Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KELOMPOK VB

MAKALAH TUTORIAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

SKENARIO I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2019
PENYUSUN

1. TIARA CLAUDIA LASOMA (04.17.4538) KETUA

2. UWLA NURLAILLA (04.17.4540) SEKRETARIS

3.ST.AISAH (04.17.4536) ANGGOTA

4. TIANA PUTRI LADJAMU (04. 17.4537) ANGGOTA

5.WIDHOWATI GALUH PRAMESTI (04.17.4542) ANGGOTA

6. WILYA SINTA FRISCA TANJUNG SARI ( 04.17.4543) ANGGOTA

7.WARNINGSIH (04.17.4541) ANGGOTA

8. YESITA NURDIASTI ( 04.17.4544) ANGGOTA


BAB I

PENDAHULUAN

A. PENULISAN KASUS

Ny. W usia 50 tahun mengeluh sering cepat lelah,keringat banyak, tidak tahan panas,peningkatan nafsu
makan,dan adanya penurunan berat badan. Dari hasil pemeriksaan fisik dengan palpasi di dapatkan
adanya pembesaran pada kelenjar tiroid di daerah leher.Hasil pemeriksaaan laboratorium di temukan
adanya peningkatan T3 dan T4 serum.

B. DAFTAR KATA SULIT

1. Arti dari T3 DAN T4

C. DAFTAR PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkanenyebab peninkatan T3 dan T4 serum.?


2. Bagaimana cara mengatasi hipertiroidisme?
3. Apakah usia mempengaruhi gangguan tiroid?
4. Hipertiroid lebih cenderung terjadi pada siapa?
5. Apa yang menyebabkan berat badan turun sedangkan nafsu makan meningkat?
6. Faktor resiko apa yang menyebabkan hipertiroid?
7. Apa saja tanda dan gejala hipertiroidisme selain yang di kasus?
8. Apa komplikasi akibat hipertiroid?
9. Bagaimana cara mencegah hipertiroid?
BAB II

HASIL

A. KLARIFIKASI ISTILAH

1. T3 adalah triiodotiroid yaitu yang membantu pengaturan system kekebalan tubuh yang mana di
produksi di hati.
2. T4. Adalah tiroksin yaitu yang membantu system kekebalan tubuh yang bertempat di kelenjar
tiroid.

B. JAWABAN PERTANYAAN
A. PERTANYAAN DARI KASUS
1. Apa yang menyebabkanenyebab peninkatan T3 dan T4 serum.?
– karena peningkatan glukosa, lemak, enzim metabolis.
- gangguan auto imun

2. Bagaimana cara mengatasi hipertiroidisme?

– mengurangi konsumsi makanan yang menyebabkan T3 dan T4 meningkat.


- berhenti merokok
-kurangi makanan yang berasal dari kedelai
-pola hidup sehat, olahraga’ konsumsi makanan yang sehat
- mengurangi makanan yang berminyak
3.Apakah usia mempengaruhi gangguan tiroid?
kemungkinan anak-anak beresiko, namun lebih banyak terjadi pada usia lebih dari 20
tahun.
4. Hipertiroid lebih cenderung terjadi pada siapa?
wanita berusia lebih dari 20 tahun
5. Apa yang menyebabkan berat badan turun sedangkan nafsu makan meningkat?
– system imun menurun
-makanan yang masuk digunakan untuk mengganti sel dan hormone yang di gunakan oleh
T3 dan T4.
-mual dan muntah menyebabkan nafsu makan meningkat dan berat badan menurun.

6. Faktor resiko apa yang menyebabkan hipertiroid?


– kekebalan tubuh dan imun menurun ,
- pola hidup dan makan yang tidak sehat.
7.Apa saja tanda dan gejala hipertiroidisme selain yang di kasus?
– susah tidur, sulit berkonsentrasi
- sesak nafas, cemas, gemetar
- kulit basah, rambut rontok,berdebar, hipertensi, gangguan irama jantung.
8.Apa komplikasi akibat hipertiroid?
– osteoporosis
- kardiovaskuler
9. Bagaimana cara mencegah hipertiroid?
–pola hidup sehat dan lingkungan yang sehat.

B. PERTANYAAN LO ( LEARNING OBJECTIVE)


1. IRK
 Dan kami turunkan dari al-qur’an sesuatu yang menjadi pnawar (obat) dan rahmat bagi
orang orag yang beriman danal-qur’an tidaklah menambah bagi orang orang
yangzalim selain kerugian. ( al- isra: 82)
 Kalau sekiranya kami turunkan al-qur’an pada sebuah gunung pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah di sebabkan ketakutannyakepada alloh.(al-hasyr:21)
 Rasulullah Salaullah alaihi wa sallam bersabda :“ Tidaklah Allah menurunkan suatu
penyakit kecuali Dia juga menurunkan Penawarnya.” (H.R. Bukhori)
2. DEFINISI HIPERTIROID?
 Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang
disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh
kelenjar tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di seluruh
populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh orang
penderita tiap satu juta populasi (Fumarola et al, 2010).
 Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
 Hipertiroidisme adalah penyakit dimana kelebihan produksi hormone tiroid yang
disebabkan oleh penyakit graves, suatu gangguan autoimun ketika antibody
automiun meniru efek TSH pituitary, sehingga menstimulasi pelepasan hormone
tiroid berlebihan (Medeiros-Neto et al.,2011)

3. TANDA DAN GEJALA


 Mual dan muntah, tremor, sering bab
 Mudah marah dan emosional, kemandulan
 Takikardi karena mempengaruhi sistem respiratory
 Pandangan mata ganda dan melotot, pembesaran tiroid, hipertensi, jantung berdebar-
debar, otot lemah, berkeringat yang berlebihan
 Td meningkat, nadi tidak teratur, perubahan di mata iritasi dan peka terhadap cahaya
bengkak.
 Rambut rontok

4. PENYEBAB :
 Konsumsi yodium yang berlebihan
 Tiroiditis pasca partum
 Toksik multinodular goiter
 Nodul tiroid
 Tumor
5. KOMPLIKASI :
a. (fahri kurniawan) dengan adanya komplikasi membuat aktivitas berhenti
b. Dalam jangka panjang akan mengganggu sistem kardiovaskuler dan osteoporosis
c. Di mata akan menyebabkan oxotalmos, di kulit akan graves dermopat, jika
aktivitas berlebihan akan menyebabkan kelelahan, kehilangan kesadaran, koma,
pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.
d. Di mata jika mata melotot akan mudah kering, peradangan mata

6. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas atau istirahat

 Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,


Kelelahan berat
 Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi

 Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)


 Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis)

3. Eliminasi

 Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,


kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen,
Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )

4. Integritas / Ego
 Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
 Tanda : Ansietas peka rangsang

5. Makanan / Cairan

 Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid )
 Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis,
bau buah ( napas aseton)

6. Neurosensori

 Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan
 Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan
memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;
koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)

7. Nyeri / Kenyamanan

 Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan

 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen


(tergantung adanya infeksi atau tidak)
 Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat

9. Keamanan

 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit


 Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )

10. Seksualitas

 Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan
orgasme pada wanita
 Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma :
positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat

- Diagnose keperawatan
Jawaban :

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme

adalah sebagai berikut :

1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
2. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan)

- Intervensi
Jawaban :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
 Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria :
- Nadi perifer dapat teraba normal.
- Vital sign dalam batas normal.
- Pengisian kapiler normal
- Status mental baik
- Tidak ada disritmia

Intervensi :

a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan
besarnya tekanan nadi
 Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer
yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
 Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
iskemia
c. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan
produksi urine dan hipotensi
 Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung
d. Catat masukan dan haluaran
 Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat

2. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan)
 Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
- Nafsu makan baik.
- Berat badan normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah


 Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi
resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
 Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
 Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.
Lo kmb

