Anda di halaman 1dari 36

Percobaan IV

Cedera Ekstremitas

JOB SHEET IV
CEDERA EKSTREMITAS

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dalam cedera
ekstremitas (alat gerak tubuh).

1.1.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan cedera yang terjadi


pada ekstremitas
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan terhadap cedera yang
dialami penderita

2.1 Dasar Teori


2.1.1Cedera Ekstremitas
Cedera ini mudah di identifikasi pada penderita yang tidak
dapat/ sulit bergerak, tetapi jarang membahayakan nyawa penderita.
Yang perlu diingat adalah pembukaan airway, penilaian nafas, dan
penanganan shock harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan
pembidaian atau pembalutan. Shock hemorrhagic adalah yang
berbahaya pada beberapa cedera tulang, seperti luka pada arteri atau
patah pada tulang pelvis dan tulang femur akan menimbulkan
perdarahan yang banyak akan menyebabkan shock. Cedera pada saraf
dan pembuluh darah yang pada umumnya menimbulkan komplikasi
antara patah tulang dan dislokasi. Cedera ini akan menyebabkan
hilangnya fungsi dan pembuluh saraf, sehingga perlu dilakukan
pemberian PMS (Pulse, Motor, Sensation)

a. Cedera Ektremitas Atas


Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

1) Leher

Leher merupakan hubungan sendi yang tersusun dari tulang


belakang (spina) yang menghubungkan dan mendukung koneksi
antara kepala ke seluruh tubuh karena tulang belakang merupakan
bagian dari jalanya sistem saraf selain itu leher disusun dengan bagian
otot-otot leher yang pergerakannya cukup luas. Karena pergerakan
otot leher yang luas sering kali terjadi cedera. Menurut Clifford D.
Stark dan Elizabeth Shimer (2010 : 39-40) mengatakan eberapa cedera
pada leher yang dapat terjadi terdiri atas : a) Neck Fracture (Broken
Neck), b) Sprained Neck, c) Strained Neck, d) Pinched Nerve, e)
Whiplash.

Gambar 2.1 Whisplash


Sumber: www.backfithealth.com
2) Bahu

Bahu terdiri dari dua sendi utama yaitu sendi glenohumeral


yang merupakan“ball” dan “socket” dan sendi acromioclavicular,
yang merupakan gabungan kecil di atas sendi glenohumeral. Menurut
Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 33) Sendi bahu atau articulation
humeri merupakan persendian yang arah pergerakan nya luas karena
terdapat tiga aksis yang melaluinya, yaitu aksis sagital, aksis
transversal, dan aksis longitudinal. Berdasarkan pergerakannya yang
luas maka bahu sering mengalami cedera baik pada otot maupun
tulang. Macam-macam cedera pada bahu menurut Robert S. Gotlin
(2008: 78) terdiri atas: a) Acromioclavicular joint injury, b) 27 Biceps
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

tendon rupture, c) Bicipital tendinitis, d) Collar bone fractures, e)


Shoulder dislocation, f). shoulder subluxation dll.

Gambar 2.2 Acromioclavicular joint injury


Sumber : Brownlow, 2017
3) Siku

Cedera siku dapat terjadi secara kronik (overuse), biasanya


sering dialami oleh atlet tenis, golf, pelempar dalam permainan
baseball, dan basket karena beberapa teknik gerakan dalam olahraga
tersebut kebanyakan berulang sehingga rentan mengalami cedera pada
siku. Beberapa nama cedera pada siku sering dikaitkan dengan
olahraganya, misalkan cedera tennis elbow, little league elbow, golfer
elbow, dll. Adapun beberapa pengertianya: a) Tennis Elbow (Siku
Tenis) Sindrom ini berawal dari adanya gerakan mengayun raket tenis
ke belakang (backhand) yang pada dasarnya merupakan akibat dari
overuse (gerakan berulang-ulang) pada otot tersebut hingga terjadinya
robekan otot (Paul M. Taylor, 2002: 213).

Gambar 2.3 Tennis Elbow


Sumber : www.lmh.org
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

4) Pergelangan Tangan

Tulang pergelangan tangan (ossa carpalia) terdiri dari 8 tulang


pendek (os breve), dan persendian pergelangan tangan disebut
articulatio radicarpea karena tulang lengan bawah (radius) langsung
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan. Menurut Prijo
Sudibjo dan Tim Anatomi (2011: 39) articulatio radiocarpea secara
morfologis merupakan articulatio elipsoidea yang mempunyai dua
sumbu, radio ulnar (transversal) yang menimbulkan gerakan fleksi
dan ekstensi, dan sumbu dorsovolar (sagital) yang menimbulkan
gerakan abduksi dan adduksi tangan. Beberapa pergerakan pada
pergelangan sering menimbulkan cedera, macam-macam cedera
pergelangan tangan menurut Robert S. Gotlin (2008: 121) terdiri atas:
a) Wrist sprain, b) Wrist fracture, c) Wrist tendinitis d) Carpal tunnel
syndrome.

Gambar 2.4 Wrist Fracture


Sumber: Blanchard, 2019
5) Tangan dan jari-jari

Tulang telapak telapak tangan terdiri dari 5 tulang panjang


(oslongum) dan tulang jari-jari tangan pada tiap-tiap jari yang terdiri
dari 3 tulang (phalang proximalis, phalang medius, dan phalang
distalis), kecuali pada ibu jari yang hanya terdiri dari 2 tulang
(phalang proximalis dan phalang distalis). Hubungan antar tulang
tangan dan jari-jari tangan disebut articulatio metacarpophalangea.
Sendi ini pergerakanya hanya bisa terjadi pada dua aksis saja yaitu
aksis sagital (abduksi dan adduksi jari-jari) dan aksis transversal
(fleksi dan ekstensi). Tangan dan jari-jari merupakan bagian tubuh
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

yang paling sering digunakan untuk aktivitas kerja seperti olahraga,


pekerjaan rumah sehingga riskan terkena cedera seperti cedera
Bowler’s thumb, finger sprain, mallet finger, hand fracture. Adapun
beberapa pengertianya sebagai berikut:

a) Bowler’s Thumb (Ibu Jari Pemain Bowling)

Bowler’s thumb merupakan kondisi dimana saraf digital pada


bagian tepi ibu jari mengalami iritasi kronis akibat terjadi gesekan
secara berulang-ulang dengan lubang ibu jari pada bola bowling
(thumbhole). (Paul M. Taylor 2006: 206).

