Anda di halaman 1dari 8

Olymphiart 2017

Optogenetik: Inovasi Terapi Berbasis Cahaya dengan Sistem


Pengantaran Sel sebagai Terobosan untuk Tatalaksana Aritmia

Abstrak

Ini merupakan template penulisan karya literature review Olymphiart 2017. Setiap
peserta diwajibkan untuk mengikuti template ini dalam penulisan literature review.
Karya literature review dibuat sesuai dengan tema dan subtema yang disediakan
oleh panitia. Naskah diketik pada kertas A4, spasi single, font type Arial, ukuran 11pt
(terkecuali judul, diketik dengan font 14pt). Batas pengetikan atas, bawah, kiri, kanan
masing-masing sebesar 3 cm, 3 cm, 4cm, 3cm.Naskah ditulis dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, oleh karena itu kata asing yang belum diubah
kedalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring. Abstrak dibuat dalam bahasa
Indonesia danbahasa Inggris, tidak lebih dari 250 kata.

Kata Kunci : aritmia, optogenetik, cahaya, sistem pengantaran sel

Abstract

Pada bagian ini, abstrak ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak mencakup latar
belakang, tujuan, metode, hasil, analisis, diskusi, hingga kesimpulan. Ditulis
dalamsatu paragraf abstrak, bukan ringkasan yang terdiri atas beberapa
paragraf.Ditulis dimiringkan/Italic.

Keywords: arrhythmia, cardiac optogenetic, light, cell delivery system

Pendahuluan berbagai penyakit jantung lainnya..


Hal ini menyebabkan aritmia menjadi
Penyakit kardiovaskular kini menjadi bagian penting dalam permasalahan
sorotan karena menjadi penyebab kesehatan masyarakat. Mekanisme
utama kematian di seluruh dunia. yang mendasari aritmia adalah
World Health Organization (WHO) abnormalitas pada pembentukan
mengungkapkan bahwa sekitar 17,5 sinyal listrik jantung atau konduksinya
juta orang meninggal pada tahun 2012 Selain menyebabkan kematian
akibat penyakit kardiovaskular dan mendadak, aritmia juga dapat
tiga perempat di antaranya terjadi di menyebabkan disabilitas yang
negara berkembang, salah satunya menurunkan kualitas hidup serta
adalah Indonesia.1 meningkatkan biaya pengobatan.2