1. Irk :
- Hr. Bukhari (segala penyakit pasti ada penawarnya)
- Qs. Al-hasyr : 21
- Qs. Al-isra (dan kami turunkan dari al quean yaitu obat tetapi orang tersebut juga harus
berusaha
- Hr. Bukhari dan muslim
2. Definsi :
- Hyaitu respon jaringan-jaringan tubuh terhadap hormon tiroid yang berlebihan (silvia, dkk)
- (novita) adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan tubuh
- (haroroh) kondisi kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan menyebabkan haid
tidak normol ang disebut tirotoxitosis
- Tkondisi medis kelebihan hormon tiroid di dalam darah
3. Tanda dan gejala :
- Mual dan muntah, tremor, sering bab
- Mudah marah dan emosional, kemandulan
- Takikardi karena mempengaruhi sistem respiratory
- Pandangan mata ganda dan melotot, pembesaran tiroid, hipertensi, jantung berdebar-debar,
otot lemah, berkeringat yang berlebihan
- Td meningkat, nadi tidak teratur, perubahan di mata iritasi dan peka terhadap cahaya
bengkak.
- Rambut rontok
4. Penyebab :
- Konsumsi yodium yang berlebihan
- Tiroiditis pasca partum
- Toksik multinodular goiter
- Nodul tiroid
- Tumor
5. Komplikasi :
- (fahri kurniawan) dengan adanya komplikasi membuat aktivitas berhenti
- Dalam jangka panjang akan mengganggu sistem kardiovaskuler dan osteoporosis
- Di mata akan menyebabkan oxotalmos, di kulit akan graves dermopat, jika aktivitas
berlebihan akan menyebabkan kelelahan, kehilangan kesadaran, koma, pembesaran hati
disertai penyakit kuning yang ringan.
- Di mata jika mata melotot akan mudah kering, peradangan mata
6. Pathway :
7. Askep dan nurse plan :
- Pengkajian (fisik, riwayat terdahulu, dampak perubahan yang terjadi) diagnosa, bb menurun
diliat, upaya mengatasi iritabilitas, perbaikan status kondisi pasien, peningkatan kemampuan
untuk mengatasi keadaan pasien, perasaan menghargai diri sendiri, memberikan edukasi.
- Pengkajian : riwayat penyakit dan pemeriksaan, harus difokuskan di gejala gangguan
metabolisme, adanya pembesaran tiroid, pemeriksaan neurosensori
- Dikaji istirahat, sirkulasi pernafasan, eliminasi, integritas, gejalanya stres, masalah finansial,
dari makanan dan cairan, mual muntah, nafsu makan berkurang.
- Kecemasan dikaji untuk menegakkan diagnosa
- Diagnosa : merupakan dasar untuk menentukkan intervensi
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kepercayaan diri yang terganggu akibat
perubahan pada penampilan
- Ansietas, resiko ketidakseimbangan nutrisi, nyeri akut, resiko infeksi, gangguan komunikasi
verbal
- Resiko tinggi terhadap curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme dan peningkatan beban kerja jantung
- Kelelahan b/d hipermetabolik, dengan peningkatan kebutuhan energi, peka rangsang dari
saraf sehubungan dengan gangguan kimia
- Intervensi : perbaikan status nutrisi dengan memberi makan yang baik dan seimbang dengan
porsi kecil tapi sering, pemasukan cairan, hindari minuman yang berbumbu serta minuman
yang stimulan
- Resiko tinggi terhadap curah jantung, pantau td pada posisi baring, berdiri, duduk. Perhatikan
besarnya tekanan nadi, periksa adanya nyeri dada atau angina dan auskultasi suara nafas.
- Pantau ttv, catat perubahannya, ciptakan lingkungan tenang, istirahat sebanak-banyaknya jika
mungkin
- Memberi makan yang tidak terlalu padat dan memotivasi agar tercukupnya nutrisi di dalam
tubuh
- Sarankan untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat, kolab pemberian obat
8. Ebn :
1. IRK

2. DEFINISI

Hipertiroid adalah kondisi kelenjar tiroid yang terlalu aktif memproduksi hormon.Ini mengakibatkan
hormon tiroid dalam darah kita menjadi sangat tinggi, padahal jumlah yang dibutuhkannya sendikit.

Kelenjar tiroid terletak di leher.Ia menghasilkan hormon yang dilepaskan ke dalam aliran darah untuk
mengontrol pertumbuhan tubuh dan metabolisme. Penyakit hipertiroid atau overactive thyroid (tiroid
yang terlalu aktif) berarti tiroid Anda membuat terlalu banyak hormon tiroid.

Kelenjar tiroid sendiri berbentuk menyerupai kupu-kupu dan letaknya ada di bawah jakun.Ada beberapa
manfaat hormon tiroid, yaitu mengatur suhu tubuh hingga mengatur denyut jantung.

Penyakit hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.Kondisi yang sebaliknya pun bisa
terjadi, hipotiroid, dimana tiroid membuat terlalu sedikit hormon tiroid, biasanya hal ini disebabkan
operasi pengangkatan kelenjar tiroid.

3. TANDA DAN GEJALA

Seperti yang disebutkan di poin sebelumnya, penyakit hipertiroid terkadang tidak menunjukkan gejala
sama sekali. Meskipun demikian, Anda bisa memerhatikan sendiri dan waspada terkena hipertiroid jika
merasakan gejala hipertiroid berikut:

 Gugup, murung, lemah, atau lelah.


 Tangan tremor/bergetar, jantung berdetak cepat, atau mungkin memiliki masalah pernapasan.
 Panas dan berkeringat atau memiliki kulit gatal, merah dan hangat.
 Buang air besar (BAB) lebih banyak dari biasanya.
 Rambut rontok.
 Turun berat badan meskipun Anda makan sama atau lebih banyak dari biasanya.

Perlu menjadi catatan juga bahwa semua gejala tersebut tidak dirasakan semuanya oleh seseorang.Bisa
saja Anda hanya merasakan empat dari enam gejala hipertiroid yang disebutkan di atas.

Cara paling efektif untuk memastikannya adalah harus melakukan pemeriksaan ke dokter.

4.PENYEBAB
juga penyebabnya agar bisa terhindar dari penyakit hipertiroid. Secara umum, berikut ini adalah
penyebab hipertiroid:

 Penyakit Graves
 Tumor
 Ketidakseimbangan hormon (pemasukkan berlebihan dari hormon-hormon tiroid -
Pengeluaran abnormal dari TSH/Thyroid Stimulating Hormon)
 Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
 Asupan yodium yang berlebihan

Memiliki hormon tiroid berlebih dapat membuat banyak hal dalam kecepatan tubuh.Anda bisa
menurunkan berat badan dengan cepat, memiliki detak jantung yang cepat, berkeringat banyak, atau
merasa gugup dan moody.

Pada beberapa kasus, penderitanya tidak merasakan gejala sama sekali dan bahkan baru terdeteksi pada
saat melakukan pemeriksaan kesehatan.

5.KOMPLIKASI

Berhubungan dengan kardiovaskular


–Gagal Jantung Kongestif
–Fibrilasi Atrial
•Berhubungan dengan tulang
–Osteoporosis
•Berhubungan dengan mata
–Ophthalmopathy / Eksoftalmos
•Berhubungan dengan kulit
–Graves’ Dermopath

Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yangterjadi secara
tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :1.

Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan2.

Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa3.

Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)4.

Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan

6.ASKEP
1. PengkajianDS : insomnia, keletihan / kelelahanDO : takikardiaDS : nyeri dadaDO : takikardia, disritmia
(fibrilasi
atrium), palpitasi.D S : a d a n y a r i w a y a t f a c t o r s t r e s s y a n g b a r u d i a l a m i , t e r m a s
u k s a k i t f i s i k / p e m b e d a h a n , ketidakmampuan mengatasi stress.

DO : tanda ansietas misalnya gelisah, pucat, berkeringat, tremor / gemetar, suara gemetar,
emosilabil , depresi.DS : diareDO : konsistensi feses cair,DS : anoreksia, mual, BB menurun, nafsu makan meningkat,
makan banyak, kehausanDO : muntah, pembesaran tiroid, goiter, edema nonpitting terutama daerah pretibialDS : tidak
tahan panasDO : bicara cepat dan parauGangguan status mental dan prilaku seperti: bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang,delirium, psikosis, stupor. Koma.Tremor halus pada tanganDS : nyeri
orbital, fotofobiaDO : kelopak mata sulit menutupDS : mengeluh nafas terasa sesak DO : frekuensi pernafasan
meningkat, takipnea, dispneaDS : nafsu seks menurunDO : penurunan libido, hilangnya tanda – tanda
seks sekunder misalnya : berkurangnya rambut – rambut pada tubuh terutama pada
wanitaHipomenore,amenore dan impoten
2.Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hi
p e r m e t a b o l i s m e ; peningkatan beban kerja jantung; perubahan dalam arus balik vena dan tahan
vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.2.Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsumakan/pemasukan dengan penurunan berat
badan); mual muntah, diare3.Resti terhadap kerusakan integritas jaringan kornea b/d perubahan mekanisme
perlindungan darimata : kerusakan penutupan kelopak mata / eksoftalmus4.Resti terhadap perubahan proses pikir b/d
pola tidur

5.Cemas b.d faktor fisiologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek pseudokatekolamin darihormon
tiroid6.Perubahan Body image b.d perubahan fisik dan persepsi negative terhadap penyakitnya7.Intoleransi aktivitas
b.d penurunan cadangan energy akibat hipermetabolik, kelelahan.8.Resiko cedera b.d penurunan tonus otot,
tremor 9.Resiko hipertermia b.d peningkatan produksi panas akibat hipermetabolik 10.Resiko kerusakan
integritas kulit b.d peningkatan pengeluaran keringat, eritema, pruritus11.Perubahan sensori-persepsi : Visual
b.d exoptalmus, optalmopati12.Diare b.d hiperperistaltik sekunder akibat hipermetabolisme13.Gangguan
Pola Tidur b.d hiperaktivitas saraf simpatis3. Rencana PerawatanDari beberapa diagnose Perawatan yang
mungkin muncul pada pasien hipertiroid,
kelompok m e n yu s u n P e r e n c a n a a n t e r h a d a p 4 d i a g n o s a p e r a w a t a n ya i t u ; P e n u r u n a n
c u r a h j a n t u n g , Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan, Resti kerusakan integritas jaringan kornea,
dan restiterhadap perubahan proses pikir. Terlampir.4. ImplementasiDilaksanakan sesuai dengan rencana Tindakan.5.
EvaluasiPasien dapat mempertahankan curah jantung yang adekut sesuai dengan kebutuhan
tubuh yangditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal,
statusmental baik, tidak ada
disritmia. Nutrisi pasien adekuat, menunjukkan BB yang stabil disertai dengan nilai laboratorium
yangnormal dan terbebas dari tanda-tanda
malnutrisi.Pasien mampu memperthankan kelembaban membrane mukosa mata, terbebas dar
i ulkus,m a m p u m e n g i d e n t i f i k a s i k a n t i n d a k a n u n t u k m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n p a d
a m a t a d a n pencegahan
komplikasi.Pasien mampu mempertahankan orientasi realita umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir /perilaku dan factor penyebab.HIPERTIROIDDefinisiHipertiroid adalah respon jaringan-jaringan
tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid

yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain
adalah toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSHmeningkat,tiroditis
subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid.EtiologiLebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh
penyakit graves,suatu penyakit tiroidautoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan
hormone yang berlebihanPenyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:

