1 SM PDF
1 SM PDF
1. Latar Belakang
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang (Daulay, 2000). Mereka berkeyakinan bahwa produk
pemenuhannya merupakan hak azasi setiap masyarakat yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani
sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup aman, dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik
bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang akan menghasilkan produk baik (Daulay, 2000).
terjangkau oleh kemampuan beli masyarakat. Keamanan Permasalahan utama keamanan pangan di Indonesia
pangan menurut PP No. 28 Tahun 2004 tentang menurut Sulaeman (2012) adalah cemaran mikroba
keamanan, mutu dan gizi pangan yaitu kondisi dan karena rendahnya kondisi higiene dan sanitasi; cemaran
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kimia karena kondisi lingkungan yang tercemar limbah
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain industri; penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang
yang dapat mengganggu, merugikan, dan untuk pangan (formalin, boraks, rhodamin); penggunaan
membahayakan. Saat ini konsumen menyadari mutu bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal yang
pangan khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya diijinkan (pengawet, pewarna, pemanis). Salah satunya
dijamin dengan hasil uji produk akhir laboratorium adalah produk tahu. Tahu merupakan penyedia protein
nabati tinggi yang berasal dari olahan kedelai. Menurut Tandang di Kecamatan Candisari. UD. XYZ sudah
SNI 01-3142-1998, tahu didefinisikan sebagai suatu beroperasi lebih kurang 40 tahun. Akan tetapi pengelola
produk makanan berbentuk padatan lunak yang dibuat UD. XYZ tersebut kurang memperhatikan kebersihan
melalui proses pengolahan kedelai dengan cara lingkungan kerja saat melakukan proses produksi.
mengendapkan proteinnya dengan atau tanpa Sehingga proses pengolahan demikian kadang-kadang
penambahan bahan lain yang dizinkan. menjadikan tahu berbau sangit, mudah rusak, tidak tahan
Produsen tahu di Indonesia di dominasi oleh Industri lama, serta berasa asam. Produk tahu dipasarkan ke
Kecil dan Menengah (IKM) yang banyak tersebar di pasar tradisional di Kota Semarang antara lain Johar,
kota-kota besar dan juga pedesaan, dimana aspek Rejomulyo, serta Karangayu dan juga disitribusikan
higiene dan sanitasi dalam kegiatan produksi sangat langsung ke konsumen di luar Kota Semarang. Produksi
kurang diperhatikan (Sofyan dkk, 2016). Berdasarkan tahu yang dihasilkan oleh UD. XYZ ini sekitar 1-3
data dari Technology Need Assessment 2009, di seluruh kwintal per hari. Pemasaran tahu di pasar tradisional
Indonesia, terdapat 84.000 Industri Kecil dan Menengah biasanya dilakukan secara curah dengan merendam tahu
(IKM) tahu dengan total konsumsi bahan baku kedelai dalam ember atau tempat lain dapat menurunkan
sebesar 2,56 juta ton per tahun. Umumnya produksi tahu kualitas tahu. Cara pemasaran yang sederhana ini
di Indonesia merupakan bisnis yang turun temurun dan menyebabkan tahu cepat mengalami perubahan rasa
biasanya dalam industri skala kecil (BPPT, 2013). Di menjadi asam dan berlendir. Tentunya hal tersebut akan
Jawa Tengah sendiri terdapat 6120 lebih industri tahu menyebabkan pengaruh yang cukup besar terhadap
skala kecil dengan kondisi yang bervariasi (BPPT, kualitas pangan tahu itu sendiri.