Kematian akibat serangan jantung Fibrilasi atrium merupakan jenis


mendadak mewakili sekitar 50% dari aritmia yang paling sering terjadi.
total kematian yang berkaitan dengan Kejadian fibrilasi atrium lebih sering
penyakit kardiovaskular. Penyebab ditemukan pada pasien dengan
utama kematian mendadak adalah hipertensi, diabetes, dan/atau gagal
aritmia, yaitu gangguan irama jantung jantung. Meskipun prevalensi fibrilasi
yang terjadi karena komplikasi dari atrium lebih rendah di Asia jika
dibandingkan dengan negara di pompa jantung dan berujung pada
wilayah barat, akan tetapi angka kematian mendadak hanya dalam
morbiditas serta mortalitasnya masih beberapa menit jika tidak dilakukan
lebih tinggi. Kasus terjadinya fibrilasi penanganan segera.6
atrium yakni sekitar 40 kasus per
100.000 orang per tahunnya di setiap Tatalaksana yang saat ini digunakan
negara di Asia. Sebagian besar kasus untuk kasus artimia masih berupa
fibrilasi atrium disebabkan oleh infark pemberian obat anti-aritmia dan
miokard. 3,4 defibriliasi pada kasus kegawatan.
Obat anti aritmia sendiri dikategorikan
Menurut Perhimpunan Dokter menjadi empat kelas sesuai dengan
Spesialis Kardiovaskular Indonesia, mekanisme kerja obat tersebut.
prevalensi fibrilasi atrium pada tahun Meskipun obat anti-aritmia tetap
2014 di Indonesia mencapai 1-2%. menjadi terapi yang paling sering
Angka ini diprediksi akan terus digunakan dalam aritmia, namun
meningkat dalam 50 tahun terdapat kekhawatiran mengenai
mendatang. Sementara itu, data dari keamanan dalam penggunaan obat
studi observasional Multinational ini.7
Monitoring of Trend and
Determinant in Cardiovascular Setidaknya terdapat dua kekurangan
disease (MONICA) pada populasi utama dari obat anti-aritmia. Pertama,
urban di Jakarta menunjukkan angka obat anti-aritmia sering kali memiliki
kejadian fibrilasi atrium sebesar 0,2%. efek samping yang menyebabkan
Selain itu, kejadian fibrilasi atrium aritmia lain, terutama pada pasien
diprediksi akan terus meningkat dengan penyakit jantung yang
secara signifikan seiring mendasarinya, seperti gagal jantung,
meningkatnya persentase populasi penyakit iskemia jantung, dan infark
usia lanjut di Indonesia. Pada tahun miokard. Munculnya efek samping
2045-2050 mendatang, kejadian tersebut berkaitan dengan sempitnya
fibrilasi atrium pada usia lanjut di rentang dosis. Hal ini menyebabkan
Indonesia diprediksi akan mencapai dosis rendah tidak akan memiliki efek
angka 28,68%. Dalam skala yang untuk aritmia, sedangkan dosis yang
lebih kecil, hal ini tergambarkan pada sedikit saja berlebihan dapat
data di Rumah Sakit Jantung dan menimbulkan efek samping. Karen itu,
Pembuluh Darah Harapan Kita yang dalam pemberian obat anti-aritmia
menunjukkan bahwa selalu meningkat banyak yang harus diperhatikan untuk
setiap tahunnya, yakni sebesar 7,1% menentukan dosis yang tepat. Kedua,
pada tahun 2010, meningkat menjadi walaupun obat anti-aritmia dinilai
9,0% (2011), 9,3% (2012), dan 9,8% dapat bermanfaat untuk mencegah
(2013). 5 kejadian aritmia berulang, namun
belum ada data akurat yang
Takikardia ventrikel dan fibrilasi menunjukkan bahwa obat anti-aritmia
ventrikel merupakan jenis aritmia yang dapat mencegah aritmia pada pasien
paling berbahaya karena merupakan dengan risiko tinggi, seperti pasien
penyebab utama serangan jantung pasca infark miokard atau pasien
mendadak. Kondisi tersebut ditandai dengan kardiomiopati.7
dengan eksitasi otot jantung yang
cepat dan tidak terkoordinasi, Selain obat anti-aritmia, tatalaksana
sehingga menyebabkan kegagalan terdahulu untuk aritmia diantaranya