Toksisitas pada strauma multinudular

Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang)

Adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)

Tomor sel benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-TSH) atauteratoma (yang
mengandung jarian tiroid fungsional)

Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat berhubungan denganhipertiroid
sementara pada fase awalManisfestasi klinisPada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada
orang usia lanjut, lebihdari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid,maka
keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah
:Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus

Penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik

Intoleransi panas dan banyak keringat

Papitasi,takikardi,aritmia jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin padasel-sel
miokardium

Amenorea dan infertilitas

Kelemahan otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)

Osteoporosis disertai nyeri tulang

• Konsumsi Yodium BerlebihanKelenjar tiroid memakai yodium untuk membuat hormon tiroid, bila konsumsi
yodium berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid. Kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya
si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroidiodarone (cordarone), suatu obat yangdigunakan
untuk gangguan irama jantung, juga mengandung banyak yodium dan bisamenimbulkan gangguan
tiroid.ASUHAN
KEPERAWATAN1.PENGKAJIANAktifitasgejala: Insomnia,sensitivitas meningkatSirkulasigejala: palpitasi
dan nyeri dadatadan: disritmia,takikardi saat istirahatIntergritas egogejala: mengalami stres yang berat baik
emosional maupuntanda: emosi labil,depresiMakanan/cairangejala: kehilangan berat badan yang
mendadak tanda: pembesaran tiroid,gointer,edema non-pittingterutama
daerah pretibial Neurosensorigejala: bicaranya cepat dan parau,ganguan status mental dan
perilaku,tremor halus pada tanganPernafasangajala: frekuensi pernafasan meningkan,dipneu,dipsneu,dan edema paru

Pemeriksaan diagnostik Tes ambilan RAI: Meningkat pd penyakit graves



& toksik goiter noduler,mnurun pdtiroiditisT4 dan T3 serum: meningkat

T4 dan T3 bebas serum:meningkat

TSH: tertekan dan tidak bereson pd TRH

Tiroglobulin: meningkat

Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jk TRH dr tidak ada sampai meningkan setelah pemberianTRH

Ambilan tiroid131:meningkat

ikatan protei iodiun : meningkat

gula darah:meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)

kortisol plasma: turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)

pemeriksaan fungsi heper : abnormal

elektrolit: hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal

atau efek dilusi dalamtera cairan pengganti.hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada kehilangan
melaluigastrointestinaldan diuresis

katekolamin serum: menurun

kreatinin urine: meningkat

EKG: fibrilasi atrium,waktu sistolik memendek,kardio megali

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak
terkontrol, keadaanhipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; perubahan dalam arus
balik vena dantahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.2.Kelelahan
b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang darisaraf sehubungan dengan
gangguan kimia tubuh3. PERENCANAANDP 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaanhipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; perubahan
dalam arus balik vena dantahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi
jantung.Tujuan asuhan keperawatan : mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan tubuh
yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisankapiler normal, stauts
mental baik, tidak ada disritmiaIntervensi RasionalMANDIRI

Pantan tekanan darah pada posisi baring,duduk,&berdiri jika memungkinkan

Pantau CVP jika klien menggunakannya

Periksa adanya nyeri dada a/ angina yang dikeluhka klien

Auskultasi suara jantung ,perhatikan adanya bunyi jantung tambahan adanya irama gollap &murmur
sistolik

Auskultasi suara nafasKOLABORASI

Berikan cairan melalui IV sesuai dng indikasi

Berikan obat sesuai dng idikasi

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi MANDIRI

Hipotensi umum dpt terjadi sbg akibat vasodilatasi perifer yg berlebihan & panurunanvolome sirkulasi


Memberikan ukuran volume sirkulasi yg langsung & lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung pula

Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung

S1 dan murmur yg menonjol b’hub dng curah jantung meningkat pd keadaanhipermetabolikadanya S3 sbgai tanda
adanya kemungkinan gagal jantung

Tanda awal adanya kongesti paru yg berhub dgn timbulnya gagal jantungKOLABORASI

Pemberian cairan IV dng cpt perlu u/ memperbaiki volume sirkulasitetapi harus di imbangidng perhatian terhadap
tanda & gejala gagal jantungDP 2. Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi; peka rangsang darisaraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.Tujuan asuhan keperawatan :
Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi,menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam melakukan aktifitas.Data penunjang : mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan
rutinitasumum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilakugelisah, kerusakan
kemampuan untuk berkonsentrasi.Intervensi RasionalMANDIRI

Pantau tanda vital & catat tanda vital baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas

Catat berkembangnya Takipnue,dipneu,pucat,dan sianosis

Berikan/ciptakan lingkungan yg tenang;ruangan dingin,turunkan stimulasi sensori,warna2 ygsejuk,musik
santai

Sarankan klien u/ mengurangi aktivitas & meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak2nya
jk memungkinkan

Berikan tindakan yg membuat klien nyaman,separti;sentuhan bedak yg sujuk KOLABORASI

Barikan obat sesuai dengan indikasiEx :sedatif : fenobarbital(luminal),MANDIRI

Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat,takikar(diatas 160x/menit) mungkinakan ditamukan

Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan di tingkatkan pada keadaan hipermetabolik,ygmrpakan potensial
akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas

Menurunkan stimulasi yangkemungkinan besar dpt menimbulkan agitasi,hiperaktif,daninsomni

Membantu malawan pengaruh dan meningkatkan metabolisme

Dpt menurunkan energi dlm saraf dan sulanjutnya meningkatkan rilaksasiKOLABORASI• u/
mengatasi keadaan(gugup),htperktif,dan insomniaEVALUASICurah jantung adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh yang ditandai

• dengan TTV stabil,denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik, tidak
ada disritmia.Kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas

•DAFTARPUSTAKADoenges,ME and moorhouse,MF: Rencana asuhan keperawatan,ed 3,jakarta:EGC,1999


λ

Price,SA and wilson,LM; Patofisiologi: konsp klinis prose-proses penyakit,vol2,jakarta:EGC,2005


λ

2.1 Definisi
Menurut Martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan denganmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasikardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan
oleh penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik menjadi bagian
pentingnya walaupun dengan frekuensi yangsedikit.Hipertiroidisme adalah kondisi di mana
kerja hormon tiroid mengakibatkan respons yang lebih besar dari keadaan normal (Hudak & Gallo, ….
2.2 Klasifikasia.
Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zatantibodi
menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksihormon tiroid terus
menerus.
Graves’ disease
lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia
20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapatmempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodimenyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
1.
Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai denganrasa
nyeri.Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c.
Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi
hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejalamenghilang setelah beberapa bulan,
tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d.
Postpartum Thyroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya
kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
2.3 Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit tiroidautoimun yang
antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.Penyebab hipertiroid
lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:

7. EBN

8. PATHWAY

9. NURSING CARE

Cara Mengatasi Hipertiroid


Jika Anda memiliki gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter.Ada beberapa pilihan
terapi yang biasanya diberikan untuk penderita penyakit hipertiroid, yaitu obat
antitiroid, yodium radioaktif dan pembedahan.Yodium radioaktif dan obat antitiroid
adalah yang paling sering digunakan.

Pengobatan terbaik untuk Anda akan tergantung pada sejumlah hal, termasuk usia
Anda. Beberapa orang membutuhkan lebih dari satu jenis perawatan.Tanpa
pengobatan, hipertiroid bisa menyebabkan masalah-masalah yang serius seperti
masalah jantung, masalah tulang, dan kondisi berbahaya yang disebut thyroid
storm (badai tiroid).
Pengobatan Hipertiroid
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait pengobatan penyakit hipertiroid.
Tidak bisa sembarangan karena pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan
usia, gejala, dan kadar hormon dalam tubuh.

Beberapa jenis pengobatan hipertiroid di antaranya:

1. Thionamide

Ini adalah jenis obat yang mampu menekan produksi hormon tiroksin dan
triiodotironin. Dokter akan memberikan dosis yang disesuaikan dengan produksi
hormon dan dosisnya akan diturunkan secara berkala. Umumnya, obat jenis ini perlu
dikonsumsi setidaknya 1- 2 bulan.

