat
jalan: nama, nomor rekam medis, alamat, umur, jenis kelamin, diagnosa, tindakan
dan nama dokter
j. Dokter kemudian membaca riwayat penyakit pasien yang ada pada lembar
poliklinik (apabila pasien lama). Kemudian memeriksa pasien dan mencatat hasil
pemeriksaan pada lembar poliklinik.
k. Petugas poliklinik kemudian membuat sensus harian rawat jalan
l. Setelah shift selesai, petugas poliklinik kemudian mengembalikan berkas rekam
medis rawat jalan beserta sensus harian rawat jalan.
m. Petugas rekam medis kemudian merekap sensus harian rawat jalan tersebut ke
buku register poliklinik dan kemudian memeriksa kelengkapan pengisian rekam
medis. Jika belum lengkap, maka petugas rekam medis kemudian mengupayakan
kelengkapannya.
n. Petugas rekam medis kemudian mengolah berkas rekam medis untuk di coding dan
membuat rekapitulasi setiap akhir bulan guna membuat laporan dan statistik.
o. Petugas rekam medis kemudian menyimpan berkas rekam medis yang telah selesai
diolah sesuai dengan urutan nomor rekam medis.
c. Indeks (Indexing)
Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat ke dalam
indeks-indeks. Ada beberapa jenis indeks yang dibuat di Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI yaitu:
iv. Indeks pasien adalah suatu kartu catalog yang berisi nama semua pasien yang
pernah berobat ke rumah sakit. Informasi yang ada dalam kartu indeks pasien
meliputi nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tanggal lahir,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal keluar dan nomor rekam medis.
v. Indeks dokter adalah suatu kartu catalog yang berisi nama dokter yang
memberikan pelayanan medis kepada pasien.
vi. Indeks penyakit adalah suatu kartu catalog yang berisi kode penyakit dank ode
operasi yang ada di rumah sakit.
2) Eksternal
i. Data kegiatan rumah sakit (RL 1)
Laporan ini dibuat setiap triwulan berdasarkan catatan harian yang
dikompilasi setiap bulan dan dilaporkan setiap tanggal 15 pada bulan
keempat pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten / kota
ii. Data keadaan morbiditas pasien rawat inap rumah sakit (RL 2a)
Laporan ini dibuat setiap triwulan berdasarkan catatan harian yang
dikompilasi setiap bulan dan dilaporkan setiap tanggal 15 pada bulan
keempat pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten / kota
iii. Data keadaan morbiditas pasien rawat jalan riumah sakit (RL 2b)
Laporan ini dibuat setiap triwulan berdasarkan catatan harian yang
dikompilasi setiap bulan dan dilaporkan setiap tanggal 15 pada bulan
keempat pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi, Dinkes Kabupaten / kota
iv. Data dasar rumah sakit (RL3)
Laporan ini dibuat satu kali dalam setahun sesuai dengan keadaan pada
tanggal 31 Desember dan dilaporkan setiap tanggal 15 Januari dan
dilaporkan pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi / Kabupaten / Kota
v. Data ketenagaan rumah sakit (RL4)
Laporan ini dibuat dua kali dalam setahun sesuai dengan keadaan pada
tanggal 30 Juni dan 31 Desember dan dilaporkan setiap tanggal 15 Juli
dan 15 Januari dan dilaporkan pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi /
Kabupaten / Kota
vi. Data peralatan medis rumah sakit (RL5)
Laporan ini dibuat dua kali dalam setahun sesuai dengan keadaan pada
tanggal 30 Juni dan 31 Desember dan dilaporkan setiap tanggal 15 Juli
dan 15 Januari dan dilaporkan pada Ditjen Yanmed, Dinkes Propinsi /
Kabupaten / Kota.
Laporan asli dikirim ke Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medis Sub Bagian
Informasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, sedang ranglap dua dan
seterusnya dikirim ke :
1) Dinkes Propinsi
2) Dinkes Kabupaten / Kota
3) Direktur
b. Stastitik
Rumah sakit adalah perusahaan non profit yang harus melayani masyarakat dengan baik
di bidang kesehatan dan harus bisa membuat sejahtera karyawanya.Oleh karena itu dalam
pengelolaanya rumah sakit harus efesien baik dilihat dari segi pelayanan medis maupun
dilihat dari segi ekonomi yaitu dalam dalam pemanfaatan atau pendayagunaan sarana
yang ada secara efesien.
