Askep Kejang Demam
Askep Kejang Demam
Di susun oleh :
Motrik 010810010 B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2009
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang merupakan gejala yang sering timbul pada anak- anak. Kejang ini
dapat disertai demam atau tidak dan bisa berdampak fatal. Namun masyarakat
belum mampu memberikan pertolongan ataupun tindakan pertama untuk pasien
kejang demam. Respon yang ada di masyarakat pada umumnya adalah panik,
cemas dan terlambat memberikan pertolongan atau tindakan awal kepada
penderita kejang demam. Akibatnya pasien tidak tertolong dan menambah angka
kematian. Meskipun kejang tidak membahayakan, namun dapat merusak saraf
otak dalam waktu kurang dari 15 menit.
Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak.
Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi biasanya tidak
membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan anaknya menderita
kejang demam. Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh
relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam.
Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1
faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan = 3
faktor risiko.
Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam
waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang
demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai demam
ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.
Masalahnya, toleransi masing-masing penderita/ anak terhadap demam sangatlah
bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38
C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang
toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C
atau lebih.
Dengan adanya kasus dan kejadian yang terjadi di masyarakat maka kita
sebagai perawat berusaha memberikan asuhan keperawatan yang efektif dalam
mengatasi kejang demam di rumah sakit atau memberikan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat mengenai tindakan awal dalam mengatasi kasus kejang
demam.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Ngastiyah, 1997: 229)
2. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)
3. Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
4. Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang
ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
5. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba
yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau
memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
6. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan
gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
7. Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M.
Wikson, 1995).
2.2 Klasifikasi
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan
komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan
tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan
dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi
lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang
menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau
kernikterus
b. Kejang Klonik
c. Kejang Mioklonik
2.3 Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan
Whaley and Wong (1995: 1929) adalah
1. Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh
infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan,
yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor
presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit
demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian
atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
Sumber lain menyatrakan bahwa, Kejang dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak,
meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat
gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral.
Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
2.4 Patofisiologi
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan Lumbantobing dan
Ismail (1989 :43), pemeriksaannya adalah :
1. EEG
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan
kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral
menunjukan kejang demam kompleks.
2. Lumbal Pungsi
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui
keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam
atau kejang karena infeksi pada otak.
- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan
pemeriksaan lumbal pungsi
- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
a. Warna cairan cerebrospinal :
berwarna kuning, menunjukan pigmen kuning santokrom
b. Jumlah cairan dalam cerebrospinal
menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak muda
60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
c. Perubahan biokimia : kadar Kalium
menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4
faktor yang perlu dikerjakan :
1. Segera diberikan diezepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kg
atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg
Bila kejang tidak berhenti ≥ 10 kg = 10 mg
tunggu 15 menit
dapat diulangi dengan dosis/cara yang sama
Kejang berhenti
berikan dosis awal fenobaritol
neonatus =30 mg IM
1 bln-1 thn=50 mg IM
>1 thn=75 mg IM
Pengobatan rumat
4 jam kemudian
Hari I+II = fenobaritol 8-10 mg/kg dibagi dlm 2 dosis
Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kg dibagi dlm 2 dosis
Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis
awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
2. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya
3. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh
tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10
mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB
4. memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10
menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.
Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:
Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI (1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih
dari 15 menit yaitu :
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D
Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.
2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.
2.9 Pencegahan
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128)
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atas, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringitis, brontrope, umoria,
morbilivarisela dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan
neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan
seperti berikut :
1. Fisik
2. Motorik kasar
3. Motorik halus
a. Meniru
b. Menggunakan sendok dengan baik
Intervensi
Kriteria hasil = Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler,
sekresi mukosa tidak ada, RR dalam batas normal
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur klien fowler atau semi
fowler.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi.
Rencana tindakan :
Intervensi
5 = tidak terganggu
4 a. Keluarga menyatakan pemahaman 1. Tidak pernah
tentang penyakit kondisi prognosis dan dilakukan
program pengobatan 2. Jarang dilakukan
b. Keluarga mampu melaksanakan 3. Kadang dilakukan
prosedur yang dijelaskan secara benar 4. Sering dilakukan
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali 5. Selalu dilakukan
apa yang dijelaskan perawat/ tim
kesehatan lainya
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-
klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang
ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus.
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejang-demam.html. Di
Akses Tgl 10 November Pkl.14.30
http://www.blogdokter.net/2007/03/28/kejang-demam-febris-konvulsi. Di Akses
Tgl 10 November Pkl.14.30
http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan_2591.html. Di akses tanggal Tgl 28 November 2009. Pukul 20.00