2. Radioterapi

Pengobatan hipertiroid yang satu ini dilakukan untuk mengurangi kadar hormon tiroid
yang dihasilkan dan juga untuk mengurangi kelenjar tiroid. Pengobatannya sendiri
bisa berbentuk kapsul maupun cair.
NAMA : TIANA PUTRI LADJAMU (5B)

NIM : 04.17.4537

LO KASUS I TUTORIAL KMB II :

1. IRK
Jawaban :
Rasulullah Salaullah alaihi wa sallam bersabda :
“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga menurunkan Penawarnya.” (H.R.
Bukhori)
2. Konsep hipertiroidisme :
- Definisi
Jawaban :
Hipertiroidisme adalah penyakit dimana kelebihan produksi hormone tiroid yang disebabkan
oleh penyakit graves, suatu gangguan autoimun ketika antibody automiun meniru efek TSH
pituitary, sehingga menstimulasi pelepasan hormone tiroid berlebihan (Medeiros-Neto et
al.,2011)
Sumber :Medeiros-Neto,G.,Romaldini,J.H. dan Abalovich, M . (2011). Highlights of the
guidelines on the management of hyperthyroidism and the othe causes of
thyrotoxicosis.Throid. 21(6) : 581-584
- Penyebab :
Jawaban :
Kangker tiroid,tiroiditis viral, dan tiroiditis pascapartum . (Medeiros-Neto et al.,2011)
Sumber :Medeiros-Neto,G.,Romaldini,J.H. dan Abalovich, M . (2011). Highlights of the
guidelines on the management of hyperthyroidism and the othe causes of t
hyrotoxicosis.Throid. 21(6) : 581-584

- Komplikasi
Jawaban :
Dalam jangka panjang dapat meliputi pada penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis.
(Boelaert dan Franklyn, 2005)
Sumber : Boelaert, K. dan Franklyn,J.A. (2005). Starling review : Thyroid hormone in
health and disease. Journal of Endocrinology. 1(187):1-5
- Tanda dan gejala
Jawaban :
- Kehilangan BB meskipun mengalami peningkatan nafsu makan, sering BAB , mual
dan muntah
- Sesak nafas
- Cemas, gelisah,insomnia
- Tremor, dan intolerans terhadap panas.
Sumber : Nair , M. dan Peate, I. (2015). Dasar-Dasar Patofisiologis Terapan
.Jakarta : Bumi Medika.
3. Pathway
Jawaban :

4. Asuhan keperawatan
- Pengkajian
Jawab :

Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang

dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :


A. Pengkajian

1. Aktivitas atau istirahat

 Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi,


Kelelahan berat
 Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi

 Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)


 Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis)

3. Eliminasi

 Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,


kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen,
Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare )

4. Integritas / Ego

 Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
 Tanda : Ansietas peka rangsang

5. Makanan / Cairan

 Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid )
 Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis,
bau buah ( napas aseton)

6. Neurosensori

 Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan
 Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan
memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;
koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)

7. Nyeri / Kenyamanan

 Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan

 Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen


(tergantung adanya infeksi atau tidak)
 Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat

9. Keamanan

 Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit


 Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )

10. Seksualitas

 Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan
orgasme pada wanita
 Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma :
positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat

- Diagnose keperawatan
Jawaban :

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme

adalah sebagai berikut :

3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan)
- Intervensi
Jawaban :
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
 Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria :
- Nadi perifer dapat teraba normal.
- Vital sign dalam batas normal.
- Pengisian kapiler normal
- Status mental baik
- Tidak ada disritmia

Intervensi :

e. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan
besarnya tekanan nadi
 Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer
yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
f. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
 Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
iskemia
g. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan
produksi urine dan hipotensi
 Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung
h. Catat masukan dan haluaran
 Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat

4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan)
 Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
- Nafsu makan baik.
- Berat badan normal
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi :

d. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah


 Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi
resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
e. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
 Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
f. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
 Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
- Implentasi

- Evaluasi :
Jawaban :

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Dari intervensi dan implementasi diharapkan Klien akan mempertahankan curah jantung
yang adekuat sesuai dengan kebutuhan Tubuh
2. Dari intervensi dan implementasi diharapkan Klien akan menunjukkan berat badan stabil

5. EBN
Jawaban :
HIPERTIROIDISME

Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila
suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik
terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
Penyebab
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif
dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang over aktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.Wanita 5 kali lebih sering
daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoimun, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu Tyroid Stimulating Immunogirobulin (TSI antibodies),
Thyroid Peroksidase Antibodies (TPO) dan TSH Receptor Antibodies (TRAB). Pencetus kelainan
ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar,
terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini
sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormone tiroid.Gangguan kulit
menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

2. Toxic Nodular Goiter


Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum
hormon tiroid dengan tujuan menurunkan berat badan hingga timbul efek samping.

4. Produksi TSH yang Abnormal


Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)


Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan. Dimana
pada fase awal timbul keluhan hipertiroid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hipotiroid.

6. Konsumsi Yodium Berlebihan


Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm).Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis.Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi
secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan
segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badai tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau
karena pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
- Infeksi - Diabetes yang kurang terkendali
- Pembedahan
- Stress
- Ketakutan
- Kehamilan atau persalinan\

Tanda dan gejala


 Banyak keringat
 Tidak tahan panas
 Sering BAB, kadang diare
 Jari tangan gementar (tremor)
 Nervous, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
 Jantung berdebar cepat
 Haid menjadi tidak teratur
 Bola mata menonjol dapat disertai dengan penglihatan ganda
 Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 tahun
 Tekanan darah meningkat
 Denyut nadi cepat, seringkali >100x/menit
 Berat badan turun, meskipun banyak makan
 Otot lemas, terutama lengan atas dan paha
 Rambut rontok
 Kulit halus dan tipis
 Pikiran sukar konsentrasi
 Kehamilan sering berakhir dengan keguguran
 Terjadi perubahan pada mata bertambahnya pembentukan air mata, iritasidan peka
terhadap cahaya

Evaluasi

A. Pengkajian

1. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang meningkat, hal ini
mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien yang mudah tersinggung (irritabel) dan
peningkatan reaksi emosionalnya.
2. Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat dan teman
sekerjanya.
3. Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan kemampuan klie unruk
mengatasinya.
4. Kaji status nutris
5. Kaji timbulnya gejala yang b.d haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan
dan penampakkan mata.
6. Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi jantung, dan denyut
nadi perifer.
7. Kaji kondisi emosional dan psikologis.
8. Pengkajian klien juga ditujukan untuk mendeteksi iritabilitas, ansietas, gangguan tidur, apati, dan letargi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju metabolisme yang
meningkat, selera makan yang berlebihan, dan aktivitas gastrointestinal yang bertambah.
2. Upaya mengatasi iritabilitas, hipereksitabilitas, kekhawatiran dan ketidakstabilan emosi yang tidak
efektif.
3. Kepercayaan diri yang terganggu akibat perubahan pada penampilan, selera makan yang berlebihan dan
penurunan berat badan.
4. Perubahan suhu tubuh

C. Perencanaan Dan Implementasi

Tujuan

1. Perbaikan status nutrisi


2. Peningkatan kemampuan untuk mengatasi keadaan
3. Peraasaan menghargai diri sendiri yang bertambah
4. Suhu tubuh normal dan tidak adanya komplikasi

D. Intervensi Keperawatan

1. Memperbaiki status nutrisi


a. Berikan makan dengan gizi yang baik dan seimang 9porsi kecil tapi sering tidak lebih 6 x sehari)
b. Pilihlah makanan dan cairan untuk menggantikan cairan yang hilang melalui diare serta diaforesis dan
untuk mengendalikan diare akibat peningkatan peristaltik usus.
c. Untuk menghindari diare  Hindari makanan yang berbumbu serta minuman stimulan spt kopi, coca
cola, the dan alkohol
d. Ciptakan suasanan yang tenan saat makan.
2. Meningkatkan tindakan koping
a. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga bahwa reaksi emosional yang dialami merupakan akibat dari
penyakit dan bahwa terapi yang efektif akan mengendalikan gejala tersebut.
b. Lakukan pendekatan dengan cara tenang dan tiadk tergesa-gesa.
c. Hindarkan klien pada situasi yang dapat menyebabkan stress
d. Isolasi klien dari klien lain yang memiliki penyakit parah atau banyak bicara.
e. Pertahankan lingkungan yang tenang seperti mengurangi suara yang keras.
f. Jika dilakukan pembedahan  jelaskan pada klien tentang pembedahan yang akan dilakukan.
3. Memperbaiki harga diri
a. Tunjukkan perasan empati dan ekspresikan keinginan membantu dalam menghadapi masalah tersebut.
b. Informasikan pda klien dan keluarga bahwa perubahan ini terjadi akibat gangguan kelenjat tiroid.
c. Jika perubahan penampilan sudah sangat mengganggu  singkirkan semua cermin dikamar kllien dan
anjurkan kelurga dan petugas kesehatan lainnya untuk tidak menyinggung perubahan yang terjadi
disepan klien.
d. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa sebagaian besar perubahan ini diperkirakakan akan menghilang
setelah terapi berhasil dengan baik..
e. Lakukan perlindungan dan perawatan pada mata (billa mata mengalami perubahan) ajarkan cara-cara
penggunaan obat tetes dan salep mata untuk melindungi kornea yang terpajan.
f. Usahakan agar klien dapat makan tanpa diihat oleh orang lain (klien memiliki napsu makan yang besar)
dan anjurkan perawat dan keluarga untuk tidak berkomentar saat klien makan  kemungkinan klien
akan malu karena makan dengan porsi besar)
4. Mempertahankan suhu tubuh normal
a. Atur suhu kamar agar tetap nyaman dan sejuk
b. Sediakan sprei, sarung bantal serta pakaian yang baru sesuai dengan keperluan (klien selalu merasa
gerah karena peningkatan laju metabolisme)
c. Siapkan air mandi yang sejuk, minuman yang sejuk atau dingin.
d. Observasi suhu tubuh klien.
e. Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien.
5. Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan dirumah
a. Ajarkan cara pengobatan dan kapan menggunakan obat yang diresepkan.
b. Jelaskan efek terapi yang diharapkan selain efek sampin yang mungkin timbul dari pengobatan yang
dilakukan.
c. Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan efek samping yang terjadi dari pengobatan.
d. Ajarkan klien untuk menghindari situasi yang dapat menyebabkan krisis tirotoksik yang dapat
membawa kematian.
e. Observasi pemahaman klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan dan kepatuhan untuk
mematuhi program pengobatan serta pemantauan tindak lanjut yang dianjurkan.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan

1. Memperbaiki status nutrisi


a. Melaporkan asupan diet yang adekuat dan berkurangnya rasa lapar
b. Mengenali makanan tinggi kalori tinggi protein dan makanan yang harus dihindari
c. Menghindari penggunaan alkohol dan minuma stimulan lain.
d. Melaporkan berkurangnya kejadian diare

2. Memperlihatkan koping yang efektif dalam menghadapi keluarga, sahabat, dan teman kerja.
a. Menjelaskan penyebab timbulnya perasaan mudah tersinggung dan ketidak stabilan emosi.
b. Menghindari situasi, kejadian, individu yang menimbulkan stress.
c. Berpartisipasi dalam kegiatan yang menghasilkan relaksasi dan tidak menimbulkan stress

3. Mencapai peningkatan harga diri.


a. Mengungkapkan dengan kata-kata perasaan tentang diri sendiri dan sakit yang dideritanya.
b. Menjelaskan perasaan frustasi dan kehilangan kontrol dalam menghadapi orang lain.
c. Menjelaskan alasan yang mendasari peningkatan selera makannya.

