Disusun Oleh :
Abstrak:
Dalam ajaran islam segala yang ada di muka bumi ini mengikuti sunnahtullah aturan allah itulah
qada, sedangkan qadar adalah ukuran dari aturan-aturan tersebut. oleh karenanya perlu dikaji lebih
mendalam mengenai makna takdir ini agar kita sebagai makhluk Allah lebih dapat menelaah
mengenai takdir-takdirNya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatiif. Sumber primer
yang peneliti gunakan adalah kitab tafsir fath al-qadir, dan penelitian ini juga didukung dengan
buku, jurnal, dan media sosial lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna takdir menurut
Imam Asy-Syaukani membagi term takdir dalam enam tafsiran surah, diantaranya, term takdir
surah alan‟am ayat 91, term takdir surah al-ra‟d ayat 26, term takdir surah al-imran ayat 165, term
takdir surah al-ra‟d ayat 8, term takdir surah taha ayat 40, dan term takdir surahal-
muzammil ayat 20.
PENDAHULUAN
Al-Qur‟an ialah salah satu kalam Allah yang dijadikan pedoman bagi umat Islam.
Tujuan utama adanya Al-Qur‟an adalah agar hidup manusia lebih tertata dengan baik, agar
jalan yang ditempuh senantiasa menuai kebaikan, sehingga kita yang menaati firman-Nya
dijanjikan mendapat ganjaran yang setimpal baik itu semasa hidup ataupun di akhirat
kelak. Al-Qur‟an hadir dengan penunjuk, sebagai prinsip, dan keterangan yang sangat
memadai terkait dengan persoalan dalam aspek kehidupan.
2
Mereka yang berputus asa termasuk orang-orang yang tersesat, sebagaimana
termaktub dalam QS.Al-Hijr ayat 36. Hal ini memberi isyarat tersirat pada setiap insan
untuk melangitkan usahanya terlebih dahulu jika ingin mendapatkan perihal yang
diinginkan. Rasul dan sahabatnya pun mengetahui bahwa takdir itu dimiliki setiap
makhluk, tak terkecuali manusia. Tetapi, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi
mereka untuk tetap berusaha dahulu, kalaupun tidak sesuai yang kita ekspektasikan, tidak
sepantasnya kita melampiaskannya kepada sang pencipta.
Kerapkali muncul problem mengenai makna takdir Allah yakni yang baik dan yang
buruk. Artinya, hal ini tergantung pada diri yang berbuat. Apabila kita sebagai manusia
melakukan suatu kebaikan, maka yang dibuat itu disebut hal baik, dan siapa yang
melakukan suatu keburukan, maka yang dibuat disebut hal buruk.
Tingkat keimanan seseorang dalam meyakini takdir Allah, dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari. Orang yang senantiasa membersamai doa di setiap usahanya, orang
kaya yang yakin bahwa harta bendanya diperoleh atas usahanya sendiri, dan orang miskin
yang terpuruk serta pasrah atas kemiskinannya.
Di Dalam ajaran Islam segala yang ada di muka bumi ini mengikuti sunnatullah
aturan Allah itulah qada, sedangkan qadar adalah ukuran dari aturan-aturan tersebut. 1Oleh
karenanya, perlu dikaji lebih mendalam mengenai makna takdir ini agar kita sebagai
makhluk Allah lebih dapat menelaah mengenai takdir-takdir-Nya. Berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan, Penulis ingin mengupas lebih menyeluruh mengenai
berbagai macam makna darii kata takdir dalam Al-Qur‟an yang diungkapkan sebanyak 132
(seratus tiga puluh dua) dengan berbagai macam makna ataupun arti, sehingga kita dapat
mengetahui tafsiran-tafsiran yang berbeda mengenai takdir.