Gambar 2.5 Bowler’s Thumb


Sumber : rwww.rotogrip.org
b. Cedera Ektremitas Bawah

1) Pinggul

Pinggul dan panggul adalah mekanisme yang mentransfer


kekuatan dari kaki dan membantu menyerap, meredam, melompat,
menahan dampak berjalan atau berlari selain itu memberikan
mobilitas seperti: merangkak, berjongkok, membungkuk, berdiri dan
banyak gerakan lainya. Kebanyakan perlekatan otot paling kuat
ditubuh adalah pada pinggul dan panggul. Susunan anatomi pada
pinggul dan panggul ini memungkinkan kinerja yang luar biasa untuk
prestasi atletik akan tetapi pada struktur fisik yang besar ini yang
terkadang juga menyebabkan banyak macam cedera pinggul seperti
Hip pointer, Adductor tendinosis, Coccyxgeal fracture, Osteoarthritis
(OA), Pelvic stress fractures, Sacroiliac joint injury. Adapun beberapa
pengertianya adalah sebagai berikut:
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

a) Hip Pointer

Hip Pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan


oleh benturan pada luar daerah batas pelvis, khususnya pada daerah
garis ikat pinggang sehingga menyebabkan perdarahan bawah kulit
yang dapat mempengaruhi aktivitas baik berlari maupun berjalan
(Paul M. Taylor, 2006: 165).

Gambar 2.6 Hip Pointer


Sumber : physioworks.com.au
2) Lutut

Sendi Lutut tersusun dari empat tulang dan ikatan ligament


serta otot-otot. Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu tulang
femur, tulang tibia, tulang fibula dan patella (tempurung lutut) yang
terdapat pada bagian sisi depan sendi. Ligamen menghubungkan satu
tulang dengan tulang lainnya dan mereka adalah serat pengikat yang
kuat yang menstabilkan lutut. Sendi lutut merupakan bagian yang
sering menopang dari berat tubuh, makin berat tubuh seseorang maka
akan lebih mudah terkena resiko cedera pada lutut. Menurut Lars
Peterson (2001: 281) Cedera lutut kebanyakan disebabkan oleh
tekanan ekstrim yang secara terpaksa memaksa sendi lutut untuk
begerak berputar seperti pada kegiatan yang ditemukan pada olahraga
ski, sepak bola, dan American football. Macam-macam cedera pada
lutut terdiri atas: a) Patellar tendinitis, b) Patella fracture, c)
Posterior cruciate ligament tear, d). Pettelofemoral pain, dll.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Gambar 2.7 Patella Fracture


Sumber : Blount. J, 2014

3) Ankle (Pergelangan Kaki)

Ankle Pergelangan kaki terdiri dari tulang talus yang juga


dibentuk oleh dua tulang dari kaki bagian bawah tulang tibia dan
tulang kecil fibula yang berjalan di luar kaki ketiga bagian ini tulang
ini sering disebut mortise joint. Gerakan pada ankle dibantu oleh
tendo achilles dibelakang pergelangan kaki. Ankle merupakan bagian
tubuh yang pergerakan sendinya cukup luas, maka dari itu kejadian
cedera dalam olahraga sangat riskan terjadi pada bagian ini hal ini
diperkuat oleh pendapat Robert S. Gotlin (2008: 224) ankle memiliki
struktur anatomi yang unik dengan dukungan jaringan lunak yang
relatif kecil membuat sendi pergelangan kaki rentan terhadap cedera
olahraga. Macam-macam cedera yang dapat terjadi pada ankle terdiri
atas: a) Ankle sprain, b) Ankle fracture, c) Achilles tendinitis, d)
Lower leg stress fracture, e) Shin Splints, f) posterior tibial tendinitis,
dll.

Gambar 2.8 Ankle Fracture


Sumber : www.health.harvard.edu
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

4) Kaki dan Jari-jari

Kaki terdiri dari tulang dan jaringan lunak antara lain kulit,
pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat yang meliputi tendon, dan
ligamen (yang menahan dan memperkuat antar tulang persendian)
yang memungkinkan sendi untuk bergerak di arah tertentu saja.
Hindfoot adalah tulang tumit (calcaneus) sedangkan midfoot atau
pertengahan tulang (tarsal), dan kaki depan berisi tulang panjang
(metatarsal) yang mengarah pada jari-jari kaki. Kaki dan jari-jari
sebagai tumpuan utama saat aktivitas berjalan atau berlari yang
merupakan bagian tubuh yang riskan terkena cedera seperti Turf toe,
Tarsal tunnel syndrome, Plantar fascilitis, Forefoot neuromas.
Adapun beberapa pengertianya adalah sebagai berikut:

a) Tarsal Tunnel Syndrome

Tarsal Tunnel Syndrome adalah cedera yang disebabkan oleh


tekanan/penempatan syaraf tibial posterior yang terkurung tepat
dibawah tulang pergelangan kaki, sehingga menimbulkan rasa nyeri
yang akan menjalar ke bagian kaki atas atau ke bawah telapak kaki
hingga terasa sampai jempol kaki. (Paul M. taylor, 2006: 104).

Gambar 2.9 Tarsal Tunnel Syndrome


Sumber : Wilson Chloe, 2019

2.1.2 Patah Tulang Terbuka


Patah tulang atau fraktur adalah putusnya tulang yang terjadi
ketika adanya tekanan pada tulang yang berlebihan baik karena
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

benturan yang sangat keras secara langsung (traumatik) pada tulang


seperti pada olahraga basket, skateboard, maupun kecelakaan pada
motoGP. Patah tulang terbuka adalah patah tulang akan menonjol
keluar, karena tulang tersebut tajam sehingga melukai kulit. Hal yang
perlu diperhatikan adalah adanya kemungkinan terkontaminasi
kotoran atau bakteri. Patah tulang tertutup sama bahayanya dengan
patahn tulang terbuka karena luka atau cedera pada lapisan yang
lembut sering menimbulkan perdarahan dalam. Cedera pada satu
tulang femur dapat menyebabkan kehilangan lebih dari 1 liter darah.
Cedera 2 tulang femur dapat menyebabkan hemorrhage yang
membahayakan nyawa penderita. Jika tulang pelvis yang cedera akan
kehilangan ± 500 cc darah. Patah tulang dapat melukai kandung
kemih bahkan dapat menyebabkan hemorrhage fatal dalam perut.
Ingat beberapa patah tulang dapat membahayakan nyawa penderita
tanpa terlihat darah keluar.

