Naqli menurut bahasa adalah dari ( )الشيء نقلyakni mengambil sesuatu dari satu tempat
ke tempat lain, dan ( )الحديث نَقَلَةyakni mereka yang menuliskan hadist-hadist dan
menyalinkannya dan menyandarkannya kepada sumber-sumbernya.
Naqli secara istilah identik dengan dalil-dalil yang di nukil atau di ambil dari Kitab
Allah yang Maha Mulya dan dari sunnah yang suci atau dalil-dalil yang diriwayatkan kepada
kita oleh perawi-perawi.
Diantara landasan utama ditetapkannya al-Qur'an dan sunnah sebagai dalil naqli oleh para
ulama adalah sebuah hadist Rasulullah saw: "Telah aku tinggalkan dua perkara, yang apabila
kalian berpegang kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat : Kitab Allah (al-Qur'an) dan
Sunnah Nabi-Nya".
Namun ketika naqli dihubungkan dengan ilmu tafsir maka disebut tafsir bi al-manqul
atau bi al-ma'tsur, yaitu penafsiran al-Qur'an yang disandarkan kepada riwayat-riwayat yang
sahih secara tertib, atau dengan cara menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an atau
menafsirkannya dengan as-Sunnah atau menafsirkannya dengan riwayat-riwayat yang di terima
dari para sahabat atau para tabi'in, seperti penafsirannya At-Thabari dan Ibnu Katsir.
Dalil Naqli Tentang Hari Akhir
Berikut ini dalil atau ayat Al-Qur'an yang menguatkan adanya hari akhir.
Artinya : dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat maka Tidak
seorangpun dirugikan walau sedikitpun; sekalipun hanya sebesar biji Sawi, pasti kami akan
mendatangkan (pahala). Dan cukuplah kami yang Membuat perhitungan.
Artinya : dan apa bila kamu melihat( keadaan ) disana(surga), niscaya kamu akan Melihat
berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar
Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian",padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Q.S. al Baqarah
ayat 8)
Artinya :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al Baqarah ayat 177)
Artinya : dan barang siapa berpaling dari peringatanku maka sungguh, dia akan nMenjalani
kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya Pada hari kiamat pada keadaan buta.
Artinya : Dia berkata. “ya tuhanku, mengapa Engkau kumpelkan aku dalam keadaan buta?”
Artinya : maka demi tuhanku, kami akan menanyakan mereka semua, tentang apa Yang mereka
kerjakan dahulu.
Artinya: Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka
Dalil Aqli
Kata 'aqli secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab ()عقل: akal yang mempunyai beberapa
makna, di antaranya: ()الدية: denda, ()الحكمة: kebijakan, dan (حسن )التصرف: tindakan yang
baik atau tepat.
1. Cahaya nurani, yang dengannya jiwa bisa mengetahui perkara-perkara yang penting dan
fitrah.
· Kata 'Aqli ketika dihubungkan dengan kajian ilmu-ilmu agama identik dengan dalil-dalil
yang berdasarkan akal fikiran manusia yang sehat dan obyektif, tidak dipengaruhi oleh
keinginan, ambisi atau kebencian dari emosi.
· Dan ketika 'Aqli dihubungkan secara khusus dengan disiplin ilmu tafsir, maka disebut
tafsir bi al-ma'qul atau bi ar-ra'yi, yaitu penafsiran al-Qur'an yang lebih dititikberatkan kepada
kemampuan akal fikiran yang sehat dan obyektif (ijtihad) daripada disandarkan kepada
periwayatan-periwayatan. Dalam hal ini seorang mufassir akan menggunakan kemampuan
akalnya (ijtihadnya) dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an,
hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain untuk menerangkan maksud ayat dan
mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada, sehingga
tersusunlah bentuk tafsir yang sesuai dengan masa dimana mufassir tersebut hidup. Beberapa
tafsir yang terkenal dalam bentuk ini antara lain: Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Ar-Razi, Tafsir Al-
Baidhawi, dll.
Dalil menurut teori para ahli pada bidangnya masing-masing.
Bumi dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari secara teratur dan
sempurna masing-masing planet mempunyai daya tarik-menarik sehingga beredar dan bergerak
seimbang/serasi. Namun daya tarik menarik itu semakin lama akan semakin berkurang bahkan
hilang sama sekali, akhirnya akan saling bertabrakan dan hancur, (bandingkan surat at-Takwir 2
dan al-Infiëãr 2).
Di dalam perut bumi terdapat gas yang panas yang berkembang dan terus menerus
menekan kearah luar bumi. Akan tetapi bumi itu sendiri mendapat tekanan (atmosfir) dari luar
atau permukaannya, sehingga terjadilah keseimbangan. Namun diperkirakan bahwa tekanan dari
luar semakin lama semakin lemah, bahkan tak berdaya lagi akhirnya mengakibatkan gas bumi
akan meledak dengan ledakan yang sangat dahsyat dan akan mengeluarkan bola api raksasa yang
membawa kehancuran. (bandingkan dengan surat al-Zalzalah).
Menurut Teori Ilmu Alam bahwa sumber energi terbesar yang dapat memenuhi
kebutuhan semua kehidupan di dunia ini adalah matahari. Begitu juga daya tarik antara benda-
benda angkasa (planet) itu ada ketergantungan dengan energi matahari. Namun lambat laun sinar
matahari semakin melemah, akibatnya mempengaruhi daya tarik diantara planet-planet tersebut
akhirnya tidak ada keseimbangan, maka terjadilah tabrakan diantara mereka. (bandingkan at-
Takwir 1-3)
4. Pendapat lain dari Sarjana Astronomi Jh. Van Vierngen dan kawan-kawannya
Mereka memperkirakan bahwa alam semesta ini akan meletus akibat dari pengembangan
yang terus menerus tanpa batas. Diumpamakan seseorang yang meniup balon terus menerus
tanpa henti maka balon tersebut akan meledak. Sampai saat ini alam ini sedang terus mengalami
pengembangan, sehingga akan melebihi kapasitas maksimal, akibatnya langit yang membentang
luas itu akan pecah dan hancur berantakan. (Bandingkan surat al-Ahqãf ;3, at-Tur ;9,ar-Rahmãn ;
37, al-Hãqqah ; 16, al-Maãrij ; 8 )