2
dengan menggunakan alat pacu yang paling kuat dan telah secara luas
jantung implan dan radiofrequency digunakan adalah opsin.19 Ketika
catheter ablation. Namun, terdapat mendapat rangsangan cahaya dengan
keterbatasan dalam penggunaan panjang gelombang yang sesuai,
modalitas terapi-terapi tersebut. Alat opsin mengalami perubahan
pacu jantung implan yang sampai saat konformasi yang menyebabkan
ini merupakan modalitas terapi paling terbukanya kanal ion atau aktivasi
efektif pun memiliki berbagai pompa ion sehingga terjadi perubahan
kelemahan, yaitu diperlukan tindakan potensial membran. Proses tersebut
pembedahan untuk pemasangan alat, akan menghasilkan arus depolarisasi
prosedur penggantian baterai yang atau hiperpolarisasi dalam beberapa
harus dilakukan berulang, dan dapat mili detik. Sel akan teraktivasi atau
merusak jaringan normal pada terinhibisi sesuai dengan jalur sinyal
jantung.8 Selain itu, radiofrequency yang dipengaruhi oleh ekspresi jenis
catheter ablation juga memiliki efek opsin yang dipilih.20
kerusakan jaringan jantung
permanen.9,10 Karena itu, diperlukan Untuk diaplikasikan secara klinis,
solusi lain untuk penanganan komponen kedua yang harus
aritmia.11,12 diperhatikan adalah sistem
optogenetik harus dapat menargetkan
Teknologi yang saat ini tengah tipe sel jantung secara spesifik. Opsin
dikembangkan adalah optogenetik. dapat secara spesifik diekspresikan
Optogenetik merupakan teknik untuk oleh struktur jantung tertentu ketika
mempengaruhi aktivitas sel yang telah diadministrasikan bersama dengan
dimodifikasi secara genetik ketika promoter gen yang secara spesifik
diberikan rangsangan cahaya. Agar diaktifkan oleh tipe sel yang
sel target secara spesifik dapat diinginkan.13
dipengaruhi oleh cahaya, maka sel
harus mengekspresikan protein yang Ekspresi opsin di dalam tubuh dapat
sensitif terhadap cahaya sehingga dihasilkan melalui transduksi oleh
fungsi biologis sel berubah ketika vektor virus yang membawa gen opsin
diberi pencahayaan.13 Dalam dekade dan promoter spesifik.21 Adeno-
terakhir, optogenetik telah secara luas associated virus (AAV) merupakan
diteliti untuk digunakan dalam vektor yang paling sering digunakan
mempengaruhi kerja otak.14,15 Karena karena dapat menghasilkan ekspresi
aktivitas listrik pada jantung gen jangka panjang dengan efek
menyerupai aktivitas listrik pada otak, samping yang sedikit. Hal ini
maka optogenetik mulai banyak diteliti disebabkan karena virus tersebut
dalam penelitian jantung, terutama memiliki imunogenisitas yang rendah,
kegunaannya untuk mengatasi dapat mentransduksi sel yang tidak
aritmia. 16-18 sedang membelah, dan tidak dapat
bereplikasi tanpa adanya helper
Pengembangan optogenetik harus virus.22 Sayangnya, materi genetik
memperhatikan tiga komponen utama, yang dapat dibawa oleh virus terbatas,
yang pertama adalah optimasi protein sehingga membatasi ukuran promoter
yang sensitif terhadap cahaya. yang dapat digunakan. Hal ini
Optogenetic actuator merupakan menurunkan keragamaan jenis sel
protein yang memodifikasi aktivitas sel yang dapat ditargetkan. Vektor virus
ketika terpapar oleh cahaya. Actuator juga tidak dapat menghasilkan

3
ekspresi gen dalam jangka panjang. dan menyintesis tinjauan pustaka ini
Selain itu, penggunaan vektor virus didapatkan dari berbagai buku ajar
masih dikhawatirkan dapat dan artikel yang dipublikasikan secara
menginduksi sistem imun.23 Karena global melalui International Library of
itu, sistem pengantaran yang ideal Medicine (Pubmed), Google Scholar,
adalah dengan sistem pengantaran dan Clinical Key. Dalam menemukan
sel, yaitu menggunakan sel somatik artikel yang sesuai, penulis
seperti fibroblas atau sel induk agar menggunakan beberapa kata kunci, di
dapat menghindari respon imun.24 antaranya “arrhythmia”, “cardiac
optogenetics”, dan “cell delivery
Komponen ketiga yang harus system”. Pencarian juga
diperhatikan adalah teknologi untuk menggunakan logika operator
mengirimkan cahaya secara in vivo. Boolean untuk mendapatkan artikel
Penelitian jangka panjang telah yang spesifik.
dilakukan dalam menguji penerapan
optogenetik untuk memodulasi sinyal Kriteria inklusi untuk sumber yang
saraf pada model tikus dan monyet dijadikan referensi di antaranya 1)
dengan menggunaan alat berisi serat artikel berupa article review mengenai
optik yang dipasangkan di kepala agar aspek klinis aritmia, aspek ilmu
dapat mengantarkan stimulasi cahaya kedokteran dasar pada
melalui tulang tengkorak menuju otak. patomekanisme aritmia, ataupun
Hasil dari penelitian tersebut studi analitik terapi aritmia baik in vitro
menunjukkan bahwa metode maupun in vivo, khususnya terkait
optogenetik dapat mempengaruhi penggunaan optogenetik, 2)
aktivitas saraf otak pada kondisi sadar diterbitkan dalam kurun waktu sepuluh
dan aktif bergerak.25-28 Kesulitan tahun terakhir yakni 2007 hingga
penerapan optogenetik untuk jantung 2017. Pada pencarian referensi
adalah memastikan serat optik dapat didapatkan 825 artikel, dan yang
masuk melalui dinding dada dan memenuhi kriteria inklusi artikel yakni
mencapai kedalaman struktur jantung sebanyak … artikel digunakan untuk
yang diinginkan. Hal ini menunjukkan membahas, menganalisis, dan
bahwa penggunaan serat optik menyintesis tinjauan pustaka ini.
sesungguhnya membatasi aplikasi
optogenetik untuk jantung secara in Hasil dan Pembahasan
vivo.29
Dalam penggunaan optogenetik,
Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat dua jenis opsin. Yang
tujuan dari penulisan tinjauan pustaka pertama adalah opsin eksitasi, salah
ini adalah untuk mengetahui potensi satunya adalah channelrhodopsin-2
optogenetik dengan sistem (ChR2), yaitu opsin yang dapat
pengantaran sel sebagai tatalaksana menghasilkan aliran listrik yang cukup
terkini aritmia. untuk memicu potensial aksi.30 Protein
tersebut merupakan kanal kation yang
Metode berasal dari alga hijau uniseluler
dengan nama spesies
Tinjauan pustaka ini disusun Chlamydomonas reinhardtii. Ketika
berdasarkan analisis data sekunder terpapar cahaya biru dengan panjang
dari berbagai publikasi. Referensi gelombang 470 nm, kanal kation akan
yang digunakan untuk menganaslis terbuka dan menyebabkan ion natrium