Gambar 2.10 Macam-macam patah tulang


2.1.3 Dislokasi
Dislokasi adalah jenis cedera yang sangat sakit. Ini mudah dikenali
karenaterjadi perbedaan dengan anatomi normal manusia.
Kebanyakan dari dislokasi tidak berbahaya, tetapi harus diperhatikan
ada/tidaknya komplikasi patah tulang. Jadi penting dilakukan PMS.
Jika berusaha untuk meluruskan extremity yang cedera dengan
menariknya , maka gunakan tarikan/usaha yang tidak lebih dari 10
pound. Tetapi penanganan terbaik adalah dengan pebidaian atau
membalut dengan posisi yang nyaman menurut penderita sampai ke
sarana kesehatan. Menurut Clifford dan Elizabeth (2010: 51)
peregangan otot yang berulang (overuse) dapat mengakibatkan cedera
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

subluksasi yang memungkinkan bahu terjadi impingement dan


tendinitis yang pada akhirnya otot bahu mengalami peregangan serius
yang dapat menjadi faktor resiko terjadi dislokasi bahu total.

Gambar 2.11 Dislokasi


Sumber : www.flexfreeclinic.com
2.1.4 Amputasi
Manusia memiliki sepasang tangan dan kaki sebagai alat gerak untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Kaki sebagai salah satu alat gerak
merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kehilangan sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas. Kehilangan alat gerak tersebut
dapat disebabkan berbagai hal seperti penyakit, faktor cacat bawaan
lahir, kecelakaan ataupun karena operasi pemotongan alat gerak pada
tubuh manusia yang disebut dengan amputasi. Tindakan amputasi ini
merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak
mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau jika
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara
utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi (Rapani, 2007).

Walaupun amputasi bertujuan untuk menyelamatkan tubuh pasien


namun masih banyak yang memberikan dampak negatif bagi pasien
yaitu perubahan psikologis. Akibat proses amputasi pasien mengalami
perasaan kehilangan yang berakibat pada kehilangan kepercayaan diri,
sehingga banyak yang kurang semangat dalam menjalani hidup karena
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

tidak bisa beraktifitas seperti semula akibat kehilangan anggota gerak


badan. Kehilangan percaya diri akan semakin dirasakan apabila bagi
pasien sebelumnya telah mempunyai status sosial yang tinggi
(Smeltzer, 2004).

Gambar 2.12 Amputasi

2.1.5 Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Mansjoer et al.,
2000; Sjamsuhidajat & Jong, 1998). Luka secara umum terdiri dari
luka yang disengaja dan luka yang tidak disengaja. Luka yang
disengaja bertujuan sebagai terapi, misalnya pada prosedur operasi
atau pungsi vena, sedangkan luka yang tidak disengaja terjadi secara
accidental (Kozier et al., 2004).

Manajemen perawatan luka diperlukan untuk meningkatkan


penyembuhan, mencegah kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi
risiko infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pasien. Berbagai jenis
luka yang dikaitkan dengan tahap penyembuhan luka memerlukan
manajemen luka yang tepat. Perawatan luka saat ini sudah
berkembang sangat pesat. Pada perkembangannya, hasil penelitian
perawatan luka menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih
baik dari pada lingkungan yang kering (Gayatri, 1999).
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai dengan
kerusakanterputusnya jaringan kulit atau selaput lendir, jenis-
jenis luka terbuka adalah :

a. Luka Lecet
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang
menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan luka
terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit

b. Luka Tusuk
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang
masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar
tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang
mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum
(luka tembus).

c. Luka Sayat
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam
atau jarum merupakan luka terbuka akibat dari terapi
untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

d. Luka Robek
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan
benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan
perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko.

e. Luka Terpotong
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam
ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran
sesuai dengan organ yang dipotong.

f. Cedera remuk
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Cedera remuk dapat terjadi karena alat gerak terjepit


diantara alat gerak. Dapat berupa gabungan antara luka
terbuka dan tertutup.

b. Luka Tertutup
a. Memar
Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembunuh
darah pada lapisan dermis rusak. Pada daerah luka
terdapat bengkak dan perubahan warna.

b. Hematoma
c. Luas area penumpukan daerah lebih luas dibandingkan dengan
memar. Pembuluh darah yang terlibat juga lebih besar, dan darah
juga lebih banyak keluar.
d. Cedera remuk.
2.1.6 Keseleo

Sprain (Keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering


terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak karena
peregangan atau puntiran yang keras. Terkilir mengacu pada cedera
ligamen, yang dapat direntangkan, sebagian robek atau sepenuhnya
robek. Ini diklasifikasikan oleh tiga tingkatan keseleo:

a. Suatu keseleo grade 1 (ringan)


sedikit berlebihan peregangan ligamen yang umumnya
terkait dengan pembengkakan atau tender- terbatas.
b. Sebuah keseleo kelas 2 (sedang) memiliki parsial air mata
makroskopik dari ligamen dan berhubungan dengan rasa sakit dan
pembengkakan yang meningkat
c. Sebuah keseleo kelas 3 (berat) adalah lengkap pecahnya ligamen
dan bedah
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Gambar 2.13 Macam-macam sprain

2.1.7 Penilaian

Pada penilaian yang perlu diperhatikan adalah mekanisme


terjadinya kecelakaan. Misal : cedera kaki melompat dari ketinggian
sering menyebabkan cedera pada panggul, cedera pada lutut penderita
pada posisi duduk yang berkaitan dengan cedera panggul, sama
halnya jika yang cidera adalah panggul maka lutut juga harus
diperiksa. Jadi lutut dan panggul harus diperiksa bersamaan. Jatuh
yang menyebabkan cedera pada pergelangan tangan juga
menyebabkan cedera pada siku, begitu juga sebaliknya. Jika
pergelangan tangan dan siku harus diperiksa secara bersamaan
2.1.8 Tujuan pembidaian
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya pergerakan pada bagian
tulang yangmengalami retak. Saraf dapat menyebabkanrasa sakit pada
jaringan atau lapisan di sekitar tulang. Pembidaian selain untuk
mengurangi rasa sakit juga untuk kerusakan lebih lanjut pada otot,
saraf, dan pembuluh darah sehingga mencegah sampai pada patah
tulang. Tidak ada urutan khusus yang menyebutkan kapan sebaiknya
dilakukan pembidaian, yang jelas sebelum dilakukan pengiriman
penderita ke sarana kesehatan sebaiknya penderita sudah di
mobilisasi.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

2.1.9 Aturan-Aturan dalam Membidai


1. Penolong harus dapat melihat semua bagian yang terluaka.
Jika ada pakaian / kair, yang menutup maka dipotong saja. Sebelum
dibidai lakukan pembersihan dan peutupan luka
2. Cek nadi dan sensasi sebelum dan sesudah dilakukan
pembidaian. Beri sensasi kepada penderita, tanyakan apa yang
dirasakan (jika sadar) dan perhatikan gerakan penderita (jika tidak
sadar) pada waktu diberi sensasi menyakitkan
3. Jika ektrimity tertekuk dan rangsang yangdiberikan tidak
terasa maka lakukan pelurusan atau tarikan dengan usaha lebih kecil
10 pound untuk meluruskan
4. Luka yang terbuka seharusnya ditutup dengan kasa steril dan
kemudian dibalut atau di bidai.
5. Gunakan pembidaian yang akan memobilisasi bagian atas dan
bawah luka.
6. Jangan menekan tulang yang ada di bawah kulit