2013). Berdasarkan uraian diatas, UD. XYZ menyadari
Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein- pentingnya jaminan penerapan sistem manajemen mutu
nabati dalam bahan baku diektraksi secara fisika dan dan keamanan pangan di perusahaan serta adanya
digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH) tuntutan dari pelanggan mengenai jaminan keamanan
dan batu tahu (Herlambang, 2002). Dalam pangan, maka pihak manajemen UD. XYZ berkeinginan
pemrosesannya, tiap tahapan proses umumnya untuk menerapkan sistem HACCP. Selain itu UD. XYZ
menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas tahunya dan
relatif banyak. Tahu dengan kandungan air dan protein meningkatkan citra perusahaan agar dapat memasuki
yang tinggi sangat potensial menjadi sumber segmen pasar yang lebih tinggi, karena produk UD.
pertumbuhan mikroba pathogen. Tahu biasanya XYZ saat ini belum mampu untuk memasuki pasar
memiliki umur simpan yang pendek hanya 2-3 hari. modern dan hanya dipasarkan ke pasar tradisional di
Oleh karena itu pemeliharaan sanitasi sangat diperlukan Kota Semarang.
untuk mengurangi jumlah awal cemaran mikroba dan
mengurangi risiko munculnya bakteri patogen pada tahu 2. Tinjauan Pustaka
(Qian, 2013). Bakteri yang ditemukan pada tahu 2.1 Good Manufacturing Practices (GMP)
biasanya berasal dari bahan baku, tenaga pengolah dan Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan
saat proses pengolahan tahu. suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan
mengadopsi konsep Hazard Analysis and Critical yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk
Control Point (HACCP) menjadi SNI 01-4852-1998 makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen
(Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik (Thaheer, 2005). Di Indonesia GMP dikenal sebagai
Kritis/HACCP beserta pedoman penerapannya) dan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan
telah menetapkan panduannya, yaitu Pedoman BSN salah satu faktor penting untuk memenuhi standar mutu
1004-2002 (Panduan Penyusunan Rencana HACCP) atau persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan
untuk diaplikasikan pada berbagai industri pangan di untuk pangan. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
Indonesia. Sistem HACCP merupakan suatu piranti diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem (BPOM) di dalam Peraturan Kepala BPOM Republik
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012
daripada mengandalkan sebagian besar pengujian tentang Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) untuk
produk akhir (BSN, 1998). Jika sistem ini dilakukan Industri Rumah Tangga (IRT), menjelaskan persyaratan-
secara berkesinambungan maka akan dapat menurunkan persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan
ketergantungan pada metode tradisional seperti inspeksi pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan
dan pengujian produk akhir (Mortimore dan Wallace, baku sampai produk akhir.
2013). 2.2 Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP)
UD. XYZ adalah salah satu industri yang bergerak di Menurut Winarno (2012), HACCP adalah suatu
bidang pengolahan pangan dan menghasilkan produk sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada kesadaran
tahu. Industri ini terletak di sentra Industri Tahu di area atau penghayatan bahwa hazard (bahaya) dapat timbul
pada berbagai titik atau tahapan produksi tertentu, tetapi XYZ dan karyawan yang memahami tahapan
dapat dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya- proses pembuatan tahu.
bahaya tersebut. Sistem HACCP dianggap sebagai alat c. Observasi Lapangan
manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai Observasi yang dilakukan dalam
pasokan pangan dan proses produksi terhadap pengumpulan data mencakup seluk beluk
kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia, dan keseluruhan proses produksi, mulai dari
fisik pengadaan bahan baku, cara penanganan bahan
2.3 Dokumentasi Sistem Manajemen HACCP baku, urutan pengolahan, peralatan yang
Sistem manajemen HACCP di Indonesia digunakan, bahan pembantu, cara pengolahan,
menggunakan dua standar dalam penerapannya, yakni pengemasan hasil olahan, serta sanitasi dan
SNI 01-4852-1998 dan Pedoman BSN 1004:2002. SNI hygiene selama proses pengolahan berlangsung
01-4852-1998 menjelaskan mengenai persyaratan d. Checklist
industri pangan yang menerapkan sistem HACCP dan Berisi daftar (list) mengenai hal-hal yang
Pedoman BSN 1004:2002 menjelaskan tentang rencana harus diperiksa.