4
dan kalsium masuk ke dalam sel Aktivasi masing-masing cahaya
sehingga terjadi depolarisasi.19 ChR2 dilakukan secara bergantian dengan
dapat menghasilkan depolarisasi sel interval waktu yang telah
dengan berbagai ukuran ketika diberi disesuaikan.23
cahaya dengan panjang gelombang
yang sesuai.13 Opsin yang paling
sering digunakan untuk diaplikasikan
pada jantung adalah ChR2-(H134R),
yaitu opsin yang mengalami subtitusi
satu asam amino sehinga dapat
menghasilkan konduksi dua hingga
tiga kali lipat dibandingkan dengan
ChR2.30 Potensial aksi yang
dihasilkan oleh ChR2-(H134R)
terbentuk ketika mendapat
rangsangan cahaya biru dengan
panjang gelombang 470 nm selama
50 mili detik.20

Berbeda dengan opsin eksitasi, opsin


inhibisi dapat menghambat aktivitas
listrik sel.31 Opsin inhibisi yang paling
efisien dan banyak digunakan adalah
NpHR, yaitu halorhodopsin yang
dihasilkan oleh arkaeabakteri
Natronomonas pharaonis. Saat
teraktivasi oleh cahaya, NpHR
memompa ion klorida ke dalam sel Gambar 1
sehingga menyebabkan Opsin ChR2
hiperpolarisasi. Selain NpHR, opsin
inhibisi lainnya adalah Penggunakan optogenetik pada
archaerhodopsin (Arch) yang jantung secara in vivo salah satunya
memompa proton keluar dari sel dilakukan oleh Bruegman et al.
ketika mendapat rangsangan dengan menggunakan model tikus
cahaya.19 NpHR dan Arch yang mengekspresikan ChR2-
menghasilkan hiperpolarisasi setelah (H134R). Penelitian tersebut
menerima rangsangan cahaya kuning menunjukkan bahwa terjadi
dengan panjang gelombang 570 perubahan pada aktivitas normal
nm.32,33 jantung ketika diberikan pulsasi
cahaya dalam durasi singkat dan
Ketika digabungkan, opsin eksitasi terjadi aritmia ketika durasi pulsasi
dan inhibisi menghasilkan manipulasi cahaya diperpanjang.29 Selain itu,
sel dua arah yang dapat mengaktivasi penelitian lain yang dilakukan oleh
atau menghentikan potensial aksi Arrenberg et al. menguji ekspresi
melalui cahaya.31 Kombinasi ini ChR2-(H134R) dan NpHR pada model
membutuhkan dua sumber cahaya jantung ikan. Penelitian tersebut
dari dua light-emitting diode (LED) menunjukkan bahwa sistem
dengan panjang gelombang berbeda optogenetik dapat mempengaruhi
yang dipasang berdampingan. kecepatan kontraksi jantung.34

5
Daftar pustaka yang digunakan harus
aktual (pustaka ditulis dalam 10 tahun
terakhir). Daftar pustaka disusun
menurut sistem Vancouver, diberi
nomor sesuai dengan urutan
pemunculan dalam keseluruhan teks,
bukan menurut abjad. Contohnya
adalah sebagai berikut:
1. Soepardi J. Demam Berdarah
Dengue. Buletin Jendela
Epidemiologi. 2010:1-14.
2. Muhadir A. Epidemiology of
Dengue in Indonesia. In: Health
Gambar 2 DGoDCaE, editor. Jakarta:
Ekspresi ChR2-(H134R) pada Sel Otot Ministry of Health, Republic of
Jantung yang Ditandai dengan Warna Indonesia; 2013.
Hijau 3. Wilder-Smith A, Macary P.
Dengue: challenges for policy
Bagian ini juga disertai pembahasan
makers and vaccine developers.
yang berisi analisis hasil berdasarkan
Current infectious disease
prinsip-prinsip medis saat ini. reports. 2014;16(5):1
Penulisan diharapkan menguraikan
makna beberapa penelitian yang
1. Organization WH. WHO,
sudah ada dalam menjawab
permasalahan. Global status report on
noncommunicable diseases 2010,
Simpulan WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data. ISBN 978-92-4-
Simpulan sesuai dengan tujuan 156422-9, 2011.
khusus, disertai dengan saran yang 2. Keller SP, Halperin HR.
aplikatif. Simpulan dituliskan dalam Cardiac arrest: the changing incidence
bentuk esai dan tidak mengandung of ventricular fibrillation. Current
data angka hasil penelitian. treatment options in cardiovascular
Simpulan terdiri dari maksimal tiga
medicine. 2015;17(7):1-11.
paragraf yang merangkum inti hasil
penelitian/tinjauan pustaka dan 3. Physician AAF. Arrhythmias :
keterbatasan penelitian/ tinjauan Atrial Fibrillation. 2016; Available
pustaka, serta kemungkingan from:
pengembangan penelitian yang bisa http://www.aafp.org/test/fpcomp/FP-
dilakukan. E_391/preface.html.
4. Murakoshi N, Aonuma K.
Ucapan Terima Kasih Epidemiology of Arrhythmias and
Sudden Cardiac Death in Asia
Apresiasi terhadap pihak-pihak Circulation Journal. 2013;77.
tertentu yang berperan dalam
5. Yuniadi Y. Pedoman Tata
penulisan literature review dapat
ditulis disini. Laksana Fibrilasi Atrium Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular
Daftar Pustaka

6
Indonesia. 1 ed: Centra Prakash R, et al. Principles for
Communications; 2014. applying optogenetic tools derived
6. Bruegmann T, Boyle PM, Vogt from direct comparative analysis of
CC, Karathanos TV, Arevalo HJ, microbial opsins. Nature methods.
Fleischmann BK, et al. Optogenetic 2012;9(2):159-72.
defibrillation terminates ventricular 15. Yizhar O, Fenno LE, Davidson
arrhythmia in mouse hearts and human TJ, Mogri M, Deisseroth K.
simulations. The Journal of Clinical Optogenetics in neural systems.
Investigation. 2016;126(10):3894-904. Neuron. 2011;71(1):9-34.
7. Bunch TJ, Anderson JL. 16. Ambrosi CM, Entcheva E.
Adjuvant antiarrhythmic therapy in Optogenetics ‘promise: pacing and
patients with implantable cardioverter cardioversion by light? Future
defibrillators. American Journal of cardiology. 2014;10(1):1-4.
Cardiovascular Drugs. 2014;14(2):89- 17. Boyle PM, Entcheva E,
100. Trayanova NA. See the light: can
8. Sham'a RA, Nery P, Sadek M, optogenetics restore healthy
Yung D, Redpath C, Perrin M, et al. heartbeats? And, if it can, is it really
Myocardial injury secondary to ICD worth the effort? Expert review of
shocks: insights from patients with cardiovascular therapy. 2014;12(1):17-
lead fracture. Pacing and Clinical 20.
Electrophysiology. 2014;37(2):237-41. 18. Entcheva E. Cardiac
9. Schoenfeld MH. Contemporary optogenetics. American Journal of
pacemaker and defibrillator device Physiology-Heart and Circulatory
therapy. Circulation. 2007;115(5):638- Physiology. 2013;304(9):H1179-H91.
53. 19. Guru A, Post RJ, Ho Y-Y,
10. John RM, Tedrow UB, Koplan Warden MR. Making sense of
BA, Albert CM, Epstein LM, Sweeney optogenetics. International Journal of
MO, et al. Ventricular arrhythmias and Neuropsychopharmacology.
sudden cardiac death. The Lancet. 2015:pyv079.
2012;380(9852):1520-9. 20. Ambrosi CM, Klimas A, Yu J,
11. Cho HC, Marbán E. Biological Entcheva E. Cardiac applications of
therapies for cardiac arrhythmias. optogenetics. Progress in biophysics
Circulation research. 2010;106(4):674- and molecular biology.
85. 2014;115(2):294-304.
12. Rosen MR, Robinson RB, 21. Williams JC, Xu J, Lu Z,
Brink PR, Cohen IS. The road to Klimas A, Chen X, Ambrosi CM, et al.
biological pacing. Nature Reviews Computational optogenetics:
Cardiology. 2011;8(11):656-66. empirically-derived voltage-and light-
13. Kushibiki T, Okawa S, sensitive channelrhodopsin-2 model.
Hirasawa T, Ishihara M. Optogenetics: PLoS Comput Biol.
novel tools for controlling mammalian 2013;9(9):e1003220.
cell functions with light. International 22. Williams PD, Ranjzad P, Kakar
Journal of Photoenergy. 2014;2014. SJ, Kingston PA. Development of viral
14. Mattis J, Tye KM, Ferenczi vectors for use in cardiovascular gene
EA, Ramakrishnan C, O'shea DJ, therapy. Viruses. 2010;2(2):334-71.