3.1 Lembar Kerja

Peralatan yang digunakan adalah :


1. Jam tangan atau stop watch
2. Senter kecil
3. Stetoskop
4. Tensimeter/stigmomanometer (pengukur tekanan datah)
5. Alat tulis untuk mencatat
6. Termometer bahan
7. Bidai
8. Mitela
9. Cairan antiseptik
3.2 Langkah Percobaan
1. Lakukan penilaian penderita
2. Buat kesimpulan dari hasil penilaian
3. Lakukan pemberian cairan antiseptic pada yang luka
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

4. Lakukan pembidaian dan pembalutan


5. Cek hasil pembidaian, dengan memberikan sensasi kepada
penderita

4.1 Studi Kasus 1


4.1.1 Identitas Kasus 1
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
data yang dicantumkan ke dalam kartu penderita, antara lain :
Nama Penderita : Eka
Umur : 18 Tahun
Riwayat Penderita : Stroke
Obat yang diminum :-
Tanggal : 19 Desember 2018
Tipe Kasus : Trauma
Perkiraan Kejadian : Terjatuh dari lantai 3 pada bangunan kontruksi
yang terdapat banyak material tajam.
Respon a. Awas :-
b. Suara :-
c. Nyeri :√
d. Tidak respon: -

Airway : Terbuka – tidak ada sumbatan


Breathing : Ada
Sirkulasi : Ada
Fisik a. P : Bahu kanan (dislokasi), lengan kiri (patah tulang
terbuka).
b. L : Betis kiri (luka tusuk), paha
kanan (luka tusuk), lengan kiri (patah tulang
terbuka)
c. N : Bahu kanan (dislokasi)
d. B : Bahu kanan (dislokasi)
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

4.1.2 Penilaian Keadaan


Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita
terjadi, penolong berusaha mengamankan diri terlebih dahulu,
kemudian baru mengamankan penderita dengan memindahkan
ketempat yang lebih aman bagi penolong dan penderita. Setelah
keadaan dipastikan sudah aman, segera memberikan P3K pada
penderita dan penolong menghimbau warga agar tidak berkerumunan
diantara korban, hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi
penderita dan memberikan suplai oksigen lebih banyak.
4.1.3 Penilaian Dini
Penolong melakukan penilaian dini terhadap korban sebagai
upaya pemeriksaan sirkulasi, jalan nafas, pernafasan dan tingkat
respon dari penderita. Pada kasus ini diketahui bahwa kasus ini
merupakan kasus trauma. Setelah memberikan kesan umum,
penolong memeriksa tingkat respon korban mulai dari awas, suara,
dan nyeri. Pada kasus ini korban bernama Eka memberikan respon
nyeri. Kemudian penolong segera memeriksa dan memastikan adanya
sirkulasi, nafas, dan terbukanya jalan nafas. Dari hasil pemeriksaan
diketahui sirkulasi ada dan baik, nafas ada namun lemah, serta jalan
pernafasan open atau tidak ada sumbatan.
4.1.4 Pemeriksaan Fisik
Setelah tindakan penilaian dini maka harus segera dilakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi fisik apa ada perubahan
bentuk, luka, nyeri, ataupun bengkak. Pemeriksaan fisik dilakukan
dari atas kepala sampai ujung kaki korban. Pemeriksaan dilakukan
dengan 3 metode yaitu inspection (penglihatan), perabaan, dan
pendengaran. Pemeriksaan fisik harus dilakukan bersamaan dengan
penanganan terhadap cedera yang ditemukan saat pemeriksaan
sebagai bagian utama dalam P3K. Dalam kasus kecelakaan yang
dialami penderita Eka ditemukan keadaan darurat beberapa luka
jaringan lunak dan beberapa cedera ekstremitas. Berikut cedera pada
korban beserta cara penangannya.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

a. Dislokasi
Ditemukan ciri-ciri dislokasi pada bahu kanan korban seperti
perubahan bentuk, nyeri dan bengkak. Maka perlu penanganan
dengan melakukan pembidaian untuk mempertahankan posisi
dislokasi supaya tidak semakin berubah posisi sendi yang
mengalami dislokasi tersebut. Ketika sudah selesai pembidaian
harus mengecek hasil pembidaian apakah sudah kuat dan benar
atau tidak. Kemudian memberikan sensasi kepada penderita.
b. Patah Tulang Terbuka
Ditemukan adanya cedera patah tulang terbuka pada lengan kiri.
Penanganan dilakukan dengan :
- Memberikan cairan antiseptic pada luka
- Menutup luka terbuka dengan penutup luka steril
- Membalut luka dengan mempertahankan penutup luka.
- Melakukan pembidaian : memasang bidai pada dua yang
mengapit lengan kiri kemudian diikat pada 3 titik yaitu bahu
kiri, lengan kiri dan siku hingga tangan bawah agar tidak
bergerak.
- Memastikan bidai sudah terpasang dengan baik dan kencang.
c. Luka Tusuk
Pada paha kanan dan betis kiri terdapat luka tusuk dimana benda
tajam masih tertancap pada korban. Penanganan yang dilakukan,
yaitu
- Membuat pembalut donat
- Memasukkan pembalut donat ke benda yang menancap dipaha
dan betis tanpa melakukan pencabutan benda yang menancap
tersebut.
- Membalut pembalut donat dengan pembalut gulung agar benda
yang menancap tidak bergerak dan untuk mengurangi laju
keluarnya darah.
d. Luka Sayat
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Pada kiri penderita juga ditemukan luka terbuka yaitu luka


sayatan yang mungkin disebabakan karena sayatan benda tajam
disekitar. Penanganan yang dilakukan adalah :
- Memeberikan cairan antiseptic pada luka
- Menutup luka dengan penutup luka steril
- Membalut luka dengan pembalut gulung dan tetap
memepertahankan posisi penutup luka.
e. Luka Amputasi
Pada pemeriksaan fisik terakhir di temukan luka amputasi pada
betis kanan. Penanganan yang dilakuakan penolong, yaitu :
- Dilakuakan torniket dengan jarak 5cm di atas luka pada betis
kanan korban
- Setelah 3 kali putaran pembalutan dapat dimasukkan penanda
(ranting, benda keras yang ringan lainnya) antara pembalut
tanpa mengenai luka dan memutar perlahan (kurang lebih 2-3
putaran) untuk mengencangkan torniket. Kemudian
melanjutkan pembalutan hingga pembalut habis.