4. Mepertahankan suhu tubuh yang normal


5. Tidak ada komplikasi.
a. Kadar hormon tiroid dalam serum dalam batas normal
b. Menyebutkan tanda dan gejala krisis tirotoksik serta hipotiroidisme.
c. Tanda-tanda vital, hasil EKG, gas darah arteri, serta pulsa oksimetri berada daam bats-batas normal
Menyebutkan pentingnya tindak lanjut yang teratur dan mempertahankan terapi yang
diprogramkan
Definisi

Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar endokrin yang


disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secara berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2% pria di seluruh populasi dengan insiden
munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh orang penderita tiap satu juta populasi (Fumarola
et al, 2010).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif.Kondisi ini menyebabkan beberapa
perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
(Bararah, 2009).
1. Penyebab
Berdasarkan etiologinya hipertiroidisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, secara umum
hipertiroidisme yang paling banyak ditemukan adalah Graves’ Disease, toxic adenoma, dan
multinodular goiter.
a. Graves’ Disease Graves’ disease merupakan penyebab utama hipertiroidisme karena sekitar
80% kasus hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves’ disease. Penyakit ini biasanya
terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroid keluarga, dan adanya penyakit
autoimun lainnya misalnya diabetes mellitus tipe 1 (Fumarola et al, 2010).
Graves’ disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar hormon tiroid
yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya thyroid stimulating
antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH (TSHr). Aktivasi
reseptor TSH oleh TSAb memicu perkembangan dan peningkakan aktivitas sel-sel tiroid
menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid melebihi normal. (Bahn et al, 2011).
b. Toxic Adenoma
Pada pasien toxic adenoma ditemukan adanya nodul yang dapat memproduksi hormon
tiroid.Nodul didefinisikan sebagai masa berupa folikel tiroid yang memiliki fungsi otonom
dan fungsinya tidak terpengaruhi oleh kerja TSH (Sherman dan Talbert, 2008).
c. Toxic Multinodular Goiter
Selain Grave’s Disease dan toxic adenoma, toxic multinodular goiter merupakan salah satu
penyebab hipertiroidisme yang paling umum di dunia.Secara patologis toxic multinodular
goiter mirip dengan toxic adenoma karena ditemukan adanya nodul yang menghasilkan
hormon tiroid secara berlebihan, namun pada toxic multinodular goiter ditemukan beberapa
nodul yang dapat dideteksi baik secara palpasi maupun ultrasonografi.Penyebab utama dari
kondisi ini adalah faktor genetik dan defisiensi iodine.
d. Hipertiroidisme Subklinis
Graves’ Disease, toxic adenoma, dan toxic multinodular goiter merupakan penyebab utama
hipertiroidisme utama di seluruh dunia dan termasuk dalam jenis overt hyperthyroidism. Pada
hipertiroidisme jenis ini, kadar TSH ditemukan rendah atau tidak terdeteksi disertai
peningkatan kadar T4 dan T3 bebas (Bahn et al, 2011).
2. Tanda dan gejala
3. Tanda dan Gejala Klinis
Hormon tiroid memiliki peranan yang vital dalam mengatur metabolisme tubuh.
Peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah memacu peningkatan kecepatan metabolisme di
seluruh tubuh. Salah satu gejala yang umum ditemui pada penderita hipertiroid adalah intoleransi
panas dan berkeringat berlebihan karena peningkatan kadar tiroid memacu peningkatan basal
metabolic rate. Selain itu hipertiroidisme juga mempengaruhi sistem kardiorespiratori
menyebabkan kondisi palpitasi, takikardi dan dyspnea umum ditemukan pada pasien
hipertiroidisme (Nayak dan Burman, 2006).
4. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm).Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis.Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.Krisis tiroid. (Anonim,2008).
5. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada seorang
klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses keperawatan
merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan.
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan
identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanandarah dengan
tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning,
poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

4. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus,
penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
6. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan
penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori
baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang (
tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang
gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang
menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial.Diagnosis keperawatan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid adalah sebagai
berikut (Carpenito, 2007):
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan
bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien.
Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengankebutuhan
tubuh.
Kriteria hasil:
1) Nadi perifer dapat teraba normal
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf
sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
2) Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3) Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
4) Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan
meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak sejuk.
6) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal
klordiazepoxsida (librium).
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal dan
terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1) Auskultasi bising usus
2) Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mualmuntah.
3) Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya
penurunan berat badan
4) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein,
karbohidrat dan vitamin
5) Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan mampu
mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:
1) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan penutupan
kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
4) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH, prednison, obat
anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu
mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1) Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.
3) Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4) Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.
5) Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
3) Identifikasi sumber stress
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan
dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat ,2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi
proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi
akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang
dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk
mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam
2008).
6. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan
dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).

7. PATHWAY

Tiroiditis Penyakit Graves (Antibody Nodul tiroid toksik


reseptor TSH merangsang
aktivitas tiroid)

Sekresi hormon tiroid yang


berlebihan

Hipertiroidisme

Hipermetabolisme Gerakan kelopak mata


Aktivitas simpatik
meningkat relative lambat
berlebihan
terhadap bola mata
8. JURNAL
Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid
Association between Thyroid Status and Glucose Intolerance in Hyperthyroid Patients
Wismandari Wisnu1, Pradana Soewondo1, Imam Subekti1 Divisi Metabolik Endokrin
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta

Kesimpulan :
Terdapat hubungan bermakna antara status klinis tiroid dengan kejadian intoleransi
glukosa pada pasien hipertiroid. Proporsi intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid yang status
klinisnya masih hipertiroid dan eutiroid/hipertiroid subklinis masing-masing adalah 52,5% dan
20%. Pasien hipertiroid yang status klinisnya sudah eutiroid atau hipertiroid subklinis
mempunyai risiko yang sama dengan orang sehat untuk terjadinya intoleransi glukosa. Dengan
demikian, disarankan evaluasi pemeriksaan klinis dan laboratorium intoleransi glukosa dilakukan
pada pasien hipertiroid secara rutin. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut jenis kohort
untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang memengaruhi kejadian intoleransi glukosa pada
penyakit tiroid.
JURNAL :

LAPORAN PENELITIAN

Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid

Association between Thyroid Status and Glucose Intolerance in Hyperthyroid Patients

Wismandari Wisnu1, Pradana Soewondo1, Imam Subekti1


1Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Korespondensi :
Wismandari Wisnu. Divisi Metabolik – Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RS dr. Cipto Mangunkusumo. Jln Pangeran Diponegoro 71, Jakarta
10430, Indonesia. Email: wisma_slamet@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan. Diabetes melitus (DM) dan penyakit tiroid adalah dua kelainan endokrinopati yang
paling sering ditemukan pada populasi dewasa. Hipertiroid akan memperburuk kontrol glukosa darah
dan meningkatkan kebutuhan insulin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status tiroid
dengan kejadian intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid dan membandingkannya dengan pasien
hipertiroid yang telah mencapai status klinis eutiroid dan populasi normal.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien hipertiroid rawat jalan dengan
status hormonal hipertiroid, pasien hipertiroid dengan status hormonal eutiroid/hipertiroid subklinis dan
subjek sehat dengan matching terhadap jenis kelamin dan umur. Dilakukan pemeriksaan FT4 dan TSH
serta TTGO dengan 75 gram glukosa pada jam ke 0 dan ke 2. Sedangkan resistensi insulin ditentukan
berdasarkan perhitungan insulin puasa dan Homeostatis Model Assessment-Insulin Resistance. Analisis
dilakukan dengan program SPSS 20.0 for windows.
Hasil. Penelitian ini mengumpulkan 114 subjek yang terdiri dari 40 pasien hipertiroid, 40 pasien
eutiroid/hipertiroid subklinis, dan 34 sukarelawan sehat. Angka kejadian intoleransi glukosa pada
kelompok Hipertiroid adalah 52,5% (10% DM, 32,5% toleransi glukosa terganggu (TGT), dan 10%
glukosa darah puasa terganggu (GDPT)). Sedangkan, pada kelompok Eutiroid/ Hipertiroid Subklinis
adalah 20% (5% DM, 15% TGT, dan 0% GDPT) dan pada kelompok sukarelawan sehat adalah 11,8%
(0% DM, 8,8% TGT, dan 2,9% GDPT). Hasil analisis menunjukkan bahwa intoleransi glukosa pada
kelompok hipertiroid berbeda bermakna dibandingkan kelompok Eutiroid/Hipertiroid Subklinis
(p=0,002). Sementara itu, hubungan antara status klinis tiroid dengan intoleransi glukosa pada kelompok
tanpa resistensi insulin juga bermakna secara klinis maupun statistik (p=0,004).
Simpulan. Terdapat hubungan bermakna antara status tiroid dengan kejadian intoleransi glukosa pada
pasien hipertiroid dan pasien hipertiroid yang status klinisnya sudah eutiroid/hipertiroid subklinis
mempunyai risiko yang sama dengan orang sehat untuk terjadinya intoleransi glukosa.
Kata Kunci: Hipertiroid, Intoleransi glukosa, Resistensi Insulin