HACCP. Penerapan HACCP dalam proses produksi 2. Pengolahan Data
harus diikuti dengan dokumentasi mengenai penerapan a. Kelayakan persyaratan dasar (Good
HACCP. Berkaitan dengan HACCP, maka dokumentasi Manufacturing Practices-GMP).
ini berperan sebagai acuan yang pasti dalam penerapan, Good Manufacturing Practices (GMP)
pemeliharaan, dan pengembangan sistem HACCP dalam merupakan suatu pedoman cara
menjaga dan menjamin keamanan produk yang memproduksi makanan dengan tujuan agar
dihasilkan. Panduan penyusunan rencana sistem analisis produsen memenuhi persyaratan-
bahaya dan pengendalian titik kritis justru dikeluarkan persyaratan yang telah ditentukan untuk
pada Pedoman BSN 1004-2002. menghasilkan produk makanan bermutu
sesuai dengan tuntutan konsumen
3. Metode Penelitian (Thaheer, 2005).
Objek penelitian adalah UD. XYZ yang merupakan Penyusunan indikator penilaian bertujuan
salah satu Industri Tahu Kecil yang berada di Sentra untuk mengetahui bagian-bagian aspek
Industri Tahu Kecil Tandang yang berlokasi di Jl. yang tidak sesuai dengan pedoman GMP.
Tandang Raya RT. 03/012. Adapun waktu penelitian Indikator penilaian ketidaksesuaian
dilaksanakan mulai Juni 2016. Metode penelitian yang terhadap aspek persyaratan, terbagi
digunakan adalah deskriptif yang dilakukan dengan menjadi 5 (lima) yaitu :
meneliti analisa pekerjaan dan aktivitas pada suatu Aman adalah keadaan diperusahaan
objek. Langkah-langkah yang dilakukan dalam sudah sesuai dengan persyaratan.
penelitian ini adalah sebagai berikut : Ketidaksesuaian minor adalah
1. Pengumpulan Data penyimpangan terhadap persyaratan
Terdapat beberapa data primer yang dibutuhkan “dapat” di dalam CPPB-IRT yang
sebagai input dari proses pengolahan data, dat- mempunyai potensi mempengaruhi
data tersebut adalah : mutu produk pangan IRTP
a. Studi Literatur Ketidaksesuaian major adalah
Studi literatur dilakukan dengan cara penyimpangan terhadap persyaratan
membaca buku-buku referensi, atau internet “sebaiknya” di dalam CPPB-IRT yang
yang berhubungan dengan topik penelitian mempunyai potensi mempengaruhi
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan efisiensi pengendalian keamanan
teoritis dan pendapat para ahli yang produk pangan IRTP
berhubungan dengan penelitian ini, antara lain Ketidaksesuaian serius adalah
pengolahan tahu, Good Manufactring Practices penyimpangan terhadap persyaratan
(GMP), Standard Sanitation Operation “seharusnya” di dalam CPPB-IRT
Procedures (SSOP), Hazard Analysis Critical yang mempunyai potensi
Control Point (HACCP) mempengaruhi keamanan produk
b. Wawancara pangan IRTP atau meyebabkan risiko
Wawancara dilakukan untuk mengetahui terhadap kualitas produk dan harus
masalah yang akan diteliti dan mengetahui diperbaiki/dikoreksi.