Tingkat efesien rumah sakit dapat diukur dari:
1. Lama pasien dirawat ( Av.Los)
2. Lama rata – rata tempat tidur tidak terisi ( TOI )
3. Presentasi tempat tidur yang terisi ( BOR )
4. Pasien yang dirawat yang keluar ( hidup dan mati ) per tempat tidur yang siap
dipakai selama setahun ( BTO ).
Data- data BOR, Av.Los, TOI, BTO sangat dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit dalam
menilai pengunaan rumah sakit sudah efesien belum dan dalam menentukan langkah –
langkah perbaikan tingkat efesien dan produktifitas pelayanaan yang ada di rumah sakit.
Untuk BOR sendiri digunakan oleh pemerintah untuk mengukur seberapa jauh rumah sakit itu
digunakan oleh masyarakat dan seberapa jauh masyarakat membutuhkan pelayanan di rumah
sakit.
E. SURAT KETERANGAN MEDIS (SKM)
Surat keterangan medis adalah keterangan tertulis mengenai keadaan fisik atau yang
diduga bagian dari fisik/mental seseorang yang dibuat oleh tenaga medis sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan pihak yang memburuhkan atau kegunaannya, surat
keterangan medis dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Surat Keterangan Medis di Pengadilan
Surat keterangan medis yang digunakan untuk kepentingan hukum/proses penyidikan
di pengadilan yang berkaitan dengan penyakit pasien. Adapun jenis surat keterangan
medis untuk pengadilan yaitu Visum et Repertum. Visum et repertum biasanya
dikeluarkan atas permintaaan dari pihak penyidik. Visum et Repertum terdiri dari:
a) Visum luka
b) Visum mayat
2. Surat Keterangan Medis Non Pengadilan
Surat keterangan medis non pengadilan dikeluarkan atas permintaan atau permohonan
dari pihak pasien atau keluarga pasien, instansi tertentu maupun pihak asuransi. Jenis
surat keterangan medis non pengadilan yang dibuat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta
PDHI yaitu:
a) Surat Keterangan Dirawat
b) Surat Keterangan Ijin Sakit
c) Surat Keterangan Diagnosa
d) Surat Keterangan Sehat
e) Surat Keterangan Kelahiran
f) Surat Kematian
g) Surat Keterangan Emergency
h) Surat Keterangan Medis untuk Klaim Asuransi
Surat Keterangan Medis untuk klaim asuransi dibuat di unit rekam medis Rumah
Sakit Islam Yogyakarta PDHI. Adapun jenis-jenis asuransi antara lain:
- Asuransi PT Jasa
Raharja
- Asuransi PNS
- Asuransi Jamsostek
- Asuransi Lain
Penyuguhan Informasi yang diambildari rekam medis sebagai bukti dalam suatu sidang
pengadilan atau didepan satu badan resmi lainya. Sesungguhnya rekam medis disimpan dan
dijaga baik- baik bukan semata-mata untuk kepeluan medis dan administratif, tetapi juga
karena isinya sangat diperlukan oleh individu dan organisasi yang secara hukum berhak
mengetahinya. Rekam medis ini adalah catatan kronologis yang tidak disangsikan
kebenaranya tentang pertolongan ,perwatan , pengobatan, seorang pasien selama mendapakan
pelayanan di rumah sakit. Penyimpanan dan pemeliharaan merupakan satu bagian dari
keseluruhan kegiatan rumah sakit.
