SERANG - Kedok Segah (55) sebagai dokter bedah gadungan akhirnya terbongkar. Lelaki
yang juga PNS ini dicokok Polres Serang lantaran melakukan operasi pembedahan terhadap
pasien hingga mengakibatkan kematian.
Kasat Reskrim Polres Serang AKP Gogo Galesung mengatakan, terbongkarnya praktik klinik
ilegal setelah petugas mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa ada korban malapraktik
hingga meninggal dunia dengan inisal SH (50) warga Kota Serang pada 6 Juni 2014 lalu.
"Korban malapraktik itu dibedah karena penyakit hernia, namun setelah dioperasi pasien
meninggal dunia," kata Gogo kepada wartawan, Rabu (7/9/2016).
Dia menjelasakan, setelah dilakukan penyelidikan, ternyata pelaku sudah membuka praktik
sejak 2013 dengan jumlah pasien mencapai 125 dengan penanganan bedah minor sebanyak
101 dan sebanyak 24 pasein menjalani bedah mayor.
Tersangka juga memberikan biaya murah kepada pasiennya berkisar dari Rp200 ribu sampai
Rp2,5 juta tergantung penyakitnya.
"Basic-nya pelaku ini perawat di Rumah Sakit Umum. Nah, untuk meyakinkan pasiennya pelaku
ini menggunakan baju layaknya seorang dokter bedah di klinik tanpa ada izin dari IDI," ujar
Gogo.
Petugas berhasil mengamankan barang bukti alat-alat medis seperti tabung oksigen, ranjang
operasi, obat-obatan keras, set tensi meteran, set infus, mesin steril dan peralatan bedah.
(sms,nag)
Salah beri resep salep, pasien buta
https://daerah.sindonews.com/read/714788/25/salah-beri-resep-salep-pasien-buta-1360089347
Pasalnya, warga ini langsung mengalami kebutaan setelah menggunakan resep dokter berupa
salep kulit saat berobat dan memeriksakan diri menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) di Puskesmas setempat sekira pukul 09.00, Wita, Selasa, 5 Januari 2013, lalu.
Mulanya warga yang berprofesi sebagai petani ini memeriksakan diri dengan keluhan sakit
dibagian kepalanya. Namun, dokter yang menjelaskan cara pemakaian kepada pasiennya
dengan mengoleskan salep kulit dengan tempat obat warna putih dan coklat yang diresepkan
itu di bagian pinggir mata atas dan bawah.
"Setiba dirumah, saya oleskan salep kulit itu ke bagian mataku, tidak lama kedua mata saya
terasa panas dan tidak melihat sama sekali," ujar Sakura yang ditemui dengan kondisi kedua
matanya merah, Selasa 5 Februari 2013.
Akibat kebutaan yang dialaminya, berselang 20 menit kemudian, Sakura kemudian kembali ke
Puskesmas menemui oknum dokter yang memberikan resep kulit untuk meminta
pertanggungjawabannya.
Kerabat korban, Ros, mengatakan oknum dokter yang membawa adiknya itu sudah mengakui
kesalahannya dan minta maaf hingga telah membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tenriawaru Watampone, dan telah diberikan pengobatan tetes mata.
"Saya sangat sesalkan oknum dokter itu, adik saya hanya sakit kepala kenapa dikasi obat salep
kulit. Dia harus bertanggung jawab terhadap kesembuhan adik saya" keluhnya.
Ros mengungkapkan, oknum dokter itu juga telah mengambil bukti obat untuk
menutupi kesalahannya, karena menurutnya kadar dosis di dalam obat tersebut tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bone, Dr Alimuddin mengaku
belum mengetahui kasus tersebut, namun pihaknya akan menelesuri dulu siapa yang salah
apakah dokter atau penjaga apotik yang salah memberikan obat.
"Yang jelas jika kesalahan memang karena dokter ataupun perawatnya kita akan berikan sanksi
sesuai undang-udang kesehatan," jelas Alimuddin.
(rsa)