Pada pemeriksaan fisik praktikum ini tidak dilakukan


pemeriksaan tanda-tanda vitasl pada tubuh korban Eka. Dalam hal ini
tanda-tanda vital pada tubuh dianggap normal yang meliputi frekuensi
denyut nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, kondisi kulit, dan
suhu tubuh.
4.1.5 Riwayat Penderita
K - korban mengalami rasa sakit pada bahu kanan, lengan kiri, paha
kanan, dan betis kiri.

O – Tidak sedang dalam pengobatan apapun

M – Makanan terakhir adalah mie instan dan minuman terakhir adalah


teh hangat

P – Memiliki riwayat penyakit stroke


Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

A – Tidak memiliki alergi apapun

K – Korban terjatuh dari lantai 3 pada bangunan kontruksi yang terdapat


banyak material tajam.
4.1.6 Pemeriksaan Berkala
Tahap ini yaitu pengulangan langkah pemeriksaan dan penanganan
untuk memastikan tidak ada yang tertinggal diperiksa maupun
pemeriksaan terhadap penanganan cedera tetap dalam kondisi baik.
Pemeriksaan berkala ini dilakukan 5 menit sekali hingga korban sadar dan
stabil.
4.1.7 Pelaporan
Setelah diperiksa keseluruhan keadaan, maka harus ada
pelaporan yang meliputi informasi tentang:

1. Umur : 18 tahun
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Keluhan utama : Merasakan sakit pada bahu
kanan, lengan kiri, paha kanan, dan betis kiri
4. Tingkat respon : Nyeri
5. Keadaan jalan nafas : Terbuka – tidak ada sumbatan
6. Pernafasan : Ada
7. Sirkulasi : Ada, rendah
8. Pemeriksaan fisik penting : Dislokasi pada bahu kanan,
patah tulang terbuka pada lengan kiri, dan luka tusuk pada paha
kanan dan betis kiri.
9. Wawancara yang penting : Mengalami respon nyeri, ada
nafas dan masih ada denyut nadi, mengalami dislokasi pada bahu
kanan, patah tulang terbuka pada lengan kiri, dan luka tusuk pada
paha kanan dan betis kiri. Korban tidak sedang dalam pengobatan
apapun, makanan dan minuman terakhir dikonsumsi adalah mie
instan dan teh hangat, korban memiliki riwayat penyakit stroke,
tidak memiliki alergi apapun, dan kronologi kejadian adalah
korban terjatuh dari lantai 3 pada bangunan konstruksi.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

10. Penatalaksanaan
11. Perkembangan lain yang dianggap penting

4.2 Studi Kasus 2


4.2.1 Identitas Kasus 2
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
data yang dicantumkan ke dalam kartu penderita, antara lain :
Nama Penderita : Hana
Umur : 21 Tahun
Riwayat Penderita :-
Obat yang diminum :-
Tanggal : 1 Desember 2018
Tipe Kasus : Trauma
Perkiraan Kejadian : Kecelakaan saat berkendara, dengan menabrak
pembatas jalan dan terjatuh
Respon a. Awas :√
b. Suara :-
c. Nyeri :-
d. Tidak respon: -

Airway : Terbuka – tidak ada sumbatan


Breathing : Ada
Sirkulasi : Ada
Fisik a. P : Tangan kiri lengan bawah (patah tulang tertutup)
b. L : Tangan kanan Lengan bawah (luka sobek)
c. N : Panggul
d. B : Tangan kanan lengan bawah (memar)
4.2.2 Penilaian Keadaan
Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita
terjadi, penolong berusaha mengamankan diri terlebih dahulu,
kemudian baru mengamankan penderita dengan memindahkan
ketempat yang lebih aman bagi penolong dan penderita. Setelah
keadaan dipastikan sudah aman, segera memberikan P3K pada
penderita dan penolong menghimbau warga agar tidak berkerumunan
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

diantara korban, hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi


penderita dan memberikan suplai oksigen lebih banyak.
4.2.3 Penilaian Dini
Penolong melakukan penilaian dini terhadap korban sebagai
upaya pemeriksaan sirkulasi, jalan nafas, pernafasan dan tingkat
respon dari penderita. Pada kasus ini diketahui bahwa kasus ini
merupakan kasus trauma. Setelah memberikan kesan umum,
penolong memeriksa tingkat respon, pada kasus ini korban bernama
hanaa memberikan respon awas. Kemudian penolong segera
memeriksa dan memastikan adanya sirkulasi, nafas, dan terbukanya
jalan nafas. Dari hasil pemeriksaan diketahui sirkulasi ada dan baik,
nafas ada namun lemah, serta jalan pernafasan open atau tidak ada
sumbatan.
4.2.4 Pemeriksaan Fisik
Setelah tindakan penilaian dini maka harus segera dilakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi fisik apa ada perubahan
bentuk, luka, nyeri, ataupun bengkak. Pemeriksaan fisik dilakukan
dari atas kepala sampai ujung kaki korban. Pemeriksaan dilakukan
dengan 3 metode yaitu inspection (penglihatan), perabaan, dan
pendengaran. Pemeriksaan fisik harus dilakukan bersamaan dengan
penanganan terhadap cedera yang ditemukan saat pemeriksaan
sebagai bagian utama dalam P3K. Dalam kasus kecelakaan yang
dialami penderita hana ditemukan keadaan darurat beberapa luka
jaringan lunak dan beberapa cedera ekstremitas. Berikut cedera pada
korban beserta cara penangannya.
a. Patah Tulang Tertutup
Ditemukan adanya cedera patah tulang tertutup pada tangan kiri
lengan bawah. Penanganan dilakukan dengan :
Melakukan pembidaian : memasang bidai pada dua yang
mengapit lengan kiri kemudian diikat pada 3 titik yaitu bahu kiri,
lengan kiri dan siku hingga tangan bawah agar tidak bergerak.
- Memastikan bidai sudah terpasang dengan baik dan kencang.
-
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

b. Luka Sobek
Pada kiri penderita juga ditemukan luka terbuka yaitu luka sobek
Penanganan yang dilakukan adalah :
- Memeberikan cairan antiseptic pada luka
- Menutup luka dengan penutup luka steril
- Membalut luka dengan pembalut gulung dan tetap
memepertahankan posisi penutup luka.
c. Luka Memar
Pada pemeriksaan fisik terakhir di temukan luka memar pada
tangan kanan lengan bawah. Penanganan yang dilakukan
penolong, yaitu :
 Rest = istirahatkan anggota gerak tersebut dan dibuat
senyaman mungkin.
 Ice = memberikan kompres dingin pada luka
 Compression = ditekan pada bagian luka dengan kuat untuk
membantu proses pemulihan pembuluh darah.
 Elevation = tinggikan anggota gerak tersebut, sehingga
lebih tinggi dari jantung.

