Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERSIAPAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN HAZARD ANALYSIS

CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DAN PENYUSUNAN RENCANA HACCP PADA


INDUSTRI PEMBUATAN TAHU

Tirsa Roza Triyanni, Bambang Purwanggono, Darminto Pujitomo*)

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
tirsaroza@gmail.com
Abstrak
Keamanan pangan merupakan syarat penting bagi pangan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Termasuk
salah satunya adalah tahu yang merupakan pangan penting sebagai penyedia sumber protein. UD. XYZ merupakan
salah satu industri kecil yang memproduksi pangan berupa tahu. UD. XYZ ingin menerapkan sistem manajemen Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk meningkatkan jaminan mutu produk. Sehingga perlu adanya kajian
mengenai persyaratan dasar HACCP dan perancangan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Studi
ini bertujuan untuk menganalisis sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan persyaratan dasarnya,
yaitu Good Manufacturing Practices (GMP) yang belum diterapkan oleh UD. XYZ. Dimulai dengan identifikasi dan
penilaian ketidaksesuaian kondisi nyata di UD. XYZ terhadap persyaratan yang dikeluarkan oleh BPOM tahun 2012,
dilanjutkan dengan identifikasi titik kendali kritis. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kondisi UD. XYZ masuk dalam
tingkat (rating) IV yang mengindikasikan bahwa tingkat kelayakan unit usaha berdasarkan penilaian Good
Manufacturing Practices (GMP) tidak memuaskan yang dinyatakan sangat perlu perbaikan dan tidak layak. Sementara
ditemukan 3 titik kritis yang perlu diperhatikan, yaitu proses perebusan, penggumpalan, dan pengemasan.
Kata kunci : Keamanan pangan, Hazard Analysis Critical Control Poin (HACCP), Good Manufacturing Practices
(GMP)
Abstract
Food safety is an important requirement for food to be consumed by the public. Including one of them is tofu
which are important in providing a source of protein. UD. XYZ is one of the small industries that produce tofu. UD. XYZ
want to apply management system of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) to improve the quality
assurance. So that its needs a study about prerequisites program of HACCP and design for management system of
HACCP. This study aimed to analyze the system Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) and prerequisites
program, namely Good Manufacturing Practices (GMP), which has not been implemented by UD. XYZ. The fist phase
is identification and assessment of real conditions at UD. XYZ than the requirements of GMP, and the last phase is
identification of critical control point. The result shows that the condition UD. XYZ be in rate (rating) IV. Its mean the
feasibility of a business unit are not satisfactory and its very necessary repairs and unfit. Its found three critical points
that need to be considered, namely the boiling process, clotting, and packaging.
Keywords : Food safety, Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), Good Manufacturing Practices (GMP

1. Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang (Daulay, 2000). Mereka berkeyakinan bahwa produk
pemenuhannya merupakan hak azasi setiap masyarakat yang aman didapat dari bahan baku yang ditangani
sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup aman, dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik
bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang akan menghasilkan produk baik (Daulay, 2000).
terjangkau oleh kemampuan beli masyarakat. Keamanan Permasalahan utama keamanan pangan di Indonesia
pangan menurut PP No. 28 Tahun 2004 tentang menurut Sulaeman (2012) adalah cemaran mikroba
keamanan, mutu dan gizi pangan yaitu kondisi dan karena rendahnya kondisi higiene dan sanitasi; cemaran
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kimia karena kondisi lingkungan yang tercemar limbah
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain industri; penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang
yang dapat mengganggu, merugikan, dan untuk pangan (formalin, boraks, rhodamin); penggunaan
membahayakan. Saat ini konsumen menyadari mutu bahan tambahan pangan melebihi batas maksimal yang
pangan khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya diijinkan (pengawet, pewarna, pemanis). Salah satunya
dijamin dengan hasil uji produk akhir laboratorium adalah produk tahu. Tahu merupakan penyedia protein
nabati tinggi yang berasal dari olahan kedelai. Menurut Tandang di Kecamatan Candisari. UD. XYZ sudah
SNI 01-3142-1998, tahu didefinisikan sebagai suatu beroperasi lebih kurang 40 tahun. Akan tetapi pengelola
produk makanan berbentuk padatan lunak yang dibuat UD. XYZ tersebut kurang memperhatikan kebersihan
melalui proses pengolahan kedelai dengan cara lingkungan kerja saat melakukan proses produksi.