Setiap informasi di dalam rekam medis dapat dipakai sebagai bukti, karena rekam medis
adalah dokumen resmi dalam kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat memastikan bahwa
rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenaranya dan dapat dipercayai, maka keseluruhan
atau sebagian informasi dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan. Apabila salah satu
pihak bersengketa dalam satu acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis
di dalam sidang, ia meeminta perintah dari pengadilan kepada rumah sakit yang menyimpan
rekam medis tersebut.Rumah sakit yang menerima perintah tersebut mematuhi dan
melaksanakannya apabila ada keragu – raguan tentang isi perintah tersebut dapat diminta
penjelasan dari pengadilan yang bersangkutan.dengan surat tersebut diminta seorang sanksi
untuk datang dan membawa rekam medis yang dimintanya atau memberikan kesaksian
didepan sidang. Apabila diminta rekam medisnya saja pihak rumah sakit dapat membuat copy
dari rekam medis yang diminta dan mengirimkan kepada bagian Tata Usaha Pengadilaan,
setelah dilegalisasi oleh pejabat berwenang ( dalam hal ini pimpinan rumah sakit). Namun
harus ditekankan bahwa rekam medis tersebut benar- benar hanya dipergunakan untuk
keperluan pengadilan. Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau mungkin
seluruh informasi dari rekam medis dipergunkan. Hakim dan pembela bertanggung jawab
untuk mengatasi setiap perbedaan ketentuan perundangan dalam hal pembuktian. Tanggung
jawab seorang ahli rekam medis adalah berperan sebagai saksi yang obyektif.
Puhak Rumah sakit tidak dapat memperkirakan setiap saat, rekam medis yang mana
yang akan diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap dapat
sewaktu-waktu dilihat/diperlukan untuk keperluam pemeriksaan oleh hakim pengadilan.
Konsekuensinya, terhadap semua rekam medis pasien pasien yang telah keluar dari rumah
sakit harus dilakukan analisis kuantitatif secara seksama. Selain isian/tulisan didalam rekam
medis yang dihapus,tanpa paraf, dan setiap isi yang ditanda tangani ataupun tidak sesuai
dengan ketentuan rumah sakit, harus ditolak dan dikembalikan kepda pihak yaqng
bersangkutan untuk diperbaiki/dilennkapi. Kedudukan kepala unit rekam medis memberikan
tanggung jawab/ kepercayaan khusus disuatu rumah sakit,dengan demikian harus senantiasa
menjaga agar rekam medis semuanya benar-benar lengkap. Materi yang buktian bersifat
madis harus ditinggal apabila rekam medis diminta untuk keperluan pengadilan, kecuali jika
diminta.
G. ADOPSI
Pedoman rekam medis menghadapi rekam medis dengan kasus adopsi sebagai berikut:
1. Adopsi telah mengakibatkan orang tua kandung melepaskan hak mereka untuk
memeriksa berkas rekam medis anaknya telah diangka. Sebab, dengan pengakatan
itu seluruh hak oarang tua telah berakhir.
2. Adopsi telah mengakibatkan orang tau baru meneriam hak sebagai orang tua asli
berati hak untuk memeriksa berkas rekam medis anak angkatnya hingga mencapai
dewasa. Namun orang tua baru tidak boleh melihat berkas rekam medis masa
lampau si anak. Dalam hal ini petugas rekam medis wajib mengeluarkan identitas
masa lampaunya yang berkaitan dengan orang tua asli sewaktu orang tua baru
memeriksa berkas rekam medis anak angkat yang telah menjadikan anak kandung.
3. Anak angkat mempunyai hak untuk membaca berkas rekam medis dirinya pada saat
mencapai usia dewasa namun petugas rekam medis harus menurut identitas orang
tua aslinya, seperti pada keterangan diatas.
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI REKAM MEDIS
II. Pengertian : Seseorang yang memiliki kemampuan serta memenuhi syarat untuk
melakukan Assembling yaitu sebagai peneliti kelengkapan isi dan perakitan dokumen
Rekam Medis sebelum disimpan
II. Pengertian : Seseorang yang memiliki kemampuan serta memenuhi syarat untuk
melakukan peneliti dan pengkoreksi penulisan kode penyakit dan tindakan / operasi,
selain itu membuat indeks penyekit, indeks operasi, sebab kematian dan dokter. Kode
penyakit dengan menggunakan Intenational Clasification of Disesase rev. 10 (ICD-X) dan
kode tindakan menggunakan Intenational Clasification of Prosedures in Medicine
(ICOPIM)
II. Pengertian : Seseorang yang memiliki kemampuan serta memenuhi syarat untuk
melakukan penyimpanan dokumen Rekam Medis dan menjaga kerahsiaan isinya
II. Pengertian : Seseorang yang memiliki kemampuan serta memenuhi syarat untuk
melakukan pengumpulan, pengolahan dn penyajian data