1
Yazid Wahyu Wibowo, “Takdir Dalam Al-Qur‟an (Kajian atas Penafsiran Wahbah al-Zuhaili dalam
Tafsir Al-Munir)” (Skripsi, Institut PTIQ Jakarta, 2022)
3
antara Syiah Zayidiah dan Mu‟tazilah dalam pemikirannya. Namun, Imam Asy-Syaukani
sama sekali tidak peduli pemikiran Syiah Zayidiah bahkan mengkritik pemikiran
Zamakhsyari yakni seorang mufassir mu‟tazilah pada salah satu penafsirannya dalam
menafsirkan ayat :
Zamakhsyari pun menafsirkan bahwa orang masuk surga karena amal yang mereka
kerjakan. Sedangkan menurut asy syhaukani selain dengan amalan yang dikerjakan,
terdapat juga rahmat Allah kepada hamba-Nya yang dikehendakinya. Dalam hal ini terlihat
adanya perbedaan antara penafsiran Asy-Syaukani dan Zamakhsyari.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Yazid Wahyu Wibowo. (2022), berjudul “ takdir dalam Al- Qur‟an (
kajian atas penafsiran wahbah al- Zuhaili dalam tafsir Al-munir)” Penelitian tersebut
berupa penelitian yang menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perihal makna takdir yang termaktub dalam Al-Qur‟an menurut pandangan
Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-munir.
5
kebaikan dan iktisab dalam hal keburukan). Ketiga, takdir yang berhubungan dengan
alam, bahwasanya alam telah tertata baik dan berjalan sesuai dengan apa yang Allah
tetapkan (Sunnatullah).
Wahbah zuhaili sendiri adalah ulama kontemporer yang mengandung fikih pada
setiap menafsirkan ayat al-qur‟an sehingga memperjelas pemikiran wahbah zuhaili
mengenai takdir. Serta, dalam penelitian ini juga menghadirkan beberapa pandangan
ulama modern mengenai tentang takdir,
Hasil penelitian Amiruddin. (2021), yang berjudul “Takdir dalam perspektif Al-
Qur‟an” penelitian ini membahas secara umum perihal makna takdir dalam Al-qur‟an,
dengan mengambil beberapa pandangan mufassir sebagai inti dari pembahasannya,
penelitian ini tidak mengspesifikkan kepada salah satu ulama saja, serta terfokus terhadap
pemaknaan kata takdir dan qadar saja.
Sedangkan dalam penelitian kami, itu terfokus kepada pendapat imam Ash-
Shaukani tentang takdir, kami tidak menguak pendapat mufassir lain dalam penelitian
kami, kami juga menguak beberapa term takdir dalam pandangan Ash-shaukani tidak
hanya terfokus terhadap pemaknaan kata takdir dan qadar saja.
6
3. Hasil penelitian Muliyana Abdullah (2020)
Dalam penelitian kami, kami tidak berfokus terhadap pembahasan tentang qada‟
dan qadhar saja. Tetapi, kami mengemukakan berbagai macam makna term takdir
menurut pandangan Asy-Syaukani. Serta dalam penelitian ini, kami tidak membahas
secara spesifik tentang penetapan takdir sejak zaman azali, serta penetapan takdir dalam
kehidupan sehari-hari, seperti takdir Bahagia, sengsara, rezeki,ajal, dan amal.
7
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penulisan makalah, penulis
memaparkan tema dengan tafsiran tematik lebih spesifiknya menggunakan termatik term
yang ditujukan untuk mendapatkan pemahaman khusus mengenai term-term tertentu dalam
Al-Qur‟an. Metode Tematik term adalah model kajian tematik yang secara khusus meneliti
term (istilah-istilah) tertentu dalam Al-Qur‟an. 3
Metode ini diimplementasikan dengan menetapkan tahapan-tahapan penelitian
yakni yang Pertama, menentukan topik dari sebuah permasalahan yaitu tentang makna
lafadz takdir dalam Al-Qur‟an. Yangkedua, menghimpun semua ayat yang berhubungan
dengan masalah. Ketiga, menyusun ayat sesuai dengan urutan serta pemahaman. Keempat,
mempelajari korelasi ataupun kaitan mengenai ayat-ayat yang dikaji. Kelima, menyusun
pembahasan sesuai kerangka penelitian. Keenam, mengkaji ayat-ayat secara menyeluruh.
Untuk memaparkan komponen-komponen dalam makalah kami, kami
menggunakan metode tematik tokoh, karena kami mengambil satu tokoh tafsir yang
pemikirannya menarik mengenai term takdir. Oleh karena itu kajian dalam makalah ini
berfokus pada satu tokoh dan satu tema yakni mengenai term takdir menurut pandangan
Imam Asy-Syaukani.