ABSTRACT
Introduction. The most common endocrinopathy in adults are diabetes mellitus (DM) and thyroid
disease. Hyperthyroidism decreases blood glucose control and increased the need of insulin. However,
the mechanism of abnormal glucose metabolism in hyperthyroidism is not fully understood. This study
aims to determine the relationship of thyroid status with incidence of glucose intolerance in
hyperthyroid patients compared to hyperthyroid patients who have achieved clinical status of eutyroid
and normal population.
Methods. This study was cross sectional design in outpatients with hyperthyroidism in hyperthyroid and
euthyroid/subclinical hyperthyroid status, and healthy volunteers who had matching age and sex. An
oral glucose test and Homeostatic Model Assesment Insulin Resistance was performed after the
diagnosis of hyperthyroidism by FT4 and TSH measurement. Data analysis was performed using SPSS
for Windows version 20.0.
Results. There were 114 eligible patients (40 case hyperthyroid, 40 case euthyroidism/subclinical
hyperthyroidism and 34 healthy subjects). Proportion of glucose intolerance in hyperthyroidism is
52,5% (10% DM, 32,5% impaired glucose

tolerance (IGT), and 10% impaired fasting glucose (IFG)), in euthyroidism/subclinical hyperthyroidism
was 20% (5% DM, 15% IGT, and 0% IFG), and in healthy subjects was 11,8% (0% DM, 8,8% IGT, and
2,9% IFG). Glucose intolerance in hyperthyroidism was significantly different than
euthyroidism/subclinical hyperthyroidism (p=0.002). We also found that the association between thyroid
status and glucose intolerance in the group without insulin resistance was significantly different
(p=0.004).
Conclusions. Our study conclude that there is association between hyperthyroidism and glucose
intolerance. Hyperthyroid patients in euthyroidism/subclinical hyperthyroidism status have the same risk
as the healthy subject to became glucose intolerance.
Keywords: Glucose Intolerance, Hyperthyroidism, Insulin Resistance

tolerance (IGT), and 10% impaired fasting glucose (IFG)), in euthyroidism/subclinical hyperthyroidism
was 20% (5% DM, 15% IGT, and 0% IFG), and in healthy subjects was 11,8% (0% DM, 8,8% IGT, and
2,9% IFG). Glucose intolerance in hyperthyroidism was significantly different than
euthyroidism/subclinical hyperthyroidism (p=0.002). We also found that the association between thyroid
status and glucose intolerance in the group without insulin resistance was significantly different
(p=0.004).
Conclusions. Our study conclude that there is association between hyperthyroidism and glucose
intolerance. Hyperthyroid patients in euthyroidism/subclinical hyperthyroidism status have the same risk
as the healthy subject to became glucose intolerance.
Keywords: Glucose Intolerance, Hyperthyroidism, Insulin Resistance
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) dan penyakit tiroid adalah dua kelainan endokrinopati yang
paling sering ditemukan pada populasi dewasa. Diketahui bahwa kerja hormon insulin dan
tiroid saling memengaruhi pada metabolisme seluler. Hal ini menyebabkan hormon
tersebut menjadi berlebihan atau kekurangan yang nantinya akan mengakibatkan gangguan
fungsi baik kerja hormon itu sendiri maupun tiroid.1 2
Istilah tirotoksikosis menyangkut berbagai gejala klinis yang merupakan manifestasi
kelebihan hormon tiroid. Sementara hipertiroid adalah tirotoksikosis yang disertai
hiperaktivitas kelenjar tiroid. Berbagai keadaan dapat menyebabkan hipertiroid misalnya
penyakit graves (tersering), adenoma toksik, struma multinodosa toksik, dan tiroiditis.3
Hormon tiroid maupun insulin mempunyai peranan penting dalam metabolisme
seluler. Disfungsi tiroid akan memberikan pengaruh negatif terhadap pengendalian DM dan
pengendalian glukosa yang buruk akan memberikan pengaruh buruk pada kerja hormon
tiroid. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara disfungsi tiroid dengan
metabolisme karbohidrat dan juga lipid. Namun, karena mekanismenya masih belum jelas,
maka dipertanyakan apakah temuan-temuan tersebut bukan merupakan suatu kebetulan.4 5
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui keterkaitan intoleransi glukosa
dan hipertiroid secara lebih mendalam. Penelitian yang telah dilakukan masih sangat
sedikit, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri belum ada data
mengenai prevalensi intoleransi glukosa pada hipertiroid. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan status tiroid dengan kejadian intoleransi glukosa
pada pasien hipertiroid dan membandingkannya dengan pasien hipertiroid yang telah
mencapai status klinis eutiroid dan populasi normal. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi awal untuk selanjutnya dapat dilanjutkan dengan penelitian-
penelitian lain.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian potong lintang, deskriptif analitik.
Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Tiroid Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr.
Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta pada Maret-Oktober 2008 dan pengolahan
data dilakukan tahun 2016. Sampel adalah pasien dengan diagnosis awal hipertiroid yang
berobat jalan di poliklinik Metabolik Endokrin RSUPNCM Jakarta dan memenuhi kriteria
pemilihan subjek penelitian ini. Kriteria penerimaan pada penelitian ini yaitu pasien dengan
diagnosis awal hipertiroidism dan umur >17 tahun. Sementara itu, kriteria penolakan
adalah pasien dengan status klinis tiroid dan laboratorium hipotiroid, lingkar pinggang >90
cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita, mengalami kondisi sakit berat seperti ketoasidosis
diabetes melitus, hiperosmolar non-ketotik, krisis tiroid atau sepsis, dan hemodinamik tidak
stabil. Pasien hamil atau menyusui juga dieksklusi dari penelitian ini.
Seluruh peserta penelitian dilengkapi data, nama, usia, riwayat DM dalam keluarga, tinggi
badan, berat badan, dan lingkar pinggang. Peserta puasa selama minimal 8 jam dan datang
pada keesokan harinya untuk pemeriksaan. Ketika datang, pasien diperiksa kadar gula
darah puasa, setelah itu pasien minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 cc
selama 5 menit. Dua jam pasca pembebanan glukosa, pasien diperiksa kadar FT4, TSHs,
dan gula darah. Setelah ada hasil pemeriksaan laboratorium, pasien penelitian akan dibagi
menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah pasien dengan status klinis eutiroid dan
hipertiroid subklinis, sedangkan kelompok kedua adalah pasien dengan status klinis masih
hipertiroid. Selain itu, pada penelitian ini juga dibuat kelompok ketiga yang merupakan
kontrol, yaitu orang-orang yang tidak pernah didiagnosis dan secara klinis tidak didapatkan
sakit tiroid.
Data hasil penelitian dicatat dalam formulir penelitian dan seluruh proses pengumpulan dan
analisis data dilakukan tahun 2016 dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows.
Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearance dari Panitia Etik Penelitian Kedokteran
FKUI.