Pada pemeriksaan fisik praktikum ini tidak dilakukan


pemeriksaan tanda-tanda vitasl pada tubuh korban Eka. Dalam hal ini
tanda-tanda vital pada tubuh dianggap normal yang meliputi frekuensi
denyut nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, kondisi kulit, dan
suhu tubuh.
4.2.5 Riwayat Penderita
K - korban mengalami rasa sakit pada tangan kiri lengan bawah dan
tangan kanan lengan bawah

O – Tidak sedang dalam pengobatan apapun

M – Makanan terakhir adalah nasi pecel dan minuman terakhir adalah


teh hangat

P – Tidak memiliki riwayat penyakit


Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

A – Tidak memiliki alergi apapun

K – Korban mengalami Kecelakaan saat berkendara, dengan menabrak


pembatas jalan dan terjatuh

4.2.6 Pemeriksaan Berkala


Tahap ini yaitu pengulangan langkah pemeriksaan dan
penanganan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal diperiksa
maupun pemeriksaan terhadap penanganan cedera tetap dalam
kondisi baik. Pemeriksaan berkala ini dilakukan 5 menit sekali
hingga korban sadar dan stabil.
4.2.7 Pelaporan
Setelah diperiksa keseluruhan keadaan, maka harus ada
pelaporan yang meliputi informasi tentang:

1. Umur : 21 tahun
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Keluhan utama : Merasakan sakit pada tangan
kanan dan kiri lengan bawah
4. Tingkat respon : Awas
5. Keadaan jalan nafas : Terbuka – tidak ada sumbatan
6. Pernafasan : Ada
7. Sirkulasi : Ada, rendah
8. Pemeriksaan fisik penting : Patah tulang tertutup pada
tangan kiri lengan bawah, luka sobek dan memar pada tangan kiri
lengan bawah.
9. Wawancara yang penting : Mengalami respon awas, ada
nafas dan masih ada denyut nadi, mengalami patah tulang tertutup
pada tangan kiri lengan bawah, luka sobek dan memar pada tangan
kanan lengan bawah. Korban tidak sedang dalam pengobatan
apapun, makanan dan minuman terakhir dikonsumsi adalah nasi
pecel dan teh hangat, korban tidak memiliki riwayat penyakit,
tidak memiliki alergi apapun, dan kronologi kejadian adalah
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

korban mengalami kecelakaan saat berkendara, dengan menabrak


pembatas jalan dan terjatuh.
10. Penatalaksanaan
11. Perkembangan lain yang dianggap penting
4.3 Studi Kasus 3
4.3.1 Identitas Kasus 3
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
data yang dicantumkan ke dalam kartu penderita, antara lain :
Nama Penderita : Randi
Umur : 23 Tahun
Riwayat Penderita :-
Obat yang diminum :-
Tanggal : 29 November 2018
Tipe Kasus : Trauma
Perkiraan Kejadian : Tertabrak oleh mobil, akibat pengendara mobil
sedang mabuk
Respon a. Awas :-
b. Suara :√
c. Nyeri :-
d. Tidak respon: -

Airway : Terbuka – tidak ada sumbatan


Breathing : Ada
Sirkulasi : Ada
Fisik a. P : Bahu kanan (dislokasi), betis kanan (luka
amputasi)
b. L : Paha kiri (luka sayat)
c. N : Bahu kanan (dislokasi)
d. B : Bahu kanan (dislokasi)

4.3.2 Penilaian Keadaan


Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita
terjadi, penolong berusaha mengamankan diri terlebih dahulu,
kemudian baru mengamankan penderita dengan memindahkan
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

ketempat yang lebih aman bagi penolong dan penderita. Setelah


keadaan dipastikan sudah aman, segera memberikan P3K pada
penderita dan penolong menghimbau warga agar tidak berkerumunan
diantara korban, hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi
penderita dan memberikan suplai oksigen lebih banyak.
4.3.3 Penilaian Dini
Penolong melakukan penilaian dini terhadap korban sebagai
upaya pemeriksaan sirkulasi, jalan nafas, pernafasan dan tingkat
respon dari penderita. Pada kasus ini diketahui bahwa kasus ini
merupakan kasus trauma. Setelah memberikan kesan umum,
penolong memeriksa tingkat respon korban yaitu suara, dikarenakan
korban dapat merespon dengan sebuah gerakan kecil. Kemudian
penolong segera memeriksa dan memastikan adanya sirkulasi, nafas,
dan terbukanya jalan nafas.
Dari hasil pemeriksaan diketahui sirkulasi tidak ada. Maka
dilakukan RJP pada korban. RJP dilakukan selama 4 siklus dengan
skema 1 siklus = 30 : 2 X 5. Setelah itu, circulation sang korban ada
maka dilakukan airway. Keadaan airway dengan menggunakan
metode head-tilt tanpa dugaan cedera kepala/leher/tulang belakang
korban baik sudah sesuai dengan prosedur. Kemudian pemeriksaan
breathing korban, dengan cara mendekatkan pipi pada hidung korban
dan mengamati dengan teknik LDR (lihat, dengar, dan rasakan). Sang
korban tidak ada nafas, maka dilakukan nafas buatan dengan skema 5
detik 1 hembusan selama 2 menit. Setelah dengan bantuan nafas
buatan, sang korban merespon, maka dilakukan recovery pasien oleh
sang penolong.

4.3.4 Pemeriksaan Fisik


Setelah tindakan penilaian dini maka harus segera dilakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi fisik apa ada perubahan
bentuk, luka, nyeri, ataupun bengkak. Pemeriksaan fisik dilakukan
dari atas kepala sampai ujung kaki korban. Pemeriksaan dilakukan
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