3
Abdul, M. (2022). Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press.
8
Surah Al-Fath, Surah Al-Hujurat, Surah Al- Ahzab, Surah Al-Hasyr, Surah Al-
Mumtahanah, Surah At-Taghabun, Surah At-Tahrim.
b. Makkiyah
Surah Al- An‟am, Surah Al- A‟raf, Surah Yunus, Surah Huud, Surah
Yunus, Surah Yunus, Surah Ibrahim, Surah Al- Hijr, Surah An-Nahl, Surah Al-
Isra‟, Surah Al-Kahf, Surah Maryam, Surah Thaha, Surah Al-Anbiya, Surah Al-
Mu‟minun, Surah Al-Furqan, Surah An-Naml, Surah Al- Qashash, Surah Al-
Ankabut, Surah Ar-Ruum, Surah As- Sajdah, Surah Sabaa, Surah Fathir, Surah
Yasinn, Surah Az- Zumar, Surah Al- Fushshilat, Surah Asy Syuraa, Surah Az-
Zukhfur, Surah Al- Ahqaf, Surah Al-Qamar, Surah Al-Waqi‟ah, Surah Al-
Mulk, Surah Al-Qalam, Surah Al-Ma‟arij, Surah Al- Muzammil, Surah Al-
Muddatsir, Surah Al- Qiyamah, Surah Al-Mursalat, Surah Naba‟, Surah Al-
A‟la, Surah Al- Qadr.4
Term takdir dengan berbagai derivasinya terulang dalam Al- Qur‟an sebanyak 132
(seratus tiga puluh dua) kali dengan penjabaran sebagai berikut:
Penggunaan bentuk fiil madhi terulang sebanyak 21 (dua puluh satu) yang terdapat dalam
surah: QS. Al- An‟am ayat 91, Al-Hajj ayat 79, Az- Zumar ayat 67, Al-Qamar ayat 12,
Ath-Thalaaq ayat 7, Al- Mursalaat ayat 23, Al- Fajr ayat 16, QS. Yunus ayat 5, QS. Al-
Hijr ayat 60, QS. Al- Furqan ayat 2, QS. An-Naml ayat 57, QS. Saba ayat 18, QS. Yasiin
ayat 39, Al-Fushilat ayat 10, QS. Al-Waqiah ayat 60, QS. Al-Mudatsir ayat 18, QS. Al-
Mudatsir ayat 19, QS. Al-Mudatsir ayat 20, Al- Insan ayat 16, QS. Abasa ayat 19, QS.Al-
A'la ayat 3
Penggunaan bentuk fiil mudhare terulang sebanyak 19 ( sembilang belas) yang terdapat
dalam surah: QS.Al- Baqarah ayat 264, QS. Al-Maidah ayat 34,QS. Ar-Rad ayat 26, QS.
Ibrahim ayat 18, QS. An-Nahl ayat 75, QS. Al- An-Nahl ayat 76, QS. Al-Israa ayat 30,
QS. Al- Anbiyaa ayat 87, QS. Al- Qashash ayat 82, QS.Al- Ankabut ayat 62, Ar- Rumm
ayat 87, QS. Saba‟ ayat 36, QS. Saba‟ ayat 39, QS. Az-Zumar ayat 52, QS. Asy-Syuura
4
quran.com. (2009-2017). The Qur‟an Arabic Corpus –Word by Word Grammar, Syntax and Morphology
of the Holy Qur‟an. Diakses 18 November 2023. https://corpus.quran.com/
9
ayat 12, QS. Al- Fath ayat 21, QS. Al-Hadid ayat 29, QS. Al Balad ayat 5, QS. Al
Muzzammil ayat 20.
Penggunaan bentuk isim Masdar terulang sebanyak 74 ( tujuh puluh empat )kali yang
terdapat dalam surah: QS. Ar- Ra‟d ayat 17, QS. Al- Hijr ayat 21, QS. Thahah ayat 20,
QS. Al- Mu‟minun ayat 18, QS. Al- Ahzab ayat 38, QS. Asy- syuraa ayat 27, QS. Az-
Zukhruf ayat 11, QS. Al-Qamar ayat 49, QS. Al-Mursalat ayat 22, QS. Al- An‟am ayat
91, QS. Al-Hajj ayat 74, QS. Az-Zumar ayat 67, QS. Ath-Thalaq ayat 3, QS. Al-Qadar
ayat 1,2,3, QS. Saba‟ ayat 13, QS. Al-Baqarah ayat 20,106,109,148,259,284, QS. Ali-
Imran ayat 26,29,165,189,QS. An-Nisaa ayat 133,QS. Al-Maidah ayat 17,19,40,120,
QS.Al-An‟am ayat 17,QS. Al-Anfal ayat 41,QS. At-Taubah ayat 39,QS. Huud ayat 4,
QS. An-Nahl ayat 70,77, QS. Al-Hajj ayat 6,39,QS. An-Nur ayat 45, QS.Al-Furqan ayat
54, QS.Al- Ankabut 20, QS.Ar-Rum 50, 54, QS. Al-Ahzab 27, QS. Fatir ayat1,77, QS.
Fussilat 39, QS. Asy-Syura 9,29,50, QS. Al-Ahkaf 33, QS. Al-Fath 21, QS. Al- Hadid
ayat 2, QS. Al Hasyr 6, QS. Al-mumtahanah ayat 7, QS. At-Taghabun ayat 1, QS. At-
Thalaq ayat 12, QS. At-Tahriim ayat 8, QS.Al-Mulk 1, QS. An-Nisaa 149, QS. Al-
An‟am ayat 96, QS.Al-Furqan ayat 2, QS. Yasiin ayat 38, QS. Al- Insaan ayat 16, QS.
Al-Thariq ayat 8, QS. Al-An‟am ayat 65
Penggunaan bentuk isim Fail terulang sebanyak 16 (enam belas) kali yang terdapat dalam
surah: QS. Al-An‟am ayat 37, QS. Yunus ayat 24, QS. Al- Israa ayat 99, QS. Al-
Mu‟minun ayat 8, QS. Al-Mu‟minun ayat 95, QS. Yasiin ayat 81, QS. Al-Ahqaf ayat 33,
QS. Al-Qalam ayat 25, QS. Al-Ma‟aarij ayat 40, QS. Al- Qiyamah ayat 4, QS. Al-
Qiyamah ayat 40, QS. Al- Mursalaat ayat 23. QS. Al- Kahf ayat 45, QS. Al- Az-Zukhfur
42, QS. Al- Qamar 42, QS. Al- Qamar 55
Penggunaan bentuk isim maf‟ul terulang sebanyak 1 (satu) kali yang terdapat dalam
surah: QS. Al- Ahzab 30.
Penggunaan bentuk fiil amar terulang sebanyak 1( satu) kali yang terdapat dalam surah:
QS. Saba‟ ayat 11
10
B. Makna Takdir menurut Imam Asy-Syaukani
Sebelum lebih jauh membahas tentang pemaknaan takdir menurut Imam Asy-
Syaukani, sebaiknya 1kita mengetahui terlebih dahulu tentang biografi dan karya-karya
beliau.
Nama lengkap dari Imam Asy-Syaukani adalah Muhammad Ibn Ali Ibn
Muhammad Ibn Abdullah Asy-Syhaukani al shon‟ani. Asy- syhaukani lahir dikota
shana‟a Yaman Utara pada hari senin, 28 Dzulq‟dah 1173 H/1795 M, dan wafat diusia
36 tahun pada tanggal 27 Jumadil Akhir 1250 H/ 1834 M di kampung halamannya,
yakni Shana‟a. Ayah Imam Asy-Syaukani ini ialah ulama yang terkenal di Yaman yang
dipercaya oleh pemerintahan para imam Qasimiya. Kekuatan hafalan Asy- Syhawkani
begitu kuat, hal ini terbukti dalam berbagai rana ilmu sehingga beliau tanggap
memahami disiplin ilmu yang lainnya. yaitu ilmu Fiqhi, ilmu Hadis ,ilmu tafsir, ilmu
logika dan lain-lain.
