Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHA KEPERAWATAN

PERSALINAN NORMAL
DI RUANG MAWAR RSU Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO

Oleh:
Fitalia Nur Azizah
NIM: 14901.05.18015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI WANITA


Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna.
Organ eksterna berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ
interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan
perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan
berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin
1. Struktur Eksterna

a) Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak
subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan
jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna
hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu
sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal
pada saat melakukan hubungan sex.
b) Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan introitus vagina
(muara vagina).

c) Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemurahan dan
memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik.
d) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil
yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitive
daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
e) Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri
memisah menjadi bagian medial dan lateral.Bagian lateral menyatu
di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang
berbentuk seperti kait.Bagian medial menyatu di bagian bawah
klitoris untuk membentuk frenulum.Kadang-kadang prepusium
menutupi klitoris.
f) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette.Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra
(vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravaginal
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan
kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas,
rabas dan friksi (celana jins yang ketat).

g) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak di antarafourchette dan himen.
h) Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar
badanperineum. Penggunaan istilah vulva dan perineumkadang-
kadang tertukar

2. Strukur Interna

a) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii
proprium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi
dan memproduksi hormon.Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Ovarium
juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
(estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal. Hormone estrogen adalah hormone seks yang di produksi
oleh rahim untuk merangsangpertumbuhan organ seks seperti
payudara dan rambut pubikserta mengatur sirkulasi
manstrubasi.Hormone estrogen juga menjaga kondisi kesehatan
dan elasitas dinding vagina.Hormone ini juga menjaga teksture
dan fungsi payudara.pada wanita hamil hormone estrogen
membuat puting payudara membesar dan
merangsangpertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding
rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan. Hormone
progesterone berfungsi untuk menghilangkan pengaruh hormone
oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar pituteri.Hormone ini juga
melindungi janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh dimana sel
telur yang di buahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu.hormon
androgen berfungsi untuk menyeimbangkan antara hormon
estrogen dan progesterone.
b) Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm.
Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan
otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam.
Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di
antaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret.
Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.Setiap tuba dan
lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa
yang belum pernah hamil, ringan uterus ialah 60 g. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa
faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama
fase sekresi. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Fungsi-
fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk
kelangsungan fisiologis wanita.
d) Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
e) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.
Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks
menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina
yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm
menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks
terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil
serabut otot dan jaringan elastis.
f) Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan
rectum dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang
dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora
vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis
yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena
tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior
vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior
sekitar 9 cm. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang
menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap
stimulasi estrogen dan progesterone.Sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-
sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormone seks steroid. Cairan vagina berasal dari
traktus genitalia atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina
meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

B. DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan
kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2010).
Persalinan normal merupakan suatu proses pengeluaran bayi dengan
usia kehamilan yang cukup, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,
presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan
panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri. Hampir sebagian besar
persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%)
merupakan persalinan patologik (Saifuddin, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan
kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 2010).

C. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
1. Teori oxytocin: Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh
karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
2. Keregangan otot-otot: Seperti halnya dengan kandung kencing dan
lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
3. Pengaruh janin: Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya
juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan konstraksi rahim.
5. Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale
(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

D. TANDA GEJALA PERSALINAN


1. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi
servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,
berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama
kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari mukus.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada
12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara
spontan dalam 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara
nulipara dan multipara.
a. Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan,
biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,
kemudian terjadi pembukaan.
b. Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara
serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.
5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).

E. MEKANISME PERSALIANAN
Beberapa faktor yang berperan didalam sebuah proses persalinan menurut
Sondakh (2013) meliputi:
1) Power (Kekuatan)
Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut
meliputi kontraksi dan tenaga meneran.
2) Passenger (Penumpang)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang
perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang perlu
diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.
3) Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir lunak adalah segmen
bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina
dan introitus vagina.
4) Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak
tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang apabila dana dan sarana memenuhi menurut
Nugroho (2012) antara lain:
1. Sitologi vagina yaitu dengan indeks kariopiknotik meningkat (> 20 %).
2. Foto rontgen untuk melihat inti penulangan terutama pada os cubiod,
proximal tibia dan bagian distal femur.
3. USG yaitu menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajat maturitas
plasenta, besarnya janin, keadaan janin.
4. Kardiotokografi yaitu menilai kesejahteraan janin dengan Non Stress test
(NTS) relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test (CTS) negatif
atau positif.
5. Amniostropi yaitu warna air ketuban.

G. TAHAP PERSALIANAN
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut
juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut
diobservasi apakah terjadi perdarahan postpartum. (Rohani; dkk, 2011)
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-
pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4 -10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase.
1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve
Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/ jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akanmembuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian
ostium internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu
yang sama.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
d. Perineum terlihat menonjol.
e. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan:
1. Pembukaan serviks telah lengkap.
2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Perubahan psikologis kala III
a. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
b. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat
lelah.
c. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.
d. Menaruh perhatian terhadap plasenta
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc.