dengan 3 metode yaitu inspection (penglihatan), perabaan, dan


pendengaran. Pemeriksaan fisik harus dilakukan bersamaan dengan
penanganan terhadap cedera yang ditemukan saat pemeriksaan
sebagai bagian utama dalam P3K. Dalam kasus kecelakaan yang
dialami penderita Randi ditemukan keadaan darurat beberapa luka
jaringan lunak dan beberapa cedera ekstremitas. Berikut cedera pada
korban beserta cara penangannya.
a. Dislokasi
Ditemukan ciri-ciri dislokasi pada bahu kanan korban seperti
perubahan bentuk, nyeri dan bengkak. Maka perlu penanganan
dengan melakukan pembidaian untuk mempertahankan posisi
dislokasi supaya tidak semakin berubah posisi sendi yang
mengalami dislokasi tersebut. Ketika sudah selesai pembidaian
harus mengecek hasil pembidaian apakah sudah kuat dan benar
atau tidak. Kemudian memberikan sensasi kepada penderita.
b. Luka Sayat
Pada kiri penderita juga ditemukan luka terbuka yaitu luka
sayatan yang mungkin disebabakan karena sayatan benda tajam
disekitar. Penanganan yang dilakukan adalah :
- Memeberikan cairan antiseptic pada luka
- Menutup luka dengan penutup luka steril
- Membalut luka dengan pembalut gulung dan tetap
memepertahankan posisi penutup luka.
c. Luka Amputasi
Pada pemeriksaan fisik terakhir di temukan luka amputasi pada
betis kanan. Penanganan yang dilakuakan penolong, yaitu :
- Dilakuakan torniket dengan jarak 5cm di atas luka pada betis
kanan korban
- Setelah 3 kali putaran pembalutan dapat dimasukkan penanda
(ranting, benda keras yang ringan lainnya) antara pembalut
tanpa mengenai luka dan memutar perlahan (kurang lebih 2-3
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

putaran) untuk mengencangkan torniket. Kemudian


melanjutkan pembalutan hingga pembalut habis.

Pada pemeriksaan fisik praktikum ini tidak dilakukan


pemeriksaan tanda-tanda vitasl pada tubuh korban Randi. Dalam hal
ini tanda-tanda vital pada tubuh dianggap normal yang meliputi
frekuensi denyut nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, kondisi
kulit, dan suhu tubuh.
4.3.5 Riwayat Penderita
K - korban mengalami rasa sakit pada bahu kanan, paha kiri, dan betis
kanan.

O – Tidak sedang dalam pengobatan apapun

M – Makanan terakhir adalah nasi campur dan minuman terakhir


adalah air mineral

P – Tidak memiliki riwayat penyakit

A – Tidak memiliki alergi apapun

K – Korban tertabrak mobil, akibat sang pengendara mobil dalam


keadaan mabuk
4.3.6 Pemeriksaan Berkala
Tahap ini yaitu pengulangan langkah pemeriksaan dan
penanganan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal diperiksa
maupun pemeriksaan terhadap penanganan cedera tetap dalam
kondisi baik. Pemeriksaan berkala ini dilakukan 5 menit sekali
hingga korban sadar dan stabil.
4.3.7 Pelaporan
Setelah diperiksa keseluruhan keadaan, maka harus ada
pelaporan yang meliputi informasi tentang:

1. Umur : 23 tahun
2. Jenis kelamin : Laki - laki
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

3. Keluhan utama : Merasakan sakit pada bahu


kanan, paha kiri, dan betis kanan
4. Tingkat respon : Suara
5. Sirkulasi : Tidak ada, setelah dilakukan
RJP sirkulasi ada.
6. Keadaan jalan nafas : Terbuka – tidak ada sumbatan
7. Pernafasan : Tidak ada, namun setelah
pemberian nafas buatan dengan skema 5 detik 1 hembusan selama
2 menit, korban merespon.
8. Pemeriksaan fisik penting : Dislokasi pada bahu kanan, dan
luka sayat pada paha kiri dan luka amputasi pada betis kanan.
9. Wawancara yang penting : Mengalami respon suara, tidak
ada nafas dan tidak ada ada denyut nadi, mengalami dislokasi
pada bahu kanan, luka sayat pada paha kiri dan luka amputasi
pada betis kanan. Korban tidak sedang dalam pengobatan apapun,
makanan dan minuman terakhir dikonsumsi adalah nasi campur
dan teh hangat, korban tidak memiliki riwayat penyakit, tidak
memiliki alergi apapun, dan kronologi kejadian adalah korban
tertabrak mobil, akibat sang pengendara mobil dalam kondisi
mabuk.
10. Penatalaksanaan
11. Perkembangan lain yang dianggap penting
4.4 Studi Kasus 4
4.3.1 Identifikasi Kasus
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
data yang dicantumkan ke dalam kartu penderita, antara lain :
Nama Penderita : Bruce Wayne
Umur : 26 Tahun
Riwayat Penderita :-
Obat yang diminum :-
Tanggal : 25 Februari 2016
Tipe Kasus : Trauma
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Perkiraan Kejadian : Kecelakaan tunggal, mobil menabrak tiang listrik


Respon a. Awas :-
b. Suara :-
c. Nyeri :√
d. Tidak respon: -

Airway : Terbuka – tidak ada sumbatan


Breathing : Ada
Sirkulasi : Ada
Fisik a. P : Betis kiri (Patah tulang), betis kanan (Patah
tulang)
b. L :-
c. N : Dahi (Memar)
d. B : Betis kiri (Patah tulang), betis kanan (Patah
tulang), Dahi (memar)

4.3.2 Penilaian Keadaan


Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita
terjadi, penolong berusaha mengamankan diri terlebih dahulu,
kemudian baru mengamankan penderita dengan memindahkan
ketempat yang lebih aman bagi penolong dan penderita. Setelah
keadaan dipastikan sudah aman, segera memberikan P3K pada
penderita dan penolong menghimbau warga agar tidak berkerumunan
diantara korban, hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan kondisi
penderita dan memberikan suplai oksigen lebih banyak.

4.3.3 Penilaian Dini


Penolong melakukan penilaian dini terhadap korban sebagai
upaya pemeriksaan sirkulasi, jalan nafas, pernafasan dan tingkat
respon dari penderita. Pada kasus ini diketahui bahwa kasus ini
merupakan kasus trauma. Setelah memberikan kesan umum,
penolong memeriksa tingkat respon, pada kasus ini korban bernama
Bruce memberikan respon nyeri. Kemudian penolong segera
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

memeriksa dan memastikan adanya sirkulasi, nafas, dan terbukanya


jalan nafas. Dari hasil pemeriksaan diketahui sirkulasi ada dan baik,
nafas ada namun lemah, serta jalan pernafasan open atau tidak ada
sumbatan.

4.3.4 Pemeriksaan Fisik


Setelah tindakan penilaian dini maka harus segera dilakukan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi fisik apa ada perubahan
bentuk, luka, nyeri, ataupun bengkak. Pemeriksaan fisik dilakukan
dari atas kepala sampai ujung kaki korban. Pemeriksaan dilakukan
dengan 3 metode yaitu inspection (penglihatan), perabaan, dan
pendengaran. Pemeriksaan fisik harus dilakukan bersamaan dengan
penanganan terhadap cedera yang ditemukan saat pemeriksaan
sebagai bagian utama dalam P3K. Dalam kasus kecelakaan yang
dialami penderita Randi ditemukan keadaan darurat beberapa luka
jaringan lunak dan beberapa cedera ekstremitas. Berikut cedera pada
korban beserta cara penangannya.
a. Patah Tulang Tertutup
Ditemukan adanya cedera patah tulang tertutup pada betis kiri dan
betis kanan dikarenakan terhimpit badan mobil. Penanganan
dilakukan dengan :
Melakukan pembidaian : memasang bidai pada 3 yang mengapit
kaki kanan dan kaki kiri hingga ke pinggul kemudian diikat pada
daerah pinggul, paha, betis hingga ujung kaki agar tidak bergerak.
- Memastikan bidai sudah terpasang dengan baik dan kencang.
b. Luka Memar
Pada pemeriksaan fisik terakhir di temukan luka memar pada
dahi. Penanganan yang dilakukan penolong, yaitu :
 Rest = istirahatkan dan buat senyaman mungkin.
 Ice = memberikan kompres dingin pada luka
 Compression = ditekan pada bagian luka dengan kuat untuk
membantu proses pemulihan pembuluh darah.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

 Elevation = tinggikan, sehingga lebih tinggi dari jantung.

Pada pemeriksaan fisik praktikum ini tidak dilakukan


pemeriksaan tanda-tanda vitasl pada tubuh korban Bruce. Dalam hal
ini tanda-tanda vital pada tubuh dianggap normal yang meliputi
frekuensi denyut nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, kondisi
kulit, dan suhu tubuh.

4.3.5 Riwayat Penderita


K - Korban mengalami rasa sakit nyeri pada kaki kanan dan kiri

O – Tidak sedang dalam pengobatan apapun

M – Minuman terakhir korban adalah air putih dan tidak makan

P – Tidak memiliki riwayat penyakit

A – Tidak memiliki alergi apapun

K – Korban mengalami Kecelakaan saat berkendara, dengan menabrak


pembatas jalan dan terjatuh

4.3.6 Pemeriksaan Berkala


Tahap ini yaitu pengulangan langkah pemeriksaan dan penanganan untuk
memastikan tidak ada yang tertinggal diperiksa maupun pemeriksaan
terhadap penanganan cedera tetap dalam kondisi baik. Pemeriksaan
berkala ini dilakukan 5 menit sekali hingga bantuan datang
4.3.7 Pelaporan
Setelah diperiksa keseluruhan keadaan, maka harus ada pelaporan
yang meliputi informasi tentang:
1. Umur : 26 tahun
2. Jenis kelamin : Laki - laki
3. Keluhan utama : Merasakan sakit pada kaki
kanan dan kiri
4. Tingkat respon : Nyeri
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

5. Sirkulasi : Ada
6. Keadaan jalan nafas : Terbuka – tidak ada sumbatan
7. Pernafasan : Ada
8. Pemeriksaan fisik penting : Luka patah tulang dan luka
memar di kepala.
9. Wawancara yang penting : Karena respon penderita respon
nyeri, maka tidak banyak informasi yang bisa didapat dari
wawancara korban, hanya diketahui ada penderita sadar dengan
respon nyeri, ada nafas, ada denyut nadi, luka patah tulang pada
kaki.
10. Penatalaksanaan
11. Perkembangan lain yang dianggap penting
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

5.1 Lembar Soal

Studi Kasus :

Nama : Agus

Umur : 21 tahun

Riwayat penderita : Tidak ada

Obat yang diminum : Tidak ada

Tanggal : 19 Maret 2018

Tipe kasus : Trauma

Perkiraan kejadian : Terjatuh dari lantai 2 rumah akibat terkena


prank kematian oleh temannya

Respon : Tidak ada

Airway : Tidak ada

Breathing : Tidak ada

Circulation : Tidak ada

Kulit : Lembab, keringat dingin

Nafas :-

Nadi :-

Suhu tubuh : 34 °C

Fisik : Pembengkakan, perubahan bentuk dan nyeri


tekan pada bagian tubuh agus.
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

Studi Kasus : Agus baru saja sesampai di rumah, setelah


bekerja seharian. Setelah buka pintu rumah dan menuju ke ruang
keluarga, agus di kaget dengan banyaknya darah yang berceceran di
lantai rumah. Agus yang penasaran dengan pusat ceceran darah
tersebut, mengikuti alur darah tersebut hingga lantai 2 rumah. Ternyata
disana ada adiknya yang sedang disiksa oleh badut dengan senjata
gergaji tersebut. Agus yang ketakutan akan disiksa pun bergegas
melarikan diri dengan melompat dari jendela rumah lantai 2. Sontak
badut dan adik agus kaget dengan aksi tersebut, karena ini hanya
sebuah prank settingan. Lalu agus yang melompat tidak sadarkan diri.
Bagiamana pemeriksaan dan pertolongan pertama untuk agus:
Percobaan IV
Cedera Ekstremitas

DAFTAR PUSTAKA

Back Fit Health.2019.Whiplash.URL:


https://www.backfithealth.com/conditions/whiplash/

Blanchard, MC.2019.Wrist Facture – Open Reduction and Internal or External Fixation.


URL :
https://www.fixbones.com/OrthopedicVideos/tabid/13617/ctl/View/mid/2
8683/Default?ContentPubID=112
Blount, J. (2014) Patella fracture. URL :
https://www.aci.health.nsw.gov.au/networks/eci/clinical/clinical-
resources/clinical-tools/orthopaedic-and-musculoskeletal/musculoskeletal-
orthopaedic-guide/patella-fractures

Brownlow, H.2017. Acromioclavicular Joint ( AC Joint ). URL:


https://berkshireshoulders.co.uk/treatment/acromioclavicular-joint-acj/

Flex, F.2017. Cedera Olahraga Bagian II. URL :


http://www.flexfreeclinic.com/detail-artikelx/145-CEDERA-
OLAHRAGA.-Bagian-II

Health, Harvard Medical.2019.Ankle Fracture. URL :


https://www.health.harvard.edu/a_to_z/ankle-fracture-a-to-z

LMH, Health.2019. Lateral Epicondilitys ( Tennis Elbow). URL :


https://www.lmh.org/get-care/orthokansas/elbow/lateral-epicondylitis-
tennis-elbow/

Physiowork.2019. Hip Pointer. URL: https://physioworks.com.au/injuries-


conditions-1/hip-pointer

Sukma, P., & Kurniyanta, P. (n.d.). Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada


Cedera Fraktur Ekstrimitas. Universitas Udayana. Jurnal Universitas
Udayana. Diakses 15 Desember 2018

Wilson, Chloe.2019. Tarsal Tunel Syndrom. URL : https://www.foot-pain-


explored.com/tarsal-tunnel-syndrome.html

Anda mungkin juga menyukai