mengendapkan proteinnya dengan atau tanpa Sehingga proses pengolahan demikian kadang-kadang
penambahan bahan lain yang dizinkan. menjadikan tahu berbau sangit, mudah rusak, tidak tahan
Produsen tahu di Indonesia di dominasi oleh Industri lama, serta berasa asam. Produk tahu dipasarkan ke
Kecil dan Menengah (IKM) yang banyak tersebar di pasar tradisional di Kota Semarang antara lain Johar,
kota-kota besar dan juga pedesaan, dimana aspek Rejomulyo, serta Karangayu dan juga disitribusikan
higiene dan sanitasi dalam kegiatan produksi sangat langsung ke konsumen di luar Kota Semarang. Produksi
kurang diperhatikan (Sofyan dkk, 2016). Berdasarkan tahu yang dihasilkan oleh UD. XYZ ini sekitar 1-3
data dari Technology Need Assessment 2009, di seluruh kwintal per hari. Pemasaran tahu di pasar tradisional
Indonesia, terdapat 84.000 Industri Kecil dan Menengah biasanya dilakukan secara curah dengan merendam tahu
(IKM) tahu dengan total konsumsi bahan baku kedelai dalam ember atau tempat lain dapat menurunkan
sebesar 2,56 juta ton per tahun. Umumnya produksi tahu kualitas tahu. Cara pemasaran yang sederhana ini
di Indonesia merupakan bisnis yang turun temurun dan menyebabkan tahu cepat mengalami perubahan rasa
biasanya dalam industri skala kecil (BPPT, 2013). Di menjadi asam dan berlendir. Tentunya hal tersebut akan
Jawa Tengah sendiri terdapat 6120 lebih industri tahu menyebabkan pengaruh yang cukup besar terhadap
skala kecil dengan kondisi yang bervariasi (BPPT, kualitas pangan tahu itu sendiri.
2013). Berdasarkan uraian diatas, UD. XYZ menyadari
Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein- pentingnya jaminan penerapan sistem manajemen mutu
nabati dalam bahan baku diektraksi secara fisika dan dan keamanan pangan di perusahaan serta adanya
digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH) tuntutan dari pelanggan mengenai jaminan keamanan
dan batu tahu (Herlambang, 2002). Dalam pangan, maka pihak manajemen UD. XYZ berkeinginan
pemrosesannya, tiap tahapan proses umumnya untuk menerapkan sistem HACCP. Selain itu UD. XYZ
menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah berkeinginan untuk meningkatkan kualitas tahunya dan
relatif banyak. Tahu dengan kandungan air dan protein meningkatkan citra perusahaan agar dapat memasuki
yang tinggi sangat potensial menjadi sumber segmen pasar yang lebih tinggi, karena produk UD.
pertumbuhan mikroba pathogen. Tahu biasanya XYZ saat ini belum mampu untuk memasuki pasar
memiliki umur simpan yang pendek hanya 2-3 hari. modern dan hanya dipasarkan ke pasar tradisional di
Oleh karena itu pemeliharaan sanitasi sangat diperlukan Kota Semarang.
untuk mengurangi jumlah awal cemaran mikroba dan
mengurangi risiko munculnya bakteri patogen pada tahu 2. Tinjauan Pustaka
(Qian, 2013). Bakteri yang ditemukan pada tahu 2.1 Good Manufacturing Practices (GMP)
biasanya berasal dari bahan baku, tenaga pengolah dan Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan
saat proses pengolahan tahu. suatu pedoman cara memproduksi makanan dengan
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan
mengadopsi konsep Hazard Analysis and Critical yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk
Control Point (HACCP) menjadi SNI 01-4852-1998 makanan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen
(Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik (Thaheer, 2005). Di Indonesia GMP dikenal sebagai
Kritis/HACCP beserta pedoman penerapannya) dan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) merupakan
telah menetapkan panduannya, yaitu Pedoman BSN salah satu faktor penting untuk memenuhi standar mutu
1004-2002 (Panduan Penyusunan Rencana HACCP) atau persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan
untuk diaplikasikan pada berbagai industri pangan di untuk pangan. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
Indonesia. Sistem HACCP merupakan suatu piranti diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem (BPOM) di dalam Peraturan Kepala BPOM Republik
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012
daripada mengandalkan sebagian besar pengujian tentang Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) untuk
produk akhir (BSN, 1998). Jika sistem ini dilakukan Industri Rumah Tangga (IRT), menjelaskan persyaratan-
secara berkesinambungan maka akan dapat menurunkan persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan
ketergantungan pada metode tradisional seperti inspeksi pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan
dan pengujian produk akhir (Mortimore dan Wallace, baku sampai produk akhir.
2013). 2.2 Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP)
UD. XYZ adalah salah satu industri yang bergerak di Menurut Winarno (2012), HACCP adalah suatu
bidang pengolahan pangan dan menghasilkan produk sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada kesadaran
tahu. Industri ini terletak di sentra Industri Tahu di area atau penghayatan bahwa hazard (bahaya) dapat timbul
pada berbagai titik atau tahapan produksi tertentu, tetapi XYZ dan karyawan yang memahami tahapan
dapat dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya- proses pembuatan tahu.
bahaya tersebut. Sistem HACCP dianggap sebagai alat c. Observasi Lapangan
manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai Observasi yang dilakukan dalam
pasokan pangan dan proses produksi terhadap pengumpulan data mencakup seluk beluk
kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia, dan keseluruhan proses produksi, mulai dari
fisik pengadaan bahan baku, cara penanganan bahan
2.3 Dokumentasi Sistem Manajemen HACCP baku, urutan pengolahan, peralatan yang
Sistem manajemen HACCP di Indonesia digunakan, bahan pembantu, cara pengolahan,
menggunakan dua standar dalam penerapannya, yakni pengemasan hasil olahan, serta sanitasi dan
SNI 01-4852-1998 dan Pedoman BSN 1004:2002. SNI hygiene selama proses pengolahan berlangsung
01-4852-1998 menjelaskan mengenai persyaratan d. Checklist
industri pangan yang menerapkan sistem HACCP dan Berisi daftar (list) mengenai hal-hal yang
Pedoman BSN 1004:2002 menjelaskan tentang rencana harus diperiksa.
HACCP. Penerapan HACCP dalam proses produksi 2. Pengolahan Data
harus diikuti dengan dokumentasi mengenai penerapan a. Kelayakan persyaratan dasar (Good
HACCP. Berkaitan dengan HACCP, maka dokumentasi Manufacturing Practices-GMP).
ini berperan sebagai acuan yang pasti dalam penerapan, Good Manufacturing Practices (GMP)
pemeliharaan, dan pengembangan sistem HACCP dalam merupakan suatu pedoman cara
menjaga dan menjamin keamanan produk yang memproduksi makanan dengan tujuan agar
dihasilkan. Panduan penyusunan rencana sistem analisis produsen memenuhi persyaratan-
bahaya dan pengendalian titik kritis justru dikeluarkan persyaratan yang telah ditentukan untuk
pada Pedoman BSN 1004-2002. menghasilkan produk makanan bermutu
sesuai dengan tuntutan konsumen
3. Metode Penelitian (Thaheer, 2005).
Objek penelitian adalah UD. XYZ yang merupakan Penyusunan indikator penilaian bertujuan
salah satu Industri Tahu Kecil yang berada di Sentra untuk mengetahui bagian-bagian aspek
Industri Tahu Kecil Tandang yang berlokasi di Jl. yang tidak sesuai dengan pedoman GMP.
Tandang Raya RT. 03/012. Adapun waktu penelitian Indikator penilaian ketidaksesuaian
dilaksanakan mulai Juni 2016. Metode penelitian yang terhadap aspek persyaratan, terbagi
digunakan adalah deskriptif yang dilakukan dengan menjadi 5 (lima) yaitu :
meneliti analisa pekerjaan dan aktivitas pada suatu  Aman adalah keadaan diperusahaan
objek. Langkah-langkah yang dilakukan dalam sudah sesuai dengan persyaratan.
penelitian ini adalah sebagai berikut :  Ketidaksesuaian minor adalah
1. Pengumpulan Data penyimpangan terhadap persyaratan
Terdapat beberapa data primer yang dibutuhkan “dapat” di dalam CPPB-IRT yang
sebagai input dari proses pengolahan data, dat- mempunyai potensi mempengaruhi
data tersebut adalah : mutu produk pangan IRTP
a. Studi Literatur  Ketidaksesuaian major adalah
Studi literatur dilakukan dengan cara penyimpangan terhadap persyaratan
membaca buku-buku referensi, atau internet “sebaiknya” di dalam CPPB-IRT yang
yang berhubungan dengan topik penelitian mempunyai potensi mempengaruhi
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan efisiensi pengendalian keamanan
teoritis dan pendapat para ahli yang produk pangan IRTP
berhubungan dengan penelitian ini, antara lain  Ketidaksesuaian serius adalah
pengolahan tahu, Good Manufactring Practices penyimpangan terhadap persyaratan
(GMP), Standard Sanitation Operation “seharusnya” di dalam CPPB-IRT
Procedures (SSOP), Hazard Analysis Critical yang mempunyai potensi
Control Point (HACCP) mempengaruhi keamanan produk
b. Wawancara pangan IRTP atau meyebabkan risiko
Wawancara dilakukan untuk mengetahui terhadap kualitas produk dan harus
masalah yang akan diteliti dan mengetahui diperbaiki/dikoreksi.
lebih dalam permasalahan yang ada.  Ketidaksesuaian kritis adalah
Wawancara tak terstruktur dilakukan kepada penyimpangan terhadap persyaratan
Bapak Warsino selaku pemilik Industri Tahu “harus” di dalam CPPB-IRT yang
akan mempengaruhi keamanan produk
pangan IRTP secara langsung atau berkaiatan dengan kontaminasi kimia,
yang menyebabkan risiko terhadap biologi, dan fisik. Selanjutnya menetapkan
pengguna dan harus segera diperbaiki. Critical Control Point (CCP) dengan
Penilaian ketidaksesuaian menggunakan menggunakan diagram pohon (CCP
form pemeriksaan sarana produksi pangan decision tree) dan menentukan Crtical
Industri Rumah Tangan yang berasal dari Limit (CL) untuk mengendalikan setiap
Badan Pengawas Obat dan Makanan CCP. Pada tahap ini juga dibuat prosedur
(BPOM). Selanjutnya, tingkat kelayakan pemantauan yang berguna sebagai
unit usaha dapat diketahui dari banyaknya parameter pengendalian CCP. Terakhir
penyimpangan yang terjadi yang disajikan menetapkan beberapa tindakan korensi
pada Tabel 1. apabila hasil pemantauan CCP
b. Perancangan Sistem HACCP menunjukkan penyimpangan CL.
Tahap ini merupakan penerapan dari c. Perancangan Dokumen HACCP
prinsip-prinsip HACCP. Setelah membuat Pada tahap ini, dokumen yang belum ada
diagram alir, dilakukan identifikasi bahaya dirancang sebagai acuan dalam pengembangan
terhadap proses produksi tahu yang sistem HACCP.

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kelayakan Sarana Produksi Pangan berdasarkan Penilaian GMP
Level IRTP Jumlah penyimpangan maksimal
Minor Mayor Serius Kritis
I Sangat memuaskan, dinyatakan layak 1 1 0 0
II Memuaskan, dinyatakan layak 1 2-3 0 0
III Cukup memuaskan, dinyatakan perlu NA* ≥4 1-4 0
perbaikan dan belum layak
IV Tidak memuaskan, dinyatakan sangat NA NA ≥5 ≥1
perlu perbaikan dan tidak layak

3. Hasil dan Pembahasan.


Identifikasi dan Penilaian Ketidaksesuaian Aspek Penyusunan Rancangan HACCP untuk Produksi
Good Manufacturing Practices (GMP) Tahu di UD. XYZ
Penilaian ketidaksesuaian terhadap aspek GMP Dalam pengaplikasiannya, HACCP memiliki
menggunakan form yang dikeluarkan oleh BPOM langkah dan prinsip yang terdiri dari pembentukan TIM
melalui Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan HACCP, pendeskripsian produk, identifikasi tujuan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor penggunaan, menyusun diagram alir, verifikasi diagram
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang tata cara alir, analisa bahaya, penentuan titik kendali kritis,
pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah menetapkan batas kritis, menetapkan prosedur
tangga. Adapun aspek yang dimuat dalam GMP meliputi pemantauan, menetapkan tindakan perbaikan. Penerapan
lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, langkah dan prinsip HACCP pada UD. XYZ digunakan
peralatan produksi, suplai air dan sarana penyediaan air, untuk mendapatkan tindakan-tindakan pencegahan yang
fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan akan diterapkan pada setiap titik kendali kritis untuk
higiene karyawan, pemeliharaan dan program higiene menghindari terjadinya kontaminasi bahaya pada produk
sanitasi karyawan, penyimpanan, pengendalian proses, pangan. Rekapitulasi rencan penerapan HACCP pada
pelabelan pangan, pengawasan oleh penanggungjawab, UD XYZ disajikan pada tabel 3.
penarikan produk, pencatatan dan dokumentasi, Peracangan Dokumen HACCP
pelatihan karyawan. 1. Manual Mutu
Tabel 2 Hasil Penilaian Tingkat (level) Kelayakan Pedoman BSN 1004:2002 tentang Panduan
Sarana Produksi UD XYZ Penyusunan Rencana Sistem Analisa Bahaya dan
Jumlah Pengendalian Titik Kritis (HACCP) dijadikan
Jenis penyimpangan
penyimpangan sebagai acuan dalam menulis manual mutu.
Kritis 10 Penyusunan manual HACCP diperlukan untuk
Serius 12 memberikan informasi dasar mengenai penerapan
Mayor 5 HACCP oleh UD. XYZ serta memudahkan pekerja
Minor 1 dalam melaksanankan proses pengolahan sesuai
Total 28 dengan standar. Informasi yang terdapat dalam
Level IRTP Level IV manual mutu HACCP di UD. XYZ sebagai berikut :
a. Cover
b. Daftar isi prasyarat penerapan HACCP harus diperbaiki dahulu
c. Tujuan dan ruang lingkup dan dijalankan sesuai dengan persyaratannya.
d. Acuan Berdasarkan pengolahan dan analisis mengenai
e. Kebijakan mutu aspek ketidaksesuaian kondisi UD. XYZ terhadap
f. Organisasi persyaratan GMP yang termasuk kategori kritis
g. Deskripsi produk didapatkan beberapa alternatif perbaikan terhadap
h. Persyaratan dasar kondisi eksisting dalam upaya memenuhi persyaratan
i. Bagan alir GMP sebagai prasyarat sistem HACCP. Beberapa
j. Analisa Bahaya usulan perbaikan tersebut antara lain
k. Lembar control measure Rekomendasi
2. Prosedur Peralatan Produksi
Prosedur yang dirancang pada penelitian ini 1. Mengganti peralatan non stainless steel dengan bahan
bertujuan untuk memenuhi program persyaratan stainless steel
dasar. Prosedur tersebut adalah : 2. Menyusun dan menjalankan rancangan SOP sanitasi
a. Standar Prosedur Operasional (SOP) Pengolahan permukaan yang kontak dengan pangan
Tahu Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
Penyusunan SOP pengolahan tahu didasarkan 3. Melengkapi wadah/bak sampah yang belum ada
pada dokumentasi dan observasi dari setiap penutupnya dengan penutup untuk menghindari
langkah pengolahan tahu. Adapun format yang adanya kontaminasi silang bakteri yang
diacu dalam menyusun SOP pengolahan tahu dibawa/ditularkan melalui lalat, , serangga, dan tikus
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) Kesehatan dan Higiene Karyawan
Pengolahan Pangan oleh Direktorat Pengolahan 4. Menyusun dan menjalankan rancangan SOP sanitasi
Hasil Pertanian (2009). (Lampiran 3.2 s/d Lampiran 3.6)
b. Standar Prosedur Operasional Sanitasi (SSOP) 5. Menunjuk dan menugaskan salah satu karyawan
Adapun prosedur sanitasi yang disusun dalam untuk mengawasi dan memantau sanitasi, pencucian
penelitian ini adalah tangan yang dapat diamati secara langsung, misalnya
 SOP sanitasi permukaan yang kontak dengan karyawan/personil sebelum masuk ke ruang
pangan pengolahan dan setelah keluar dari toilet.
 SOP sanitasi pekerja 6. Meningkatkan efektifitas program pembersihan dan
 SOP sanitasi pengendalian hama sanitasi di ruang produksi, misalnya pembersihan
 SOP sanitasi kebersihan bangunan dan sarang laba-laba pada atap dan dinding, pembersihan
fasilitas lantai dan mesin-mesin yang digunakan untuk proses
 SOP sanitasi keamanan air produksi, sehingga dapat menghindari kontaminasi
3. Instruksi Kerja silang.
Instruksi kerja ini menjadi petunjuk detail atau rinci 7. Monitoring program pembersihan dan sanitasi di
yang menjelaskan bagaimana suatu proses atau ruang produksi
prosedur dilaksanakan. Mengingat UD. XYZ adalah 8. Membuat peraturan larangan makan, minum, rokok di
perusahaan kecil, sehingga prosedur langsung dalam area produksi dan mensosialisasikan ke semua
disusun lalu rinciannya dibuatkan instruksi kerja karyawan
sehingga level dokumennya menjadi lebih 9. Mewajibkan karyawan memakai pakaian kerja yang
sederhana. lengkap serta memantau kebersihan karyawan agar
4. Formulir terjaga aspek higiene dan sanitasi, misalnya pakaian
Formulir dapat berfungsi sebagai pengawasan yang kurang lengkap dan kotor. Karyawan perlu
terhadap pekerja mengenai penerapan sistem memakai penutup kepala, sarung tangan (bagi yang
HACCP selama proses produksi. kontak langsung dengan pangan olahan), masker, dan
Analisis Good Manufacturing Practices (GMP) di UD. sepatu yang sesuai dengan tempat produksi
XYZ Penyimpanan
Dari tingkat penyimpangan yang ditemukan dapat 10. Membuat sekat untuk area penyimpanan sementara
disimpulkan bahwa unit pengolahan tahu berada pada agar meminimalisir kontaminasi dari lingkungan
level IV yaitu tidak memuaskan, dinyatakan sangat perlu sekitar dan karyawan
perbaikan dan tidak layak. Sehingga UD XYZ belum 11. Melakukan pengelompokkan dan pengaturan bahan
layak untuk mengajukan sertifikasi keamanan pangan baku, kemasan, dan bahan-bahan kimia pada suatu
HACCP sebelum melakukan koreksi atau perbaikan rak/tempat tertentu untuk menghindari adanya
pada penyimpangan-penyimpangan yang termasuk kontaminasi silang
dalam kategori serius dan kritis. Oleh karena itu sebelum
Pelabelan
rencana HACCP diterapkan, aspek GMP sebagai
12. Menggunakan kemasan terbuat dari bahan plastik 2012). Kecutan memiliki suhu sekitar 60-70oC. Suhu
Pet ini akan turun perlahan-lahan hingga mencapai 30oC
13. Sebaiknya perusahaan mencantumkan informasi setelah 14-15 jam. Dengan whey yang bersuhu tinggi
produk pada kemasan yang mencantumkan nama maka diperkirakan bakteri-bakteri yang mampu
produk, berat bersih produk, bahan baku yang bertahan adalah genera Bacillus, Streptococcus.
digunakan, nama produsen, alamat produsen, Kemungkinan yang terjadi apabila biang yang
keterangan kadaularsa, keterangan kode produksi. digunakan terlalu asam, atau kadaluarsa dan suhunya
Pengawasan oleh Penanggung Jawab terlalu dingin berakibat terhadap kekompakan
14. Personel perusahan sebaiknya mengikuti pelatihan sruktur tahu setelah pencetakan yaitu kurang kenyal
Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) yang dan mudah hancur sehingga kemungkinan produk
diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang gagal yang dihasilkan lebih besar.
Penarikan Produk 3. CCP3-Proses Pengemasan dan Penyimpanan
15. Perusahaan sebaiknya merancang prosedur Sementara
penarikan produk Tahap penyimpanan pada UD XYZ menjadi titik
Pelatihan Karyawan kritis karena pada tahap ini tahu yang sudah
16. Pihak perusahaan dan karyawan mengikuti kegiatan dipotong di letakkan di dalam tong-tong sudah yang
yang berkaitan untuk meningkatkan pengetahuan dilapisi plastik dan di biarkan diruang terbuka. Juga
(pelatihan) untuk pencegahan terhadap kontaminan tahu yang telah siap dipotong dipindahkan ke tong-
dari pakar atau pihak pemerintah terkait. tong perendaman oleh pekerja tanpa menggunakan
17. Peningkatan kesadaran dan sikap karyawan dalam sarung tangan sehingga bisa menyebabkan
budaya sanitasi dan higiene dengan program kontaminasi. Tahu yang direndam dengan air rentan
pelatihan sehingga sikap dan perilaku karyawan terhadap pertumbuhan bakteri jika suhu tidak dijaga.
dalam menerapkan SOP dan GMP lebih konsisten Selain itu, tong-tong yang siap untuk didistribusikan
diletakkan di dekat pintu masuk dan keluar
Analisa Critical Control Point (CCP) Pada Proses
karyawan, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan
Produksi Tahu
kontaminasi fisik dan menjadi sumber pencemaran
Adapun titik kendali kritis dalam penelitian ini adalah :
bakteri. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
1. CCP1-Proses Pemasakan I (Perebusan)
petugas yang kontak langsung dengan tahu
Proses perebusan dimaksudkan untuk membinasakan
menggunakan sarung tangan. Sebaiknya tahu
semua mikroorganisme yang dapat mempengaruhi
pangan. Suhu dan waktu perebusan yang tepat dikemas dalam tempat atau wadah tertutup. Tujuan
diperlukan untuk menghilangkan/mengurangi pengemasan adalah : (a) Untuk melindungi produk
dari kerusakan; (b) Melindungi produk dari
mikroorganisme seperti E.Coli dan Bacillus subtilis.
terjadinya kontaminasi silang dengan bahan-bahan
Risiko yang dapat terjadi apabila titik kritis
lain; (c) Agar produk terhindar dari debu-debu,
perebusan tidak dikendalikan dengan baik adalah
hasil sari kedelai yang dihasilkan tidak maksimal kotoran tangan, serangga, kutu dan lainnya; (d) Agar
(berkaitan dengan pengembangan protein), tekstur proses transportasi dan distribusi menjadi mudah dan
aman.
dan struktur kurang kompak, berkurangnya daya
simpan produk, berhubungan dengan sifat Analisa Dokumen HACCP
Terdapat 4 level dokumen mengenai HACCP yang
organopletik. Batas kritis yang ditetapkan untuk
harus disediakan oleh perusahaan yaitu : manual,
proses pemasakan adalah suhu dan waktu optimal.
Waktu optimal pengembangan protein adalah 10-15 prosedur, instruksi kerja, dan rekaman. Namun dalam
menit. Menurut Koswara (2009), suhu optimal penelitian ini prosedur dan instruksi kerja berada dalam
1 (satu) level dokumen. UD XYZ adalah perusahaan
perebusan bubur kedelai adalah 100-125 oC dengan
kecil, sehingga prosedur dapat disusun langsung lalu
wadah stainless merupakan penghantar panas yang
rinciannya dibuatkan instruksi kerja sehingga level
baik.
dokumennya menjadi lebih sederhana
2. CCP2-Proses Penggumpalan
Bahan penggumpal yang digunakan pada industri
pengolahan tahu UD XYZ adalah air biang atau 5. Kesimpulan
Pada penelitian ini beberapa kesimpulan yang dapat
whey sisa dari proses penggumpalan sebelumnya
diambil untuk menjawab tujuan penelitian antara lain
yang telah didiamkan selama 1 hari. Proses
adalah :
penggumpalan merupakan tahap yang cukup kritis,
1. Hasil identifikasi kondisi persyaratan Good
karena ikut menentukan tekstur dan kekompakan
struktur tahu yang akan dihasilkan. Air biang yang Manufacturing Practices (GMP) di UD. XYZ
menggunakan pedoman penerapan GMP yang
digunakan biasanya memiliki kisaran pH 3-4, hal ini
dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan
dikarenakan terbentuk asam-asam organik oleh
Makanan (BPOM), menunjukkan bahwa kondisi
aktivitas mikroba yang ada dalam air biang (Rahayu,
persyaratan kelayakan dasar di UD. XYZ masih (CPPB) untuk Industri Rumah Tangga (IRT).
buruk. Berdasarkan penilaian menggunakan form Jakarta: BPOM
pemeriksaan BPOM ditemukan 28 penyimpangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)).
yang terdiri dari 10 penyimpangan kategori kritis, 12 2013. Development of Planning and Policy
penyimpangan serius, 5 penyimpangan mayor, dan 1 Support for Improving the Potential Production
minor. Hasil penilaian tersebut masuk dalam tingkat of Biogas as Renewable Energy in Indonesia’s
(rating) IV yang mengindikasikan bahwa tingkat Tofu Industries. Jakarta : BPPT
kelayakan unit usaha berdasarkan penilaian GMP Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. Standar
tidak memuaskan, dinyatakan sangat perlu perbaikan Nasional Indonesia (SNI) 01-4852-1998: Sistem
dan tidak layak. Penyimpangan-penyimpangan Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
tersebut perlu diperbaiki dan disempurnakan terlebih (HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Jakarta
dahulu oleh UD. XYZ, sebelum n menerapkan : BSN
sistem HACCP, serta untuk mencapai fondasi Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2002. Pedoman
persyaratan kelayakan dasar yang lebih baik. 1004-2002; Panduan Penyusunan Rencana
2. Rancangan HACCP yang disusun pada UD XYZ Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
terdiri dari 11 langkah yaitu pembentukan tim Kritis (HACCP). Jakarta: BSN
HACCP, deskripsi produk, identifikasi rencana Cahyono, B. 2009. Food Safety dan Implementasi
pengguna, penyusunan bagan alir, konfirmasi bagan Quality System Industri Pangan di Era Pasar
alir, analisa bahaya potensial (prinsip 1), penentuan Bebas. Makalah. Jakarta : Badan Perencanaan
titik kendali kritis (TKK/CCP) (prinsip 2), penentuan Pembangunan Nasional.
batas kritis untuk setiap CCP (prinsip 3), penyusunan Daulay, S., S. 2000. Hazard Analysis Critical Control
sistem pemantauan (prinsip 4), penentuan tindakan Point (HACCP) dan Implementasinya dalam
perbaikan (prinsip 5), dan penetapan dokumentasi Industri Pangan. Widyaiswara Madya Pusdiklat
dan pencatatan (prinsip 7). Adapun tahapan yang Industri
tidak dimuat dalam rancangan HACCP tersebut Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah
adalah penetapan prosedur verifikasi (prinsip 6). Cair Industri Tahu-Tempe. Pusat Pengkajian dan
Dari 11 (sebelas) tahap penyusunan rancangan Penerapan Teknologi (BPPT).