Asuhan dan pemantauan pada kala IV


1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi
atau episiotomi).
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan
diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

H. LANGKAH-LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


a) Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk asfiksia: tempat datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari
tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi.
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
c) Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % : langkah #9 ).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan larutan klorin 0.5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keaadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit).
d) Menyiapkan Ibu & Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada.
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f) Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan
dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

g) Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Lakukan penilaian (selintas) :
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap
lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir).
26. Keringkan tubuh bayi
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
h) Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
utnuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial).
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.
i) Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
j) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
 biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha
kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
 Evaluasi.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5).
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a) Biodata klien meliputi:
Nama, umur: dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi.Pendidikan,
pekerjaan dan alamat klien.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar
ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan
darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih
hanya sedikit-sedikit.
c) Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan
anatara 38 –42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan
yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering,
tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir),
kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat
memperberat persalinan.
e) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan
hamil kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya.
f) Riwayat Obstetri
 Riwayat haid. Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu),
prematur kurang dari 37 minggu
 Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing, mual
muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan
berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga
pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam.
g) Riwayat psikososialspiritual dan budaya
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan
dan fantasi.Pada trimester II adanya ketidaknyamanan kehamilan
(mual, muntah), Narchisitik, pasif dan introvert. Pada trimester III klien
merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan
akan kelahiran bayinya, distress keluarga karena adaanya perasaan
sekarat selama persalinan berlangsung.
h) Pola Kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan
yang menurun.
 Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang, miring ke kanan / kiri tergantung pada
letak punggung anak, klien sulit tidur terutama kala I – IV.
 Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat
klien cepat lelah, capai, lesu.Pada kala I apabila kepala janin telah
masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien
dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar
bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien
dalam posisi miring ke kanan / kiri.
 Eliminasi
Adanya perasaan sering /susah kencing selama kehamilan dan
proses persalinan. Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.
 Personal Hygiene
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki
dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi
 Seksual
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual / fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
i) Pemeriksaan
Pemeriksaan umum meliputi:
 Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada
kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan
besar memiliki panggul yang sempit.Berat badan ibu perlu
dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama
hamil antara 10–12 kg.
 Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg.
 Suhu badan, nadi dan pernafasan
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370
C, bila suhu lebih dari 370C dianggap ada kelainan.Kecuali bagi
klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih dianggap
normal karena kelelahan. Keadaan nadi biasanya mengikuti
keadaan suhu, Bila suhu naik keadaan nadi akan bertambah pula
dapat disebabkan karena adanya perdarahan.
 Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak
pendek karena kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya
perut pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit, kadang
meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan
diperiksa tiap 4 jam.
Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat,
sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau
tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar.
 Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan adanya
kolustrum.

 Perut
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea
alba/nigra, terdapat striae gravidarum. Palpasi : usia kehamilan
aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur
pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri/
punggung kanan, letak kepala, sudah masuk PAP atau belum.
Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat.Auskultasi:
ada/ tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit.
 Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak
anak.Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan
kemajuan persalinan, keadaan serviks, panggul serta keadaan
jalan lahir.
 Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena
penyakit jantung/ ginjal.Ada varices pada ekstremitas bagian
bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang
menekan vena abdomen.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-
kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis.
1. Kala I
Pengkajian
a) Anamnesa
 Nama, umur, dan alamat
 Gravida dan para
 Hari pertama haid terakhir (HPHT)
 Riwayat alergi obat
 Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah
gerakan bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah?
Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan
ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
 Riwayat kehamilan sebelumnya
 Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
 Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau
nyeri epigastrium).
Pemeriksaan fisik:
 Tunjukkan sikap ramah
 Minta mengosongkan kandung kemih
 Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
 Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
 Pemeriksaan abdomen: menentukan tinggi fundus, kontraksi
uterus.
b) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
 Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
 Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Pemeriksaan dalam:
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
 Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks.
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi selama
persalinan.
3. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap leselamatan ibu
dan janin, kurang pengetahuan proses persalinan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diagnosa Keperawatan: Nyeri b.d kontraksi Uterus
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam, diharapkan pasien
mampu mengontrol nyeri.
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Menggambarkan faktor penyebab
2 Menggunakan tindakan nyeri
tanpa analgesic
3 Melaporkan perubahan terhadap
gejala nyeri
4 Melaporkan nyeri terkontrol

Intervensi Keperawatan:
a. Manajement nyeri
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi
lokasi, karateristik onset/ durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor pencetus.
2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
3. Berikan informasi mengenai seperti penyebab nyeri,
berapa nyeri akan diarahkan.
4. Ajarkan penggunaan teknik farmakologi.
5. Dorong untuk menggunakan obat-obatan penurunan nyeri
adekurat
6. Kalaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan obat farmakologi
b. Manajement lingkungan
1. Ciptakan lingkungan tennag
2. Berikan sumber edukasi yang relevan

2) Diagnosa Keperawatan: Ansietas


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam,
diharapkan pasien dapat mengontrol kecemasan diri.
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang di lakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Dilakukan dengan konsisten

No Indicator 1 2 3 4 5
1 Mengurangi penyebab
kecemasan
2 Mencari informasi untuk
mengurangi kecemasan
3 Merencanakan strategi koping
untuk situasi yang menimbulkan
stre
4 Menggunakan strategi koping
efektif
5 Menggunakan teknik relaksasi
untuk mengurangi kecemasan

Intervensi keperawatan:
a. Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia misalnya mendengarkan musik, nafas
dalam
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Mintalah klien untuk rileks dan merasakan sensasi
4. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara berkala
b. Pengurangan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Berikan objek yang menunjukkan rasa nyaman
5. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
(Human Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Amin, Hardi. 2013. NANDA NIC NOC jilid 1. Yogyakarta: Mediction Publishing.
Amin, Hardi. 2013. NANDA NIC NOC jilid 2. Yogyakarta: Mediction Publishing.
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai