Literatur Review
Nama : DestaVantyca
NPM: 1906412993
Peminatan: Toksikologi
Masalah:
Toksisitas pestisida organofosfat pada obat anti nyamuk terhadap aktivitas enzim
asetilkolinesterase (AChE) dalam plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus L.).
Latar Belakang:
Obat anti nyamuk banyak digunakan oleh masyarakat untuk menghindari gigitan nyamuk
dan mencegah terjadinya penyakit demam berdarah (DBD). Namun, obat anti nyamuk
merupakan jenis pestisida yang terbuat dari bahan kimia sintetik yang mengandung organofosfat
dan karbamat.
Penggunaan obat anti nyamuk secara tidak proporsional dapat menyebabkan gangguan
kesehatan secara akut dan juga kronis. Hal ini karena, pestisida berbahan organofosfat dapat
menghambat kinerja enzim asetilkolinesterase (AChE). Enzim asetilkolinesterase (AChE)
berperan sebagai zat kimia penghantar saraf (neurotransmitter) yang banyak terdapat di plasma
darah terutama di sel darah merah.
Tetapi, gejala dari keracunan organofosfat umumnya tidak disadari oleh masyarakat, sebab
gejala yang ditimbulkannya tidak terlalu spesifik. Sehingga, diperlukan suatu cara untuk menguji
tingkat toksisitas organofosfat terhadap aktivitas enzim asetilkolinesterase (AChE) pada tikus
putih, sebab tikus putih memiliki karakteristik genetika, biologi, dan perilaku yang sangat mirip
dengan manusia. Hal ini sebagai upaya agar dapat dilakukan suatu langkah pengendalian dan
pencegahan bagi masyarakat umum, sehingga tidak terjadi keracunan akut dan kronis akibat
penggunaan obat anti nyamuk berbahan organofosfat dalam jangka waktu yang lama
Sub Masalah:
1. Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai bidang,
seperti pertanian dan industri rumah tangga [1]. Pestisida digunakan untuk mengendalikan hama
yang mengganggu budidaya tanaman atau untuk menghilangkan serangga pembawa penyakit.
Pestisida merupakan suatu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan produktivitas
pertanian pada abad ke-20 [2].
2. Organofosfat
Jenis pestisida yang banyak digunakan dalam bidang pertanian adalah organofosfat.
Semua senyawa organofosfat adalah ester dari fosfor dengan penambahan jumlah atom oksigen,
karbon, sulfur, dan nitrogen. Organofosfat terdiri dari 1 molekul fosfat yang dikelilingi oleh 2
gugus organik, serta gugus X yang bertindak sebagai leaving group yang baik untuk digantikan
dengan fosforilasi asetilkolin. Gugus R pada pestisida organofosfat dibagi menjadi tiga grup
bagian, yaitu alifatik, fenil, dan heterosiklik derivatif [5].
3. Toksisitas Organofosfat
Toksisitas organofosfat baru dapat diperoleh jika terjadi suatu paparan/kontak langsung
dengan zat tersebut. Besarnya tingkat toksisitas organofosfat berbanding lurus dengan jumlah
paparannya. Paparan organofosfat ini dapat terjadi melalui sistem pernafasan, kulit, dan mulut
yang akan menimbulkan berbagai penyakit akut atau kronis [6], [12]. Toksisitas organofosfat
berkaitan dengan aktivitasnya dalam menggangu metabolisme DNA, protein, lemak, dan
karbohidrat, sehingga akan menyebabkan gangguan pada membrane sel dan fungsi enzimatis sel
[7].
Toksisitas kronis organofosfat disebabkan oleh paparan dalam jumlah kecil, namun
terakumulasi dalam kurun waktu yang cukup lama akibat adanya proses stress oksidatif,
sehingga dapat memicu berbagai penyakit, seperti penurunan kesuburan pada wanita, gangguan
pada janin, sistem saraf pusat, gangguan fungsi jantung dan hati [8]. Stress oksidatif adalah suatu
keadaan patologis yang menghasilkan radikal bebas dalam tubuh yang memiliki kapasitas lebih
besar dibandingkan dengan pertahanan antioksidan [9]. Dalam kondisi ini, molekul oksidatif
mengganggu fungi biomolekul lain dengan cara mengubah struktur asli molekul tersebut [10].
Selain itu, terdapat juga toksisitas akut organofosfat yaitu suatu proses yang disebabkan oleh
jumlah paparan dalam jumlah yang besar dan mampu menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase dengan cara berikatan kovalen pada sisi aktif enzim asetilkolinesterase [11].
4. Enzim Asetilkolinesterase
Uji toksisitas pestisida organofosfat dapat dilakukan dengan menguji aktivitas enzim
asetilkolinesterase pada serum del darah merah tikus putih. Hal ini karena, pada serum sel darah
merah banyak terdapat enzim asetilkolinesterase. Pengujian aktivitas inhibisi enzim
asetilkolinesterase dengan metode Ellman [14]. Biomarker uji toksisitas organofosfat dilakukan
dengan menggunakan hewan percobaan berupa tikus putih, sebab tikus memiliki sistem
metabolisme yang menyerupai manusia [15].
Bibliography
[1] K. A. Lewis, J. Tzilivakis, D. J. Warner, and A. Green, “An international database for
pesticide risk assessments and management,” Hum. Ecol. Risk Assess., 2016.
[3] J. Barrón Cuenca et al., “Pesticide exposure among Bolivian farmers: associations
between worker protection and exposure biomarkers,” J. Expo. Sci. Environ. Epidemiol.,
2019.
[4] C. Hyland and O. Laribi, “Review of take-home pesticide exposure pathway in children
living in agricultural areas,” Environ. Res., vol. 156, no. March, pp. 559–570, 2017.
[9] G. Filomeni, D. De Zio, and F. Cecconi, “Oxidative stress and autophagy: The clash
between damage and metabolic needs,” Cell Death Differ., vol. 22, no. 3, pp. 377–388,
2015.
[10] S. B. Nimse and D. Pal, “Free radicals, natural antioxidants, and their reaction
mechanisms,” RSC Adv., vol. 5, no. 35, pp. 27986–28006, 2015.
[11] S. Lee and M. G. Barron, “A mechanism-based 3D-QSAR approach for classification and
prediction of acetylcholinesterase inhibitory potency of organophosphate and carbamate
analogs,” J. Comput. Aided. Mol. Des., vol. 30, no. 4, pp. 347–363, 2016.
[15] L. Zou, X. Li, T. Li, and L. Ling, “Hybridization chain reaction and DNAzyme-based dual
signal amplification strategy for sensitive colorimetric sensing of acetylcholinesterase
activity and inhibitor screening in rat blood,” Sensors Actuators, B Chem., vol. 267, pp.
272–278, 2018.