HACCP untuk produk tahu di UD. XYZ ada Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Kedelai
beberapa tahap yang perlu di perbaiki dan dikaji (Teori dan Praktek). Ebookpangan.com
kembali, yaitu pada pembentukan tim HACCP, UD. Mortimore, S., Wallace, C. 2013. HACCP A Practical
XYZ masih perlu mempersiapkan peningkatan Approach. New York : Springer
kompetensi sumber daya manusianya, misalnya Presiden Republik Indonesia. 2004. Peraturan
perlu penambahan personel yang ahli dibidang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
mikrobiologi dan proses pangan; serta tahap analisa 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
bahaya karena tidak dilakukan pengujian terkait Pangan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia
bahaya kimia dan biologi. Pada tahapan pengolahan Qian, J., Gao, M., Li, S., dan Wang, A. 2013. Effect of
tahu terdapat 3 (tiga) critical control point (CCP) Gamma and Electron Beam Irradiation on he
yaitu pada proses pemasakan, penggumpalan, dan Microbial Quality of Steamed Tofu Rolls.
pengemasan. Radiation Physics and Chemistry Journal. pp
3. Pada penelitian ini disusun 3 (tiga) dokumen yang 199-121
belum ada di UD. XYZ yaitu manual HACCP, Sofyan, A., Purwantari, H., Susanti, D., Y., dan Pranoto,
prosedur, dan formulir. Manual HACCP yang Y. 2016. Analisis Total Mikrobia, Bacillus
disusun terdiri dari tujuan dan ruang lingkup, acuan, cereus, dan Staphylococcus aureus pada Proses
kebijakan mutu, organisasi, deskripsi produk, Pembuatan Tahu Gama Yogyakarta. The 3rd
persyaratan dasar, bagan alir, analisa bahaya, lembar University Research Collouium 2016. ISSN
control measure. Sementara prosedur yang disusun 2407-9189.
adalah prosedur pengolahan tahu dan prosedur Sulaeman, A. 2012. „Mengawal Keamanan Pangan
sanitasi. Untuk formulir berupa checklist dari Masyarakat’. Lembaran kuliah dibagikan
pelaksanaan beberapa program sanitasi. Pembekalan Kuliah Kerja Profesi FEMA 2012.
Institut Pertanian Bogor.
Daftar Pustaka Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2012. Analysis Critical Control Points). Jakarta : Bumi
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia Aksara.
Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Winarno, F., G., 2012. HACCP dan Penerapannya
tentang Cara Produksi Pangan yang Baik Dalam Industri Pangan. Bogor : M-Brio Press.
Lampiran 1
Tabel 3 Rencana Pemantauan dan Tindakan Koreksi Proses Produksi Tahu di UD. XYZ

Tahap Proses Jenis Bahaya Batas Kritis Kegiatan Pemantauan Tindakan Koreksi
Apa Bagaimana Dimana Kapan Siapa
CCP1 F : kontaminasi  Kontrol yang tepat Suhu dan Memantau suhu Ruang Setiap Karyawan Apabila dimasak 10-25 menit
Pemasakan benda asing terhadap suhu (suhu waktu dan waktu produksi pemasakan belum matang maka dimasak
(kulit buah, optimal adalah 100 perebusan hingga matang
o
kerak, debu) C-125 oC ) dan menggunakan
B : listeria waktu 10-15 menit portable
monocytogenes  Sanitasi lingkungan, thermometer/
, bacilus cereus peralatan, karyawan timer
 Kematangan bubur
ditandai dengan
mendidihnya bubur
kedelai
Penggum F : benda asing  Suhu dan lama Suhu dan Memantau suhu Ruang Setiap Karyawan Apabila sari kedelai belum
palan (pasir, debu) waktu waktu dan waktu produksi pemasakan menggumpal sempurna maka
B : Bakteri penggumpalan penggumpalan masak hingga menggumpal
cereus sp,  Suhu 60 oC menggunakan sempurna
Staphylococcus  Waktu sekitar 3 portable Untuk proses selanjutnya
aureus menit thermometer/ ganti biang
K:  Ph biang timer
Pengemasan F : benda asing  Standar air bersih Kondisi Memperhatikan Ruang Tiap batch Karyawan  Perketat praktek higiene dan
dan (pasir, debu)  Harus dikemas dan sanitasi dan bahan atau alat produksi Atau setiap sanitasi lingkungan
penyimpanan B: disimpan di area higiene alat yang digunakan akhir penyimpanan, sanitasi
pertumbuhan yang bersih dan bahan untuk mengemas pemotongan karyawan dan peralatan
mikroba  Lingkungan serta Pengamatan (tahu siap  Menyediakan area tersendiri
K: produksi dan lingkungan visual atau uji dikemas) untuk pengemasan dan
karyawan harus saat laboratorium air penyimpanan sementara
memperhatikan pengemasan
higiene dan sanitasi

Anda mungkin juga menyukai