Isykal As-sail ila tafsir “Wal Qamara Qaddarnahu Manaazila”, Fath al- Qadir al-
jami‟ baina fanni ar-riwayah wa addirayah min at- Tafsir, dan lain-lain.
11
Ittihaf al-Mahrah „ala Hadits: Laa Adwa wala Thiyarah, Al-Qaul al-Maqbul fi Radd
Khabar al-Majhul min Ghairi Shahabat ar-Rasul, dan lain-lain.
Dalam kehidupan ini salah satu kewajiban yang harus diindahkan oleh setiap
insan yang beriman ialah degan mengimani adanya takdir, sebagaimana yang terdapat
dalam rukun iman yang ke lima, serta dikuatkan oleh hadis yang berbunyi.
. ٔشِس، ٔانمدز ٍخِس،ّ ٔإٍنو األخس، ٔ كتب،ّ ٔزٕسن،ّ ٔ يالئكت، ٌأ ٕتيٍ بهلال: ٌ ب دمحم يب اإليبٌ؟ لبل
ّ ٌٔصدل، فعجبُب ُيّ ٌسّأن، صدلت:لبل
“Wahai Muhammad apakah iman itu? Beliau menjawab: engkau beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, para Raul-Nya kitab-kitab-Nya, hari akhir Qadar yang baik maupun yang
buruk.‟ Ia berkata engkau benar‟. Maka kami pun merasa keheranan, ia yang bertanya
ia pula yang membenarkannya….”5
Takdir, terkait dengan qadha dan qadar, adalah kekuasaan Allah atas kehidupan
manusia. Setiap muslim wajib beriman pada takdir sebagai salah satu rukun iman.
Qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah yang belum nyata6
Ada banyak istilah yang terkait dengan qadha, seperti qadara, qaddara, qudira,
qaddir, qadīr, qādir, qadr, qudūr, maqdūr, qadā, dan qudiyā. Sementara itu, Ibnu Manzur
mengartikan kata al-qadha dan turunannya dari qadara sebagai tindakan seperti
melakukan, membuuat, menciptakan, memutuskan, dan merancang. Dalam defenisi
bahasa, qadha berarti keputusan atau ketetapan, secara etimologis menyiratkan
keputusan Allah yang sudah ditetapkan sejak zaman azali.
5
Sulidar, dkk. (2017). Wawasan Tentang Taqdir Dalam Hadis, Journal of Hadith Studies, 1, (2), 5.
6
Amiruddin (2021). Takdir Dalam Perspektif AlQur‟an, Al-Kauniyah: Jurnal Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir,
2, (2), 3.
12
Di sisi lain, qadar dalam arti bahasa merujuk pada ukuran atau pertimbangan.
Secara etimologis, qadar merupakan ketetapan Allah berdasarkan ukuran sesuai
kehendak-Nya pada setiap individu manusia sejak zaman azali. Secara umum, konsep
qadar mencerminkan kepastian mengenai hukum Allah. Ibnu Hajar al-Asqalani
menunjukkan perbedaan makna antara kedua istilah ini, dengan al-qadha mengacu pada
ketetapan global secara menyeluruh pada zaman azali, sementara qadar lebih fokus pada
bagian-bagian dan rincian dari ketetapan global tersebut.7
Asy-Syaukani membagi term takdir dalam enam tafsiran surah, yakni sebagai
berikut :
Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa mereka, yakni orang Yahudi,
tidak menghormati Allah sebagaimana seharusnya karena mereka tidak
mempercayai takdir Allah. Mereka menentang kitab Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa dengan mengatakan bahwa Allah tidak memberikan wahyu kepada
manusia. Namun, Allah menolak pernyataan tersebut dengan menegaskan bahwa
Taurat adalah petunjuk cahaya untuk manusia. Meskipun Allah memberikan
petunjuk perihal jalan yang benar, kaum Yahudi tetap bersihkeras menolaknya.
Pada QS. An-Nahl ayat 9 yaitu
7
Mulyana, A. (2020). Implementasi Iman Kepada Al-Qadha dan Al-Qadar Dalam Kehidupan Umat
13
Muslim. Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta‟lim, 18 (1), 3.