HASIL
Didapatkan 80 subjek pasien hipertiroid, yaitu 40 subjek yang status klinisnya masih
hipertiroid dan 40 subjek yang status klinisnya sudah eutiroid atau hipertiroid subklinis,
dan terdapat 34 subjek sebagai kontrol. Hanya terdapat satu subjek yang sudah didiagnosis
diabetes sebelumnya dan subjek ini terdapat pada kelompok eutiroid. Terdapat enam subjek
(15%) hipertensi pada kelompok hipertiroid, tiga subjek (7,5%) pada kelompok
eutiroid/hipertiroid subklinis, dan tiga subjek (8,8%) pada kelompok kontrol (Tabel 1).
Nilai tengah ft4 (2,66 vs. 1,21) pada kelompok hipertroid lebih tinggi dibandingkan
kelompok eutroid/hipertroid subklinis.
Untuk nilai insulin puasa didapatkan sebaran datanya tidak normal, baik pada
kelompok hipertiroid maupun pada kelompok eutiroid/hipetiroid subklinis, sedangkan
kadar insulin puasa pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Nilai median kadar insulin
puasa pada kelompok hipertiroid adalah 4,35 μIU/L (rentang 2-20 μIU/L), dan nilai median
kadar insulin puasa pada kelompok eutiroid/hipertiroid subklinis adalah 5,05 μIU/L
(rentang 2-18,9 μIU/L).
Nilai Homeostatic Model Assessment of insulin resistance (HOMA-IR) didapatkan
dari perhitungan nilai glukosa darah puasa (mmol/L) dikalikan kadar insulin puasa
(μIU/mL), hasilnya dibagi dengan koefisien 22,5. Sebaran nilai HOMA-R tidak normal
karena itu digunakan nilai median. Karakteristik subjek selengkapnya disajikan pada Tabel
1.
Pada Tabel 2 didapatkan bahwa jika dibandingkan antara kelompok
eutiroid/hipertiroid subklinis dan kontrol, angka kejadian intoleransi glukosa pada
kelompok hipertiroid adalah yang terbanyak, yaitu empat subjek (10%) DM, 13 subjek
(32,5%) toleransi glukosa terganggu (TGT), dan empat subjek (10%) dan 10% glukosa
darah puasa terganggu (GDPT). Sedangkan, pada kelompok eutiroid/hipertiroid subklinis
terdapat dua subjek (5%) DM, enam subjek (15%) TGT dan tidak didapatkan subjek
dengan GDPT. Sementara itu pada kelompok kontrol, terdapat tiga subjek (8,8%) TGT,
satu subjek (2,9%) GDPT, dan tidak didapatkan subjek dengan DM.
Tabel 3 menunjukkan persentase intoleransi insulin pada masing-masing kelompok.
Sementara itu, gambaran perbedaan proporsi status klinis tiroid subjek saat penelitian yaitu
hipertiroid, eutiroid/hipertiroid subklinis, dan kontrol di antara kelompok intoleransi
glukosa dan toleransi glukosa normal disajikan pada Tabel 4.
Pada penelitian ini diidentifikasi resistensi insulin sebagai variabel perancu. Dan untuk
menyingkirkan perancu ini dilakukan teknik stratifikasi. Tabel 5 menggambarkan rerata
nilai HOMA-R pada kelompok intoleransi glukosa dan kelompok toleransi glukosa normal.
Pada Tabel 5 diketahui bahwa rasio prevalens (PR) pada kelompok resistensi insulin (2,0)
lebih kecil dibandingkan rasio prevalens pada semua (2,33), sedangkan rasio prevalens
pada kelompok tanpa resistensi insulin (2,43) lebih besar dibandingkan rasio prevalens
semua.
Tabel 2. Frekuensi distribusi komponen intoleransi glukosa pada kelompok
hipertiroid, eutiroid/hipertiroid subklinis dan kontrol
Kelom Kategori
pok
D TGT GDPT Norm
M al
Hiperti 4 13 4 19
roid (10%) (32,5% (10%) (47,5%
) )
Eutiroi 2 (5%) 6 0 (0%) 32
d/ (15%) (80%)
Hiperti
roid
Subkli
nis
Kontro 0 (0%) 3 1 30
l (2,9%) (88,2%
(8,8%)
)
Wismandari Wisnu, Pradana Soewondo, Imam Subekti
Eutiroid/ 8 (20) 32 (80)
hipertiroid
subklinis
Eutiroid/ Hipertiroid subkinis dan kontrol
Eutiroi 8 (20) 32 1,70 0,338
d/ (80) (0,56-
Hipert 5,52)
iroid
subkli
nis
Kontrol 4 (11,8) 30 (88,2)
secara keseluruhan pada kelompok hipertiroid adalah 21 dari 40 subjek (52,5%),
diikuti kelompok eutiroid/ hipertiroid subklinis 8 dari 40 subjek (20%) dan kelompok
kontrol 4 dari 34 subjek (11,8%). Berdasarkan data ini didapatkan prevalensi intoleransi
glukosa yang cukup tinggi pada kelompok hipertiroid. Hal ini perlu diwaspadai mengingat
selain tingkat pendidikan pasien yang rata-rata rendah dan sedang, gejala-gejala klinis
diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi, polifagi dan berat badan turun juga terdapat
pada pasien-pasien hipertiroid. Sehingga sebagai dokter yang merawat, ada atau tidak ada
gejala yang mengarah ke diabetes, tetap perlu dipertimbangkan periksa gula darah secara
berkala pada pasien hipertiroid.
Hubungan Status Klinis Tiroid dengan Intoleransi Glukosa
Pada penelitian ini didapatkan proporsi intoleransi glukosa pada kelompok hipertiroid
adalah 52,5%, dan proporsi intoleransi glukosa pada kelompok eutiroid/ hipertiroid
subklinis adalah 20%. Perbedaan proporsi pada kedua kelompok ini secara statistik
bermakna (p<0,05). Data ini menggambarkan bahwa intoleransi glukosa pada hipertiroid
baik secara klinis maupun statistik bermakna.
Penelitian ini juga mendapati proporsi intoleransi glukosa pada kelompok
eutiroid/hipertiroid subklinis adalah 20%, dan proporsi intoleransi glukosa pada kelompok
kontrol adalah 11,8%. Namun demikian, perbedaan proporsi pada kedua kelompok ini
secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menggambarkan bahwa intoleransi
glukosa yang terjadi pada hipertiroid memang terjadi karena keadaan hipertiroidnya,
sehingga menimbulkan berbagai mekanisme sampai terjadi gangguan metabolisme
glukosa. Temuan ini konsisten dengan temuan Ozdemir, dkk.16 dan Litaka, dkk.17 yang
menyatakan intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid akan membaik dengan perbaikan
status klinis tiroid. Dari data ini dianggap bahwa pasien hipertiroid yang sudah mencapai
status klinis eutiroid atau hipertiroid subklinis akan mempunyai faktor risiko yang sama
dengan orang normal untuk terjadinya intoleransi glukosa.
Resistensi Insulin dan Intoleransi Glukosa
Berdasarkan WHO, untuk menentukan resistensi insulin didapatkan nilai HOMA-R
lebih dari persentil 75. Dari hasil penelitian ini, nilai yang didapatkan yaitu 1,81 μIU/L.
Penelitian lain oleh Suyono, dkk.18 di Jakarta melaporkan nilai HOMA-R untuk resistensi
insulin sebesar 3,45 μIU/L untuk populasi >55 tahun. Pranoto, dkk.19 yang melakukan
penelitian di Surabaya melaporkan nilai HOMA-R 4 untuk resistensi insulin populasi yang
ditelitinya. Sedangkan Nasution20 mendapatkan nilai HOMA-R resistensi insulin untuk
populasi usia lanjut yang ditelitinya adalah 2,67 μIU/L. Perbedaan nilai potong HOMA-R
yang pernah dilaporkan mengindikasikan bahwa resistensi insulin berbeda antara satu
populasi dengan populasi lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
etnis dan distribusi lemak tubuh.21-23
Kadar insulin pada penelitian ini minimal yang bisa terdeteksi oleh Laboratorium Prodia
adalah 2 μIU/ mL. Ternyata didapatkan 17 pasien dengan kadar insulin <2 μIU/mL,
sehingga HOMA-R tidak bisa dihitung. Pada pasien-pasien ini HOMA-R dihitung secara
manual dengan rumus dengan kadar insulin dianggap 2 μIU/ mL. Berarti kadar angka
rerata HOMA-R yang ada, tidak menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Litaka, dkk.17, resistensi insulin pada penyakit graves kemungkinan berhubungan
dengan efek insulin dan hipertiroidisme di hepar yang saling berlawanan. Hormon tiroid
dapat meningkatkan produksi glukosa dalam keadaan puasa serta menurunkan sensitivitas
hepatik terhadap insulin. Selain karena peningkatan produksi glukosa, terjadi peningkatan
ekspresi dari transporter glukosa (GLUT2)1,2 pada membran plasma hepatosit bersamaan
juga meningkatnya aktivitas IL-6 dan TNF-a pada kelainan hipertiroid autoimun seperti
penyakit graves melalui lajur NF-κB. Resistensi insulin pada pasien-pasien ini akan
mengalami perbaikan setelah kelainan endokrinnya diobati. Hal ini juga terbukti dari
penelitian ini, bahwa walaupun memang terjadi resistensi insulin, tetapi dengan
memperbaiki dan mengatasi keadaan hipertiroidnya, setelah pasien mencapai status klinis
eutiroid/hipertiroid subklinis resistensi insulin ini juga ikut membaik. Walaupun demikian,
tata laksana diabetes secara umum harus diberikan untuk mencegah komplikasi akut
maupun kronik, misal pemberian anti diabetik tetap perlu pertimbangan. Hal ini karena
tidak dapat dipastikan kapan seorang pasien akan menjadi eutiroid atau apakah diabetesnya
akan membaik atau tidak. Namun, anti diabetik oral yang diberikan mungkin dosisnya
perlu disesuaikan setelah keadaan klinis pasien mencapai status eutiroid atau hipertiroid
subklinis.
Pada penelitian ini, tidak bisa dibedakan resistensi insulin yang ditemukan pada pasien
karena hipertiroidnya atau karena genetik, pola hidup, atau faktor lainnya seperti lingkar
pinggang, berat badan, usia, atau jenis kelamin.21-23 Secara teoritis hal ini memang sulit
dibedakan karena resistensi insulin yang terjadi pada hipertiroid memang tidak berbeda
dengan resistensi insulin karena genetik dan faktor lainnya. Namun, pada hipertiroid hal ini
terjadi secara reversibel. Sehingga, jika ditemukan resistensi