7
23. Mohanty SK, channelrhodopsins: light
Lakshminarayananan V. Optical instrumentation, expression systems,
techniques in optogenetics. Journal of and channelrhodopsin variants.
modern optics. 2015;62(12):949-70. Optogenetics: Tools for Controlling
24. Bolli R, Chugh AR, D'Amario and Monitoring Neuronal Activity.
D, Loughran JH, Stoddard MF, Ikram 2012;196:29.
S, et al. Cardiac stem cells in patients 31. Chow BY, Han X, Dobry AS,
with ischaemic cardiomyopathy Qian X, Chuong AS, Li M, et al. High-
(SCIPIO): initial results of a performance genetically targetable
randomised phase 1 trial. The Lancet. optical neural silencing by light-driven
2011;378(9806):1847-57. proton pumps. Nature.
25. Stark E, Koos T, Buzsáki G. 2010;463(7277):98-102.
Diode probes for spatiotemporal 32. Packer AM, Roska B, Häusser
optical control of multiple neurons in M. Targeting neurons and photons for
freely moving animals. Journal of optogenetics. Nature neuroscience.
neurophysiology. 2012;108(1):349-63. 2013;16(7):805-15.
26. Voigts J, Siegle JH, Pritchett 33. Smedemark-Margulies N,
DL, Moore CI. The flexDrive: an Trapani JG. Tools, methods, and
ultra-light implant for optical control applications for optophysiology in
and highly parallel chronic recording neuroscience. Frontiers in molecular
of neuronal ensembles in freely neuroscience. 2013;6:18.
moving mice. Frontiers in systems 34. Arrenberg AB, Stainier DY,
neuroscience. 2013;7:8. Baier H, Huisken J. Optogenetic
27. Wang J, Wagner F, Borton DA, control of cardiac function. Science.
Zhang J, Ozden I, Burwell RD, et al. 2010;330(6006):971-4.
Integrated device for combined optical
neuromodulation and electrical
recording for chronic in vivo
applications. Journal of neural
engineering. 2011;9(1):016001.
28. Ozden I, Wang J, Lu Y, May
T, Lee J, Goo W, et al. A coaxial
optrode as multifunction write-read
probe for optogenetic studies in non-
human primates. Journal of
neuroscience methods.
2013;219(1):142-54.
29. Bruegmann T, Malan D, Hesse
M, Beiert T, Fuegemann CJ,
Fleischmann BK, et al. Optogenetic
control of heart muscle in vitro and in
vivo. Nature methods. 2010;7(11):897-
900.
30. Knöpfel T, Boyden E.
Optogenetic excitation of neurons with

Anda mungkin juga menyukai