8
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-An‟am Ayat 91”
14
“Dan hak Allah menerangkan jalan yang lurus, dan diantaranya ada (jalan)
yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu
semua (ke jalan yang benar).” 9
Kebenaran kembali kepada Allah SWT, di atas kebenaran tersebut jalan menuju
kepada-Nya. Kata ٍُٓيبdalam ayat ini bermakna bahwa di antara jalan-jalan tersebut terdapat
jalan yang menyimpang dari kebenaran yang dikehendaki Allah.
“Allah menghendaki Rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi
(bagi siapa saja yang Dia kehendaki). Mereka gembira dengan kehidupan dunia,
15
9
Qur‟an Kemenag, “Q.S An-Nahl Ayat 9”
16
Padahal kehidupan dunia hanyalaah kesenangan (yang sedikit) Di banding
kehidupan akhirat.”10
Adapun ayat yang berbicara tentang takdir dalam artian menyempikan
terdapat dalam surah: Al- Ra‟d ayat 26, Al-Israa‟ ayat 30, Al-Qashash 82, Al-
Ankabuut ayat 62, AAr-Ruum ayat 37, Saba‟ ayat 36, Saba‟ ayat 39, Az-Zumar ayat
52, Az-Zumar ayat 67, Asy Syuura ayat 12, Ath Thalaaq ayat 7,
Kata مد ٌٔزyang terdapat pada ayat diatas juga dijumpai di beberapa ayat lain
dalam Al-Qur‟an dengan pemaknaan yang saling relavan yakni “menyempitkan”
atau “membatasi”.
Dalam beberapa surah tersebut dijelaskan bahwa Allah yang menyempitkan dan
melapangkan rezeki hamba-Nya, hal ini terkait dengan takdir Allah mengenai
rezeki. Allah telah mengatur rezeki pada setiap hambanya, binatang melata pun
dijamin rezekinya oleh Allah, seperti yang terdapat dalam Q.S Hud ayat 6 :
ُ ْز
شل َٓب
ٰ ٔ َيب ي ٍْ دَ ۤا ا َْْل ْز ض عه
ى ِا َّْل ى َّب ٍت
ل
ِا
“dan tidaak Ada 1 binatang yang Bergerak di bumi melainkan dijamin rezekinya
oleh Allah”11
Allah telah menurunkan rezeki di bumi, tugas manusia untuk menjemput
rezeki tersebut. Allah berkata bahwa Dia melapangkan dan menyempitkan rezeki
bagi siapa saja yang dikehendaki. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memberikan
rezeki kepada siapa saja tanpa peduli orang tersebut beriman atau tidak, dan Allah
menyempitkan rezeki bagi orang beriman yang bukan berarti Allah tidak
menyayanginya. Tetapi, Allah ingin melihat seberapa sabar,tabah, dan ikhtiar serta
seberapa mampu manusia mengahadapinya.
Rezeki yang diturunkan Allah kepada setiap hamba belum bisa dikatakan
final. Manusia masih Allah tugaskan untuk mencari rezeki yang ada di setiap
belahan bumi, seperti dijelaskan dalam Q.S Al-Jumu‟ah ayat 10 :
10
Qur‟an Kemenag, “Q.S Ar-Ra‟d Ayat 26”
11
Qur‟an Kemenag, “Q.S Hud Ayat 6”
18
“Apabila salat (jumat) telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi,
carilah karunia Allah dan ingatlah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”12
c. Term Takdir Surah Ali Imran ayat 165
ش ٍء
ً
ّ يثَْه ٍْ َٓ ۙب لُ ْهت ْ َراۗ ل ْ ي ع ُْ ِد س ُك ْى ّٰلالَ ع ٰهى صب َبت ص ٍْ دْ َا ْ ى َاَ َٔنَ ًَّبٓ ْ ا
كم ٌَّ اَ َْف ۗ ِا ٍْ َٕ ْم ْ ى اَ ه ى ص ُك ْى ي َبت
ُْبت ٌْ لَ ِد
ٌس
Adapun ayat yang berbicara tentang takdir dalam artian maha kuasa terdapat
dalam surah: QS. Ar- Ra‟d ayat 17, QS. Al- Hijr ayat 21, QS. Thahah ayat 20, QS.