insulin pada pasien hipertiroid, tidak bisa dipastikan bahwa resistensi insulinnya
karena hipertiroid. Begitu juga jika ditemukan resistensi insulin pada pasien yang sudah
eutiroid, tidak bisa dipastikan bahwa hal itu disebabkan faktor genetik.
Berdasarkan perhitungan sampel, maka perbedaan proporsi intoleransi glukosa pada
pasien hipertiroid dengan status hipertiroid dan eutiroid/hipertiroid subklinis pada
penelitian ini akan bermakna secara klinis jika rasio prevalens >2 (P1:P2=2). Selain itu,
analisis statistik menunjukkan bahwa resistensi insulin bukan merupakan efek modifikasi
maupun efek perancu. Pada kelompok dengan resistensi insulin, hubungan intoleransi
glukosa dengan status klinis tiroid secara klinis bermakna (PR= 2,0 (IK 95% 0,47-8,56)),
namun secara statistik tidak bermakna (p=0,314). Sedangkan, pada kelompok tanpa
resistensi insulin, hubungan intoleransi glukosa dengan status klinis tiroid baik secara klinis
maupun statistik bermakna (PR 2,4 (IK 95% 1,30-6,19); p=0,004)).
Hasil ini dipikirkan karena sampel pada penelitian ini kurang. Walaupun perhitungan
yang dilakukan sejak awal adalah 80 subjek namun ini belum diperhitungkan untuk
stratifikasi. Dan ternyata setelah dilakukan strata untuk kelompok dengan resistensi insulin
hanya didapatkan 20 subjek. Hal inilah yang kemungkinan membuat pada kelompok
resistensi insulin menjadi tidak bermakna.
Didapatkan bahwa kejadian intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid tanpa resistensi
insulin ternyata lebih besar dibandingkan pada kelompok dengan resistensi insulin.
Artinya, pada penelitian ini kejadian intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid
kemungkinan lebih banyak disebabkan karena gangguan pada sel b berupa apoptosis sel b
dan atau hiperglukagonemia yang memang ditemukan pada hipertiroid.24
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menilai genetik diabetes pada subjek secara anamnesis, yang
mana hal ini sebenarnya tidak bisa digunakan sebagai batasan bahwa subjek memang
mempunyai riwayat genetik untuk terjadinya diabetes atau tidak. Penelitian ini juga tidak
bisa membedakan apakah resistensi insulin yang terjadi adalah karena hipertiroidnya atau
karena genetik. Sehingga, jika pada subjek hipertiroid didapatkan resistensi insulin, tidak
bisa disimpulkan bahwa hal ini karena hipertiroidnya. Sebaliknya, jika pada subjek
eutiroid/hipertiroid subklinis didapatkan resistensi insulin, hal ini tidak bisa disimpulkan
bahwa hal ini karena genetik.
Selain itu, pada kontrol (34 subjek) tidak dilakukan pemeriksaan insulin puasa, sehingga
tidak diketahui nilaiHOMA-R nya. Jadi tidak bisa dibandingkan resistensi insulin pada
kelompok eutiroid dan kontrol. Alat yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode ELISA yang menjadi standar pemeriksaan insulin puasa pada laboratorium
PRODIA. Alat ini memiliki nilai potong batas bawah adalah 2 μIU/mL, sehingga sebagian
subjek yang memiliki fungsi sekresi insulin rendah (9 subjek pada kelompok hipertiroid
dan 8 subjek pada kelompok eutiroid dan hipertiroid subklinis) tidak dapat dilihat nilai
mutlaknya. Penelitian ini juga tidak melakukan pemeriksaan profil lipid, sehingga tidak
bisa melihat komponen faktor risiko diabetes melitus secara lengkap.

SIMPULAN
Terdapat hubungan bermakna antara status klinis tiroid dengan kejadian intoleransi glukosa
pada pasien hipertiroid. Proporsi intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid yang status
klinisnya masih hipertiroid dan eutiroid/hipertiroid subklinis masing-masing adalah 52,5%
dan 20%. Pasien hipertiroid yang status klinisnya sudah eutiroid atau hipertiroid subklinis
mempunyai risiko yang sama dengan orang sehat untuk terjadinya intoleransi glukosa.
Dengan demikian, disarankan evaluasi pemeriksaan klinis dan laboratorium intoleransi
glukosa dilakukan pada pasien hipertiroid secara rutin. Selain itu, diperlukan penelitian
lebih lanjut jenis kohort untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang memengaruhi
kejadian intoleransi glukosa pada penyakit tiroid.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gierach M, Gierach J, Junik R. Insulin resistance and thyroid disorders. Endokrynol
Pol. 2014;65(1):70-6.
2. Kapadia KB, Bhatt PA, Shah JS. Association between altered thyroid state and insulin
resistance. J Pharmacol Pharmacother. 2012;3(2):156-60.
3. AACE Thyroid Task Force. American Association Of Clinical Endocrinologist.
Hyperthyroidism And Other Causes Of Thyrotoxicosis: Management Guidelines Of
The American Thyroid Association And American Association Of Clinical
Endocrinologists. Thyroid. 2011;21(6):593-646.
4. Palma CC, Pavesi M, Nogueira VG, Clemente EL, Vasconcellos MF, et al. Prevalence
of thyroid dysfunction in patients with diabetes mellitus. Diabetol Metab Syndr.
2013;5(1):58.
5. Masjhur JS. Disfungsi Tiroid dan Diabetes. Forum Diabetes Nasional 4 dan Forum
Endokrin dan Diabetes Regional Sumatera 2, Padang 2-4 Nopember; 2007.
6. Hollowell JG, Staehling NW, Flanders WD, Hannon WH, Gunter EW, Spencer CA, et
al. Serum TSH, T(4), and thyroid antibodies in the United States population (1988 to
1994): National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III). J Clin
Endocrinol Metab. 2002;87(2):489-99.
7. Hayashi T, Boyko EJ, Leonetti DL, McNeely MJ, Newell-Morris L, Kahn SE, et al.
Visceral adiposity and the risk of impaired glucose tolerance. Diab Care.
2003;26(3):650-5..
8. Shields M, Tremblay MS, Connor GS, Janssen I. Abdominal obesity and
cardiovascular disease risk factors within body mass index categories. Health Rep.
2012 Jun;23(2):7-15.
9. Haffner SM. Abdominal obesity, insulin resistance, and cardiovascular risk in pre-
diabetes and type 2 diabetes. Eu Heart
10.
11. Journal supp. 2006;3:20-5.
12. 10. Roubsanthisuk W, Watanakejorn P, Tunlakit M, Sriussadaporn S.
Hyperthyroidism induces glucose intolerance by lowering both insulin secretion
and peripheral insulin sensitivity. J Med Assoc Thai. 2006;89(5):133-40.
13. 11. Paul DT, Mollah FH, Alam MK, Fariduddin M, Azad K, Arslan MI.
Glycemic status in hyperthyroid subjects. Mymensingh Med. 2004;13(1):71-5.
14. 12. Kravets I. Hyperthyroidism: diagnosis and treatment. Am Fam Phys.
2016;93(5)363-70.
15. 13. Biondi B, Bartalena L, Cooper DS, Hegedus L, Laurberg P, Kahaly GJ.
The 2015 European Thyroid Association Guidelines on Diagnosis and Treatment of
Endogenous Subclinical Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2015;4:149-63.
16. 14. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia; 2015.
17. 15. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes –
2015. Diabetes Care. 2015;38(suppl 1):S1-90.
18. 16. Ozdemir D, Dagdelen S, Usman A. Serum adiponectin levels and
changes in glucose metabolism before and after treatment for thyroid dysfunction.
Intern Med. 2015;54:1849–57.
19. 17. Litaka M, Katayama S. Insulin resistance in pituitary, thyroid, and
adrenal diseases. Nippon Rinsho. 2000;58(2):451-5.
20. 18. Suyono S, Kamso S, Oemardi M. Metabolic syndrome inelderly should
it be treated? In Surabaya Metabolic Syndrome Update 1, Surabaya, 19-20
Februari; 2005. p.9-20.
21. 19. Pranoto A, Kholili U, Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A,
Murtiwi S. Metabolic syndrome as observed in Surabaya. In Surabaya Metabolic
Syndrome Update 1, Surabaya, 19-20 Februari; 2005. p.245-7.
22. 20. Nasution IR. Gambaran resistensi insulin dan sindrom metabolik pada
perempuan usia lanjut di panti wreda [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005.
23. 21. Kodama K, Tojjar D, Yamada S. Ethnic differences in the relationship
between insulin sensitivity and insulin response. Diab Care. 2013;36(6):1789-96.
24. 22. Mendoza-Nunez VM, Garcia-Sanchez A, Sanchez-Rodriguez M,
Galvan-Duarte RE, Fonseca-Yerena ME. Overweight, waist circumference, age,
gender, and insulin resistance as risk factors for hyperleptinemia. Obese R.
2002;10(4):253-60.
25. 23. Karakelides H, Irving BA, Short KR, O’brien P, Nair KS. Age, obesity,
and sex effects on insulin sensitivity and skeletal muscle mitochondrial function.
Diabetes. 2010;59(1):89-97.
26. 24. Karbalaei N, Noorafshan A, Hoshmandi E. Impaired glucose-stimulated
insulin secretion and reduced β-cell mass in pancreatic islets of hyperthyroid rats.
Exp Physiol. 2016;101:1114–27.

ASKEP :

1. Pengkajian Keperawatan
a. Informasi Umum
Nama : Ny. W (50 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :-
Tanggal Masuk :-
Sumber Informasi :-
b. Keluhan Utama
Mengeluh sering cepat lelah, keringat banyak, tidak tahan panas, peningkatan nafsu
makan dan adanya penurunan berat badan.
c. Alas an Masuk Rumah Sakit
d. Riwayat penyakit masa lalu dan penyakit dalam keluarga
e. Aktivitas/istirahat
f. Sirkulasi
a.) Tanda (objektif) : dari hasil pemeriksaanfisik dengan palpasi didapatkan adanya
pembesaran pada kelenjar tiroid di daerah leher.
g. Integritas ego
h. Eliminasi
i. Makanan/cairan
j. Higiene
k. Neurosensori
l. Nyeri
m. Pernafasan
n. Keamanan
o. Seksualitas
p. Interaksi social
q. Penyuluhan/pembelajaran
r. Hasil laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya peningkatan T3 dan T4 serum.
s. Pemeriksaan fisik focus
t. Pemeriksaan mikroskopis

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :


1. Ansietas b/d kurang pengetahuan mengenai kejadian praoperasi dan pascaoperasi
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d mual dan muntah
3. Nyeri akut b/d insisi bedah terhadap jaringan
4. Resiko infeksi b/d insisi operasi adanya luka di area leher
5. Gangguan komunikasi verbal b/d cedera pita suara atau kerusakan saraf laring.

Anda mungkin juga menyukai