lebih dalam permasalahan yang ada. Ketidaksesuaian kritis adalah
Wawancara tak terstruktur dilakukan kepada penyimpangan terhadap persyaratan
Bapak Warsino selaku pemilik Industri Tahu “harus” di dalam CPPB-IRT yang
akan mempengaruhi keamanan produk
pangan IRTP secara langsung atau berkaiatan dengan kontaminasi kimia,
yang menyebabkan risiko terhadap biologi, dan fisik. Selanjutnya menetapkan
pengguna dan harus segera diperbaiki. Critical Control Point (CCP) dengan
Penilaian ketidaksesuaian menggunakan menggunakan diagram pohon (CCP
form pemeriksaan sarana produksi pangan decision tree) dan menentukan Crtical
Industri Rumah Tangan yang berasal dari Limit (CL) untuk mengendalikan setiap
Badan Pengawas Obat dan Makanan CCP. Pada tahap ini juga dibuat prosedur
(BPOM). Selanjutnya, tingkat kelayakan pemantauan yang berguna sebagai
unit usaha dapat diketahui dari banyaknya parameter pengendalian CCP. Terakhir
penyimpangan yang terjadi yang disajikan menetapkan beberapa tindakan korensi
pada Tabel 1. apabila hasil pemantauan CCP
b. Perancangan Sistem HACCP menunjukkan penyimpangan CL.
Tahap ini merupakan penerapan dari c. Perancangan Dokumen HACCP
prinsip-prinsip HACCP. Setelah membuat Pada tahap ini, dokumen yang belum ada
diagram alir, dilakukan identifikasi bahaya dirancang sebagai acuan dalam pengembangan
terhadap proses produksi tahu yang sistem HACCP.
Tabel 1 Kriteria Tingkat Kelayakan Sarana Produksi Pangan berdasarkan Penilaian GMP
Level IRTP Jumlah penyimpangan maksimal
Minor Mayor Serius Kritis
I Sangat memuaskan, dinyatakan layak 1 1 0 0
II Memuaskan, dinyatakan layak 1 2-3 0 0
III Cukup memuaskan, dinyatakan perlu NA* ≥4 1-4 0
perbaikan dan belum layak
IV Tidak memuaskan, dinyatakan sangat NA NA ≥5 ≥1
perlu perbaikan dan tidak layak
Tahap Proses Jenis Bahaya Batas Kritis Kegiatan Pemantauan Tindakan Koreksi
Apa Bagaimana Dimana Kapan Siapa
CCP1 F : kontaminasi Kontrol yang tepat Suhu dan Memantau suhu Ruang Setiap Karyawan Apabila dimasak 10-25 menit
Pemasakan benda asing terhadap suhu (suhu waktu dan waktu produksi pemasakan belum matang maka dimasak
(kulit buah, optimal adalah 100 perebusan hingga matang
o
kerak, debu) C-125 oC ) dan menggunakan
B : listeria waktu 10-15 menit portable
monocytogenes Sanitasi lingkungan, thermometer/
, bacilus cereus peralatan, karyawan timer
Kematangan bubur
ditandai dengan
mendidihnya bubur
kedelai
Penggum F : benda asing Suhu dan lama Suhu dan Memantau suhu Ruang Setiap Karyawan Apabila sari kedelai belum
palan (pasir, debu) waktu waktu dan waktu produksi pemasakan menggumpal sempurna maka
B : Bakteri penggumpalan penggumpalan masak hingga menggumpal
cereus sp, Suhu 60 oC menggunakan sempurna
Staphylococcus Waktu sekitar 3 portable Untuk proses selanjutnya
aureus menit thermometer/ ganti biang
K: Ph biang timer
Pengemasan F : benda asing Standar air bersih Kondisi Memperhatikan Ruang Tiap batch Karyawan Perketat praktek higiene dan
dan (pasir, debu) Harus dikemas dan sanitasi dan bahan atau alat produksi Atau setiap sanitasi lingkungan
penyimpanan B: disimpan di area higiene alat yang digunakan akhir penyimpanan, sanitasi
pertumbuhan yang bersih dan bahan untuk mengemas pemotongan karyawan dan peralatan
mikroba Lingkungan serta Pengamatan (tahu siap Menyediakan area tersendiri
K: produksi dan lingkungan visual atau uji dikemas) untuk pengemasan dan
karyawan harus saat laboratorium air penyimpanan sementara
memperhatikan pengemasan
higiene dan sanitasi