Al- Mu‟minun ayat 18, QS. Al- Ahzab ayat 38, QS. Asy- syuraa ayat 27, QS. Az-
Zukhruf ayat 11, QS. Al-Qamar ayat 49, QS. Al-Mursalat ayat 22, QS. Al- An‟am
ayat 91, QS. Al-Hajj ayat 74, QS. Az-Zumar ayat 67, QS. Ath-Thalaq ayat 3, QS.
Al-Qadar ayat 1,2,3, QS. Saba‟ ayat 13, QS. Al-Baqarah ayat
20,106,109,148,259,284, QS. Ali-Imran ayat 26,29,165,189,QS. An-Nisaa ayat
133,QS. Al-Maidah ayat 17,19,40,120, QS.Al-An‟am ayat 17,QS. Al-Anfal ayat
41,QS. At-Taubah ayat 39,QS. Huud ayat 4, QS. An-Nahl ayat 70,77, QS. Al-Hajj
ayat 6,39,QS. An-Nur ayat 45, QS.Al-Furqan ayat 54, QS.Al- Ankabut 20, QS.Ar-
Rum 50, 54, QS. Al-Ahzab 27, QS. Fatir ayat1,77, QS. Fussilat 39, QS. Asy-Syura
9,29,50, QS. Al-Ahkaf 33, QS. Al-Fath 21, QS. Al- Hadid ayat 2, QS. Al Hasyr 6,
QS. Al-mumtahanah ayat 7, QS. At-Taghabun ayat 1, QS. At-Thalaq ayat 12, QS.
At-Tahriim ayat 8, QS.Al-Mulk 1, QS. An-Nisaa 149, QS. Al-An‟am ayat 96,
12
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-Jumu‟ah Ayat
10”
13
Qur‟an Kemenag, “Q.S Ali Imran Ayat 165”
19
QS.Al-Furqan ayat 2, QS. Yasiin ayat 38, QS. Al- Insaan ayat 16, QS. Al-Thariq
ayat 8, QS. Al-An‟am ayat 65.
Ayat diatas berisi tentang kekalahan kaum muslim pada masa perang Uhud.
Mereka menyalahkan Allah yang tidak menurunkan pertolongan pada saat itu.
Kaum muslim yang sedikit lagi menang justru berbalik kalah karena kesalahan
yang mereka lakukan sendiri.
Dibalik kekalahan itu, ada hikmah yang patut disyukuri. Yakni Allah
memberikan sedikit kebaikan dengan menggerakkan hati Khalid bin Walid untuk
masuk Islam.
Setiap takdir Allah tidak pernah buruk, manusia saja yang kerapkali
memahaminya buruk karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang telah dilangitkan.
Takdir Allah selalu baik, tergantung bagaimana kita bersyukur dan menerima
dengan ikhlas apa yang telah ditetapkan oleh-Nya.
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan apa yang
berkurang (tidak sempurna dalam) Rahim dan apa yang bertambah. Segala sesuatu
ada ketentuan di sisi-Nya.”14
Adapun ayat yang berbicara tentang takdir dalam artian membentuk terdapat
dalam surah: Ar-Ra‟d ayat 8, as-Sajdaah ayaat 5, al-ma‟aarij ayat 4, Al-Mur‟salaat
ayat 23.
Maksud dari ayat diatas ialah Allah telah mengatur sedemikian rupa semua
yang terhimpun dalam bumi ini sesuai dengan ukuran-Nya. Mislanya mengatur
bayi yang masih dalam kandungan Ibunya. Allah telah menetapkan kadar ukuran
kebahagiaan, kesengsaraan, rezeki, dan lain sebagainya dengan porsi yang telah
14
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-Ra‟d Ayat
8”
20
diukur. Tidak akan ada yang kurang ataupun lebih karena kurang lebihnya
tergantung bagaimana manusia bersyukur. Contoh, ketika Allah mencacatkan bayi
14
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-Ra‟d Ayat
8”
21
yang baru lahir, orang tua bayi tersebut akan menganggap itu adalah suatu
kekurangan. Namun, mereka tidak tahu jika kelak bayi tersebut dewasa dia akan
menjadi seorang penghafal Al-Qur‟an. Contoh lain yakni mengenai rezeki, Allah
menetapkan sesuai ukuran-Nya karena jika banyak, kadang hal tersebut
menyebabkan manusia lalai dalam beribadah dan jika kurang ditakutkan manusia
akan mengeluhkannya setiap hari. Manusia senantiasa merasa semua yang
diberikan Allah itu kurang padahal semua telah diberikan sesuai dengan ukuran-
Nya.
e. Term Takdir surah Taha ayat 40
ٔ َْل تَ ْ ح َص َ ٌ ۗە
ع ذْ تَ ًْش ً اُ تَُم ْٕل ْ ْ م ٰ ي ٍْ ٌَّ ْكُفهُ ّٗۗ ف ْ ع ٰ ْٓنى ا ًك تََم َّس
َٓب ِ ّ يك َس ُٰك اَدُُّن ُك ْى ه ْختُ ك
ج ى
ع
جئ ع ٰهى َلَد ٍز ٌه ًُ ْٕ ٰ سى ً اَ يْد ٌَ ٍَ ۙە ث ٍْ ُِ ت َُ ج ٍْ ي ٍَ ا ْنغ ٔ ك ُفتُ ًَْٕب ۗ ە َ ف َهب س ٔ لَت
ت َّى ْم ٍَ ْث ت ِ ّى فتَُه ُ ٰك ْفسب ْه
15
Qur‟an Kemenag, “Q.S Taha Ayat 40”
17
berbagai cobaan dan ujian. Musa menerima wahyu dari Allah sesuai dengan takdir
yang telah ditetapkan-Nya. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 185 :
ۖس َس
ٌ ُ ِس ٰ ُ ك ُى َ ٔ َْل ُ ى ا
ِس ٌْد ُْنع ُك ا ٍْن ُ ب س ٌْد
لُا
س
ِا ٌَّ َ ك ٌَ ْعه ك تَُم ْٕ و اَد ي ٍْ ثُ ُهثًَ انَّ ٍْم ٔص ٔ ثُ ُهث ىفَتٌ ّ ي ٍَ ان ي ع ّٰلالُ ٌَُم ِّد ُز انَّ ٍْم
َ ِٕ ِ ُ
َك ٍَ ٌْ ِر ّۤٗ ط ب ّٗ َِ َف َٰى َُ ى ا
ب
ز
16
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-Baqarah Ayat 185”
17
Qur‟an Kemenag, “Q.S Al-Muzammil Ayat 20”
19
Allah tidak melarang hamba-Nya untuk mengejar kenikmatan akhirat, tetapi
Allah tidak menganjurkan kita terlalu sibuk mengejar nikmat akhirat sampai-
sampai kita lalai terhadap nikmat yang telah diturunkan Allah du bumi, karena hal
itu juga merupakan bentuk penghambaan kita kepada Allah.
PENUTUP
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2020). Implementasi Iman Kepada Al-Qadha dan Al-Qadhar. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Ta‟lim, 18 (1), 3.
Fahmi, Kurnia Alif. “Makna Term Takdir Dalam Kitab Fath Al-Qadir Karya Imam
Ash Shawkani”. Skripsi, Universitas Islam Negeri Surabaya, 2021.
Lestari, Rosa. “Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Tafsir Fathul Qadir Karya Imam
Asy-Syaukani”. Skripsi, Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, 2017.
Rizal, F. (2018). Metode Imam Asy-Syaukani Dalam Menyusun Kitab Nailul Autar
Syarh Muntaqal-Akhbar. Studi Multidisipliner, 5, 42-46.
Sulidar, dkk. (2017). Wawasan Tentang Takdir Dalam Hadis. At-Tahdis: Journal of
Hadith Studies, 1 (2), 5.
Wibowo, Yazid Wahyu. “Takdir Dalam Al-Qur‟an (Kajian atas Penafsiran Wahbah
al-Zuhaili Dalam Tafsiran Al-Munir)”. Skripsi, Institut PTIQ Jakarta,
2022.
21